PENDAHULUAN
yang tidak dapat terpisahkan dan ini merupakan peta atau performance bagi
untuk mengetahui nilai perusahaan atau harga saham yang terdapat didalam pasar
Dalam hal ini sebenarnya hasil operasi atas dana yang ditanamkan
perusahaan merupakan dana pemilik investor atau pemilik yang tidak dapat
dibagikan sebagai dividen. Oleh karna itu, berdasarkan peninjauan antara resiko
dan perolehan, penting untuk ditetapkan apakah lebih baik hasil operasi
laba ditahan, baik yang berasal dari dana permanen sehingga perlu diperhatikan
1
dividen yaitu laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RSUPS) secara tunai (cash dividend) maupun berupa
maka berdampak pada kurangnya jumlah laba yang ditahan dan ketika manajemen
2
Leverage atau rasio utang merupakan rasio yang dapat digunakan untuk
yang tidak solvabel adalah perusahaan yang memiliki total utangnya lebih besar
dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini terfokus pada sisi kewajiban
sisi lain utang yang tinggi juga akan meningkatkan risiko. Jika penjualan tinggi,
mengalami kerugian yang disebabkan beban operasional dan beban bunga tetap
yang mengukur seberapa jauh kemampuan suatu perusahaan dibiayai oleh hutang.
harus menanggung beban tetap berupa pembayaran bunga dan pokok pinjaman
semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka semakin kecil dividen yang dibagikan
adalah arus kas keluar, dan hal tersebut mempengaruhi posisi dari kas perusahaan.
3
perusahaan, kemungkinan pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan
Riyanto, 2001). Rasio yang digunakan adalah Current Ratio (CR), semakin kuat
dari tahun ketahun yang secarasignifikan tentu membuat para investor cenderung
memiliki optimisme atas pengembalian dalam bentuk dividen yang lebih besar,
laba. Berdasarkan laba yang diperoleh perusahaan tersebut akan menjadi acuan
perusahaan dalam pembayaran diveden kepada para investor. Hal inilah yang
saham.
4
Rasio Profitabilitas dapat dihitung menggunakan Return on Assets (ROA).
dengan tingkat profit dan kestabilan laba yang baik akan mudah memiliki peluang
rendah Perusahaan yang mapan akan lebih mudah mendapatkan akses menuju
rendah akan sulit untuk masuk ke akses pasar modal. Perusahaan yang mudah
kemampuan yang baik tentu memiliki rasio pembayaran rasio dividen yang lebih
tinggi dibandingkan dari pada perusahaan kecil. Perolehan dana tersebut, dapat
deviden studi kasus pada perusahaan real estate menunjukan bahwa hasil uji
devidenpayout ratio pada perusahaan real estate, begitu juga dengan earning per
5
share sama – sama memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap kebijakan
kebijakan deviden.
merupakan daftar 45 saham unggulan terpilih paling likuid danpaling aktif dalam
6
Perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ 45 tidak semuanya
kebijakan deviden pada perusahaan yang terdaftar di Indexs LQ45 Bursa Efek
Indonesia”
.2. RumusanMasalah
.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan di capai dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:
7
2. Untuk menguji pengaruhrasio leverageterhadap Kebijakan Dividen Pada
.4 ManfaatPenelitian
“( STIE”KBP”)
memperoleh keuntungan.
.5 SistematikaPenulisan
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
Pada bab ini dibahas tentang landasan teori yang terdiri pembahasan teoritis, hasil
8
Pada bab ini diuraikan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari lokasi
penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis, dan
hasil penelitian.
