Anda di halaman 1dari 15

KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR

Oleh
Kelompok 5:

I Gede Yoga Yudistira (10)


Ida Ayu Nyoman Sri Anggreni (12)
Ketut Harmawan (16)

KELAS MALAM A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019
5.1 Lingkungan Hukum

Kegagalan audit mirip dengan kecelakaan nuklir yang sangat jarang terjadi, namun apabila terjadi

dapat menimbulkan akibat yang luar biasa. Dugaan kegagalan audit dapat berdampakburuk bagi

setiap kantor akuntan.

Kecenderungan Litigasi di Amerika Serikat

Kecenderungan penting dimulai pada tahun 1980-an, berlanjut dalam tahun 1990-an, dan sampai

pada lahirnya Private Securities Litigations Reform Act pada tahun 1995. Hal ini sebagian besar

disebabkan oleh banyaknya laporan kegagalan bisnis yang berakibat pada kerugian signifikan yang

diderita oleh para investor dan pembayar pajak. Namun, tidak semua kegagalan bisnis dapat

dianggap sebagai akibat kegagalan audit. Ada suatu konsep susatau pendapat yang tumbuh di

masyarakat bahwa terjadinya kegagalan bisnis dan dugaanadanya kecurangan laporan keuangan

sangat sering diikuti dengan adanya gugatan oleh parapenggugat dan para penasehat hukumnya

yang mencoba memangsa para auditor tanpamengindahkan tingkat kesalahannya.Keadaan

lingkungan hukum pada awal tahun 1990-an digambarkan sebagai berikut:

 Pada akhir tahun 1992, profesi akuntan menghadapi lebih dari 4000 gugatan denganestimasi

klaim yang belum dapat diselesaikan dalam jumlah yang cukup fantastis

 Pada tahun 1992, kantor akuntan public nasional terbesar ketujuh bernama Laventhol

andHorwarth dinyatakan pailit.

 Dari tahun 1993 sampai tahun 1995, biaya asuransi wajib bagi kantor akuntan public yang

tergolong dalam enam besar meningkat sampai sepuluh kali hingga lebih dari $5000

perakuntan
 Kantor-kantor akuntan public dalam berbagai ukuranmengundurkan diri dari layanankepada

klien yang memiliki risiko audit yang tinggi dan banyak kantor akuntan public yanglebih kecil

menghentikan pelaksanaan audit secara serentak

Krisis yang terjadi ini tidak hanya terbatas pada profesi akuntan saja. Kelompok konsultanhukum

dan ekonomi pda tahun 1993, menunjukkan bahwa gugatan class actiontentangkecurangan (fraud)

dalam bidang sekuritas yang diterbitkan tanpa jaminan.Tumbuhnya kesadaran akan adanya

masalah pada system peradian, mendorong terbentuknyaCoalition to Eliminate Abusive Securities

Suits (CEASS). Koalisi ini terdiri dari AICPA,kantor akuntan Enam Besar, para penjamin

asuransi, lebih dari 300 perusahaan manufaktur,pengecer, dan asosiasi niaga.Untuk meloloskan

Private Securities Litigation Act tahun 1995, diperlukan campur tanganberupa veto seorang

presiden.

5.2 Kewajiban Menurut Common Law

Common Law adalah hukum yang tidak tertulis. Hukum ini berdasarkan atas keputusan pengadilan

dan bukan atas hukum yang dibuat dan disahkan oleh pihak legislatif. Common law berasal dari

prinsip-prinsip yang berdasarkan keadilan, alas an, dan hal-hal yang masuk akal, dan bukannya

hukum hukum yang absolute, tetap, dan kaku. Prinsip-prinsip common law ditentukan oleh

kebutuhan sosial masyarakat. Menurut common law, kewajiban hukum para CPA berkaitan luas

dengan 2 pihak, yaitu para klien dan pihak ketiga.

1. Kewajiban kepada klien

Seorang CPA berada dalam hubungan kontraktual langsung dengan klien. Dengan

menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi klien, CPA berperan sebagai kontraktor
independen. Seorang akuntan bertanggung jawab kepada klien sesuai dengan hukum

kontrak atau tort law (hukum yang mengatur tentang tuntutan ganti rugi).

1) Hukum Kontrak (Contract Law)

Seorang auditor bertanggung jawab kepada klien atas pelanggaran kontrak, apabila ia:

 Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai dengan GAAS.

 Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah

disepakati.

 Melanggar hubungan kerahasiaan klien.

Apabila terjadi pelanggaran kontrak, biasanya penggugat akan mencari satu atau lebih jalan

keluar sebagai berikut :

 Kewajiban spesifik tergugat dalam kontrak.

 Kerugian keuangan langsung yang terjadi akibat pelanggran tersebut.

 Kerugian terkait dan kerugian sebagai konsekuensi yang merupakan akibta tidak

langsung atas pelanggran tersebut.

2) Hukum Kerugian (Tort Law)

Tindakan merugikan adalah tindakan salah yang merugikan milik, badan, atau reputasi

seseorang. Tindakan merugikan dapat dilakukan berdasarkan salah satu penyebab

berikut ini :

 Kelalaian yang biasa (ordinary negligence), yaitu kelalaian untuk menerapkan

tingkat kecermatan yang biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam

kondisi yang sama.

