Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang Masalah

Kebijakan dividen terhadap pendanaan perusahaan memimiliki fungsi

yang tidak dapat terpisahkan dan ini merupakan peta atau performance bagi

perusahaan, karena berdasarkan fungsinya kebijakan dividen memeiliki pengaruh

untuk mengetahui nilai perusahaan atau harga saham yang terdapat didalam pasar

modal.Seorang manager akan melakukan analisis untuk mempertanggung

jawabkan seberapa jauh pembelajaan dari suatu perusahaan untuk dapat

mentapkan kebijakan dividen(Devi & Erawati, 2014).

Dalam hal ini sebenarnya hasil operasi atas dana yang ditanamkan

perusahaan merupakan dana pemilik investor atau pemilik yang tidak dapat

dibagikan sebagai dividen. Oleh karna itu, berdasarkan peninjauan antara resiko

dan perolehan, penting untuk ditetapkan apakah lebih baik hasil operasi

tersebutdistribusikan dalam bentuk dividen atau ditanamkan ulang dalam bentuk

laba ditahan, baik yang berasal dari dana permanen sehingga perlu diperhatikan

dampak, manfaat serta pengembanganya bagi perusahaan(Pada et al., 2015).

Dalam menetapkan ukuran rasio pembayaran dividen (Dividen Payout

Ratio) manajemen keuangan terdapat tiga keputusan yang dibutuhkan yaitu,

keputusan investasi, keputusan pendanaan serta keputusan dividen.Keputusan

tersebut mempunyai maksud yang sama dalammenentukan ukuran rasio

pembayaran dividen dalam memperolehkeuntungan serta meningkatkan nilai

perusaahan. Kebijakan dividen harusterakomodasi oleh dua kepentingan antara

pendanaan perusahaan berupalaba ditahan dan kepentingan investor berupa

1
dividen yaitu laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham melalui Rapat

Umum Pemegang Saham (RSUPS) secara tunai (cash dividend) maupun berupa

dividen saham (stock dividen)(Darmadji, 2001).

Apabila ada keputusan pembayaran dividen oleh manajemen perusahaan,

maka berdampak pada kurangnya jumlah laba yang ditahan dan ketika manajemen

memutuskan untuk membayar dividen, juga mengakibatkan peningkatan

pendanaan sumber dana internal perusahaan.Hal ini yang menjadi penyebab

terjadinya perdebatan terutama pada saat kebijakandividen dihubungkan dengan

nilai perusahaan. Perusahaan membagikan dividen kepada para pemegang saham

ketika kebijakan dividen dinilai tepat sehingga meningkatkan nilai perusahaan,

karenadengan meningkatnya pembayaran dividenmaka kemakmuran pemegang

saham juga akanmeningkat.

Pembayarandividen kepada para pemegang saham tergantung pada

kebijakanmasing-masingmanajemen perusahaan. Manajemen perusahaan

harusmemperhatikankepentingan perusahaan dan kepentingan pemegang

saham,sehingga pihak manajemenperusahaan dapat mengambil keputusan

kebijakandividen yang optimal yang dapatmemaksimumkan nilai perusahaan.

Menurut(Brigham, 2001)bahwa kebijakandividen yang optimal adalahkebijakan

dividen yang bisa menciptakan keseimbanganperusahaan di antaradividen saat ini

dan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang yangbisa memaksimalkan harga

saham perusahaan. Oleh sebab itu, aspek terpentingdalam kebijakandividen ialah

menentukan alokasi laba yang proporsionalantara kewajiban pembayaran

lababerupa dividen (kepentingan investor) dankeharusan menahan laba.

2
Leverage atau rasio utang merupakan rasio yang dapat digunakan untuk

menilai perusahaan dalam menunaikan kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan

yang tidak solvabel adalah perusahaan yang memiliki total utangnya lebih besar

dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini terfokus pada sisi kewajiban

perusahaan. Rasio utang yang tinggi akanmenandakan profitabilitas meningkat, di

sisi lain utang yang tinggi juga akan meningkatkan risiko. Jika penjualan tinggi,

maka perusahaan bisa memperoleh keuntungan yang tinggi (karena hanya

membayar bunga tetap). Sebaliknya ketika penjualan menurun, perusahaan akan

mengalami kerugian yang disebabkan beban operasional dan beban bunga tetap

yang harus dibayarkan (Hanafi & Halim, 2009).

Menurut(A. Sartono, 2001)Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio

yang mengukur seberapa jauh kemampuan suatu perusahaan dibiayai oleh hutang.

Penggunaan utang sebagai sumber pendanaan akan mengakibatkan perusahaan

harus menanggung beban tetap berupa pembayaran bunga dan pokok pinjaman

semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka semakin kecil dividen yang dibagikan

kepada pemegang saham karena kewajiban membayar utang lebih diutamakan

daripada pembagian dividen.

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Bagi perusahaan, dividen

adalah arus kas keluar, dan hal tersebut mempengaruhi posisi dari kas perusahaan.

Hal tersebut mengakibatkan kesempatan perusahaan dalam melakukan investasi

menggunakan kas berkurang, karena kas perusahaan dalam bentuk dividen

dibagikan kepada para pemegang saham(Suharli, 2006). Semakin likuid sebuah

3
perusahaan, kemungkinan pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan

tersebut akan semakin besar.

Rasio Likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang

harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan

besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham(Bambang

Riyanto, 2001). Rasio yang digunakan adalah Current Ratio (CR), semakin kuat

tingkat likuiditas perusahaan semakin besar kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang memiliki Likuiditas baik,

maka kemampuan untuk membayar dividen juga baik.

Profitabilitas perusahaan merupakan metode yang dapat digunakan untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam pengembalian atas aktifitas investasi yang

diperoleh. Investor memiliki harapan pengembalian pada hasil aktifitas

operasionalsuatu perusahaan. Pengembalian itu pastinya terlihat jelasa pada

aktifitas operasionalperusahaan. Jika perusahaan terlihat memiliki keuntungan

dari tahun ketahun yang secarasignifikan tentu membuat para investor cenderung

memiliki optimisme atas pengembalian dalam bentuk dividen yang lebih besar,

sementara itu ketika perusahaantahun–tahunterakhirmengalami kerugian, maka

secara otomatis pembagian akan menurun(Arilaha, 2009). Profitabilitas

merupakan tanda kemampuan perusahaan dalam mendapatkan atau memperoleh

laba. Berdasarkan laba yang diperoleh perusahaan tersebut akan menjadi acuan

perusahaan dalam pembayaran diveden kepada para investor. Hal inilah yang

mempengaruhi besarnya tingkat pembayaran dividen kepada para pemegang

saham.

4
Rasio Profitabilitas dapat dihitung menggunakan Return on Assets (ROA).

ROA menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva

untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi ROA maka kemungkinan

pembagian dividen juga semakin banyak (Sartono, 2001)

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang perlu dijadikan

pertimbangan dalam kebijakan dividen. Perusahaan besar yang telah mapan

dengan tingkat profit dan kestabilan laba yang baik akan mudah memiliki peluang

masuk ke pasar modal. Cenderung perusahaan memiliki Dividend Payout Ratio

(DPR) yang tinggi dianggap sebagai perusahaan yang sudah mapan

dibandingkan perusahaan yang memiliki Dividen Payout Ratio (DPR) yang

rendah Perusahaan yang mapan akan lebih mudah mendapatkan akses menuju

pasar modal, sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat kemapanan yang

rendah akan sulit untuk masuk ke akses pasar modal. Perusahaan yang mudah

akses ke pasar modal cukup fleksibilitas dan memilki kemampuan untuk

memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan yang mempunyai

kemampuan yang baik tentu memiliki rasio pembayaran rasio dividen yang lebih

tinggi dibandingkan dari pada perusahaan kecil. Perolehan dana tersebut, dapat

digunakan sebagai pembayaran dividen bagi pemegang sahamnya.

Dari beberapa penelitian sebelumnya kita dapat melihat bagaimana

pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan deviden. Menurut (Siswantini,

2014)yang meneliti tentang pengaruh analisis rasio keuangan terhadap kebijakan

deviden studi kasus pada perusahaan real estate menunjukan bahwa hasil uji

hipotesis menunjukkan bahwa return on ivestamentberpengaruh positif terhadap

devidenpayout ratio pada perusahaan real estate, begitu juga dengan earning per

5
share sama – sama memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap kebijakan

deviden, sedangkan Debt to Total Asset menunjukan pengaruh negatif signifikan

terhadap deviden payout ratio.

Penelitian (Nyoman, Riastini, Luh, Sri, & Pradnyani, 2017)yang meneliti

tentang pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan deviden pada perusahaan

maufaktur yang tergabung dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia

menunjukan hasil bahwa variabel profitabilitas, likuiditas, leverage, dan aktivitas

sama – sama memiliki pengaruh positif signifikan secara simultan terhadap

kebijakan deviden.