BAB V : Penutup
9
BAB II
Dividen dapat diartikan sebagai laba bersih yang di peroleh oleh pemegang
2. Sinyal dari perusahaan yang sukses tidak dapat diakses oleh pihak
3. Sinyal itu harus memiliki hubungan yang cukup dengan peristiwa yang
disebut (misalnya dividen yang tinggi saat ini akan menimbulkan arus kas
yang tinggi di masa mendatang). Tidak ada cara biaya yang relatif lebih
bahwa kebijakan dividen tidak relevan yang berarti tidak ada kebijakan dividen
capital gain. Dividen dan dividen yield yang lebih tinggi akan meminimumkan
dikenakan pajak dari capital gain, maka investor akan meminta tingkat
keuntungan yang tinggi untuk saham dengan hasil dividen yang tinggi. Kelompok
10
ini menyarankan dengan dividend payout ratio (DPR) yang lebih rendah akan
selama jangka waktu tertentu meskipun laba per lembarsaham setiap tahunnya
minimalditambahdividen ekstra.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal per lembar saham setiap
keuangan yang lebih baik maka jumlah tersebut ditambah lagi dengandividen
ekstra.
berdasarkan perlembar saham setiap tahunnya. Hal ini berarti dividen dianggap
11
memburuk), maka perubahankebijakan dividen akan meningkatkan atau
disalurkan ke para pemegang saham dan sebagian lagi akan digunakan untuk
manajemen harus dapat membuat keputusan tentang biaya keuntungan yang harus
dibagikan kepada para pemegang saham dan harus berjuang untuk pertumbuhan
2007)meliputi:
2. Posisi likuiditas
6. Tingkat keuntunganperusahaan
7. Stabilitas perusahaan
12
8. Kemampuan memasuki pasar modal
hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi pemegang
sebagai berikut:
2. Dividend Yield
13
Beberapa pemegang saham menggunakan dividend yield sebagai suatu
ukuran risiko dan sebagai penyaring investasi. Para pemegang saham akan
.2 Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh
ini dapat dibandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku. Menurut
14
menghasilkan laba dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan
Assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur tingkat laba dari aset yang
digunakan. Dengan pencapaian laba yang tinggi maka investor akan tertarik untuk
1. Return On Assets
15
4. Profit Margin
5. Return On Equity
Rasio ini memaparkan porsi yang relatif antara ekuitas dan utang yang
16
membandingkan antara total kewajiban (liabilities) dengan ekuitas (equity)
(Munawir, 2010). Utang tidak boleh lebih besar dari modal supaya beban
perusahaan semakin baik karena porsi utang terhadap modal semakin kecil.
Rasio ini memperlihatkan bahwa dana pinjaman yang segera jatuh tempo
utang lancar.Semakin kecil rasio ini berarti kondisi perusahaan semakin baik
karena modal untuk menjamin utang lancar masih cukup (besar). Batas
terendah dari rasio ini adalah 100% atau 1 : 1. Rumus Debt to Equity Ratio
X 100%
total utang (total liabilities) dengan total aset yang dimiliki. Aset dan ekuitas
itu berbeda sehingga harus mengetahui terlebih dahulu tentang asset dan
ekuitas. Aset merupakan sumber daya yang diperoleh dari transaksi atau
17
Rasio ini juga memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk
tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Jika tingkat rasio ini semakin tinggi
maka jaminan berupa asset yang ada dan uang yang diberikan oleh kreditor
dalam jangka panjang semakin terjamin. Besaran presentasi rasio ini minimu
Utang yang dihitung dalam hal ini adalah semua utang perusahaan baik
ratio yang rendah karena kondisi perusahaan aman (tidak akan bangkrut).
bunga pada masa yang akan datang. Times Interest Earned Ratio disebut juga
18
.4 Rasio Likuiditas
menjadi kas. Menurut para ahli rasio ini terdiri dari rasio lancar (current ratio)
dan rasio cepat (quick ratio).(Kasmir, 2008), menerangkan “Rasio likuiditas alat
untuk mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau
diubah menjadi kas untuk pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya
yang sudah jatuh tempo”. Likuiditas perusahaan yang tinggi, maka akan dinilai
tinggi pula nilai suatu perusahaan. Aritnya likuiditas dapat berpengaruh positif
perusahaan akan terlihat dari besar kecil aktiva lancar yang menjadi kas yang
oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi
kas yang meliputi kas, surat berharga, dan persediaan. Menurut (Kasmi, 2013)ada
19
2. Bisa juga perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan
tidak memiliki dana cukup secara tunai sehingga harus menunggu dalam
kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya”. (Hanafi &
perusahaan)”.
