Anda di halaman 1dari 6

“PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) , STRUKTUR

KEPEMILIKAN , LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN ASET TERHADAP


KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”

Latar Belakang

Dengan seiring perkembangan zaman yang semakin modern yang di mana para pembisnis
sangat berkembang apalagi di Indonesia sendiri. Setiap perusahaan selalu ingin terlihat dinamis dengan
seiring adanya kemajuan pasar dengan berdasarakan keinginan para konsumen. Peraturan perusahaan
yang ketat membuat para pesaing ingin mendapatkan pujian, tetapi dengan peraturan pesaing yang
semakin ketat diharapkan setiap perusahaan agar memperhatikan perusahaanya agar selalu baik dan
unggul.

Kinerja perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan investor
sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Oleh karena itu, perusahaan harus berupaya untuk terus
meningkatkan kinerjanya. Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata cara
tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran perusahaan yang
ditetapkan (Mangkunegara, 2007:67). Kinerja perusahaan merupakan tingkat efektifitas dan efesiensi
dalam menerapkan tujuan dari perusahaan tersebut. Kinerja keuangan perusahaan adalah cerminan dari
seberapa baik pengelolaan perusahaan yang mengacu pada laporan keuangan yang telah dipublikasikan
pada suatu periode tertentu yang biasanya diukur dari aspek kecukupan modal, likuiditas, dan
profitabilitas (Jumingan, 2006:239). Penilaian kinerja pada perusahaan yang akan menjadi sasaran
investasi penting dijadikan sumber informasi untuk mengetahui kemampuannya menghasilkan tingkat
pengembalian yang diharapkan investor. Investor menilai, semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan
maka semakin baik pula return yang diperoleh oleh investor jika menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut (Candradewi, 2015). Penilaian kinerja keuangan perusahaan dilakukan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan menunjukan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dan sebagai ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini,
2010:76)

Rasio profitabilitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh


keuntungan. Rasio ini juga mencerminkan seberapa besar tingkat efektifitas manajemen perusahaan.
Hal ini ditunjukkan baik dari laba yang diperoleh dari penjualan maupun pendapatan investasinya maka
dari itu peniliti menggunakan rasio ini untuk pengukuruan dari kinerja keuangan perusahaan. Secara
umum, rasio profitabilitas ini menggambarkan tingkat efisiensi perusahaan (Kasmir, 2010:196).
Penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas yaitu Return on assets (ROA) dan Return on Equity (ROE)
untuk mengukur kinerja perusahaan
Kinerja keuangan juga di pengaruhi oleh Good Corporate Governance. Good Corporate
Governance merupakan syistem yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan hak kepada stake
holders, termasuk didalamnya adalah shareholders, lenders, employees, government, executives
costumer dan stakeholders yang lain. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) oleh perusahaan
mutlak diperlukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Mekanisme Good Corporate Governance
pada penelitian ini meliputi dewan direksi, dewan komisaris, dewan komisaris independen, komite
audit.

Perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat diantara para pelaku usaha.
Banyak pelaku usaha di Indonesia menjadikan perusahaan mereka sebagai salah satu perusahaan yang
Go Public dengan menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat luas. Hal ini berdampak pada struktur
kepemilkan saham yang mereka miliki.Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham
yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Jahera dan
Aurburn 1996 dalam Indrayani, 2009).

Husnan (2001) menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham merupakan faktor yang dapat
menimbulkan konflik antara pemilik dengan manajemen yang disebut agency conflict. Konflik
kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan yang
berguna untuk melindungi kepentingan pemegang saham (Jensen and Meckling, 1976). Dengan adanya
permasalahan tersebutlah, maka dimunculkan struktur kepemilikan guna mengubah pandangan antara
pengelola perusahaan dan pemilik menuju satu tujuan yang sama. Struktur kepemilkan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional.

Faktor lain yang mmempengaruhi kinerja keuangan perusahaan adalah leverage. Menurut
Brigham & Houston (2009:17) financial leverage adalah tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan
laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal suatu perusahaan. Menurut
Myers dan Majluf (2001), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi justru tingkat utangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya
tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah”. Semakin tinggi rasio leverage maka bunga hutang
perusahaan yang harus dibayarkan semakin tinggi dan nantinya akan berdampak terhadap pernurunan
kinerja keuangan perusahaan.

Penelitian ini menggunakan 2 indikator perhitungan dalam variabel ini yaitu debt to asset ratio
(DAR) dan debt to equity ratio (DER). Indikator yang pertama yaitu debt to asset ratio (DAR). DAR
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai
dengan hutang. Menurut Horne dan Wachowicz (2009:59), semakin tinggi rasio debt to total asset,
semakin besar risiko keuangannya. Peningkatan risiko yang dimaksud adalah kemungkinan terjadinya
default (gagal bayar) karena perusahaan terlalu banyak melakukan pendanaan aktiva dari hutang.
Indikator perhitungan leverage yang kedua adalah debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa besar total modal sendiri yang dibiayai dengan total hutang.
Semakin rendah rasio ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan
pemilik dan akan berdampak pada peningkatan kinerja keuangan suatu perusahaan dan begitupun
sebaliknya (Kasmir, 2012:151).
Dilihat dari laju pertumbuhan perusahaan, apabila perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi cenderung akan lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan yang
mempunyai pertumbuhan yang lambat. Suatu perusahaan yang mempunyai laju pertumbuhan yang
tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang
bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang daripada perusahaan yang bertumbuh
secara lambat (Weston and Copeland, 2008: 281).