Salah satu indeks saham terbaik yaitu indeks LQ 45 dibandingkan dengan

indeks lainnyaseperti indeks sectoral, Jakarta Islamic Indeks ataupun indeks

individual yang masing-masingdari sub indeks IHSG. Ketiga indeks saham

tersebut tidak memiliki beberapa kriteria yangdimiliki indeks LQ 45 yang

merupakan daftar 45 saham unggulan terpilih paling likuid danpaling aktif dalam

penjualan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

Perusahaan-perusahaan yangmasuk dalam indeks ini merupakan saham

pilihan yang telah diseleksi, sehingga biasanya setiapbulan Februari sampai

dengan Agustus setiap tahunnya Bursa Efek Indonesia mengeluarkandaftar LQ 45

terbaru.Saham-saham perusahaan yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ

45dipandang mencerminkan pergerakan harga saham yang paling aktif

diperdagangkan dan jugamempengaruhi keadaan pasar, terdiri dari saham-saham

dengan likuiditas dan kapitalisasi pasaryang tinggi serta memiliki prospek

pertumbuhan dan kondisi keuangan yang cukup baik.

6
Perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ 45 tidak semuanya

membagikan dividen secara terusmenerus secara tetap.Disamping itu perusahaan

yang termasuk dalam perhitungan Indeks LQ 45terdiri dari berbagai perusahaan

yang bergerak diberbagai macam sektor, sehingga diharapkandapat mewakili

perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, penulis ingin menguji

beberapa faktor yang sangat mempengaruhi perusahaan dalam mengambil

kebijakan deviden dengan judul skripsi “Pengaruh Rasio keuangan terhadap

kebijakan deviden pada perusahaan yang terdaftar di Indexs LQ45 Bursa Efek

Indonesia”

.2. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,

sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Apakah rasio likuiditas berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Pada

Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah rasio leverage berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Pada

Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Pada

Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia?

.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan di capai dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Untuk menguji pengaruh rasio likuiditas terhadap Kebijakan Dividen Pada

Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

7
2. Untuk menguji pengaruhrasio leverageterhadap Kebijakan Dividen Pada

Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

3. Untuk menguji pengaruh rasio profitabilitasterhadap Kebijakan Dividen Pada

Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

.4 ManfaatPenelitian

Mengenai manfaat yang akandiperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman peneliti agar dapat

mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikutiperkuliahan di

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi “ Keuangan, Perbankan, dan Pembangunan

“( STIE”KBP”)

2. Penelitian ini juga berguna bagi pihak investor untukmengetahui bahan

pertimbangan dalam melakukanpembelian saham perusahaan sehingga

memperoleh keuntungan.

3. Bagi kalangan akademisi penelitian ini mampumemperkaya wawasan serta

berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

.5 SistematikaPenulisan

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan.

BAB II: Landasan Teori & Hipotesis

Pada bab ini dibahas tentang landasan teori yang terdiri pembahasan teoritis, hasil

penelitian sebelumnya, kerangka pikir dan hipotesis.

BAB III :Metode Penelitian

8
Pada bab ini diuraikan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari lokasi

penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis, dan

defenisi operasional variabel.

BAB IV: Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum instansi, karakteristik responden,

analisis deskriptif variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan

hasil penelitian.

BAB V : Penutup

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran penelitian selanjutnya.

9
BAB II

LANDASAN TEORI & HIPOTESIS

.1. Kebijakan Dividen

.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Dividen dapat diartikan sebagai laba bersih yang di peroleh oleh pemegang

saham atas persetujuan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)(Senata,

2016).Adatiga syarat penting yang perlu diperhatikan dalam optimalisasi

kebijakandividen sebagai sinyal yaitu:

1. Manajemen harus selalu memiliki kebijakan yang sesuai untuk mengirim

sinyal yang jujur meski beritanya buruk.

2. Sinyal dari perusahaan yang sukses tidak dapat diakses oleh pihak

perusahaan yang tidak sukses.

3. Sinyal itu harus memiliki hubungan yang cukup dengan peristiwa yang

disebut (misalnya dividen yang tinggi saat ini akan menimbulkan arus kas

yang tinggi di masa mendatang). Tidak ada cara biaya yang relatif lebih

efektif untuk mengirim sinyal yang sama.

Kebijakan dividen tidak lepas dari nilai perusahaan. Menurut(Berry, 2016),

bahwa kebijakan dividen tidak relevan yang berarti tidak ada kebijakan dividen

yang optimal karena dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Sedangkan(Sartono, 2001),mengatakan bahwa dividen lebih kecil risikonya dari

capital gain. Dividen dan dividen yield yang lebih tinggi akan meminimumkan

biaya modal. Pengelompokan ini adalah karena dividen yang digunakan

dikenakan pajak dari capital gain, maka investor akan meminta tingkat

keuntungan yang tinggi untuk saham dengan hasil dividen yang tinggi. Kelompok

10
ini menyarankan dengan dividend payout ratio (DPR) yang lebih rendah akan

memaksimumkan nilai perusahaan.

Ada beberapa Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan, sebagai

berikut(Bambang Riyanto, 2001):

1. Kebijakan dividen stabil

Jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiaptahunnya tetap

selama jangka waktu tertentu meskipun laba per lembarsaham setiap tahunnya

berfluktuasi. Beberapa alasan yang mendorong perusahaanmenjalankan

kebijakan dividen tersebut antara lain karena :

a. Akan memberikan kesan kepada para pemodal bahwa perusahaan memiliki

prospek yang baik di masa mendatang.

b. Adanya golongan pemodal tertentu yang menginginkan kepastian dividen

yang akan dibuang.

2. Kebijakan dividen tetap dengan penetapan jumlah dividen

minimalditambahdividen ekstra.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal per lembar saham setiap

tahunnya, tapi jika terjadi peningkatan laba secara drastis ataukeadaan

keuangan yang lebih baik maka jumlah tersebut ditambah lagi dengandividen

ekstra.

3. Kebijakan dividen yang konstan

Jumlah dividen perlembar saham yang dibayarkan setiap tahun akan

berfluktuasi sesuai dengan pertumbuhan laba bersih yang diperoleh

berdasarkan perlembar saham setiap tahunnya. Hal ini berarti dividen dianggap

mempunyai isi informasisebagaiindikator prospek perusahaan (membaik atau

11
memburuk), maka perubahankebijakan dividen akan meningkatkan atau

menurunkan harga saham hanyaapabila hal tersebut ditafsirkan sebagai

terjadinya perubahan prospek perusahaan.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel

Kebijakan dividen yang fleksibel berarti besarnya dividen

perlembarsahamsetiap tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan

kebijakankeuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Suatu

Keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam setiap periodenya akan

disalurkan ke para pemegang saham dan sebagian lagi akan digunakan untuk

berinvestasi dalam bentuk yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu

manajemen harus dapat membuat keputusan tentang biaya keuntungan yang harus

dibagikan kepada para pemegang saham dan harus berjuang untuk pertumbuhan

laba perusahaan demi keberlangsungan hidup perusahaannya. Keputusan ini akan

memiliki pengaruh yang menentukan pada nilai perusahaan.

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan (Hermuningsih,

2007)meliputi:

1. Peraturan atau perundangan

2. Posisi likuiditas

3. Kebutuhan dana untuk melunasi hutang

4. Larangan dalam perjanjian hutang

5. Tingkat ekspansi perusahaan

6. Tingkat keuntunganperusahaan

7. Stabilitas perusahaan

12
8. Kemampuan memasuki pasar modal

9. Pelaku kelompok pengendali

10. Posisi pemegang sahan sebagai wajib pajak

2.1.4.3 Indikator Pengukuran Kebijakan Dividen

Terdapat dua indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kebijakan

dividen suatu perusahaan (Warsono, King, & Özveren, 2007)yaitu:

1. Dividen Payout Ratio

Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio) Rasio pembayaran

dividen (dividend payout ratio) merupakan indikator kedua yang digunakan

untuk mengukur kebijakan dividen.Dividend payout ratio merupakan rasio

hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi pemegang

saham biasa. Secara sistematis, dividen payout ratio dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Dividend payout ratio sering digunakan untuk mengestimasikan dividen yang

akan dibagikan perusahaan pada tahun berikutnya.

2. Dividend Yield

Hasil Dividen (Dividend Yield) Dividend Yield merupakan rasio yang

menghubungkan dividen yang dibayar dengan harga saham biasa perusahaan.

Secara sistematis, dividend yield dapat dirumuskan sebagai berikut:

13
Beberapa pemegang saham menggunakan dividend yield sebagai suatu

ukuran risiko dan sebagai penyaring investasi. Para pemegang saham akan

berusaha untuk menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan

nilai dividend yield yang tinggi.

.2 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas

merupakan rasio yang bertujuan memperoleh informasi terkait kemampuan

perusahaan dalam periode tertentu tentang laba serta memgambarkan tentang

tingkat efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola kegiatan operasinya.

Menurut (Munawir, 2010) “Rentabilitas atau Profitabilitas merupakan

kemampuan perusahaan untuk menunjukan atau menghasilkan laba selama

periode tertentu”. Rasio profitabilitas memberikan jawaban akhir bagi manjemen

perusahaan karena rasio profitabilitas ini memberikan gambaran mengenai

efektifitas pengelolaan perusahaan. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan

adalah Return On Assets (ROA). Return on Aset (ROA) Memperlihatkan

kekuatan perusahaan dalam mengelola aset hingga menjadi laba. Menurut

(Prastowo, 2005)“Return on Assets (ROA) bagaimana perusahaan dapat

memanfaatkan aktiva perusahaan untuk menjadi laba.”.

Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh

perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (Aktiva) yang dimilikinya. Rasio

ini dapat dibandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku. Menurut

(Widarjo, 2009) “Return on Assetsyang tinggi dapat menunjukan efesiensi

manajemen aset sebuah perusahaan, sebagaimana perusahaan dapat menggukanan

assetyang berarti perusahaan mampu menggunakan aset yang dimiliki untuk

14
menghasilkan laba dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan

tersebut”. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Return on

Assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur tingkat laba dari aset yang

digunakan. Dengan pencapaian laba yang tinggi maka investor akan tertarik untuk

menanamkan modal sehingga nilai perusahaan akan naik.

2.4.1 Indikator Pengukuran rasio profitabilitas

Adapun jenis-jenis profitabilitas dalam buku(S. Sartono, Sutrismi, &

Wahyuandari, 2014) sebagai berikut:

1. Return On Assets

Return On Assetmenunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari

aktiva yang dipergunakan, dengan rumus sebagai berikut;

2. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba melalui persentase laba kotor dari penjualan perusahaan,

dengan rumus sebagai berikut;

3. Net Profit Margin

Net Profit Margindigunakan untuk mengetahui laba bersih dari penjualan

setelah dikurangi pajak, dengan rumus sebagai berikut;

15
4. Profit Margin

Profit Margindigunakan untuk menghitung laba sebelum pajak dibagi total

penjualan, dengan rumus sebagai berikut;

5. Return On Equity

Return On Equitymengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang

tersedia bagi pemegang saham perusahaan, dengan rumus sebagai berikut;

2.2.3 Rasio Solvabilitas (Rasio Leverage)

Menurut (Kasmir, 2015)“Solvabilitas adalah rasio yang mengukur sejauh

mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang”. Sedangkan menurut(Munawir,

2010), menyatakan bahwa rasio solvabilitas “Menunjukkan bagaimana

perusahaan mampu dalam mencukupi kewajiban keuangan jangka panjang dan

jangka pendek perusahaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio solvabilitas

adalah rasio yang digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuanya dalam

memenuhi keuangannya, apabila perusahaan memiliki kewajiban jangka pendek

maupun kewajiban jangka panjangnya.

.3.1 Indikator Pengukuran rasio solvabilitas

1. Debt to Equity Ratio (Rasio Utang terhadap Ekuitas)

Rasio ini memaparkan porsi yang relatif antara ekuitas dan utang yang

dipakai untuk membiayai aset perusahaan.Debt to Equity Ratio (DER)

16
membandingkan antara total kewajiban (liabilities) dengan ekuitas (equity)

(Munawir, 2010). Utang tidak boleh lebih besar dari modal supaya beban

perusahaan tidak bertambah.Tingkat rasio yang rendah berarti kondisi

perusahaan semakin baik karena porsi utang terhadap modal semakin kecil.

Rasio ini memperlihatkan bahwa dana pinjaman yang segera jatuh tempo

akan ditagih dibandingkan modal yang dimiliki. Perhitungan rasio ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar bagian dari modal

(termasuk pengertian modal dan jenis jenis modal yang menjadi jaminan

utang lancar.Semakin kecil rasio ini berarti kondisi perusahaan semakin baik

karena modal untuk menjamin utang lancar masih cukup (besar). Batas

terendah dari rasio ini adalah 100% atau 1 : 1. Rumus Debt to Equity Ratio

(DER)(Munawir, 2010) sebagai berikut.

X 100%

2. Debt Ratio (Rasio Utang)

Debt Ratio atau Rasio Utang menilai seberapa besar perusahaan

berpatokan pada utang untuk membiayai asetnya. Rasio ini membandingkan

total utang (total liabilities) dengan total aset yang dimiliki. Aset dan ekuitas

itu berbeda sehingga harus mengetahui terlebih dahulu tentang asset dan

ekuitas. Aset merupakan sumber daya yang diperoleh dari transaksi atau

kegiatan lain di masa lalu sehingga menjadi milik perusahaan. Sedangkan

ekuitas merupakan hak residual atas asset perusahaan setelah pengurangan

seluruh liabilitas sesuai hakikat akuntansi.

17
Rasio ini juga memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh pinjaman baru sebagai tambahan modal dengan jaminan aktiva

tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Jika tingkat rasio ini  semakin tinggi

maka jaminan berupa asset yang ada dan uang yang diberikan oleh kreditor

dalam jangka panjang semakin terjamin. Besaran presentasi rasio  ini minimu

100% atau 1 : 1 artinya Rp 1 utang jangka  panjang bisa dijamin oleh Rp 1

aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.

Utang yang dihitung dalam hal ini adalah semua utang perusahaan baik

jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditor biasanya lebih memilih debt

ratio yang rendah karena kondisi perusahaan aman (tidak akan bangkrut).

Tingkat rasio yang rendah maka kondisi perusahaan semakin aman

(solvable).  Berikut ini rumus rasio utang (debt ratio).

3. Times Interest Earned Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi beban

bunga pada masa yang akan datang. Times Interest Earned Ratio disebut juga

Interest Coverage Ratio.Rasio ini membandingkan laba sebelum pajak dan

bunga terhadap Biaya Bunga yang sesuai dengan prinsip prinsip

akuntansi.Berikut ini rumus Times Interest Earned Ratio.

18
.4 Rasio Likuiditas

.4.1 Pengertian Likuiditas

Likuiditasmerupakan informasi terkait kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajibanya untuk membayar hutang jang pendek. Likuiditas suatu

perusahaan bergantung pada kemampuan untuk memodifikasi aktiva non kas

menjadi kas. Menurut para ahli rasio ini terdiri dari rasio lancar (current ratio)

dan rasio cepat (quick ratio).(Kasmir, 2008), menerangkan “Rasio likuiditas alat

untuk mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau

diubah menjadi kas untuk pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya

yang sudah jatuh tempo”. Likuiditas perusahaan yang tinggi, maka akan dinilai

tinggi pula nilai suatu perusahaan. Aritnya likuiditas dapat berpengaruh positif

pada nilai perusahaan.

Masalah Likuiditas berhubungan langsung dengan masalah kemampuan

perusahaan untuk menunaikan kewajiban finansialnya yang mesti segera

dipenuhinya. Likuiditas perusahaan memperlihatkan kemampuan perusahaan

untuk membayar kewajiban jangka pendek secara tepat waktu. Likuiditas

perusahaan akan terlihat dari besar kecil aktiva lancar yang menjadi kas yang

meliputi kas, surat berharga dan persediaan. Likuiditas perusahaan ditunjukkan

oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi

kas yang meliputi kas, surat berharga, dan persediaan. Menurut (Kasmi, 2013)ada

bebara faktor yang menyebabkan perusahaan tidak memiliki kemampuan dalam

membayar kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo diantaranyayaitu:

1. Bisa disebabkan perusahaan tidak memilki dana atau failid

19
2. Bisa juga perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan

tidak memiliki dana cukup secara tunai sehingga harus menunggu dalam

waktu tertentu, untuk mencairkan aset lainnya seperti menagih piutang,

menjual surat-surat berharga, atau menjual sediaan atau aset lainnya).

Likuiditas penting bagi suatu perusahaan karna berkaitan dengan bagaimana

cara mengubah aset menjadi kas. Menurut (Brigham, 2010)yang diterjemahkan

oleh Yulianto rasiolikuiditas adalah: “Rasio yang menunjukkan hubungan antara

kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya”. (Hanafi &

Halim, 2009)mendefinisikan rasio likuiditas adalah: “Rasio yang mengukur

kemampuan likuiditas perusahaandengan melihat aktiva lancar

perusahaanterhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban

perusahaan)”.

Sedangkan rasio likuiditas (liquidity ratio) menurut (Fahmi, 2014)adalah:

“kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara

tepat waktu”. Selain itu, menurut(R. Sartono, 2010) rasio likuiditas merupakan:

“Rasio yang bertujuan menunjukkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban

finansial jangka pendek tepat pada waktunya, likuiditas perusahaan ditunjukkan

oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi

kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan”.

Pengertian likuiditas menurut (Kasmi, 2013)adalah: “rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka

pendek. Artinya ketika perusahaan memiliki hutang yang jatuh tempo, maka

perusahaan dapat memenuhi hutang tersebut”.(Kasmi, 2013) menyebutkan rasio

likuiditas, “mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan

20
atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh

kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”.

Rasio likuiditas sering disebut dengan nama rasio modal kerja, rasio yang

dimanfaatkan untuk mengetahui seberapa likuidnya suatu perusahaan. Cara yang

dapat digunakan untuk membandingkan adalah dengan komponen neraca, yaitu

total aktiva lancar dengan total pasiva lancar”. Berdasarkan pengertian-pengertian

tersebut diatas, sampai pada pemahaman penulis bahwa likuiditas perusahaan

dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar, yaitu aset yang mudah untuk

diubah menjadi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Tingkat likuiditas yang

tinggi pada sebuah perusahaan menunjukkan bahwa peusahaan tersebut dapat

memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik, sedangkan tingkat likuiditas

yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban

jangka pendeknya dengan baik.

