Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO

TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO. PADA PERUSAHAAN


KOSMETIK DAN KEBUTUHAN RUMAH TANGGA (Studi Kasus Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta)

SKRIPSI
AKUNTANSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian Sarjana (SI)


Pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Oleh :

Nama : ANSORI ZAENI

NIM :

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2007
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia Bisnis dan ekonomi pada saat ini banyak menghadapi berbagai

problematika dan berbagai masalah, salah satunya adalah masalah dalam kebijakan

dan pembayaran dividend hal ini mempunyai dampak yang sangat penting baik bagi

para investor maupun bagi perusahaan yang akan membayarkan dividendnya. Pada

umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk dividend maupun

capital gain. Dilain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan

secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang sekaligus

juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang

sahamnya. Tentunya hal ini akan menjadi unik karena kebijakan dividend adalah

sangat penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividend,

dan di satu sisi juga tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan.

Para investor yang tidak bersedia mengambil risiko (risk aversion)

mempunyai pandangan bahwa semakin tinggi tingkat risiko suatu perusahaan, akan

semakin tinggi juga tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai hasil atau imbalan

terhadap risiko tersebut. Selanjutnya dividend yang diterima pada saat ini akan
2

mempunya nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima di masa

yang akan datang. Dengan demikian investor yang tidak bersedia berspekulasi akan

lebih menyukai dividend dari pada capital gain.

Suharli (2004) dalam Michell dan Megawati (2005), mengemukakan bahwa

dividend merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor

akan senang apabila mendapat tingkat pengembalian investasi yang semakin tinggi.

Hal ini dikarenakan ekspektasi dari para investor terhadap investasinya adalah

memperoleh return (tingkat pengembalian) sebesar-besarnyadengan risiko tertentu.

Tingkat pengembalian tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividend untuk

investasi pada saham, dan pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang.

Return tersebut yang menjadi indikator untuk meningkatkan wealth pemegang saham.

Para investor yang tidak bersedia mengambil resiko tinggi akan memilih dividend

dari pada capital gain.

Keown et. al. (2005) mengemukakan bahwa dalam memformulasikan

kebijakan dividend, manajer keuangan menghadapi trade offs. Keputusan untuk

membayar dividend yang besar sama artinya dengan mempertahankan sedikit, jika

ada keuntungan, sebagai imbal hasilnya adalah ketergantungan yang besar terhadap

pembiayaan ekuitas dari eksternal. Sebaliknya, pembayaran dividend yang kecil

berkorespondensi dengan penahanan modal yang besar. Keuntungan yang diperoleh

perusahaan dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam dua bentuk: dibagikan


3

kepada pemegang saham dan ditahan oleh perusahaan, atau gabungan dari keduanya.

Perusahaan memiliki kewajiban untuk menentukan dan memutuskan: apakah akan

membayar atau tidak membayar dividend kas kepada para pemegang saham; apakah

harus menambah, mengurangi dividend atau menjaganya pada jumlah yang sama.

Meskipun begitu, setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan

disamping dapat membayarkan dividend kepada para pemegang saham. Tetapi, kedua

tujuan ini selalu bertentangan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang

paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sementara dividend

merupakan aliran kas keluar yang dibayarkan kepada para pemegang saham.

Kebijakan dividend suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang

berkepentingan dan saling bertentangan, yaitu kepentingan para pemegang saham

dengan dividendnya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya, di

samping itu juga kepentingan bondholder yang dapat mempengaruhi besarnya

divedend kas yang dibayarkan. Dividend yang dibayarkan kepada para pemegang

saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga

memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Kebijakan

dividend atau keputusan dividend pada hakikatnya adalah menentukan porsi

keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan

ditahan sebagai bagian dari laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Rasio yang

digunakan untuk mengukur dan menggambarkan persentase dividen kas yang


4

diterima oleh pemegang saham terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan maka

di gunakan dividend payout ratio (DPR). Dividend Payout Rastio (DPR) yang

ditentukan perusahaan untuk membayar dividend kepada para pemegang saham

setiap tahun yang dilakukan berdasarkan besar kecilnya laba bersih setelah pajak.

Jumlah dividend yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham atau

kesejahteraan para pemegang saham. Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan

fungsi dari assets, ekuitas, dan keuntungan suatu perusahaan Sutrisno (2001 : 06).

Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendeknya maka digunakan rasio likuiditas, rasio ini dibagi menjadi beberapa

macam antara lain: Current Ratio (CR), Quick Test Ratio (QTR), Net Working

Capital (NWC), dan Defensive Interval Ratio (DIR). Dari rasio likuiditas ini ternyata

yang paling dominan berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) adalah

Current Ratio (CR). Menurut Suharli dalam Michell dan Megawati (2005),

perusahaan investee yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan pembayaran

dividen lebih baik pula. Penelitian ini baru dikembangkan kali ini meskipun

penelitian Suharli (2004) sebelumnya sudah memberikan pemikiran awal mengenai

pengaruh likuiditas perusahaan terhadap kebijakan jumlah pembagian dividen.

