Diajukan oleh:
NAMA : KETUT HARMAWAN
NIM : 1702622010183
BAB I
PENDAHULUAN
Umumnya tambahan modal tersebut didapat melalui pinjaman kredit pada sektor
perbankan, namun pinjaman kredit tersebut tidak dapat diandalkan secara terus
menerus, hal ini dikarenakan adanya batasan debt equity ratio. Untuk itu terdapat
alternatif lain bagi perusahaan untuk mendapatkan modal, yaitu melalui pasar modal
(capital market). Perusahaan dapat menerbitkan menjual sekuritas pasar modal untuk
menjaring dana yang berada di masyarakat. Adanya pasar modal dapat dijadikan
sebagai alat untuk menggambarkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan melalui
laporan keuangan tahunan. Para investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya
di suatu perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan
perusahaan ke publik berupa laporan keuangan tahunan. Dalam laporan tahunan ini
akan terlihat keadaan baik atau buruknya kondisi keuangan perusahaan, apakah
perusahaan memiliki kinerja yang efektif dan efisien dalam mengelola dana yang
dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individual atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut dengan cara membandingkan asatu angka
dengan angka lainnya. Berguna untuk menunjukkan perubahan kinerja dari periode
risiko dan peluang masa depan perusahaan. Salah satu proyeksi masa mendatang
yang mana perusahaan mengalami kerugian beberapa tahun terakhir karena dianggap
perusahaan perlu di waspadai oleh pihak manajemen. Oleh sebab itu, pihak
Rodoni dan Ali (2010:176) ditinjau dari kondisi keuangan terdapat tiga keadaan
penyebab financial distress antara lain faktor kekurangan modal, beban utang yang
Menurut Plat dan Plat (2002) dalam Fahmi (2013:158) Financial distress
merugikan banyak pihak. Menurut Jimming dan Wei Wei (2011) dalam Nora (2016)
masa yang akan datang. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, rasio
likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas. Selain menggunakan
rasio keuangan pada penelitian ini juga menggunakan faktor ukuran perusahaan.
waktu. Penelitian yang dilakukan oleh Noviandri (2014) menyatakan bahwa current
Penelitian dari Utami (2017) juga menunjukkan hasil bahwa rasio likuiditas yang
Hasil berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Saleh (2013) yang
kemampuan modal pemilik dalam menutupi utang-utang kepada pihak luar. Rasio ini
5
digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dapat dibiayai dari utang. Andre
positif terhadap financial distress. Hasil penelitiannya sama dengan penelitian dari
financial distress. Sedangkan penelitian dari Rahmy (2015) menyatakan bahwa rasio
keuangan apakah perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal tiap periode dan
direncanakan. Penelitian terkait dilakukan oleh Hapsari (2012) yang mendapat hasil
penelitiannya juga mendapat hasil yang sama yaitu ROA berpengaruh negatif
terhadap financial distress. Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Wulandari
(2017) mendapatkan hasil yaitu ROA tidak berpengaruh terhadap financial distress.
Rasio aktivitas dengan Total Aset Turn Over (TATO), untuk mengukur
membandingkan penjualan bersih dengan total asset rata-rata. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Mulidina (2014) mendapatkan hasil yaitu rasio aktivitas berpengaruh
negatif terhadap financial distress. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian
dari Christon (2017) yang mendapatkan hasil yaitu rasio aktivitas berpengaruh negatif
terhadap financial distress. Deby (2018) dalam penelitiannya mendapat hasil berbeda
Krisnayanti (2014) dan Hendra (2018) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap financial distress. Akan tetapi dalam penelitian yang
dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian suatu negara karena memberi efek
yang luas bagi sektor industri yang memproduksi produk sehari-hari dalam skala
besar. Negara Indonesia adalah pasar terbesar di ASEAN untuk manufaktur dan
Indonesia. Tidak menutup kemungkinan negara Indonesia akan dilirik dan diminati
oleh negara Asing dalam hal berinvestasi. Dengan begitu, pengawasan terhadap
peringatan dini.
manufaktur di BEI ?
manufaktur di BEI ?