.4.2 Tujuan dan Manfaat Likuiditas

Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak tujuan dan manfaat

bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling

berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan untuk

menilai kinerja perusahaannya. Ada pihak luar perusahaan juga yang memiliki

kepentingan, seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya

perbankan atau juga distributor maupun supplier.

Oleh karena itu, perhitungan rasio likuidtas tidak hanya berguna bagi

perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dan

manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas menurut (Kasmi, 2013) :

21
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang

yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk

membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas

waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu);

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya, jumlah

kewajiban yang berumur satu tahun atau sama dengan satu tahun,

dibandingkan dengan aktiva lancar;

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.

Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap

likuiditasnya lebih rendah;

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada

dengan modal kerja perusahaan;

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar

utang. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa rasio likuiditas

dapat menjadi alat perencanaan ke depan yang berhubungan dengan

perencanaan kas dan utang.

Perusahaan dapat mengukur kemampuannya dalam memenuhi kewajiban

jangka pendek yang segera jatuh tempo dengan mengukur jumlah uang kas yang

tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut.

.4.3 Indikator Pengukuran Rasio Likuiditas

Berdasarkan pendapat di atas maka Likuiditas adalah rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

22
pendekkepada kreditur yang harus segera dipenuhi. Dalam penelitian ini, penilain

terhadap rasio Likuiditas didasarkan pada tiga rasio, yaitu:

1. Current Ratio

Current Ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan utang

lancar.Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar (yang dapat

segera dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang. Secara sistematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Secara kasar dapatlah dikatakan bahwa bagi perusahaan yang bukan kredit,

Current Ratio kurang dari 200% dinyatakan kurang baik, pedoman ini ini

hanya didasarkan pada prinsip hati-hati(Mahmudah & LS, 2017).

2. Quick Ratio

Quick Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dikurang persediaan

dengan utang lancar. Apabila menggunakan Quick Ratio untuk menentukan

tingkat Likuiditas, maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa suatu

perusahaan yang mempunyai Quick Ratio kurang dari 1:1 atau 100%

dianggap kurang baik tingkat Likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

3. Cash Ratio

Cash Ratio adalah merupakan perbandingan antara kas atau setara kas dengan

utang lancar.Rasio ini menujukkan sebarapa besar kemampuan perusahaan

23
melunasi utang lancarnya dengan menggunakan kas atau setara dengan kas

yang dimilikinya. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rata-rata industri untuk Cash Ratio adalah 50%, apabila Cash Ratio kurang

dari rata-rata industri kondisi perusahaan kurang baik karena untuk membayar

kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva

lancar lainnya.

.5 Hubungan Antara Variabel, Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage, Rasio

Likuiditas dengan Kebijakan Dividen

.5.1 Rasio Profitabilitas & Kebijakan Dividen

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba secara relative,(Martha, 2015). Relatif disini artinya laba tidak

diukur dari besarnya secara mutlak tetapi diperbandingkan dengan unsur-unsur

atau tolak ukur lainnya.Tolak ukur yang dipakai biasanya Pendapatan, Dana dan

Modal. Dalam penelitian ini, profitabilitas diwakili oleh Return On Asset (ROA)

Kebijakan dividen menjadi suatu pertimbangan yang dilematis karena

terdapat adanya konflik kepentingan.Pihak manajemen umumnya menahan kas

untuk berinvestasi agar dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Di pihak

lain, pemegang saham menginginkan dividen yang besar atas kepemilikan

sahamnya. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan serta jenis kebijakan dividen

yang diterapkan akan menentukan jumlah dividen yang nantinya akan dibayarkan

kepada pemegang saham(Devi dan Suardikha, 2014).

24
Rasio-rasio profitabilitas diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan

biasanya dinilai oleh investor dan kreditur (bank) untuk menilai jumlah laba

investasi yang akan diperoleh oleh investor dan besaran laba perusahaan untuk

menilai kemampuan perusahaan membayar utang kepada kreditur berdasarkan

tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat efisiensi

perusahaan.

Efektivitas dan efisiensi manajemen bisa dilihat dari laba yang dihasilkan

terhadap penjualan dan investasi perusahaan yang dilihat dari unsur unsur laporan

keuangan.Semakin tinggi nilai rasio maka kondisi perusahaan semakin baik

berdasarkan rasio profitabilitas.Nilai yang tinggi melambangkan tingkat laba dan

efisiensi perusahaan tinggi yang bisa dilihat dari tingkat pendapatan dan arus

kas.Rasio-rasio profitabilitas memaparkan informasi yang pentingkan daripada

rasio periode sebelumnya.

Berhubungan dengan pendapat diatas penelitian (Wahyuni, 2015) tentang

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Besarnya Dividen yang Dibagikan Kepada

Pemegang Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat Di BEI. Variabel

yang digunakan yakni Profitabilitas dan Likuiditas dengan besaran divieden

menjadi variabel dependenya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI (periode 2010-2014) sebanyak 14

perusahaan manufaktur yang diambil secara purposive sampling dan data yang

dikumpulkan secara time series, dengan total sampel sebanyak 70 perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya dividen.Pada variabel

likuiditas, menunjukkan bahwa secara parsial variabel likuiditas berpengaruh

25
positif dan signifikan terhadap besarnya dividen.Secara simultan profitabilitas dan

likuiditas berpengaruh terhadap besarnya dividen.

Sedangkan penelitian yangdilakukan oleh (Ikbal. M, 2011)tentang

profitabilitas dan kepemilikan insider terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan

utang dan kebijakan deviden sebagai variabel intervening. Variabel independen

yang digunakan yakni profitabilitas dan kepemilikan insider, dengan kebijakan

utang dan kebijakan deviden sebagai variabel intervening.

Sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan.Sampel

perusahaan yang digunakan yakni perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2005-2008.Hasil dari penelitian dengan menggunakan alat analisis path

analysis ini menunjukkan bahwa Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan utang

perusahaan bernilai negatif, kepemilikan insider berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan utang.

Demikian pula profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen.Kepemilikan insider berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan

dividen. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan, hal yang sama juga terjadi pada variabel kepemilikan insider yang

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara itu kebijakan utang

berpengaruh secara negatif terhadap nilai perusahaan. Kemudian pengaruh

kebijakan dividen tidak signifikan terhadap nilai perusahaan

H1 : Diduga Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan

Dividen

26
.5.2 Pengaruh Dividen Earning Rasio (DER) terhadap Dividen Payout

Rasio (DPR)

Leverage merupakan perimbangan penggunaan hutang dengan modal

sendiri dalam suatu perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa

bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang

(modal asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan

perusahaan,(Martha, 2015). Dalam hal ini Leverage menggunakan rasio Debt to

Equity Ratio (DER) sebagai alat ukur.

Rasio utang berupa Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan penggunaan dana

perusahaan dengan mengeluarkan beban tetap yang ditunjukkan oleh perimbangan

penggunaan hutang dengan beberapa bagian modal sendiri. Semakin besar rasio ini

menunjukkan semakin besar kewajibannya dan semakin rendah rasio ini akan

menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutangnya.

Peningkatan hutang akan memepengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagai

pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin rendah

kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Semakin besar rasio ini menujukkan

semakin besar pula tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur)

dan semakin besar pula beban biaya hutang yang harus dibayar perusahaan. Semakin

meningkat rasio ini maka hal tersebut berdampak pada menurunnya profit yang diperoleh

perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Peningkatan

hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi

pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih

tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah.

Penelitian (Martha, 2015) pada analisis pengaruhCurrent Ratio (CR), Debt to

Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR)pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-

27
2014 menunjukkan semakin kecil rasio utang maka semakin baik. Untuk keamanan pihak

luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama.

Jika dihubungkan dengan pembayaran dividen maka akan berlaku hubungan yang

berlawanan (negatif), artinya semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin kecil

pembayaran dividen dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan penjelasan di atas maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa Leverage memiliki pengaruh negatif terhadap Kebijakan

Dividen

H2 :Diduga Leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen.

.5.3 Pengaruh Curent Rasio(CR) terhadap Dividen Payout Rasio (DPR)

Likuiditas merupakan salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka

pendek yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Makin kuat posisi

likuiditas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu

mendatang, maka makin tinggi divident payout rationya(Martha, 2015).Adanya

pengumuman yang menyatakan bahwa tingkat likuiditas (current ratio) suatu

perusahaan yang tinggi akan memberikan gambaran atau sinyal kepada para

investor bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka pendek maka dengan kemampuan tersebut akan

menarik investor untuk mendapatkan divieden. Variabel likuiditas yang digunakan

adalah Current Ratio sebagai rasio untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Penelitian yang sejalan dengan teori diatas adalah penelitian (Wayan &

Dewi, 2014)serta(Adnyana, 2014)mereka menyatakan hal serupa dari penjelasan

diatas dimana tingkat likuiditas mempunyai pengaruh yang positif terhadap

28
pembayaran dividennya, semakin besar tingkat likuiditasnya maka semakin besar

pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

H3 : Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

.5.4 Kerangka Konseptual

Likuiditas
(X1) H1

H1

Leverage Kebijakan
H2 Dividen
(X2)
(Y)

Profitabilitas
(X3) H3

29
BAB III

METODE PENELITIAN

.1 Jenis Penelitian

Jenis dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuantitatif.

