PENDAHULUAN
terciptanya persaingan yang ketat dalam dunia bisnis yang tidak bisa dihindari.
perusahaan (Kouser et al., 2012). Kinerja perusahaan dapat diukur dengan cara
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Laba sering kali menjadi
salah satu ukuran kinerja perusahaan, dimana ketika perusahaan memiliki laba
yang tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya. Laba perusahaan selain
meningkatkan profitabilitas.
adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh
Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam
dunia usaha, sehingga pada kondisi persaingan tersebut akan membuat tingkat
Daya tarik bisnis yang semakin tinggi akan mendorong pendatang baru untuk
masuk dalam dunia usaha sehingga laba abnormal lama-lama akan kembali
akibat dari adanya permasalahan financial distress yang tidak dapat diatasi
memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasi, laba bersih, dan nilai buku
ekuitas yang semua bernilai negatif, serta perusahaan yang melakukan merger
Menurut Rodoni dan Ali dalam Afriyeni (2012), apabila ditinjau dari
kondisi keuangan ada tiga keadaan yang menyebabkan financial distress yaitu
dan bunga serta menderita kerugian. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan.
Oleh karena itu harus dijaga keseimbangannya agar perusahaan terhindar dari
pihak. Jika terjadi financial distress, maka investor dan kreditor akan
terhadap kondisi ini. Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus segera
kebangkrutan.
pendapatan dengan pengeluaran atau biaya modal perusahaan yang lebih besar
dari tingkat laba atau biaya historis investasi. Sementara itu, kegagalan
saat jatuh tempo meskipun total aktiva melebihi total kewajibannya. Kondisi
inilah yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan
oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar
memberikan dampak yang baik bagi perusahaan. Jika proporsi leverage tidak
Leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER)
perusahaan, karena tingkat leverage yang tinggi akan memiliki risiko yang
tinggi dimana ditandai dengan adanya biaya hutang yang lebih besar. Hutang
mereka. Rosyadah dkk., (2013) Mahmoudi (2014) dan Khan dan Khokhar
satu rasio leverage atau solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk
perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit
(Leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio ini
debt to equity ratio (dimana beban utang juga semakin besar), hal tersebut
digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Biaya bunga yang semakin besar,
maka akan semakin mengurangi profitabilitas (earning after tax), maka hak
yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen yang mana sebagian
dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu (Kennedy dkk., 2013).
dibuktikan oleh hasil penelitian Hastuti (2010), Jang dan Park (2011), Hansen
dan Juniarti (2014) serta Iqbal dan Zhuquan (2015). Sunarto dan Budi (2009),
Nugroho (2011), Santoso dan Juniarti (2014) dan Sari dkk., menemukan hasil
(Eliu, 2014). Menurut Kasmir (2010:114), sales growth ratio merupakan jenis
rasio pertumbuhan (growth ratio), dimana growth ratio itu sendiri adalah rasio
semakin tinggi sales growth ratio suatu perusahaan, maka semakin kecil
sehingga dapat dikatakan kecil kemungkinan terjadi financial distress. Hal ini
stabil dengan arus kas yang sangat langka karena kondisi pasar kredit yang
ketat dan penurunan permintaan (Enqvist et al., 2014). Menurut Kasmir (2012:
129) ketika jumlah aktiva lancar terlalu kecil maka akan menimbulkan
illikuiditas, sedangkan apabila jumlah aktiva lancar terlalu besar akan berakibat
timbulnya kas yang menganggur (idle fund), semua ini berpengaruh kepada
pada penelitian ini diukur dengan Current Ratio. Current ratio yaitu rasio yang
membagi jumlah aset lancar (current assets) dengan utang lancar (current
(2018), Darminto & Handayani (2013), Nindita et al. (2014), Widhiari &
Merkusiwati (2015), Hidayat & Meiranto (2014) menunjukkan Likuiditas yang
financial distress.
Modal, Sales Growth, dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas dengan Firm Size
penelitian yang dilakukan oleh Septy Wulan Sari (2017) yang membahas
financial distress.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
digunakan untuk :
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
manajemen perusahaan.
2. Bagi Investor
Penelitian ini akan menambah masukan bagi para investor yang mungkin
akan baru memulai menanamkan modalnya atau bagi para investor yang
sudah menanamkan modalnya di entitas tertentu sebagai bahan
pertimbangan investasi.