Likuiditas perusahaan pada penelitian ini diukur dengan Current Ratio. Dari hasil ini,

dapat disimpulkan bahwa faktor likuiditas dalam hal ini Current Ratio dapat
5

digunakan untuk memprediksi tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi

investor.

Sedangkan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jika perusahaan tersebut likuidasi dan juga untuk menilai batasan

perusahaan dalam meminjam uang maka dibutuhkan rasio solvabilitas (leverage) atau

daya ungkit. Rasio ini dibagi menjadi beberapa macam yaitu : Debt to Asset Ratio

(DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Equity Multiplier (EM), dan Interest Converage

(IC). Berdasarkan rasio leverage ini ternyata Debt to Equity Ratio (DER) lebih

cenderung berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dibandingkan dengan

rasio leverage lainnya. Menurut Sutrisno (2001 : 05), Debt to Equity Ratio (DER)

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang

ditunjukan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar

hutang. Oleh karena itu semakin rendah Debt to Equity Ratio akan semakin tinggi

kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar

proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan

semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkat hutang pada gilirannya akan

mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham

termasuk dividend yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan

dari pada pembagian dividend. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan

perusahaan untuk membagi dividend akan semakin rendah, sehingga Debt to Equity
6

Ratio mempunyai hubungan negatif dengan Dividend Payout Ratio, begitu juga

sebaliknya. Debt to Equity Ratio dihitung dengan total hutang dibagi dengan total

ekuiti.

Dilatarbelakangi anggapan tersebut diatas, penulis tertarik untuk

membuktikan hal tersebut dengan meneliti lebih lanjut penelitian ini, yang hasilnya

akan dituangkan dalam bentuk skripsi. Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh hasil

penelitian Sutrisno (2001) yang menemukan bukti bahwa Faktor-faktor yang

mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) salah satunya adalah Debt to Equity

Ratio (DER), dan penelitian Suharli (2004) dan Michell dan Megawati (2005) yang

menyebutkan bahwa Current Ratio(CR) berpengaruh signifikan terhadap pembayaran

dividend. Sutrisno (2001) mengambil populasi pada perusahaan Publik di Indonesia

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), sedangkan penulis mencoba untuk

mengambil populasi dari perusahaan Kosmetik dan Kebutuhan Rumah Tangga yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk mengetahui apakah Current Ratio (CR)

dan Debt to Equity Ratio (DER) dapat mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR).

Maka, judul skripsi yang akan diambil oleh penulis adalah: “PENGARUH

CURRENT RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP DIVIDEND

PAYOUT RATIO. PADA PERUSAHAAN KOSMETIK DAN KEBUTUHAN

RUMAH TANGGA (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Jakarta)”.
7

1.2 Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan latarbelakang penelitian yang telah diuraikan diatas, penulis

mencoba mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan Current Ratio (CR) selama 5 tahun dari (2001-

2005) pada perusahaan kosmetik dan kebutuhan rumah tangga yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

2. Bagaimana perkembangan Debt to Equity Ratio (DER) selama 5 tahun

dari (2001-2005) pada perusahaan kosmetik dan kebutuhan rumah tangga

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

3. Bagaimana perkembangan Dividend Payout Ratio (DPR) selama 5 tahun

dari (2001-2005) pada perusahaan kosmetik dan kebutuhan rumah tangga

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

4. Sejauhmana pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER)

terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), selama 5 tahun dari (2001-2005)

pada perusahaan kosmetik dan kebutuhan rumah tangga yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian tentang pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio

(DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), memiliki maksud dan tujuan yaitu:
8

1. Untuk mengetahui perkembangan Current Ratio (CR) selama 5 tahun dari

(2001-2005) pada perusahaan kosmetik dan kebutuhan rumah tangga yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

2. Untuk mengetahui perkembangan Debt to Equity Ratio (DER), selama 5

tahun dari (2001-2005) pada perusahaan kosmetik dan kebutuhan rumah

tangga yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

3. Untuk mengetahui perkembangan Dividend Payout Ratio (DPR), selama 5

tahun dari (2001-2005) pada perusahaan kosmetik dan kebutuhan rumah

tangga yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

4. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt to

Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), selama 5

tahun dari (2001-2005) pada perusahaan kosmetik dan kebutuhan rumah

tangga yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian tentang pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt To Equity Ratio

(DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), diharapkan dapat berguna:

1. Bagi Investor dan Calon Investor: Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan


9

untuk membeli dan menjual saham sehubungan dengan harapannya

terhadap dividend kas yang dibayarkan.