Penelitian kuantitatif ialah penelitian yang didasari oleh falsafah positivisme yaitu

ilmu yang berlaku, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati, terukur,

menggunakan logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-

rata(Sedarmayanti & Elianie, 2015). Penelitian ini menggunakan penelitian

kuantitatif, karena penelitian ini bersifat umum yang menggunakan indeks LQ 45

di BEI dan hasil dalam bentuk angka-angka.

.2 PopulasidanSampel

.2.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang sahamnya tercatat

dalam indeks LQ-45 pada Bursa Efek Indonesia dengan kurun waktu tahun 2013 -

2017.

.2.2 Sampel

Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive

sampling dengan kriteria pemilihan sampel sebagai berikut :

a. Perusahaan tersebut masuk dalam indeks LQ45 selama periode

penelitian (2013-2017)

b. Perusahaan tersebut

menerbitkanlaporankeuangantahunansecaraberturut-

turutselamaperiodepenelitiandandapatdiaksesolehpublik.

30
c. Perusahaan yang tidak tetap tercat pada Indeks LQ45 tidak akan

dimasukan dalam penelitian

Dari proses pemilihan sampel ada banyak perusahaan yang memenuhi

kriteria tersebut. Berikut disajikan perhitungan mengenai jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1
Pemilihan sampel
Keterangan Jumlah
Perusahaan saham LQ45 yang terdaftar pada bursa efek
45
indonesia akhir periode observasi yaitu tahun 2017
Perusahaan yang tidak tetap tercatat pada indeks LQ45
(21)
selama kurun waktu 2013-2017
Perusahaan yang tidak menyedia data keuangan sesuai
(8)
variable yang diuji yaitu ROA, DER, CR dan DPR
Jumlah sampel penelitian 8
Jumlah observasi 8x5=40

.3 Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data kuantitatif yang

diambil dari data perusahaan yang tercatat pada Indeks LQ 45 yang terdaftar pada

BEI periode 2013-2017.Sumber data yang digunakan untuk melakukan penelitian

ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung yaitu data yang telah dikumpulkan dan diolah pihak lain. Data yang

digunakan adalah data yang dikumpulkan dari Journal, data Bursa Efek

Indonesia, buku bacaan, website serta sumber data informasi lain yang diutuhkan

untuk penelitian.

.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu

dengan mencatat dan mengumpulkan data yang tercantum pada Bursa Efek

31
Indonesia yang diakses melalui situs resmi www.idx.co.id yang berupa laporan

keuangan perusahaan yang tercatat pada indeks LQ 45. Data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan tahunan dari setiap perusahaan yang

merupakan sampel penelitian tahun 2013-2017dan harga saham. Data yang

dibutuhkandalampenelitianadalah:

1. Neraca,

2. Catatanataslaporankeuangan,

3. Jumlah saham,

4. Harga pasar saham.

3.5. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian dan definisi operasional yang digunakan dalam

penelitian yang dibuat adalah :

3.5.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika

dihubungkan dengan variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel

yang nilainya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan

oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kebijakan dividen.

3.5.2 Variabel Independen (X)

Variabel Independen adalah tipe variabel stimulus atau variabel yang

mempengaruhi variabel lainnya. Variabel independen merupakan variabel yang

variabelnya diukur, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan dengan

suatu gejala yang diobservasi.

32
Berikut ini adalah defenisi operasional varibel penelitian.

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Pengukuran Sumber


DPR adalah
Persentase laba yang Dividen per share
dibagikan DPR=
dalam
Kebijakan Earning per s h are (Sartono,
bentuk dividen
Dividen
dengan total laba (2008)
(Y)
yang tersedia bagi Dividend Yield= dividen per lembar saham
pemegang saham harga per lembar saham
Profitabilit Return On
as (X1) Assetmerupakan rasio Laba bersih
profitabilitas untukReturn On Asset=
Total Aset
menilai persentase
keuntungan (laba)
yang diperoleh penjualan−harga pokok penjualan
GPM=
perusahaan terkait penjualan
sumber daya atau
(Munawi
total asset sehingga Laba setelah pajak
efisiensi NPM= suatu
penjualan r, (2010)
perusahaan dalam
mengelola asetnya
Laba sebelum pajak
Profit margin=
penjualan

laba setelah pajak


ROI=
total aktiva
Leverage Merupakanalat untuk
(X2) mengukur Total Utang
kemampuan Debt ¿ Equity Ratio=
Total Ekuitas
perusahaan untuk
memenuhi kewajiban (Munawi
keuangan jangka Total utang
Rasio utang= r (2010)
pendek maupun Total Aset
jangka panjang
Laba sebelum Pajak dan bunga
TIE Ratio=
Beban Bunga
Likuiditas Current Ratio
(X3) merupakan rasio Aktiva Lancar
untuk Current Ratio=
Utang Lancar
mengukurkemampua
n perusahaan
membayar Aktiva lancar – persediaan(Kasmir,
Quick Ratio=
kewajibanjangka utang lancar (2014)
pendek atau utang
yang segera jatuh Ca s h∨cas h equivalent
tempo pada saatCas h Ratio=
ditagih secara current liabilities
keseluruhan.

33
3.6. Teknik Analisa Data

3.6.1 Deskriptif Statistik

Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan dengan uji statistik umum

yang berupa uji statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif untuk memberikan

deskripsi atau data yang diambil dari minimum, maksimum, rata-rata (rata-rata),

dan standar deviasi (standar deviasi) dari data yang telah diperoleh peneliti (Ayu,

dkk, 2015).

3.6.2 Uji Normalitas

Untuk memastikan data yang akan diolah diatara variable penganggu

memiliki residual normal maka diperlukan uni normalitas(Ghozali, 2005) uji

mormalitas sangat diperlukan untuk melihat melihat mormalitas error pada

statistik parametrik. Agar data yang digunakan tidak terjadi bias maka data yang

diperlukan harus berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji yang digunakan

adalah Jarque-Bera (JB) dengan criteria pengujian adalah ;

H0 ditolak dan H1 diterima jika Value < ɑ 5 %

H0 diterima dan H1 ditolak jika Value > ɑ 5 %

3.6.3 Uji Kelayakan Data Panel

3.6.3.1 Common Effect Model

Metode Common Effect Model menggabungkan seluruh data tanpa

memperdulikan waktu dan tempat pengambilan data.Common Effect Model

(CEM) merupakan pendekatan yang paling sederhana dan mengasumsikan bahwa

intersep masing-masing variabel adalah sama, begitu juga dengan slope koefisien

34
untuk semua unit time series dan cross section (Ajija, Sari, Setianto, & Primanti,

2011).

3.6.3.2 Fixed Effect Model

Metode Fixed Effect dimana metode yang menggunakan Variabel dummy

untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan bahwa

koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu, namun

intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant).

Namun metode ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan

(degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter(Ajija et

al., 2011).

3.6.3.3 Random Effect Model

Metode Random EffectModel  yakni dengan menambahkan variabel

gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan antar

waktu. Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator

yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least

Square (GLS) (Ajija et al., 2011).

3.6.4 Uji Lanjut

3.6.4.1 Uji Chow

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih antara metode

FEM atau CEM, dengan hipotesis:

H1; minimal ada satua iyang berbeda ; I;2,..n

Dengan statistik uji ;

35
Pengambilan keputusan untuk uji chow ini yaitu tolak H0 apabila

Fhitung>Ftabel, artinya digunakan FEM untuk mengestimasi persamaan regresi.

Apabila pada pengujian Chow didapatkan kesimpulan model yang sesuai adalah

FEM, maka langkah berikutnya dilakukan uji Hausman, namun jika dalam

kesimpulan diperoleh CEM yang terbaik maka hanya perlu melakukan uji asumsi

klasik dan uji signifikan model(Melliana & Zain, 2013).

3.6.4.2 Uji Housmann

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek random didalam

data panel sekaligus untuk mengguji model mana yang lebih baik digunakan

antara FEM atau REM, dengan hipotesis sebagai berikut:

Dengan statistik uji yaitu :

3.6.5 Analisis Regresi Data Panel

Analisis regresi merupakan suatu metode statistik yang digunakan untuk

melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Regresi data

panel merupakan gabungan dari data time series dan data cross section(Gujarati,

2009).

Keunggulan regresi data panel yaitu Panel data mampu memperhitungkan

heterogenitas individu secara ekspilisit dengan mengizinkan variabel spesifik

36
individu, kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data

panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih

kompleks dan data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang

berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan

sebagai study of dynamic adjustment(Ajija et al., 2011).