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan dari
Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan literatur untuk sumber
pembaca mengenai financial distress pada perusahaan dan apa saja yang dapat
2) Manfaat Praktis
9
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi manajemen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memberikan sinyal kepada pemakai laporan keuangan, baik berupa sinyal positif
(good news) maupun sinyal negatif (bad news). Teori sinyal menjelaskan alasan dari
perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal (Wolk et al., 2000). Informasi
yang disajikan dan diungkapkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting karena
memberikan pengaruh terhadap keputusan investasi para pemilik modal atau investor
maupun pelaku bisnis yang lain seperti kreditur. Informasi tersebut penting bagi
investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan,
catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang
akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada
aktivitas yang terjadi di perusahaan pada waktu periode tertentu. Dalam laporan
keuangan akan dapat diketahui bagaimana kinerja dan kondisi keuangan dari
perolehan laba positif dalam jangka waktu yang lama menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki kinerja yang baik dan kondisi keuangan yang sehat. Hal ini
berhubungan dengan pembagian dividen kepada pemegang saham. Selain itu dapat
pula dilihat dari nilai arus kas perusahaan. Arus kas yang tinggi dalam jangka waktu
keuangan. Sebaliknya, ketika laporan keuangan menunjukkan laba negatif dan arus
kas yang bernilai kecil maka memberikan sinyal negatif bahwa perusahaan sedang
berada dalam kondisi keuangan yang buruk atau disebut dengan kondisi financial
distress. Melalui informasi yang disajikan dalam laporan keuangan secara periodik
pula pihak luar perusahaan akan mampu menilai apakah perusahaan mampu
melakukan pembalikan arah atau corporate turnaround untuk keluar dari kondisi
kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis
(Baldwin dan Scoot, 1983). Financial distress terjadi sebelum perusahaan mengalami
(1991) sebagai arus kas negatif. Financial distress merupakan perubahan harga
ekuitas (Hofer, 1980 dan Whitaker, 1999). Perusahaan yang mengalami financial
kondisi financial distress ini mampu diprediksi sejak awal, diharapkan adanya
dapat diprediksi menggunakan laba dari laporan keuangan. Laba negatif yang
distress pada satu tahun ke depan. Penurunan laba yang terjadi dapat memberikan
sinyal bahwa perusahaan akan mengalami kondisi financial distress satu tahun
kedepan.
umum yaitu :
a. Economic Failure
total biaya perusahaan, termasuk biaya modal perusahaan. Kondisi ini dapat
13
b. Business Failure
apabila tidak dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk menutup
pengeluaran.
c. Insolvency Failure
kewajibannya yang telah jatuh tempo sebagai akibat dari ketidakcukupan arus
lebih besar dari nilai pasar total asset perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan
d. Legal Bankruptcy
Menurut Emery dan Finnerty (1997; 879-880) ada satu kondisi lagi yang
perusahaan dapat berada di dalam kondisi ini apabila peusahaan melanggar jangka
waktu perjanjian hutang (term of loan agreement). Ada dua kondisi yaitu: technical
default yang merupakan suatu kondisi debitur yang dalam hal ini adalah perusahaan,
bila perusahaan telah melakukan negosiasi kembali dengan debitur. Kondisi in default
yang kedua yaitu payment default, yang merupakan kondisi perusahaan yang gagal
perusahaan yang gagal membayar bukan berarti perusahaan tidak mampu membayar,
tempo, walaupun lewat hanya satu hari. Masalah ini dapat diatasi jika dalam
period).
Foster (1986), manfaat yang diperoleh dari mempredikasi financial distress yaitu:
a. Kreditur
Hubungan yang terjadi antara perusahaan dengan pihak kreditur terjadi karena
b. Investor
perusahaan tersebut.