Pertumbuhan aset perusahaan adalah peningkatan atau penurunan total aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Pertumbuhan aset perusahaan dihitung sebagai persentase perubahan aset pada tahun
tertentu terhadap tahun sebelumnya (Suprantiningrum, 2013). Menurut Brigham dan Houston (2009)
pertumbuhan aset perusahaan adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aset yang dimiliki
oleh perusahaan. Pertumbuhan aset perusahaan dalam pecking order theory memiliki hubungan yang
positif terhadap keputusan pendanaan. Dalam hal ini, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aset
perusahaan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada dana eksternal.

Semakin tinggi pertumbuhan aset perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan
ekspansi. Pernyataan tersebut didukung oleh Joni dan Lina (2010) yang berpendapat bahwa
pertumbuhan aset perusahaan pada dasarnya menggambarkan bagaimana perusahaan
menginvestasikan dana yang ia miliki untuk kegiatan operasi dan investasi. Peningkatan jumlah aset,
baik asset lancar maupun aset jangka panjang membutuhkan dana, dengan alternatif pendanaan
internal atau dengan pendanaan eksternal Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan,
semakin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Semakin
besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan
tersebut biasanya lebih senang untuk menahan “earning” nya daripada dibayarkan sebagai deviden
kepada pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa makin cepat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin
besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan
dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah “dividend payout ratio”nya (Riyanto, 2008: 268).
VARIABEL OPERASIONAL

VARIABEL DEFINISI INDIKATOR PENGUKURAN

Kinerja keuangan
merupakan gambaran dari 1. Return on Asset 1. ROA= Laba bersih /
Kinerja Jumlah Asset x 100%
pencapaian keberhasilan (ROA),
keuangan (Y) perusahaan dapat diartikan 2. Return on
2. ROE = Laba bersih /
sebagai hasil yang telah Equity (ROE).
Ekuitas x 100%
dicapai atas berbagai
aktivitas yang telah
dilakukan. Dapat dijelaskan
bahwa kinerja keuangan
adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu
perusahaan telah
melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan
secara baik dan
benar.(Fahmi, 2012:2)
Good Corporate Governance 1. Komisaris independen=
GOOD CORPORATE (GCG) adalah seperangkat 1. Komisaris ∑ komisaris independen /
GOVERNANCE peraturan yang menetapkan independen ∑ anggota dewan
(X1) hubungan antara pemangku komisaris x 100%
kepentingan pengurus, pihak 2. Komite audit
kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang 2. Komite Audit =
3. Dewan Direksi
kepentingan internal dan ∑ Anggota Komite Audit
eksternal lainnya sehubungan
dengan hak-hak dan kewajiban 4. Dewan 3. Dewan Direksi =
mereka, atau dengan kata lain Komisaris Anggota Dewan Direksi
sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan 4. Dewan Komisaris =
(Forum for Corporate Anggota Dewan Komisaris
Governance in Indonesia,
2001).
Struktur kepemilikan adalah 1. Kepemilikan 1. MAN= Jumlah saham
STRUKTUR perbandingan antara jumlah manajerial yang dimiliki manajemen /
KEPEMILIKAN saham yang dimiliki oleh orang Total Keseluruhan Saham
(X2) dalam (insider) dengan jumlah 2. Kepemilikan x 100%
saham yang dimiliki oleh Institusional
investor (Jahera dan Aurburn 2. INST = Jumlah saham
1996 dalam Indrayani, 2009). yang dimiliki institusional
/ Total Keseluruhan
Saham x 100%

Leverage adalah
LEVERAGE (X3) penggunaan aset dan 1. Debt to Asset 1. DAR = Total Kewajiban
sumber dana (source of Ratio (DAR) / Total Asset x 100%
funds) oleh perusahaan
2. Debt to Equity 2. DER = Total kewajiban/
yang memiliki biaya tetap
Ratio (DER) Total ekuitas x 100%
(beban tetap) dengan
maksud agar meningkatkan
keuntungan potensial
pemegang saham (Sartono,
2008:257)

PERTUMBUHAN Pertumbuhan aset -Asset Growth Asset Growth =


ASET (X4) didefinisikan sebagai Total Asset (t) – Total
persentase perubahan total Asset (t−1) / Total
aset dari akhir tahun fiskal Asset (t−1)
dari tahun kalender
sebelumnya, sampai akhir
tahun kalender saat ini
(Cooper et al, 2008)
KERANGKA PEMIKIRAN

GOOD CORPORATE
GOVERNANCE (X1)
1. Komisaris Independen

2. Komite Audit

3. Dewan Direksi

4. Dewan Komisaris

STRUKTUR KEPEMILIKAN
(X2) KINERJA KEUANGAN
(Y)
1. Kepemilikan manajerial
1. Return on Asset (ROA)
2. Kepemilikan Institusional
2. Return on Equity (ROE)

LEVERAGE (X3)
1. Debt to Asset Ratio (DAR)

2. Debt to Equity Ratio (DER)

PERTUMBUHAN ASSET
(X4)
1. Asset Growth

Anda mungkin juga menyukai