Model persamaan data panel yang merupakan gabungan dari data cross

section dan data time series adalah sebagai berikut:

Y it =α+ β 1 X 1it + β 2 X 2it + β 2 X 3it +e . . . . . . . . . .

Ket :

a = Konstanta persamaan regresi

β , β 1 , β 2, β 3= Koefisien regresi

Y it =¿Variabel Terikat

X it =¿Variabel bebas

i = Etensitas ke- i

t = Periode ke- t

e = Faktor gangguan (eror)

3.6.6 Uji Hipotesis (t-test)

Pengujian parsial atau uji t ini digunakan untuk menguji pengaruh setiap

variabel independen terhadap variabel dependennya.Apabila nilai probabilitas

lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya signifikan berarti terdapat pengaruh dari

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Kriteria

penarikan kesimpulan dari uji statistik t adalah sebagai berikut :

Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan nilai signifikansi t

pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini menggunakan tingkat α sebesar

37
5% ). Analisis didasarkan pada perbandingan antara signifikan t dengan nilai

signifikansi 0,05, dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :

a. Jika probabilitas f < 0,05, maka Ha diterima, Ho ditolak

b. Jika probabilitas f> 0,05,maka Ha ditolak, Ho diterima

38
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Data

4.1.1. Statistik Deskriptif

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data panel,

yakni gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang

(crosssection). Data runtut waktu (time series) diambil dari laporan keuangan

tahunan perusahaan periode 2013-2017.Data silang (cross section) meliputi

perusahaan yang tercatat pada LQ 45.Berdasarkan ketersediaan data dari laporan

perusahaan lq 45 tersebut sebanyak 40 data maka data tersebut dianggap telah

representatif. Dibawah ini adalah deskripsi data yang digunakan dalam penelitiaan

ini yang telah diolah dengan menggunakan eviews

Tabel 4.1
Statistik Deskriptif

ROA DER CR DPR


 Mean  5.383700  3.738500  25.63125  33.77500
 Median  4.095500  3.985000  4.145000  30.00000
 Maximum  14.13000  7.210000  183.8400  46.00000
 Minimum  1.955000  0.350000  0.780000  12.00000
 Std. Dev.  2.765927  2.509082  41.92037  9.672821
 Skewness  1.357217 -0.068178  1.968701 -0.167666
 Kurtosis  4.582005  1.330846  6.587733  2.013171

 Jarque-Bera  16.45149  4.674444  47.29161  1.810464


 Probability  0.000268  0.096596  0.000000  0.404448

 Sum  215.3480  149.5400  1025.250  1351.000


 Sum Sq. Dev.  298.3637  245.5241  68535.38  3648.975

 Observations  40  40  40  40

Sumber: Hasil Olah Data Eiews 8

39
Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data pada penelitian ini

adalah 40 yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang tercatat

pada LQ 45 tahun 2013-2017.

Variabel Profitabilitas diukur dengan ROA (Return On Asset) menunjukan

hasil rata – rata sebesar  5.383700 dan besarnya penyimpangan (Standar

Deviation) sebesar 2.765927. Untuk nilai terendah pada variabel ini adalah

sebesar  1.955000. Perusahaan yang memiliki angka terendah adalah peusahaan

PT. Bank Mandiri (BMRI) pada tahun 2016. Sedangkan untuk nilai tertinggi

(Max) adalah  14.13000. Nilai tertinggi diperoleh dari Astra Argo Lestari (AALI)

tahun 2014.

Variabel leverage diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) menunjukan

hasil hasil rata-rata sebesar 3.738500 dan besarnya penyimpangan (Standar

Deviation) sebesar 2.509082. Untuk nilai terendah pada variabel ini adalah sebesar

0.350000, perusahaan yang memiliki angka terendah tersebut adalah Astra Agro

Lestari In Brief (AALI) tahun 2017. Sedangkan untuk nilai tertinggi (Max) adalah

7.210000, nilai tertinggi diperoleh dari perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

tahun 2014.

Data dari variabel likuiditas yang diukur denganCurrent Ratio (CR)

menunjukkan hasil rata-rata sebesar 25.63125, nilai terendah (Min) variabel ini

adalah 0.780000, perusahaan yang memiliki angka terendah tersebut adalah Bank

Rakyat Indonesia (BBRI) tahun 2013. Sedangkan untuk nilai tertinggi (Max)

adalah 183.8400, nilai tertinggi diproleh dari perusahaanAstra Agro Lestari in

Brief (AALI) tahun 2017. Untuk besarnya penyimpangan (Standar Deviation)

pada variabel ini adalah sebesar 41.92037.

40
Data dari variabel kebijkan dividen yang diukur dengan DPR

menunjukkan hasil rata-rata sebesar  33.77500, nilai terendah (Min) variabel ini

adalah 12.00000. Perusahaan yang memiliki angka terendah adalahpe rusahaan

Alam Sutera Reyalty Tbk (ASRI) tahun 2014.Sedangkan untuk nilai tertinggi

(Max) adalah 46.00000,nilai tertinggi diproleh dari perusahaan Astra Internasional

Tbk pada tahun 2014 dan 2015.Untuk besarnya penyimpangan (Standar

Deviation) pada variabel ini adalah sebesar  9.672821.

4.1.2. Uji Normalitas

Uji normalitas tes dilakukan untuk tujuan melihat apakah data yang

digunakan memiliki distribusi normal atau tidak, data dapat dikatakan baik bila

mendekati normal. Untuk melihat residual terdistrubusi normal atau tidak dapat

dilihat dengan uji Jarqua-Bera berikut ini ;

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
14
Series: Standardized Residuals
12 Sample 2013 2017
Observations 40
10
Mean -1.07e-15
Median 0.977701
8
Maximum 16.55540
Minimum -16.95448
6
Std. Dev. 6.955991
Skewness -0.043284
4
Kurtosis 4.008470

2 Jarque-Bera 1.707510
Probability 0.425813
0
-15 -10 -5 0 5 10 15

Berdasarkan hasil uji yang dialakukan diperoleh harsil uji Jargue-Bera

sebesar 1.707510 dengan nilai Probability 0.425813 atau 42.58 % yang berarti

besar dari ɑ = 0.05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa residual didistribusikan

normal.

41
4.1.3 Uji Kelayakan Data Panel

Regresi data panel memiliki gabungan karakteristik yaitu data yang

terdiriatas beberapa objek dan meliputi waktu. Data semacam ini memiliki

keunggulan terutama karena bersifat robust (kuat) terhadap beberapa tipe

pelanggaran yakni heterokedastisitas dan normalitas. Regresi data panel dapat

dilakukan dengan tiga model yaitu pooled, fixed effect dan random effect. Masing-

masing model memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan

model tergantung pada asumsi yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-syarat

pengolahan data statistik yang benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan

secara statistik. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah

memilih model dari ketiga yang tersedia. Data panel yang telah dikumpulkan,

diregresikan dengan menggunakan metode pooled yang hasilnya dapat dilihat

pada tabel 4.2 sedangkan untuk hasil regresi dengan model fixed effect dapat

dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3
Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Common Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 07/01/19 Time: 05:23
Sample: 2013 2017
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  
C 43.45776 5.700232 7.623858 0.0000
X1 0.411385 0.609571 0.674876 0.5041
X2 -2.551260 0.700035 -3.644477 0.0008
X3 -0.092061 0.030222 -3.046174 0.0043
R-squared 0.482856    Mean dependent var 33.77500
Adjusted R-squared 0.439760    S.D. dependent var 9.672821
S.E. of regression 7.240025    Akaike info criterion 6.891766
Sum squared resid 1887.046    Schwarz criterion 7.060654
Log likelihood -133.8353    Hannan-Quinn criter. 6.952830
F-statistic 11.20436    Durbin-Watson stat 0.948286
Prob(F-statistic) 0.000024

Sumber: Hasil Olah Data Eiews 8

42
Metode Common-Constant (The Pooled OLS Method) dapat dilihat pada

tabel diatas, ada dua variabel dengan test individual (t-test probability) tidak

signifikan dengan α= 5% dan nilai adjusted R² sebesar 0.482856 dengan nilai

yang rendah, pada Durbin-Watson test-nya yaitu sebesar 0.948286. Sehingga

metode pooled regression atau Metode Common Effect Model ini belum dapat

menangkap gambaran yang sebenarnya atas hubungan yang terjadi antara

variabel bebas dengan variabel terikatnya, begitu juga dengan hubungan diantara

tiap individu cross section. Maka perlu membandingkan hasil data yang diolah

dengan menggunakan metode Fixed Effect Model.