Sama seperti ikatan akuntan, badan pengawas pasar modal atau institusi lainnya,
d. Pemerintah
politik negara.
e. Auditor
usaha (going concern). Dengan rasio keuangan, auditor dapat memberikan opini
apakah perusahaan dapat going concern atau idak. Dengan melihat model untuk
16
f. Manajemen
Financial distress akan menyebabkan adanya biaya baik langsung maupun tidak
langsung. Yang termasuk biaya langsung adalah fee untuk akuntan dan pengacara.
pertumbuhan keuangan suatu perusahaan. Rasio ini terdapat pada laporan keuangan.
untuk membayar utangnya (perusahaan dibiayai oleh ihak luar). Rasio ini
dalam menghasilkan laba. Bagi pemilik saham, hal ini menunjukkan deviden
jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Riyanto (2008:25)
dapat dihitung dari pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Ada tiga jenis rasio
Current ratio (rasio lancar) adalah perbandingan antara aktiva lancar dan
perhitungan current ratio dapat diketahui kemampuan aktiva lancar dalam menutupi
kewajiban lancar perusahaan. Current ratio yang tinggi akan menunjukkan bahwa
sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan
lancar.
lancar.
Quick ratio (rasio cepat) sering disebut juga acid test ratio merupakan rasio
kewajiban jangka pendeknya. Quick ratio dihitung dari selisih aktiva lancar dengan
persediaan dibagi utang lancar. Persediaan digunakan dalam rasio ini dikarenakan
persediaan adalah unsur aktiva lancar yang sering mengalami fluktuasi harga
unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah. Sawir (2009:10) menyatakan bahwa
Cash ratio (rasio kas) merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana posisi
kas sehingga dapat menutupi utang lancar. Cash ratio menggambarkan kemampuan
kas dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dalam tahun yang bersangkutan.
untuk memenuhi kewajiban keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang
apabila memiliki aktiva atau kekayaan yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban
jangka panjang maupun jangka pendek. Begitu pula jika perusahaan tidak memiliki
insolvable. Ada tiga cara untuk menghitung rasio leverage yaitu dengan debt to
equity ratio, total asets to total debt ratio, dan times interest earned.
pemilik dalam menutupi utang-utang kepada pihak luar. Rasio ini digunakan untuk
mengukur sejauh mana perusahaan dapat dibiayai dari utang. Debt to equity ratio
merupakan perbandingan antara total utang (utang lancar dan utang jangka panjang)
dan modal yang dimiliki perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Menurut Syafri
(2008:303) semakin kecil rasio utang modal maka semakin baik dan untuk keamanan
pihak luar rasio yang terbaik adalah rasio yang jumlah modalnya lebih besar dari
Total asets to total debt ratio merupakan perbandingan antara total utang
dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan sejauh mana utang dapat ditutupi oleh
20
aktiva. Total asets to total debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi
antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki (Sawir, 2008:13).
Jika debt ratio semakin tinggi, namun proporsi total aktiva tetap, maka utang yang
dimiliki perusahaan akan semakin besar. Total utang yang semakin besar akan
sebaliknya, debt ratio yang semakin kecil berarti semakin kecil utang yang dimiliki
laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mencerminkan
besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Time
interest earned disebut juga dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang dapat
(EBIT) serta mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan
tertentu. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas. Efektifitas manajemen terlihat dari
dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio
21
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri,
2008:304). Ada enam rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilias perusahaan
yaitu gross profit margin, net profit margin, rentabilitas ekonomi, operating profit
persentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Gross profit margin yang besar
akan menunjukkan keadaan operasi perusahaan yang baik. Hal ini menunjukkan
bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan penjualan,
demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin operasi perusahaan
Net profit margin merupakan rasio yang mengukur laba bersih setelah pajak
terhadap penjualan. Net profit margin yang tinggi akan berdampaik baik bagi operasi
suatu perusahaan. Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi ditentukan
oleh dua faktor, yaitu penjualan dan laba usaha (net operating income). Laba usaha
ditentukan dari pendapatan penjualan dan besarnya biaya usaha (operating expenses).