tepat waktu”. Selain itu, menurut(R. Sartono, 2010) rasio likuiditas merupakan:
oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi
pendek. Artinya ketika perusahaan memiliki hutang yang jatuh tempo, maka
likuiditas, “mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan
20
atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh
Rasio likuiditas sering disebut dengan nama rasio modal kerja, rasio yang
dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar, yaitu aset yang mudah untuk
diubah menjadi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Tingkat likuiditas yang
bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling
menilai kinerja perusahaannya. Ada pihak luar perusahaan juga yang memiliki
kepentingan, seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya
Oleh karena itu, perhitungan rasio likuidtas tidak hanya berguna bagi
perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dan
manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas menurut (Kasmi, 2013) :
21
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk
kewajiban yang berumur satu tahun atau sama dengan satu tahun,
Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
jangka pendek yang segera jatuh tempo dengan mengukur jumlah uang kas yang
22
pendekkepada kreditur yang harus segera dipenuhi. Dalam penelitian ini, penilain
1. Current Ratio
Current Ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan utang
segera dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang. Secara sistematis dapat
Secara kasar dapatlah dikatakan bahwa bagi perusahaan yang bukan kredit,
Current Ratio kurang dari 200% dinyatakan kurang baik, pedoman ini ini
2. Quick Ratio
perusahaan yang mempunyai Quick Ratio kurang dari 1:1 atau 100%
sebagai berikut:
3. Cash Ratio
Cash Ratio adalah merupakan perbandingan antara kas atau setara kas dengan
23
melunasi utang lancarnya dengan menggunakan kas atau setara dengan kas
Rata-rata industri untuk Cash Ratio adalah 50%, apabila Cash Ratio kurang
dari rata-rata industri kondisi perusahaan kurang baik karena untuk membayar
lancar lainnya.
menghasilkan laba secara relative,(Martha, 2015). Relatif disini artinya laba tidak
atau tolak ukur lainnya.Tolak ukur yang dipakai biasanya Pendapatan, Dana dan
Modal. Dalam penelitian ini, profitabilitas diwakili oleh Return On Asset (ROA)
sahamnya. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan serta jenis kebijakan dividen
yang diterapkan akan menentukan jumlah dividen yang nantinya akan dibayarkan
24
Rasio-rasio profitabilitas diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan
biasanya dinilai oleh investor dan kreditur (bank) untuk menilai jumlah laba
investasi yang akan diperoleh oleh investor dan besaran laba perusahaan untuk
tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat efisiensi
perusahaan.
Efektivitas dan efisiensi manajemen bisa dilihat dari laba yang dihasilkan
terhadap penjualan dan investasi perusahaan yang dilihat dari unsur unsur laporan
efisiensi perusahaan tinggi yang bisa dilihat dari tingkat pendapatan dan arus
perusahaan manufaktur yang diambil secara purposive sampling dan data yang
25
positif dan signifikan terhadap besarnya dividen.Secara simultan profitabilitas dan
kebijakan utang.
perusahaan, hal yang sama juga terjadi pada variabel kepemilikan insider yang
Dividen
26
.5.2 Pengaruh Dividen Earning Rasio (DER) terhadap Dividen Payout
Rasio (DPR)
sendiri dalam suatu perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa
bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang
(modal asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan
Rasio utang berupa Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan penggunaan dana
penggunaan hutang dengan beberapa bagian modal sendiri. Semakin besar rasio ini
menunjukkan semakin besar kewajibannya dan semakin rendah rasio ini akan
Peningkatan hutang akan memepengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagai
pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin rendah
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Semakin besar rasio ini menujukkan
semakin besar pula tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur)
dan semakin besar pula beban biaya hutang yang harus dibayar perusahaan. Semakin
meningkat rasio ini maka hal tersebut berdampak pada menurunnya profit yang diperoleh
hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi
pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih
tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah.
Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR)pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-
27
2014 menunjukkan semakin kecil rasio utang maka semakin baik. Untuk keamanan pihak
luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama.
Jika dihubungkan dengan pembayaran dividen maka akan berlaku hubungan yang
berlawanan (negatif), artinya semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin kecil
pembayaran dividen dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan penjelasan di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Leverage memiliki pengaruh negatif terhadap Kebijakan
Dividen
Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka
pendek yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Makin kuat posisi
perusahaan yang tinggi akan memberikan gambaran atau sinyal kepada para
adalah Current Ratio sebagai rasio untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan
Penelitian yang sejalan dengan teori diatas adalah penelitian (Wayan &
28
pembayaran dividennya, semakin besar tingkat likuiditasnya maka semakin besar
Likuiditas
(X1) H1
H1
Leverage Kebijakan
H2 Dividen
(X2)
(Y)
Profitabilitas
(X3) H3
29
BAB III
METODE PENELITIAN
.1 Jenis Penelitian
Jenis dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuantitatif.
Penelitian kuantitatif ialah penelitian yang didasari oleh falsafah positivisme yaitu
ilmu yang berlaku, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati, terukur,
.2 PopulasidanSampel
.2.1 Populasi
dalam indeks LQ-45 pada Bursa Efek Indonesia dengan kurun waktu tahun 2013 -
2017.
.2.2 Sampel
penelitian (2013-2017)
b. Perusahaan tersebut
menerbitkanlaporankeuangantahunansecaraberturut-
turutselamaperiodepenelitiandandapatdiaksesolehpublik.
30
c. Perusahaan yang tidak tetap tercat pada Indeks LQ45 tidak akan
Tabel 3.1
Pemilihan sampel
Keterangan Jumlah
Perusahaan saham LQ45 yang terdaftar pada bursa efek
45
indonesia akhir periode observasi yaitu tahun 2017
Perusahaan yang tidak tetap tercatat pada indeks LQ45
(21)
selama kurun waktu 2013-2017
Perusahaan yang tidak menyedia data keuangan sesuai
(8)
variable yang diuji yaitu ROA, DER, CR dan DPR
Jumlah sampel penelitian 8
Jumlah observasi 8x5=40
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data kuantitatif yang
diambil dari data perusahaan yang tercatat pada Indeks LQ 45 yang terdaftar pada
ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung yaitu data yang telah dikumpulkan dan diolah pihak lain. Data yang
digunakan adalah data yang dikumpulkan dari Journal, data Bursa Efek
Indonesia, buku bacaan, website serta sumber data informasi lain yang diutuhkan
untuk penelitian.
dengan mencatat dan mengumpulkan data yang tercantum pada Bursa Efek
31
Indonesia yang diakses melalui situs resmi www.idx.co.id yang berupa laporan
keuangan perusahaan yang tercatat pada indeks LQ 45. Data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan tahunan dari setiap perusahaan yang
dibutuhkandalampenelitianadalah:
1. Neraca,
2. Catatanataslaporankeuangan,
3. Jumlah saham,
yang nilainya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan
kebijakan dividen.
variabelnya diukur, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan dengan
32
Berikut ini adalah defenisi operasional varibel penelitian.
Tabel 3.2
33
3.6. Teknik Analisa Data
yang berupa uji statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif untuk memberikan
deskripsi atau data yang diambil dari minimum, maksimum, rata-rata (rata-rata),
dan standar deviasi (standar deviasi) dari data yang telah diperoleh peneliti (Ayu,
dkk, 2015).
statistik parametrik. Agar data yang digunakan tidak terjadi bias maka data yang
diperlukan harus berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji yang digunakan
intersep masing-masing variabel adalah sama, begitu juga dengan slope koefisien
34
untuk semua unit time series dan cross section (Ajija, Sari, Setianto, & Primanti,
2011).
koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu, namun
intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant).
al., 2011).
gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan antar
waktu. Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator
35
Pengambilan keputusan untuk uji chow ini yaitu tolak H0 apabila
Apabila pada pengujian Chow didapatkan kesimpulan model yang sesuai adalah
FEM, maka langkah berikutnya dilakukan uji Hausman, namun jika dalam
kesimpulan diperoleh CEM yang terbaik maka hanya perlu melakukan uji asumsi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek random didalam
data panel sekaligus untuk mengguji model mana yang lebih baik digunakan
melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Regresi data
panel merupakan gabungan dari data time series dan data cross section(Gujarati,
2009).