2. Bagi Emiten: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan

dalam pembuatan keputusan terhadap kebijakan dividend agar dapat

memaksimumkan nilai perusahaan.

3. Bagi Penulis: Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan

mengenai bidang ekonomi khususnya ilmu akuntansi.

4. Bagi Pembaca: Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat

memberikan tambahan pemikiran dan pengetahuan bagi penelitian

selanjutnya

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Menurut Drs. Darsono dan Ashari (2004 : 51), Current Ratio (CR)

adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi rasio lancer semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek, tetapi rasio

lancar terlalu tinggi juga menunjukan manajemen yang buruk atas likuiditas,

kelebihan aktiva lancer seharusnya digunakan untuk membayar dividend.


10

Menurut Drs. Darsono dan Ashari (2004 : 54). Debt to Equity Ratio,

rasio yang menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham

terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan

perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan

membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.

Dividend Payout Ratio, menggambarkan persentase deviden kas yang

diterima oleh pemegang saham terhadap laba bersih yang diperoleh perusahaan.

Rasio ini memberikan gambaran yang lebih baik terhadap keuntungan yang

diperoleh pemegang saham dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh

perusahaan. Semakin tinggi rasio akan akan semakin menguntungkan bagi

pemegang saham karena semakin besar tingkat pengembalian atas saham yang

dimiliki Drs. Darsono dan Ashari (2004 : 58).

Pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap

Dividend Payout Ratio (DPR). Menurut Suharli dalam Michell dan Megawati

(2005), perusahaan investee yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan

pembayaran dividen lebih baik pula. Penelitian ini baru dikembangkan kali ini

meskipun penelitian Suharli (2004) sebelumnya sudah memberikan pemikiran

awal mengenai pengaruh likuiditas perusahaan terhadap kebijakan jumlah

pembagian dividen. Likuiditas perusahaan pada penelitian ini diukur dengan


11

Current Ratio. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa faktor likuiditas dalam

hal ini Current Ratio dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pengembalian

investasi berupa dividen bagi investor.

Menurut Sutrisno (2001 : 11) Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

terhadap Dividend Payout Ratio (DPR )hal ini disebabkan karena penentu

kebijakan dividend secara teoritis sangat erat berhubungan dengan posisi kas

perusahaan, jumlah kewajiban dan besarnya laba ditahan. Hasil studi ini

mendukung teori keuangan, terutama yang berhubungan dengan kebijakan

terhadap keputusan pembayaran dividen. Secara parsial posisi kas berhubungan

secara positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR ). Variabel ini

mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR ), hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi posisi kas perusahaan akan

semakin tinggi pula kemampuannya untuk membayarkan dividend. Sedangkan

variabel Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial juga berhubungan secara

negatif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR ). Variabel ini

mempunyai pengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR ) . Hal ini

menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat Debt to Equity Ratio (DER), berarti

komposisi hutang juga semakin tinggi sehingga akan berkaitan dengan

rendahnya kemampuan dalam membayarkan dividend. Setiap kenaikan Debt to

Equity Ratio (DER) akan menurunkan kemampuan perusahaan untuk


12

membayarkan dividend kepada para pemegang saham, sehingga rasio

pembayaran dividend akan semakin rendah, begitupula sebaliknya. Hasil ini

juga mendukung teori teori yang mendasarinya.

Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kasus pada perusahaan

kosmetik dan kebutuhan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

yaitu. Dalam rangka untuk memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan

penelitian mengenai pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio

(DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan kosmetik dan

kebutuhan rumah tangga.


13

Gambar 1.1

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Laporan Keuangan
Perusahaan Kosmetik Dan Kebutuhan Rumah Tangga
yang terdaftar di BEJ
Tahun 2001 sampai dengan 2005

Variabel X 1 Variabel X 2

Current Ratio Debt to Equity Ratio


(CR) (DER)

¾ Current Assets ¾ Total Liabilities


¾ Current Liabilities ¾ Total Equity

Variabel Y

Dividend Payout Ratio (DPR)


¾ Dividend Per Share
¾ Earning Per Share

Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER)


Berpengaruh Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)

Sumber : Penulis (2006)


14

1.5.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis yang dapat

diambil penulis adalah Current Ratio (CR) dan Debt to Equity ratio (DER)

berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) yang

berlokasi digedung Bursa Efek Jakarta (BEJ). Tower 11 lantai 1, Jalan Sudirman.

Kavling 52–53, Jakarta Selatan. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut:

Tabel 1.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan September Oktober November Desember Januari

1 Pra Survey xxxx

2 Penulisan Up xxxx

3 Pencarian Data xx xxxx

4 Analisa Data xxxx

5 Penulisan laporan Penelitian xxxx


15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rasio Likuidasi

2.1.1 Pengertian Likuidasi dan Rasio Likuidasi

Menurut Weston dan Copeland (2005 : 9), yang dikutip dari Helis

Supianti (2005), mengartikan likuidasi sebagai kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya.