Net profit margin dapat diperbesar dengan biaya usaha tertentu perusahaan
meningkatkan penjualan. Selain itu perusahaan juga dapat memperkecil biaya usaha
Operating profit margin adalah perbandingan antara laba usaha dan penjualan.
Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan pure profit yang
diterima dari setiap penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2009:61). Pure profit
merupakan sejumlah profit yang didapatkan dari hasil operasi perusahaan dengan
profit margin yang tinggi akan berdampak baik pada operasi perusahaan.
Return on equity adalah perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan
(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa
maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam
23
kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, serta mengukur
tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau
rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). EPS
adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham dalam
menghasilkan laba ( Syafri, 2008:306). EPS ini sangat diminati oleh manajemen
perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham, karena EPS
dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas
ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai
keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya
persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya. Aktiva yang rendah pada tingkat
tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila
ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Yang termasuk ke dalam rasio
total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang
penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat
lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan
keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset
ditingkatkan atau diperbesar. Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan
pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena
hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam
perusahaan.
modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang
lancar. Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap
penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal
kerja (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan
25
(Riyanto, 2008:335). Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam
perputaran modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat dimana
kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran
perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari
pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan,
atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17). Rasio ini berguna untuk
terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang
bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap
yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin
tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Perputaran
persediaan. Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio
perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market price),
persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at Cost), maka sebenarnya rasio
persediaan (at market) sehingga bila ingin dibandingkan dengan rasio industri rasio
sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah gambaran keadaan sesaat. Oleh
karena itu, lebih baik menggunakan rata-rata persediaan yaitu persediaan awal
ditambah persediaan akhir dibagi dua. Rasio perputaran persediaan dihitung dengan
rumus:
27
menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau
merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan
yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari. Rata-rata piutang ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungn yang erat
dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya
dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut yaitu dengan
membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang rata-rata. Perputaran piutang
dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over
bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam
perusahaan yang dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain : total aset, log size,
28
nilai pasar saham, dan lain-lain. Namun, pada dasarnya ukuran perusahaan hanya
terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan sedang, dan perusahaan
kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar
kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset perusahaan (Suwito dkk.,
2005). Januarti (2008) menambahkan, perusahaan besar akan lebih mampu untuk
hidup usahanya. Akan tetapi, semakin besar suatu entitas semakin banyak juga
ancaman masalah yang menghadang. Masalah pada perusahan besar yang sering
terjadi adalah masalah keagenan yang lebih besar (karena lebih sulit dimonitor)
sehingga membutuhkan tata kelola perusahaan yang lebih baik. Di sisi lain,
Yang Mempengaruhi Tingkat Financial Distress pada Perusahaan Sub Sektor Food
and Beverage Yang Terdaftar di BEI”, bertujuan untuk mengetahui pengaruh Current
Ratio, Debt to Total Assets, Return on Assets, Umur and Ukuran perusahaan tingkat
teknik analisis data yang digunakan yaitu regresi linier berganda. Hasil dari penelitian
ini yaitu, variabel Debt to Total Assets, Return on Assets and Umur Perusahaan yang
29
Ratio dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat financial distress.
adalah regresi linear berganda dengan SPSS versi 23. Hasil menunjukkan bahwa
adalah rasio keuangan dari laporan laba rugi dan neraca. Sampel terdiri dari 52
perusahaan yang memiliki laba bersih positif, 77 perusahaan yang memiliki laba
bersih negatif. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
adalah metode analisis deskriptif. Hasil ini menunjukkan bahwa current ratio,
30
(current asset to current liabilities), return on equity (net income to equity), return on
asset (net income to total assets), debt-equity ratio (total debt to total equity), dan
total assets turn over (sales to total assets) adalah pengaruh yang signifikan terhadap
Financial Distress.
Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress (Sub Sektor Food
And Beverage )Yang Terdaftar Di BEI 2012-2017”, bertujuan untuk mengetahui dan
terhadap financial distress. Financial distress sebagai variabel dependen yang diukur
dengan rasio cakupan bunga. Variabel independen dalam penelitian ini diukur dengan
pengembalian aset, rasio lancar, rasio aset utang, rasio pertumbuhan penjualan, dan
Distress dalam Industri Textile dan Garment (Bukti Empiris di Bursa Efek
serta variabel dependen Financial Distress. Selain itu, kedua penelitian ini sama-sama
BAB III
Financial distress ini dapat dilihat dengan berbagai cara, seperti kinerja perusahaan
32
adanya penghentian pembayaran dividen, masalah arus kas yang dihadapi perusahaan,
memperbanyak aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban lancar, hal ini menandakan
Leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana ( sources of funds) oleh
perusahaan yang memiliki biaya (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan
seluruh yang dimiliki. Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Apabila suatu
perusahaan pembiayaannya lebih banyak menggunakan utang, hal ini beresiko akan
terjadi kesulitan pembayaran di masa yang akan datang akibat utang lebih besar dari
aset yang dimiliki. Jika keadaan ini tidak dapat diatasi dengan baik, potensi terjadinya
Pengertian yang sama disampaikan oleh Kasmir Rasio Profitabilitas merupakan rasio
untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam mencari keuntungan dalam suatu
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan, aset dan modal saham
Ukuran perusahaan (company size) secara umum dapat diartikan sebagai suatu
perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Suatu perusahaan menunjukkan besar
(large firm) dengan perusahaan kecil (small firm) besar kecilnya suatu perusahaan
dengan pertumbuhan yang positif memberikan suatu tanda bahwa ukuran perusahaan
Gambar 3.1
Kerangka berpikir penelitian
34
Gap
Gambar 3.2
Kerangka Berpikir
PENGARUH RASIO LEVERAGE, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS,
AKTIVITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TERJADINYA
FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2016-2018
35
Ukuran
Perusahaan (X5)
Perusahaan
3.2 Hipotesis
3.2.1 Pengaruh Rasio Leverage Terhadap Financial Distress
Modal perusahaan dapat berasal dari berbagai macam sumber. Perusahaan
dapat menjual saham di pasar saham untuk mendapatkan suntikan dana dari investor
dalam bentuk pembelian saham yang dilakukan oleh investor. Cara lain yang dapat
dilakukan perusahan adalah dengan mencari suntikan dana dari pemilik perusahan
dan hutang. Hutang dapat berasal dari hutang obligasi maupun hutang pada pihak
tinggi, bahkan terkadang dapat juga lebih tinggi dari nilai aset, sehingga perusahaan
mempunyai rasio leverage yang tinggi pula. Rasio leverage menunjukkan seberapa
besar perusahaan aset perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang
berhasil membuktikan bahwa semakin besar rasio leverage maka semakin mungkin
perusahaan mengalami kondisi financial distress. Hal ini mungkin terjadi karena
juga akan menanggung bunga dari hutang yang terkandung dalam hutang-hutangnya.