36
individu, kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data
panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih
kompleks dan data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang
Ket :
β , β 1 , β 2, β 3= Koefisien regresi
Y it =¿Variabel Terikat
X it =¿Variabel bebas
i = Etensitas ke- i
t = Periode ke- t
Pengujian parsial atau uji t ini digunakan untuk menguji pengaruh setiap
lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya signifikan berarti terdapat pengaruh dari
37
5% ). Analisis didasarkan pada perbandingan antara signifikan t dengan nilai
38
BAB IV
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data panel,
yakni gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang
(crosssection). Data runtut waktu (time series) diambil dari laporan keuangan
representatif. Dibawah ini adalah deskripsi data yang digunakan dalam penelitiaan
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
39
Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data pada penelitian ini
adalah 40 yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang tercatat
Deviation) sebesar 2.765927. Untuk nilai terendah pada variabel ini adalah
PT. Bank Mandiri (BMRI) pada tahun 2016. Sedangkan untuk nilai tertinggi
(Max) adalah 14.13000. Nilai tertinggi diperoleh dari Astra Argo Lestari (AALI)
tahun 2014.
Deviation) sebesar 2.509082. Untuk nilai terendah pada variabel ini adalah sebesar
0.350000, perusahaan yang memiliki angka terendah tersebut adalah Astra Agro
Lestari In Brief (AALI) tahun 2017. Sedangkan untuk nilai tertinggi (Max) adalah
7.210000, nilai tertinggi diperoleh dari perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
tahun 2014.
menunjukkan hasil rata-rata sebesar 25.63125, nilai terendah (Min) variabel ini
adalah 0.780000, perusahaan yang memiliki angka terendah tersebut adalah Bank
Rakyat Indonesia (BBRI) tahun 2013. Sedangkan untuk nilai tertinggi (Max)
40
Data dari variabel kebijkan dividen yang diukur dengan DPR
menunjukkan hasil rata-rata sebesar 33.77500, nilai terendah (Min) variabel ini
Alam Sutera Reyalty Tbk (ASRI) tahun 2014.Sedangkan untuk nilai tertinggi
Uji normalitas tes dilakukan untuk tujuan melihat apakah data yang
digunakan memiliki distribusi normal atau tidak, data dapat dikatakan baik bila
mendekati normal. Untuk melihat residual terdistrubusi normal atau tidak dapat
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
14
Series: Standardized Residuals
12 Sample 2013 2017
Observations 40
10
Mean -1.07e-15
Median 0.977701
8
Maximum 16.55540
Minimum -16.95448
6
Std. Dev. 6.955991
Skewness -0.043284
4
Kurtosis 4.008470
2 Jarque-Bera 1.707510
Probability 0.425813
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
sebesar 1.707510 dengan nilai Probability 0.425813 atau 42.58 % yang berarti
besar dari ɑ = 0.05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa residual didistribusikan
normal.