3. Bagi Akademis
mempengaruhi profitabilitas.
E. Sistematika Penulisan
pembaca dalam memahami isi penelitian. Penelitian ini mencangkup lima bab
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah yang mencangkup sebab-
sebab dilakukanya penelitian ini. Dengan adanya latar belakang tersebut maka
penulisan.
Bab ini berisi teori yang mendasari penelitian ini yang mencakup signaling
penelitian ini. Beberapa hal yang mencakup dalam bab ini antara lain jenis
penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, definisi operasional
Bab ini diuraikan tentang hasil dari proses pengolahan data berdasarkan
BAB V Penutup
Bab ini menjelaskan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah
penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Signaling Theory
laporan keuangan, baik berupa sinyal positif (good news) maupun sinyal
negatif (bad news). Menurut Brigham dan Houston (2001), hubungan signaling
theory dengan variabel dalam penelitian ini yaitu, nilai current ratio yang
tinggi menunjukkan sinyal yang positif bagi kreditur. Sedangkan debt to assets
ratio dengan nilai yang tinggi akan menunjukkan yang negatif bagi kreditur,
sebab semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa semakin banyak pendanaan
positif, maka akan memberikan sinyal positif pula bagi semua pihak. Sebab
para investor akan menanamkan sahamnya atau tidak pada perusahaan yang
selalu membutuhkan informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu
B. Profitabilitas
manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil akhir dari
berbagai rasio, namun peneliti hanya mengambil dua rasio yaitu return on
assets dan return on equity yang dipakai untuk mengukur rasio profitabilitas.
1. Return On Assets
2. Return On Equity
Return On Equity menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain
perusahaan karena merupakan salah satu dasar untuk penilaian kondisi suatu
mempunyai prospek yang baik atau tidak dimasa yang akan datang.
menghasilkan keuntungan.
C. Struktur Modal
baik juga, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai dampak
jangka jangka panjang dengan modal sendiri”. Porsi modal dan hutang
jangka panjang. Hutang atau leverage dapat diukur dengan menggunakan Debt
Ratio (DR) dan Debt to Equity Ratio (DER). Kasmir (2008:156- 157)
“Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang
mendapatkan beban bunga yang lebih tinggi, sehingga beban bunga tersebut
D. Sales Growth
yang tinggi akan menyebabkan laba yang akan diterima oleh suatu perusahaan
E. Likuiditas
Hery (2015 :175) menyatakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang
membayar utang jangka pendeknya. Dengan kata lain, rasio ini rasio yang
jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dikatakan
memenuhi kewajibannya dan bergantung pada arus kas dalam jangka pendek
dianggap periode hingga satu tahun. Hal ini dikaitkan dengan siklus operasi
demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui
pada saat ditagih. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan menempatkan dana
F. Firm Size
total aset yang dimilikinya sesuai dengan keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 254 tahun 1997 (Wardani, 2012). Hal serupa juga
suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva dan jumlah penjualan.
telah mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan
sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu
yang relatif panjang. Selain itu, hal ini juga mencerminkan bahwa perusahaan
relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan
dengan total aset yang kecil, Rachmawati dan Triatmoko (2007) dalam (Siti
Nurhotimah, 2015).
kecilnya suatu perusahaan ditunjukkan oleh sebuah nilai yang sering kali
disebut dengan ukuran perusahaan. Investor di bursa sering beranggapan
dalam penelitian ini diproksikan dengan logaritma natural dari total aset yang
dimiliki perusahaan.
G. Penelitian Terdahulu
profitabilitas pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia
penelitian ini adalah analisis linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah
profitabilitas.
modal terhadap profitabilitas pada perusahaan food and beverages Bursa Efek
penelitian ini adalah data sekunder. Sampel yang digunakan adalah perusahaan
menyimpulkan struktur modal yang diukur oleh Debt Ratio (DR) dan Debt to
Equity (ROE). Debt Ratio (DR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Debt Ratio (DR) dan
publik yang menjadi 100 perusahaan terbaik versi Majalah Fortune Indonesia
periode tahun 2010-2012. Analisis ini menggunakan struktur modal sebagai
Asset Ratio (DAR), dan Debt to Equity Ratio (DER). Variabel dependen dalam
Equity (ROE). Net Profit Margin (NPM) digunakan sebagai variabel kontrol.