Tingkat leverage yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena
menyebabkan tingkat pendapatan yang semakin tinggi, dan sebaliknya tingkat hutang
yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi
mempunyai aset lancar dua kali lebih besar dari pada kewajiban lancarnya, sehingga
37
dapat menyediakan dana tersebut dengan cepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut dalam kondisi likuid. Berarti Jika kondisi perusahaan seperti ini
maka kemungkinan perusahaan dapat terhindar dari financial distress, demikian juga
sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Li dkk. (2008) terbukti bahwa rasio
perusahaan, tidak ada jaminan bahwa perusahaan itu dalam kondisi aman dari
Almila dan Kristijadi (2003) yang menunjukkan hasil bahwa semakin besar rasio
likuiditas dalam sebuah perusahan maka semakin aman perusahaan tersebut dari
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan
sebagainya, dan juga rasio ini menggambarkan perputaran aset diukur dari volume
penjualan, semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aset dapat
lebih cepat berputar dan meraih laba. Salah satu rasio yang digunakan dalam
penelitian ini adalah return on asset, oleh karena itu maka peluang perusahaan dalam
38
menghadapi financial distress akan semakin kecil pula. Penelitian Widarjo, Setiawan
diatas, maka hipotesis ketiga yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
Rasio aktivitas menunjukan perputaran total aset yang diukur dari volume
penjualan, dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aset dapat menciptakan
penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2013) menunjukan bahwa rasio aktivitas
(total asset turnover ratio) memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress.
perusahaan seharusnya mempunyai akses pasar yang baik dan akses operasional yang
lebih luas sehingga memiliki kemudahan untuk mendapatkan dana dalam jangka
pendek dan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil,
keuangannya. Kondisi ini mungkin terjadi karena semakin besar ukuran perusahaan
maka jumlah aset yang dimiliki perusahaan akan semakin besar, sehingga jika ada
kewajiban yang sifat mendesak, perusahaan besar akan dengan mudah memenuhi
kewajiban tersebut. Begitu pula dengan kondisi modalnya, perusahaan besar lebih
memiliki modal yang lebih banyak sehingga akan dengan mudah perusahaan
mengembangkan usahanya ke jenis usaha lain, apabila dirasa usaha yang sedang
BAB IV
METODE PENELITIAN
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2018 yang datanya diperoleh dengan
mengakses www.idx.co.id
(2012) obyek penelitian adalah suatu atribut dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Obyek penelitian ini adalah laporan keuangan dan
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014:59). Dalam penelitian ini
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial distress (Y). Luciana
kebangkrutan atau likuidasi. Dalam penelitian ini variabel dependen disajikan dalam
bentuk variabel dummy dengan ukuran binomial, yaitu nilai satu (1) apabila
perusahaan mengalami financial distress dan nol (0) apabila perusahaan tidak
coverage ratio) atau biasa disebut dengan times interest earned yang mengacu pada
penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia oleh Ratna Wardhani (2006), Tifani
yang mempunyai ICR (interest coverage ratio) kurang dari 1 (satu). Rumus yang
ICR = ……………………………………………….(1)
Keterangan :
42
1) Leverage
Menurut Subramanyam dan John J. Wild (2012:46) dalam Salalahi dkk (2018)
mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Rumus
………………………………………..……(2)
2) Likuiditas
kewajiban jangka pendek. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas diukur dengan
sebagai bagian dari aset lancar, sedangkan persediaan dapat dijadikan jaminan
terhadap kemungkinan rugi yang timbul dari usaha dengan cara merealisasikan
aset lancar non kas menjadi kas, yaitu dengan cara diolah kemudian dijual untuk
………….................................................(3)
43
3) Profitabilitas
…………………………………..…..(4)
4) Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini
jenis aktiva. Dalam Penelitian ini penulis menggunakan Total Asset Turn Over
untuk menghitung rasio aktivitas. Total Asset Turn Over dihitung dengan rumus:
..…………….…..(5)
5) Ukuran Perusahaan
banyak total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Pengggunaan total aset sebagai
44
logaritma natura total aset dengan tujuan agar mengurangi fluktuasi data
berlebih.
1) Data Kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan skema.
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan manufaktur yang
2) Data Kuantitatif , yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka yang dapat
dinyatakan dan diukur dengan satuan hitung atau data kualitatif yang diangkakan.
Dimana data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi
Tahun 2016-2018
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang sumbernya
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018, yang diperoleh dari situs
resmi BEI yaitu www.idx.co.id serta dari Indonesian Capital Market Directory.