41
4.1.3 Uji Kelayakan Data Panel
terdiriatas beberapa objek dan meliputi waktu. Data semacam ini memiliki
dilakukan dengan tiga model yaitu pooled, fixed effect dan random effect. Masing-
model tergantung pada asumsi yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-syarat
secara statistik. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memilih model dari ketiga yang tersedia. Data panel yang telah dikumpulkan,
pada tabel 4.2 sedangkan untuk hasil regresi dengan model fixed effect dapat
Tabel 4.3
Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Common Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 07/01/19 Time: 05:23
Sample: 2013 2017
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 43.45776 5.700232 7.623858 0.0000
X1 0.411385 0.609571 0.674876 0.5041
X2 -2.551260 0.700035 -3.644477 0.0008
X3 -0.092061 0.030222 -3.046174 0.0043
R-squared 0.482856 Mean dependent var 33.77500
Adjusted R-squared 0.439760 S.D. dependent var 9.672821
S.E. of regression 7.240025 Akaike info criterion 6.891766
Sum squared resid 1887.046 Schwarz criterion 7.060654
Log likelihood -133.8353 Hannan-Quinn criter. 6.952830
F-statistic 11.20436 Durbin-Watson stat 0.948286
Prob(F-statistic) 0.000024
42
Metode Common-Constant (The Pooled OLS Method) dapat dilihat pada
tabel diatas, ada dua variabel dengan test individual (t-test probability) tidak
metode pooled regression atau Metode Common Effect Model ini belum dapat
variabel bebas dengan variabel terikatnya, begitu juga dengan hubungan diantara
tiap individu cross section. Maka perlu membandingkan hasil data yang diolah
Tabel 4.4
Hasil Regresi Data Panel MenggunaanFixed effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 07/01/19 Time: 05:27
Sample: 2013 2017
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40
Effects Specification
43
Dari hasil regresi diatas dapat dilihat bahwa dari probabilitas tiap individu
statistik sebesar 0,0000 yang memberikan arti bahwa model merupakan dengan
Setelah hasil dari model common effect dan fixed effect diperoleh maka
model yang paling tepat diantara model common effect dan fixedeffect. Hasil dari
Tabel 4.5
Uji Chow
Hasil dari uji chow pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai probabilitas
cross section adalah 0,0002 atau < 0,05, maka H0 ditolak. Oleh karena itu model
yang dipilih adalah fixed effect. Selanjutnya kita akan melakukan regresi dengan
model random effect, untuk menentukan model mana yang tepat. Hasil regresi
dengan menggunakan model random effect dapat dilihat pada tabel 4.5.
44
Tabel 4.6
Hasil Regresi Data Panel MenggunakanRandom effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/01/19 Time: 05:30
Sample: 2013 2017
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40
Swamy and Arora estimator of component variances
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
Pada tabel sebelumnya yang menggunakan fixed effect dan tabel di atas
kebijakan dividen. Namun belum dapat menentukan model mana yang akan kita
tabel 4.6 disajikan hasil uji hausman yang telah dilakukan pengolahan
menggunakan eviews 8.
45
Tabel 4.7
Hasil Uji Hausman
Cross-section random yakni sebesar 0.2353 nilai tersebut lebih besar dari 0.05, ini
berarti H0 diterima dan menolak H1 sehinga model yang dipilih yakni Fixed
effectModel (FEM).
Tabel 4.8
Dari hasil estimasi data panel dapat tituliskan persamaan sebagai berikut :
sebagai berikut;
46
1. Nilai Konstanta sebesar 46.85106 bermakna bahwa jika diasumsikan nilai
ROA, DER, dan CR bernilai 0 (nol), maka nilai DPR sama besarnya
dengan 46.85106.
2. Koefisien Regresi Profitabilitas dalam hal ini diwakili oleh ROA adalah
4.3.1 Pengaruh Variabel ROA, DER dan CR terhadap DPR secara Parsial
(Uji t)
secara parsial terhadap kebijakan dividen digunakan Uji t. Pengujian parsial atau
uji t ini digunakan untuk menguji pengaruh setiap variabel independen terhadap
variabel dependennya. Apabila nilai probabilitas f lebih kecil dari 0,05 maka
47
Tabel 4.9
1. Variabel X1 (ROA)
(DPR).
2. Variabel X2 (DER)
3. Variabel X3 (CR)
berarti tolak H1 dan terima H0, Maka ditarik kesimpulan variabel X1 tidak
48
berpengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan negatif terhadap Y (DPR).
4.4.4. Pembahasan
Hasil olah data yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
Dapat diartikan tinggi atau rendah persentase ROA suatu perusahaan tidak
biasanya dinilai oleh investor dan kreditur (Bank) untuk menilai jumlah laba
investasi yang akan diperoleh oleh investor dan besaran laba perusahaan untuk
tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat efisiensi
perusahaan.