Sedangkan Menurut Drs. Darsono dan Ashari (2004 : 74),

mendefinisikan rasio likuidasi adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya.

2.1.2 Kegunaan Rasio Likuidasi

Rasio ini dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan

laporan keuangan perusahaan, terutama oleh pihak manajer dan kreditor.

Manajer dapat menggunakan rasio ini untuk menilai kinerjanya dalam

memenuhi kewajibannya atau tagihan-tagihannya, serta dapat digunakan dalam

proses pengevaluasian dan perbaikan di masa yang akan datang. Sedangkan

untuk pihak kreditor, rasio ini digunakan sebagai salah satu alat pertimbangan

dalam menilai kelayakan pemberian kredit yang akan diberikan pada suatu
16

perusahaan. Rasio ini penting dalam upaya untuk meminimalisir resiko tidak

kembalinya dana yang telah atau akan di investasikan.

2.1.3 Pengukuran Rasio Likuidasi

Menurut Drs. Darsono dan Ashari (2004 : 52) ada beberapa macam

pendekatan rasio likuiditas diantaranya: (1). Current Ratio (CR), (2). Quick Test

Ratio (QTR), (3). Net Working Capital (NWC), dan (4). Defensive Interval Ratio

(DIR). Dari rasio-rasio likuiditas ini yang paling dominan berpengaruh

terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu Current Ratio (CR), dikarenakan

perusahaan investee yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan

pembayaran dividen lebih baik pula. Suharli (2004) sebelumnya sudah

memberikan pemikiran awal mengenai pengaruh likuiditas perusahaan terhadap

kebijakan jumlah pembagian dividen. Likuiditas perusahaan pada penelitian ini

diukur dengan Current Ratio. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa faktor

likuiditas dalam hal ini Current Ratio dapat digunakan untuk memprediksi

tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor.


17

2.2 Current Ratio (CR)

2.2.1 Pengertian Current Ratio (CR)

Menurut Drs. S. Munawir (2004 : 72), dalam bukunya yang berjudul

“Analisa Laporan Keuangan”, mendefinisikan Current Ratio (CR) adalah rasio

yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu

perusahaan adalah Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara jumlah aktiva

lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar

(yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang jangka pendek.

Sedangkan menurut Drs. Darsono dan Ashari (2004 : 74) mengartikan

Current Ratio (CR) adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan

aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan

aktiva lancar yang dimilikinya. Current Ratio (CR) dapat dirumuskan.

Current Assets
CR =
Current Liabilities

2.3 Rasio Leverage

2.3.1 Pengertian Leverage dan Rasio Leverage

Menurut Prof. Dr. Bambang Riyanto (1997 : 375) Leverage dapat

didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan

tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap,

dengan harapan untuk memperbesar pendapatan perlembar saham biasa.


18

Menurut Bustanul Arifin. SE. (2002 : 62) dalam bukunya “Manajemen

Keuangan Diktat 1”, Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur perbandingan

antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal

dari kreditor perusahaan, yang menggendong berbagai implikasi. Pertama, para

kreditor akan melihat modal sendiri perusahaan, atau dana yang disediakan oleh

pemilik untuk menentukan besarnya marjin pengaman (Margin Of Safety), bila

perusahaan pertama ditanggung oleh kreditor. Kedua, dengan mencari dana dari

hutang, maka pemilik perusahaan memperoleh manfaat untuk mempertahankan

kendali perusahaan dengan investasi yang terbatas. Ketiga, bila perusahaan

memperoleh laba yang lebih besar dari dana yang dipinjam dari pada yang harus

dibayar sebagai bunga, maka hasil pengembalian (return) kepada para pemilik

akan meningkat.

Sedangkan menurut Drs. Darsono dan Ashari (2004 : 54) dalam

bukunya yang berjudul “Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan”,

rasio Leverage dapat diartikan sebagai rasio yang berguna untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut

terlikuidasi.
19

2.3.2 Kegunaan Rasio Leverage

Rasio ini dapat digunakan oleh para analis ataupun pihak-pihak yang

memiliki kepentingan dengan laporan keuangan dalam menilai proporsi hutang

terhadap aktiva ataupun ekuitas suatu perusahaan. Rasio ini dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perusahaan dalam

merencanakan anggaran pembiayaan dimasa depan, serta sebagai bahan

evaluasi terhadap kinerja keuangan dimasa lalu.