Tabel 4.4
Hasil Regresi Data Panel MenggunaanFixed effect Model

Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 07/01/19 Time: 05:27
Sample: 2013 2017
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 46.85106 7.496548 6.249685 0.0000


X1 0.078033 0.527463 0.147940 0.8834
X2 -3.571494 1.674997 -2.132239 0.0416
X3 -0.005624 0.046788 -0.120192 0.9052

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.787099    Mean dependent var 33.77500


Adjusted R-squared 0.713684    S.D. dependent var 9.672821
S.E. of regression 5.175779    Akaike info criterion 6.354273
Sum squared resid 776.8719    Schwarz criterion 6.818715
Log likelihood -116.0855    Hannan-Quinn criter. 6.522201
F-statistic 10.72133    Durbin-Watson stat 1.852625
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil Olah Data Eiews 8

43
Dari hasil regresi diatas dapat dilihat bahwa dari probabilitas tiap individu

yang menunjukkan terdapat satu variabel yang signifikan yaitu X2 sedangkan

untuk variable X1 dan X3 tidak signifikan.R-squared menunjukkan hasil yang

cukup tinggi yaitu sebesar 0.787099. Sedangkan untuk nilai probabilitas F-

statistik sebesar 0,0000 yang memberikan arti bahwa model merupakan dengan

signifikan yang tinggi.

Setelah hasil dari model common effect dan fixed effect diperoleh maka

selanjutnya dilakukan uji chow. Pengujian tersebut dibutuhkan untuk memilih

model yang paling tepat diantara model common effect dan fixedeffect. Hasil dari

uji chow dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.5
Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic   d.f.  Prob. 

Cross-section F 5.920274 (7,29) 0.0002


Cross-section Chi-square 35.499708 7 0.0000

Sumber: Hasil Olah Data Eiews 8

Hasil dari uji chow pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai probabilitas

cross section adalah 0,0002 atau < 0,05, maka H0 ditolak. Oleh karena itu model

yang dipilih adalah fixed effect. Selanjutnya kita akan melakukan regresi dengan

model random effect, untuk menentukan model mana yang tepat. Hasil regresi

dengan menggunakan model random effect dapat dilihat pada tabel 4.5.

44
Tabel 4.6
Hasil Regresi Data Panel MenggunakanRandom effect Model

Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/01/19 Time: 05:30
Sample: 2013 2017
Periods included: 5
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 40
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 45.42123 5.798458 7.833329 0.0000


X1 -0.009254 0.494041 -0.018732 0.9852
X2 -2.787874 0.880427 -3.166502 0.0031
X3 -0.045801 0.037021 -1.237170 0.2240

Effects Specification
S.D.   Rho  

Cross-section random 5.404641 0.5216


Idiosyncratic random 5.175779 0.4784

Weighted Statistics

R-squared 0.248167    Mean dependent var 13.29688


Adjusted R-squared 0.185514    S.D. dependent var 5.834074
S.E. of regression 5.265187    Sum squared resid 997.9991
F-statistic 3.960982    Durbin-Watson stat 1.527493
Prob(F-statistic) 0.015410

Unweighted Statistics

R-squared 0.439779    Mean dependent var 33.77500


Sum squared resid 2044.233    Durbin-Watson stat 0.924733

Sumber: Hasil Olah Data Eiews 8

Pada tabel sebelumnya yang menggunakan fixed effect dan tabel di atas

yang menggunakan model random effect, semuanya menunjukkan hasil variabel

independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu

kebijakan dividen. Namun belum dapat menentukan model mana yang akan kita

gunakan. Oleh karena itu diperlukan uji hausman untuk mengetahuinya.Pada

tabel 4.6 disajikan hasil uji hausman yang telah dilakukan pengolahan

menggunakan eviews 8.

45
Tabel 4.7
Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 

Cross-section random 4.254501 3 0.2353

Sumber: Hasil Olah Data Eiews 8


Berdasarkan hasil uji hausman di atas, dapat dilihat dari nilai probabilitas

Cross-section random yakni sebesar 0.2353 nilai tersebut lebih besar dari 0.05, ini

berarti H0 diterima dan menolak H1 sehinga model yang dipilih yakni Fixed

effectModel (FEM).

4.2Analisis Regresi Data Panel

Analisis regresi data panel di gunakan untuk melihat dampak ekonomis

yang tidak terpisahakan antar individu dalam beberapa periode :.

Tabel 4.8

Analisis Regresi Data Panel

C 46.85106 7.496548 6.249685 0.0000


X1 0.078033 0.527463 0.147940 0.8834
X2 -3.571494 1.674997 -2.132239 0.0416
X3 -0.005624 0.046788 -0.120192 0.9052

Dari hasil estimasi data panel dapat tituliskan persamaan sebagai berikut :

Yit = 46.85106 + 0.078033ROA – 3.571494DER – 0.0055624CR

Berdasarkan pada model persamaan diatas dapat interprestasikan, yaitu

sebagai berikut;

46
1. Nilai Konstanta sebesar 46.85106 bermakna bahwa jika diasumsikan nilai

ROA, DER, dan CR bernilai 0 (nol), maka nilai DPR sama besarnya

dengan 46.85106.

2. Koefisien Regresi Profitabilitas dalam hal ini diwakili oleh ROA adalah

sebesar 0.078033 bermakna bahwa setiap peningkatan ROA sebesar 1

satuan, maka akan menaikan Y (DPR)sebesar 0.078033.

3. Koefisien regresi Leverage (DER) sebesar -3.571494 bermakna bahwa

setiap peningkatan DER sebesar 1 satuan, maka akan menyebabkan

penurunan Y (DPR) sebesar 3.571494

4. Koefisien regresi Likuiditas (CR) sebesar -0.005624 bermakna bahwa

setiap peningkatan CR sebesar 1 satuan, maka akan menyebabkan

penurunan Y (DPR) sebesar 0.005624.

4.3 Pengujian Hipotesis dengan Analisa Regresi Data Panel

4.3.1 Pengaruh Variabel ROA, DER dan CR terhadap DPR secara Parsial

(Uji t)

Untuk melihat besarnya pengaruh variabel rasio keuangan perusahaan

secara parsial terhadap kebijakan dividen digunakan Uji t. Pengujian parsial atau

uji t ini digunakan untuk menguji pengaruh setiap variabel independen terhadap

variabel dependennya. Apabila nilai probabilitas f lebih kecil dari 0,05 maka

hasilnya signifikan berarti terdapat pengaruh dari variabel independen secara

individual terhadap variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial menggunakan

uji t dapat dilihat pada tabel berikut:

47
Tabel 4.9

Uji Hipotesis (t-test)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

X1 0.078033 0.527463 0.147940 0.8834


X2 -3.571494 1.674997 -2.132239 0.0416
X3 -0.005624 0.046788 -0.120192 0.9052

Sumber: Hasil Olah Data Eiews 8

1. Variabel X1 (ROA)

Hipotesis pertama menyebutkan profitabilitas berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keibikan dividen.Dari hasil perhitungan yang dilakukan

mengunakan program Eviews8 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.8834hal ini

berarti tolak H1 dan terima H0, Maka ditarik kesimpulan variabel X1

tidakberpengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan positif terhadap Y

(DPR).

2. Variabel X2 (DER)

Hipotesisi kedua yang menyebutkan Leverage berpengaruh negative dan

signifikan terhadap kebijakan dividen.Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan

diperoleh nilai signifikan sebesar 0.0416.hal ini berarti H2 Diterima dan H0

ditolak, dapat ditarik kesimpulan X2 berpengaruh signifikan terhadap Y (DPR)

dengan arah hubungan Negatif.

3. Variabel X3 (CR)

Hipotesis ketiga yang menyebutkan likuiditas berpengaruh posifit dan

disignifikan.dari hasil perhitungan dapatkan hasilprobabilitas besar 0,9052.hal ini

berarti tolak H1 dan terima H0, Maka ditarik kesimpulan variabel X1 tidak

48
berpengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan negatif terhadap Y (DPR).

4.4.4. Pembahasan

4.4.1. Pengaruh profitabilitas Terhadap kebijakan dividen

Hasil olah data yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen Hal ini

berarti profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kebijkan dividen.Pengaruh

ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan kebijkan dividen berbanding terbalik.

Dapat diartikan tinggi atau rendah persentase ROA suatu perusahaan tidak

mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen.

Rasio-rasio profitabilitas diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan

biasanya dinilai oleh investor dan kreditur (Bank) untuk menilai jumlah laba

investasi yang akan diperoleh oleh investor dan besaran laba perusahaan untuk

menilai kemampuan perusahaan membayar utang kepada kreditur berdasarkan

tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat efisiensi

perusahaan.

Berhubungan dengan pendapat diatas penelitian (Sudjarni, 2015)tentang

Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan dan Profitabilitas

Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat Di

BEI.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas

tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya dividen.

4.4.2. Pengaruh leverage Terhadap kebijakan dividen

Hasil olah data yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen Hal ini berarti

leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen.Jika rasio ini semakin tinggi

49
maka akan semakin tinggi ketergantungan perusahaan terhadap kreditur. Rasio ini

akan memepengaruhi tinggi rendahnya tingkat pembagian laba yang akan diterima

oleh investor.

Leverage merupakan perimbangan penggunaan hutang dengan modal

sendiri dalam suatu perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa

bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang

(modal asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan

perusahaan,(Martha, 2015). Dalam hal ini Leverage menggunakan rasio Debt to

Equity Ratio (DER) sebagai alat ukur.