Hasil olah data yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
49
maka akan semakin tinggi ketergantungan perusahaan terhadap kreditur. Rasio ini
akan memepengaruhi tinggi rendahnya tingkat pembagian laba yang akan diterima
oleh investor.
sendiri dalam suatu perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa
bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang
(modal asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan
Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Dividend Payout Ratio
2010-2014 menunjukkan semakin kecil rasio utang maka semakin baik. Untuk keamanan
pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal
sama. Jika dihubungkan dengan pembayaran dividen maka akan berlaku hubungan yang
berlawanan (negatif), artinya semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin kecil
pembayaran dividen dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan penjelasan di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Leverage memiliki pengaruh negatif terhadap Kebijakan
Dividen.
Hasil olah data yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
50
Likuiditas merupakan salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk
Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka
Penelitian yang sejalan dengan teori diatas adalah penelitian (Rahayu dan
Hari, 2016) dengan judul Pengaruh Current Ratio dan Quick Ratio terhadap
Terdaftar di BEI Tahun 2014 dimana hasil penelitian ini juga menunjukkan
Current Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout
51
BAB V
PENUTUP
.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
Dividen.
kebijakan dividen.
.2. Saran
Dengan hasil yang telah di bahas dan didapat diatas, ada beberapa saran
2. Dari hasil tersebut terdapat implikasi yang dapat digunakan oleh investor
52
faktor-faktor fisik laporan keuangan yang mempengaruhi pembagian
dividen. Hal ini juga dapat digunakan oleh investor sebagai bahan
Sehingga tidak terjadi kerugian yang dapat dialami seorang investor dalam
berinvestasi.
53
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, S. R., Sari, D. W., Setianto, R. H., & Primanti, M. R. (2011). Cara Cerdas
Menguasai Eviews. In Salemba Empat.
Ayu, S., Nurmalasari, D., & Yulianto, A. (2015). Analisis Pengaruh Perubahan
Arus Kas Terhadap. 4(4), 289–300.
Berry. (2016). Hubungan Kebijakan Dividen dan nilai Perusahaan pada tahap
mature dan growth. 289–300.
Fahmi, I. (2014). Konsep dan Aplikasi. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
54
Hermuningsih. (2007). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend
Payout Ratio Pada Perusahaan Yang Go Public Di Indonesia. 4(November),
47–62.
Martha. (2015). Analisis Pengaruh Current Ratio (Cr), Debt To Equity Ratio
(Der), Dan Net Profit Margin (Npm) Terhadap Dividend Payout Ratio (Dpr)
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2014. 02(01), 149–170.
Melliana, A., & Zain, I. (2013). Analisis Statistika Faktor yang Mempengaruhi
Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur
dengan Menggunakan Regresi Panel. Jurnal Sains Dan Seni POMITS.
Nyoman, N., Riastini, A., Luh, N., Sri, P., & Pradnyani, P. (2017). Pengaruh
Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Tergabung Dalam Indeks Lq45 Di Bursa Efek Indonesia. 13(1), 197–
205.
Pada, S., Manufaktur, P., Jii, T. Di, Lq45, D., Hanim, S., Dzulkirom, M., …
Malang, B. (2015). Analisis Fundamental Saham Syariah Dan Saham
Kovensional Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen. Jurnal Administrasi
Bisnis, 2(2).
55
Sartono, S., Sutrismi, S., & Wahyuandari, W. (2014). Analisis Pertumbuhan
Kewirausahaan Dan Efektifitas Kelembagaan Di Kabupaten Tulungagung.
Jurnal Bonorowo.
Warsono, W., King, D. J., & Özveren, C. S. (2007). Economic load dispatch for a
power system with renewable energy using direct search method.
Proceedings of the Universities Power Engineering Conference.
https://doi.org/10.1109/UPEC.2007.4469127
Wayan, N., & Dewi, T. (2014). Pengaruh struktur modal, likuiditas, dan
pertumbuhan terhadap kebijakan dividen di bei. 1739–1752.
56