2.3.3 Pengukuran Rasio Leverage

Menurut Weston dan Copeland (1992 : 267) ada dua cara pendekatan

leverage, yaitu : (1) memerikas rasio-rasio neraca untuk menentukan sampai

sejauh mana dana yang dipinjam digunakan untuk membiayai perusahaan. (2)

mengukur risiko-risiko hutang dengan menggunakan rasio perhitungan rugi-

laba yang dirancang untuk menentukan berapa kali beban tetap perusahaan bisa

ditutup oleh laba operasi perusahaan. Rasio hutang yang umum digunakan

adalah : (1) rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio). (2) rasio

hutang terhadap total aktiva (Debt to Asset Ratio). (3) rasio ekuitas pemegang

saham (Equity Multiplier). (4) rasio laba terhadap bunga (Interest Converage).

Dari rasio-rasio hutang (Debt Ratio) tersebut, yang paling dominan berpengaruh

terhadap dividen adalah rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio).
20

2.4 Debt to Equity Ratio (DER)

2.4.1 Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Sutrisno (2004 : 54), dalam jurnal yang berjudul “Analisis

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR)”,

mendefinisikan Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, Yang

ditunjukan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar

hutang

Sedangkan menurut Drs. Darsono dan Ashari (2004 : 54) dalam

bukunya yang berjudul “Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan”,

mendefinisikan Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukan

persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman.

Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan

oleh pemegang saham.dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka

panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka panjang. Debt to Equity Ratio (DER) dapat

dicerminkan dari total liabilities dibagi dengan total equity.

Total Liabilities
DER =
Total Equity
21

2.5 Dividend Payout Ratio (DPR)

2.5.1 Pengertian Dividend, Kebijakan Dividend dan Dividend Payout

Ratio (DPR)

Menurut Prof. Dr. bambang Riyanto (1997 : 265), Dividend adalah

aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity investors.

Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, pengertian ataupun definisi

mengenai dividend termuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) No. 23. Pernyataan ini merumuskan dividend sebagai distribusi laba

kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis

modal tertentu. Dividend disebutkan sebagai bagian laba yang dibagi.

Dr. Agus Sartono (2001 : 281), mendefinisikan kebijakan dividend

sebagai: “Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan

kepada pemegang saham atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna

pembiayaan investasi dimasa datang”.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Bambang Riyanto dalam bukunya “Dasar-

dasar Pembelanjaan Perusahaan”, (1997 : 265) mengartikan kebijakan dividend

sebagai politik dividend. “Politik dividend adalah bersangkutan dengan

penentuan pembagian pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk

dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividend atau untuk


22

digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan

dalam perusahaan”.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2002) dalam Michell dan

Megawati (2005) kebijakan dividend yang fleksibel mencakup bentuk dividend

yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, yakni: dividend tunai,

dividend saham, pemecahan saham (stock split), dan pembelian saham kembali

(repurchase of stock). Kebijakan dividend perusahaan tercermin dalam rasio

pembayaran dividend yaitu Dividend Payout Ratio (DPR). Semakin tinggi

Dividend Payout Ratio (DPR) maka besarnya dividend yang ditetapkan akan

semakin tinggi. Kebijakan dividend oleh investment ini juga merupakan tingkat

pengembalian investasi pada sisi investor.

Kebijakan dividend perusahaan memasukan dua komponen dasar, yaitu

Dividend Payout Ratio (DPR) dan kesetabilan dari dividend selama selang

waktu. Dividend Payout Ratio (DPR) mengindikasikan jumlah dividend yang

dibayar relatif terhadap (earning) hasil perusahaan (Keown et. al, 2005 : 148).

Menurut Prof. Dr. bambang Riyanto (1997 : 266), Dividend Payout Ratio

(DPR) adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada

pemegang saham sebagai “cash dividend”. Dividend Payout Ratio (DPR) dapat

dirumuskan:

Dividend Per Share


DPR =
Earning Per Share
23

Menurut Keown (2004 : 165) walau apa pun kebijakan dividend jangka

panjang perusahaan, kebanyakan perusahaan memilih satu dari beberapa pola

pembayaran dividend tahun ketahun:

(1). Constant Dividend Payout Ratio

Dalam kebijakan “Rasio Pembayaran Dividend Secara Konstan”,

persentase laba dibayarkan dalam dividend dipertahankan konstan.

Meskipun dividen pada earning ratio setabil, jumlah dolar dari

dividend secara natural berfluktuasi dari tahun ke tahun sesuai

perubahan keuntungan.

(2). Stable Per Share Dividend

Kebijakan “Pembayaran Dividend Per Saham yang Stabil”,

mempertahankan dividend dolar selama selang waktu. Kenaikan

dolar dividend biasanya tidak terjadi sampai manajemen yakin

bahwa kenaikan level dividend dapat dipertahankan di masa depan.