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2009). Populasi penelitian ini
adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode
yang dimiliki oleh populasi dan dipilih secara hati-hati dari populasi tersebut.
2016-2018.
Tabel 4.6
Hasil Sampel 4.6
data-data yang memuat informasi menegnai suatu obyek atau kejadian masa lalu yang
dikumpulkan, dicatat, dan disimpan dalam arsip. Adapun datanya beruapa laporan
tahunan dan laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
regresi logistik yaitu peneliti ingin menguji apakah probabilitas terjadinya variabel
terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Pada penelitian ini dilakukan
yaiyu financial distress dan non financial distress dan menggunakan alat bantu
dalam penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
penentuan nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standard
memperhatikan output dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit test, dengan
hipotesis :
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s goodness of Fit Test sama dengan
atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Artinya ada perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model
tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Sebaliknya
jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari
0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan
hipotesis nol dan alternatif. Penggunaan nilai untuk keseluruhan model terhadap
data dilakukan dengan membandingkan nilai -2 log likelihood awal (hasil block
number 0) dengan nilai -2 log likelihood hasil block number 1. Dengan kata lain,
nilai chi square didapat dari nilai -2logL1–2logL0. Apabila terjadi penurunan,
Menurut Ghozali (2011), Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang
are pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood
square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell R square untuk
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan
cara membagi nilai Cox and Snell R square dengan nilai maksimumnya.
d. Tabel Klasifikasi 2 x 2
Tabel klasifikasi 2x2 menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah
(incorrect) . Pada kolom merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen
dalam hal ini kejadian financial distress pada perusahaan manufaktur (1) dan
variabel dependen. Pada model sempurna, maka semua kasus akan berada pada
Model regresi logistic yang terbentuk menghasilkan koefisien regresi dan signifikasi.
Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan hubungan antara
P
Ln = α+ b1LEV + b2LIKUID + b3PROFIT + b4AKTIV + b5SIZE + ℇ………(1)
(1−P)
Keterangan :
P
Ln = Log dari perbandingan antara peluang financial distress dengan
(1−P)
peluang non financial distresss
α = konstanta
b1-b5 = koefisian regresi
LEV = rasio leverage
LIKUID = rasio likuiditas
PROFIT = rasio profitabilitas
SIZE = ukuran perusahaan
ℇ = erroe term
51
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi. 2003. Analisis Rasio Keuangan Untuk
Memprediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEJ. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 17, No. 2, Hal 183-206.
Altman, EI. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of
Elloumi, F., & Gueyie, J. P. 2001. Financial distress and corporate governance: an
empirical analysis. Corporate Governance: The international journal of
business in society, 1(1), 15-23.
Hendriksen, E. S., & Van Breda, M. F. 1992. Accounting Theory (Homewood, IL:
Richard D. Irwin).
Hong xia Li, Zong jun Wang, Xiao lan Deng, 2008. "Ownership, independent
directors, agency costs and financial distress: evidence from Chinese listed
companies", Corporate Governance: The international journal of business in
society, Vol. 8 Issue: 5, pp.622-636.
Iskandar, T. M., Rahmat, M. M., Noor, N. M., Saleh, N. M., & Ali, M. J. 2011.
Corporate governance and going concern problems: evidence from Malaysia.
International Journal of Corporate Governance, 2(2), 119-139.
Iramani, RR. 2007. Analisis Struktur Kepemilikan dan Rasio Industri Sebagai
Prediktor dalam Model Kesulitan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Manajemen,
Vo. 1, No. 1, h. 1-13
Januarti, I. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang
Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada
Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ
tahun 2000-2005). MAKSI, 8. ISSN 1412-6680
52
Widarjo, Wahyu dan Doddy Setiawan. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.
Vol. 11, No. 2, h. 107-119
www.idx.co.id
53