Indonesia untuk 3 tahun periode dari tahun 2010-2012 terpilih sebagai sampel
signifikan terhadap ROE, sedangkan DAR dan DER memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap ROE. NPM sebagai variabel kontrol memiliki
firm size sebagai variabel kontrol pada perusahaan go public non keuangan di
penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS 21.
Dalam penelitian ini data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
statistik dan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji
positif terhadap ROA, dan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap ROA.
H. Kerangka Pemikiran
kelompok yang dijadikan obyek penelitian juga berbeda - beda. Hal tersebut
Profitabilitas dengan Firm Size sebagai Variabel Kontrol maka dapat dibuat
Struktur Modal
Likuiditas
Firm Size
I. Pengembangan Hipotesis
kas bebas yang tersedia bagi para manajer (Brigham & Houston, 2004).
dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang
diukur dengan debt to equity ratio (DER). Jika DER semakin tinggi, maka
yaitu laba.
sebagai berikut:
H1 = Struktur Modal berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas.
meningkatkan profitabilitas.
sebagai berikut:
tetapi harapan untuk mendapatkan laba yang besar akan menurun yang
pada waktunya. Likuiditas yang tinggi dilihat dari segi sudut pemegang
perusahaan.
Hal ini sejalan dengan teori Horne dan Wachowicz (2013) yang
Profitabilitas.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
teori-teori melalui pengukuran dan analisis setiap variabel yang telah disusun.
keuangannya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data yang
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018-2020 dan
(www.idx.co.id).
Sales Growth dan Likuditas, serta variabel kontrol yaitu Firm Size. Pengukuran
1. Variabel Dependen
a) Profitabilitas
2005).
perusahaan tersebut dapat sustain dalam waktu yang lama dan dapat
Net Income
ROA=
Total asset
2. Variabel Independen
1. Struktur Modal
adalah kombinasi antara hutang baik itu dalam bentuk hutang jangka
sendiri yang terdiri dari saham preferen dan saham biasa (Sjahrial,
2014).
sehingga profit yang diperoleh akan kecil, tetapi pajak yang harus
yang diperoleh akan besar, tetapi pajak yang harus dibayar perusahaan
Total hutang
DER=
Modal sendiri
b) Sales Growth
dirumuskan dengan:
Salest −Salest −1
SalesGrowth=
Salest −1
c) Likuiditas
sebagai berikut:
Aktivalancar
Current Ratio=
Hutang lancar
3. Variabel Kontrol
1. Firm Size
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan
2012). Dalam penelitian ini Size atau skala perusahaan diukur dari
(Sartono, 2008) :
¿ ln Total assets
mengkaji beberapa literatur seperti buku, jurnal, dan skripsi serta sumber lain
2020.
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi,
kontrol.
Keterangan :
ROA = Profitabilitas
α = Konstanta
independen
SG = Sales Growth
LIQ = Likuiditas
FS = Firm Size
ε = error
asumsi klasik yang digunakan untuk menguji kelayakan atas model regresi
yang digunakan untuk penelitian. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini
uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
(0,05). Apabila nilai p > 0,05 maka berdistribusi normal atau sebaliknya.
b. Uji Multikolinearitas
dan VIF. Dengan melihat nilai tolerance jika nilai tolerance > 0,10 maka
nilai dari VIF jika nilai VIF < 10 maka data yang di uji tidak terjadi
tidak adanya multikolinearitas. Nilai cut off yang biasa dipakai untuk
c. Uji Heterokedastisitas
signifikan > 0.05 maka data tidak terjadi heteroskedastisitas dan jika nilai
d. Uji Autokorelasi
Data time series atau data berkala waktu seperti bulanan, tahunan
autokorelasi
variabel dependen atau model tidak fit of goodness (Ghozali, 2011: 98).
Uji ini dapat diuji dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika nilai
t hitung hasil regresi < t tabel maka H1 ditolak. Tetapi jika nilai thitung
hasil regresi > nilai t tabel maka H1 diterima. Dalam penelitian ini nilai t
dependen.
b. H0 diterima jika nilai probabilitas (p-value) > α 5%, yang artinya tidak
variabel dependen.