(3). Reguler Dividend Plus Extra

Perusahaan yang mengikuti kebijakan “Pembayaran Dividend

yang Kecil dan Teratur Plus Dividend Ekstra”, membayar dividend

dolar yang kecil ditambah divedend ekstra akhir tahun pada masa

jaya.
24

Prof. Dr. Bambang Riyanto dalam bukunya “Dasar-dasar Pembelanjaan

Perusahaan” (1997 : 269), menambahkan satu kebijakan lain yang dapat

dilakukan oleh perusahaan. Kebijakan dividend tersebut adalah “Kebijakan

Dividend Fleksibel”, dimana besarnya rasio setiap tahunnya disesuaikan dengan

posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

2.5.2 Bentuk Pembagian Dividend

Dalam studi klasik Litner (1956) dalam Baker dan Powell (1999)

sebagaimana dikutip dari Helis Supianti (2006), manajer merasa bahwa

pemegang saham berhak atas bagian laba perusahaan melalui dividend.

Meskipun manajer mendukung rasio pembayaran target jangka panjang, mereka

percaya bahwa pemegang saham lebih memilih peningkatan dividend yang

tetap. Manajer mencoba untuk menghindari pembuatan perubahan tingkat

dividend yang mungkin harus dibalik dalam tahun tersebut.

Biasanya dividend dibayarkan dalam bentuk kas, tetapi terkadang

perseroan membayar dalam bentuk kekayaan lain, jenis pembayaran dividend

dalam bentuk antara lain :


25

(1). Dividend Tunai

Menurut Henry Sinamora (2000 : 423), dividend tunai adalah

pembagian laba oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya

berupa kas.

(2). Dividend Saham

Dividend saham merupakan distribusi proporsional atas tambahan

saham biasa atau saham preferen kepada para pemegang saham

(Dyckman et al: 2001 : 441).

(3). Dividend Property

Perusahaan terkadang membayar dividend dengan aktiva non kas

yang disebut dividend property atau dividend beragam. Properti

dapat berupa sekuritas perusahaan lain yang dimiliki seperti real

estat, barang dagang atau setiap aktiva non kas lainnya yang

ditetapkan dewan direksi.

(4). Dividend Likuidasi

Distribusi yang merupakan pengembangan tambahan modal

disetor dan bukan laba ditahan disebut dividend likuidasi

(Dyckman et al : 2001 : 441). Sedangkan menurut Kieso(2002)

dividend likuidasi adalah dividend yang tidak didasarkan atas laba


26

ditahan, yang menyiratkan dividend ini merupakan pengembalian

dari investasi pemegang saham dan bukan dari laba.

(5). Dividend skrip

Suatu ekuitas yang mengalami kekurangan kas untuk sementara

dapat menerbitkan dividend skrip agar dapat melanjutkan

kebijakan dividendnya. Dividend skrip disebut juga dengan

dividend kewajiban dalam bentuk promes yang disebut skrip.

2.5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR)

Menurut Sutrisno (2001 : 5), dalam jurnal penelitiannya yang berjudul

“Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR)”,

ada beberapa faktor yang cukup dikatakan mempengaruhi Dividend Payout

Ratio (DPR) faktor tersebut antara lain:

(1). Cash Position

Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang

harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan untuk

menentukan besarnya dividend yang akan dibayarkan kepada para

pemegang saham. Pembayaran dividend merupakan arus kas

keluar, sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti

semakin besar kemampuannya untuk membayar dividend. Posisi


27

kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir

tahun dengan laba bersih setelah pajak (Stanley dan Geoffrey,

1987).

(2).. Growth Potential

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan

semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi.

Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan

semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan

tidak membayarkannya sebagai dividend. Oleh karenanya potensi

pertumbuhan perusahaan menjadi faktor penting yang menentukan

kebijakan dividend. Sebagai indikator dari atribut pertumbuhan,

digunakan tingkat pertumbuhan campuran yang diatur pada setiap

tahun dalam total assets (Chang dan Rhee, 1990).

(3). Firm Size

Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses

yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru

dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk

memiliki akses kepasar modal. Karena kemudahan akses kepasar

modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk

memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu


28

memiliki rasio pembayaran dividend yang lebih tinggi daripada

perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh log natural dan

total assets (Alli et al., 1993).

(4). Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang

ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan

untuk membayar hutang. Oleh karena itu semakin rendah Debt to

Equity Ratio (DER) akan semakin tinggi kemampuan perusahaan

untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi

hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan,

maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan

hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba

bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividend

yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan

daripada pembagian dividend. Jika beban hutang semakin tinggi,

maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividend akan

semakin rendah, sehingga Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai


29

hubungan negatif dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Debt to

Equity Ratio (DER) dihitung dengan total hutang dibagi dengan

total ekuiti.

(5). Profitability

Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil

diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.

Dividend adalah merupakan sebagian dari laba bersih yang

diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividend akan dibagikan jika

perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak

dibagikan kepada para pemegang saham, adalah keuntungan

setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu

beban bunga dan pajak. Oleh karena dividend diambil dari

keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan

tersebut akan mempengaruhi besarnya Dividend Payaout Ratio

(DPR). Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan

membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividend.

Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin

besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividend.

Atribut profitabilitas ini diwakili oleh tingkat keuntungan setelah

pajak dibagi dengan total assets (Chang dan Rhee, 1990).


30

(6). Holding

Holding merupakan banyaknya pihak dari para pemegang saham

dalam satu periode, untuk pihak luar (kepemilikan saham yang di

go publikkan) dihitung menjadi satu pihak, sedangkan untuk pihak

dalam perusahaan dihitung dengan pihak kepemilikannya

berdasarkan banyaknya orang atau institusi. Holding merupakan

variabel untuk menguji pertimbangan manajemen atas peranan

dividend dalam menurunkan masalah agensi berdasarkan besarnya

penyebaran kepemilikan saham.

2.6 Pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap

Dividend Payout Ratio (DPR)

2.6.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio )

Menurut Suharli dalam Michell dan Megawati (2005), perusahaan

investee yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan pembayaran

dividen lebih baik pula. Penelitian ini baru dikembangkan kali ini meskipun

penelitian Suharli (2004) sebelumnya sudah memberikan pemikiran awal

mengenai pengaruh likuiditas perusahaan terhadap kebijakan jumlah pembagian

dividen. Likuiditas perusahaan pada penelitian ini diukur dengan Current Ratio.

Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa faktor likuiditas dalam hal ini Current
31

Ratio dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pengembalian investasi

berupa dividen bagi investor dalam hal ini Dividend Payout Ratio (DPR).

2.6.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio

Menurut Sutrisno (2001 : 11), dalam penelitian sebelumnya bahwa

Secara umum variabel Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan

terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel yang lainnya tidak

cukup signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penentu kebijakan

dividend secara teoritis sangat erat berhubungan dengan posisi kas perusahaan,

jumlah kewajiban, dan besarnya laba ditahan. Hasil studi ini mendukung teori

keuangan, terutama yang berhubungan dengan kebijakan terhadap keputusan

pembayaran dividend. Variabel Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial juga

berhubungan secara negativ signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

Variabel ini juga mempunyai pengaruh dominan terhadap Dividend Payout

Ratio (DPR). Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat Debt To

Equity Ratio (DER), berarti komposisi hutang juga semakin tinggi, sehingga

akan berakibat pada semakin rendahnya kemampuan untuk membayarkan

dividend. Setiap kenaikan Debt To Equity Ratio (DER) akan menurunkan

kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividend kepada para pemegang

saham, sehingga rasio pembayaran dividend akan semakin rendah.


32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Yang dijadikan objek penelitian ini adalah perusahaan kosmetik dan

kebutuhan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mempublikasikan

laporan keuangan untuk 5 tahun terakhir (2001-2005), objek penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang berhubungan dengan Current

Ratio (CR) (variable X1), Debt to Equity Ratio (DER) (variabel X2) dan data yang

berhubungan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) (variabel Y)

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai suatu studi empiris dalam rangka menguji

hipotesis yang dirumuskan, yaitu untuk membuktikan pengaruh Current Ratio

(CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

Penelitian ini pada dasarnya menguji hubungan linear antara variabel

independen yaitu Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) yang

telah ditetapkan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai variabel

dependen.
33

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut sugiyono (2005:39), variabel adalah suatu atribut atau sifat dari

orang, objek atau yang mempunyai variabel tertentu yang di tempatkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Saat membuat

konseptualisasi variabel-variabel yang akan di teliti perlu di beri batasan-

batasan dan penjelasan sebagai berikut :

a. Variabel Bebas (X) atau Independent Variable

1. Current Ratio (CR)

Current Ratio (CR) yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva

lancar yang dimilikinya. Drs. Darsono dan Ashari (2004 :52)

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang

ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan

untuk membayar hutang. Drs. Darsono dan Ashari (2004 : 54)


34

b. Variabel Terikat (Y) atau Dependent Variable

1. Dividend Payout Ratio (DPR)

Menurut Prof. Dr. bambang Riyanto (1997 : 266), Dividend

Payout Ratio (DPR) adalah persentase dari pendapatan yang

akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “cash

dividend”.