Penelitian (Martha, 2015)pada analisis pengaruhCurrent Ratio (CR), Debt to

Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR)pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2010-2014 menunjukkan semakin kecil rasio utang maka semakin baik. Untuk keamanan

pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal

sama. Jika dihubungkan dengan pembayaran dividen maka akan berlaku hubungan yang

berlawanan (negatif), artinya semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin kecil

pembayaran dividen dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan penjelasan di atas maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa Leverage memiliki pengaruh negatif terhadap Kebijakan

Dividen.

4.4.3. Pengaruh likuiditas Terhadap kebijakan dividen

Hasil olah data yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.Hal ini berarti

likuiditas tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen.Besar kecil rasio

ini tidak akan memiliki dampak pada kebijak dividen perusahaan.

50
Likuiditas merupakan salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka

pendek yang tersedia dalam memenuhi kewajiban tersebut.Semakin kuat posisi

likuiditas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu

mendatang, maka makin tinggi divident payout rationya (Martha, 2015).

Penelitian yang sejalan dengan teori diatas adalah penelitian (Rahayu dan

Hari, 2016) dengan judul Pengaruh Current Ratio dan Quick Ratio terhadap

Kebijakan Dividen Melalui Return On Equity Pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di BEI Tahun 2014 dimana hasil penelitian ini juga menunjukkan

Current Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout

Ratio. Berdasarkan hasil penelitian perubahan Current Ratio tidak akan

mempengaruhi tingkat kebijakan dividen perusahaan, hal ini kemungkinan

perusahaan memiliki aktiva lancar yang kurang produktif.

51
BAB V

PENUTUP

.1. Kesimpulan

Sesuai dari penjelasan bab-bab sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk

membuktikan bahwa profitabilitas, leverage dan likuiditas memiliki pengaruh

terhadap kebijakan dividen dengan menggunakan data-data yang dibutuhkan

untuk melakukan penelitian. Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara parsial

terhadap kebijakan dividen.

2. Leverage berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap Kebijakan

Dividen.

3. Likuiditas berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara parsial terhadap

kebijakan dividen.

.2. Saran

Dengan hasil yang telah di bahas dan didapat diatas, ada beberapa saran

yaitu sebagai berikut :

1. Dari keterbatasan penelitian diatas diharapkan pada penelitian selanjutnya

dapat menambahkan faktor-faktor penentu kebijakan dividen, seperti

kemakmuran investor, nilai perusahaan dan lain sebagainya. Serta

menambahkan variabel independen ataupun memakai variabel moderating

2. Dari hasil tersebut terdapat implikasi yang dapat digunakan oleh investor

dan pemerintah. Dimana investor diharapkan dapat lebih berhati-hati

dalam menanamkan investasinya pada suatu perusahaan dengan melihat

52
faktor-faktor fisik laporan keuangan yang mempengaruhi pembagian

dividen. Hal ini juga dapat digunakan oleh investor sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi.

Sehingga tidak terjadi kerugian yang dapat dialami seorang investor dalam

berinvestasi.

53
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, dan B. (2014). Pengaruh Likuiditas, Manajemen Aktiva, Earning Per


Share, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Semarang Fakultas Ekonomi UNDIP.

Ajija, S. R., Sari, D. W., Setianto, R. H., & Primanti, M. R. (2011). Cara Cerdas
Menguasai Eviews. In Salemba Empat.

Anita, A., & Yulianto, A. (2016). Pengaruh kepemilikan manajerial dan


kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. 5(1), 17–23.

Arilaha, M. A. (2009). Leverage Terhadap Kebijakan Dividen. 13(1), 78–87.

Ayu, S., Nurmalasari, D., & Yulianto, A. (2015). Analisis Pengaruh Perubahan
Arus Kas Terhadap. 4(4), 289–300.

Bambang Riyanto. (2001). Dasar - dasar Pembelanjaan Perusahaan (BPFE,


Yogy).

Berry. (2016). Hubungan Kebijakan Dividen dan nilai Perusahaan pada tahap
mature dan growth. 289–300.

Brigham, E. F. dan J. F. H. (2001). Manajemen Keuangan. Edisi ke Delapan Buku


2. Jakarta : Erlangga.

Brigham, E. F. dan J. F. H. (2010). Manajemen Keuangan.

Darmadji, M. (2001). Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Devi dan Suardikha. (2014). Pengaruh Profitabilitas Pada Kebijakan Dividen


Dengan Likuiditas dan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel
Pemoderasi. 3 No 12.

Devi, N. P. Y., & Erawati, N. M. A. (2014). Pengaruh Kepemilikan Manajerial,


Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Pada Kebijakan Dividen Perusahaan
Manufaktur. Jurnal Akuntansi. https://doi.org/10.1016/j.jtherbio.2004.08.018

Fahmi, I. (2014). Konsep dan Aplikasi. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.

Ghozali, I. (2005). Aplikasi analisis Multivariate dengan dengan SPSS.

Gujarati, D. N. (2009). Basic Econometrics (5th ed.). Basic Econometrics.

Hanafi, M. M., & Halim, A. (2009). Analisis Laporan Keuangan. In Universitas


Diponegoro. https://doi.org/10.1055/s-2008-1040325

54
Hermuningsih. (2007). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend
Payout Ratio Pada Perusahaan Yang Go Public Di Indonesia. 4(November),
47–62.

Ikbal. M. (2011). No Title. Universitas Mulawarman Dan Universitas Brawijaya,


(Pengaruh Profitabilitas Dan Kepemilikan Insider Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kebijakan Utang Dan Kebijakan Dividen).

Kasmi. (2013). Analisis Laporan Keuangan.

Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan.

Kasmir. (2015). Analisis Laporan Keuangan.

Mahmudah, H., & LS, B. R. (2017). Keefektifan Audit Internal Pemerintah


Daerah. Jurnal Akuntansi. https://doi.org/10.24912/ja.v20i1.74

Martha. (2015). Analisis Pengaruh Current Ratio (Cr), Debt To Equity Ratio
(Der), Dan Net Profit Margin (Npm) Terhadap Dividend Payout Ratio (Dpr)
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2014. 02(01), 149–170.

Melliana, A., & Zain, I. (2013). Analisis Statistika Faktor yang Mempengaruhi
Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur
dengan Menggunakan Regresi Panel. Jurnal Sains Dan Seni POMITS.

Munawir. (2010). Analisa Laporan Keuangan Edisi 4. In Jakarta: Salemba


Empat. https://doi.org/10.1186/1751-0147-50-40

Nyoman, N., Riastini, A., Luh, N., Sri, P., & Pradnyani, P. (2017). Pengaruh
Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Tergabung Dalam Indeks Lq45 Di Bursa Efek Indonesia. 13(1), 197–
205.

Pada, S., Manufaktur, P., Jii, T. Di, Lq45, D., Hanim, S., Dzulkirom, M., …
Malang, B. (2015). Analisis Fundamental Saham Syariah Dan Saham
Kovensional Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen. Jurnal Administrasi
Bisnis, 2(2).

Prastowo. (2005). Analisis Laporan Keuangan. Konsep Dan Aplikasi. Edisi


Kedua. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

R. Sartono, A. (2010). Manajemen Teori Keuangan dan Aplikasi. Edisi Keempat ,


Yogyakarta: BPFE.

Sartono, A. (2001). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta:BPEF-YOGYAKARTA.

55
Sartono, S., Sutrismi, S., & Wahyuandari, W. (2014). Analisis Pertumbuhan
Kewirausahaan Dan Efektifitas Kelembagaan Di Kabupaten Tulungagung.
Jurnal Bonorowo.

Sedarmayanti, & Elianie, E. L. (2015). Pengaruh Kompetensi Pegawai Terhadap


Efektivitas Penatausahaan Barang Persediaan Pusat Sains Dan Teknologi
Nuklir Terapan – Bandung.

Senata, M. (2016). Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan


Yang Tercatat Pada Indeks LQ-45. 6(April), 73–84.

Siswantini, W. (2014). ( Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan


Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ).

Sudjarni, L. K. (2015). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana ( Unud


), Bali , Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
( Unud ), Bali , Indonesia ABSTRAK Investasi adalah kegiatan menanamkan
sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh r. 4(10),
3346–3374.

Suharli. (2006). Empiris, Studi Pengaruh, Mengenai Harga, D A N Terhadap,


Saham Dividen, Jumlah Efek, Bursa Periode, Jakarta. 243–257.

Wahyuni. (2015). Pengaruh Profitabilitas Terhadap Besarnya Dividen yang


Dibagikan Kepada Pemegang Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdapat Di BEI. Akutansi, 47(Pengaruh Profitabilitas Terhadap Besarnya
Dividen yang Dibagikan Kepada Pemegang Saham Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdapat Di BEI).

Warsono, W., King, D. J., & Özveren, C. S. (2007). Economic load dispatch for a
power system with renewable energy using direct search method.
Proceedings of the Universities Power Engineering Conference.
https://doi.org/10.1109/UPEC.2007.4469127

Wayan, N., & Dewi, T. (2014). Pengaruh struktur modal, likuiditas, dan
pertumbuhan terhadap kebijakan dividen di bei. 1739–1752.

Widarjo, W. (2009). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial


Distress Perusahaan Otomotif. 11(2), 107–119.

56

Anda mungkin juga menyukai