Tabel 3.1

Operasional Variabel

No Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala Ukuran


1 Current Ratio Rasio yang
(CR) X1 menunjukan
kemampuan aktiva
Current Assets
lancar perusahaan - Current Assets CR = Current Liabilitie s Rasio
dalam memenuhi - Current Liabilities
kewajiban jangka
pendek dengan aktiva
lancar yang dimiliki
2 Debt to Rasio ini menunjukan
Equity Ratio persentase
Total Liabilitie s
(DER) X2 penyediaan dana oleh -Total Liabilities DER = Total Equity
pemegang saham Rasio
terhadap pemberi -Total Equity
pinjaman
3 Dividend Rasio yang
Payout Ratio menunjukan
- Dividend Per Share
(DPR) Y persentase dividend DPS
(DPS) Payout Ratio =
kas yang diterima EPS
Rasio
oleh pemegang
- Earning Per Share
saham terhadap laba
(EPS)
bersih perusahaan
35

3.2.3 Jenis Data

Data yang di gunakan adalah data sekunder yang di peroleh dari Bursa

Efek Jakarta. Data sekunder adalah data yang di peroleh suatu organisasi atau

perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi. Data sekunder

berupa laporan keuangan pada Perusahaan Kosmetik dan Kebutuhan Rumah

Tangga untuk tahun 2001- 2005 berupa laporan neraca dan laporan rugi laba

serta laporan perubahan modal. Dimana data sekunder ini diperoleh dari

dokumentasi di PRPM ( Pusat Referensi Pasar Modal) Bursa Efek Jakarta dan

dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.2.4 Sumber Data

Untuk memperoleh data yang di perlukan sebagai bahan pemikiran

penelitian, penulis menggunakan pengumpulan data dengan melakukan :

1. Field Research (Penelitian Lapangan)

Penelitian lapangan ini digunakan untuk mengumpulkan data yang

berasal dari sumber data sekunder yakni dilakukan dengan melakukan

kunjungan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada Pusat Referensi Pasar

Modal (PRPM), dengan mengumpulkan data akuntansi perusahaan yang

berasal dari laporan keuangan perusahaan yang diteliti.

2. Library Research (Studi Kepustakaan)


36

Bertujuan untuk memperoleh data-data dan informasi yang bersifat

teoritas, berdasarkan literatur dan buku-buku yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas dalam penelitian, yang kemudian akan digunakan

sebagai alat bantu dalam mengambil kesimpulan dan mengemukakan

saran-saran. Penelitian kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh

data-data sekunder yang di butuhkan penulis dalam melakukan

penelitian.

3.2.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data adalah data sekunder yang bersifat kualitatif, berasal dari

Annual Report dan Laporan Keuangan perusahaan untuk periode yang berakhir

31 Desember 2001 sampai dengan 31 Desember 2005 yang diperoleh dari Pusat

Referensi Pasar Modal (RPPM). Sedangkan skala yang digunakan adalah rasio.

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang

diangkakan. Sedangkan data dengan skala rasio adalah data yang jaraknya

sama, dan mempunyai nilai nol mutlak. (Prof. Dr. Sugiyono : 2004, 14-15).

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah rasio Current Ratio (CR),

Debt to Equity Ratio (DER), dan Dividend Payou Ratio (DPR)


37

3.2.6 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.6.1 Populasi

Pengertian populasi menurut Prof. Dr. Sugiyono (2005 : 55)

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentuyang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sehingga,

data yang menjadi populasi adalah Laporan Keuangan dan Annual

Report perusahaan kosmetik dan barang kebutuhan rumah tangga yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

3.2.6.2 Teknik Penarikan Sampel

Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2005 : 56) sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Sehingga, data yang menjadi sampel adalah data yang terdapat

dalam Laporan Keuangan dan Annual Report untuk periode yang

berakhir 31 Desember 2001 sampai 31 Desember 2005 dengan n-sampel

adalah periode waktu (sampel dengan data time series).

Teknik pengambilan sampel adalah menggunakan metode

convenience purposive sampling sesuai dengan tujuan pada penelitian

ini. Sampling purposive adalah teknik penarikan sampel dengan


38

pertimbangan tertentu . Prof. Dr. Sugiyono (2004 : 61). Convinience

sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan keinginan peneliti sesuai

dengan tujuan penelitian (Sutrisno 2001 : 11) dan (Michell Suharli dan

Megawati, 2005 : 294). Dimana, tujuan penelitian ini adalah untuk

membuktikan hipotesis bahwa Current Ratio (CR) dan Debt to Equty

Ratio (DER) berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

Kriteria yang ditetapkan agar annual report masuk dalam sampel adalah

bahwa laporan tersebut sudah tersedia atau dipublikasikan di PRPM dan

memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Penulis memilih sampel pada jenis bisnis produk kosmetik dan

barang kebutuhan rumah tangga karena pada sektor ini jumlah

perusahaan yang bergerak pada jenis usaha yang sama relatif sedikit,

sehingga memungkinkan terjadinya persaingan yang kuat disamping

karena adanya alasan bahwa salah satu perusahaan yang masuk pada

kelompok ini, PT. Unilever Indonesia Tbk, mendapat penghargaan

Enterprise Award dan memiliki kinerja keuangan yang cukup baik

sehingga diperkirakan dapat mempengaruhi perusahaan dalam upayanya

untuk memperbaiki kinerja dan hasil yang telah dicapainya sehingga

memungkinkan terjaminya pembagian dividend kepada para pemegang

saham.
39

Anda mungkin juga menyukai