 Kelalaian kotor (gross negligence), kelalaian untuk menerapkan tingkat

kecermatan yang paling ringanpada suatu kondisi tertentu.


 Kecurangan (fraud), yaitu penipuan yang direncanakan, misalnya salah saji,

menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan fakta yang material, sehingga

dapat merugikan pihak lain.

2. Kewajiban kepada pihak ketiga

Pihak ketiga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang tidak mengetahui tentang pihak-

pihak yang ada di dalam kontrak. Menurut sudut pandang hukum, terdapat 2 kelompok

pihak ketiga, yaitu :

a. Pemegang hak utama

Seseorang yang namanya telah diketahui oleh seorang auditor sebelum audit

dilaksanakan sebagai penerima utama laporan auditor.

b. Pemegang hak lainnya

Pihak ketiga yang namanya tidak disebutkan, seperti para kreditor, pemegang saham,

dan investor potensial. Faktor-faktor lingkungan berikut telah memberikan sumbangan

yang cukup berarti atas terjadinya perubahan tersebut :

 Konsep kewajiban telah berubah secara lambat namun signifikan untuk

mewajibkan perlindungan pelanggan dari kesalahan pabrikan (kewajiban produk)

dan dari kesalahan profesional (kewajiban jasa).

 Perusahaan bisnis dan kantor-kantor akuntan telah bertumbuh dalam ukuran yang

memungkinkan mereka memikul dengan lebih baik bentuk tanggung jawab yang

baru.

 Jumlah individu dan kelompok yang mengandalkan laporan keuangan yang telah

diaudit telah bertumbuh dengan mantap.


Putusan-putusan pengadilan telah mengakui adanya 2 kategori pihak ketiga lain sebagai

pemegang hak sebagai berikut:

 Golongan yang telah diketahui sebelumnya (foreseen class)

Apabila klien menginformasikan kepada CPA bahwa laporan audit akan digunakan

untuk mendapatkan pinjaman bank, maka semua bank merupakan pihak yang telah

diketahui sebelumnya, namun para kreditor niaga dan pemegang saham potensial

tidak tergolong dalam golongan yang telah diketahui sebelumnya. Konsep

golongan yang telah diketahui sebelumnya tidak meliputi semua investor,

pemegang saham, kreditor yang ada sekarang maupun yang akan datang.

 Pihak-pihak yang dapat diketahui sebelumnya (foreseeable parties)

Perorangan atau entitas yang diketahui ataupun yang akan diketahui auditor akan

mengandalkan laporan audit dalam membuat keputusan bisnis dan investasi

digolongkan sebagai pihak-pihak yang dapat diketahui sebelumnya. Pihak yang

dapat diketahui sebelumnya meliputi para kreditor, pemegang saham, dan investor

yang ada sekarang maupun yang akan datang.

PEMBELAAN DALAM COMMON LAW

1. Dilaksanakan sesuai dengan GAAS

2. Kertas kerja auditor merupakan alat bukti yang penting dalam pembelaan.

3. Dalam proses audit terdapat batasan-batasn yang melekat.

4. Risiko bahwa kesalahan yang material atau penyimpangan yang ada, dapat saja tidak

terdeteksi.
5.3 KEWAJIBAN MENURUT UNDANG-UNDANG SEKURITAS

Undang-undang sekuritas tergolong sebagai atau hukum negara (statutory law)yang ditetapkan

oleh lembaga legislative pada tingkat negara nagian atau tingkat federal. Sebagian besar negara

bagian memiliki undang-undang pengamanan surat berharga (blue sky laws) yang dimaksudkan

untuk mengatur penerbitan dan perdagangan sekuritas dalam suatu negara bagian. Biasanya

undang-undang ini mewajibkan pengarsipan laporan keuangan yang telah diaudit oleh suatu badan

pengatur yang ditunjuk. Dua hukum federal di A.S. yang sangat mempengaruhi auditor yang

dikelola oleh Securities and Exchange Commission (SEC) adalah :

1. Undang-Undang Sekuritas tahun 1993 (Securities Act)

Mewajibkan entitas melampirkan laporan keuangan yang telah diaudit dalam laporan

pendaftaran yang akan disimpan oleh SEC pada saat entitas tersebut untuk pertama kalinya

menawarkan penjualan sekuritas kepada publik. Pengaruh utama undang-undang ini atas

pihak-pihak yang terlibat dalam suatu gugatan dapat diringkas sebagai berikut :

Penggugat

 Setiap orang yang membeli atau mengakuisisi sekuritas seperti yang diuraikan dalam

laporan pendaftaran, tanpa memandang apakah ia merupakan klien auditor atau tidak.

 Harus mendasarkan gugatannya pada dugaan pemalsuan yang material atau laporan

keuangan yang menyesatkan yang ada dalam laporan pendaftaran.

 Apabila pembelian sekuritas dilakukan sebelum penerbitan laporan laba-rugi yang meliputi

periode setidaknya 12 bulan setelah tanggal efektif laporan pendaftaran, penggugat tidak

harus membuktikan adanya ketergantungan pada keandalan laporan yang tidak benar atau

yang menyesatkan atau bahwa kerugian yang diderita diperkirakan sebagai akibat laporan

keuangan tersebut.
 Tidak harus membuktikan bahwa auditor telah melakukan kelalaian atau kecurangan dalam

mengesahkan laporan keuangan terkait.

Tergugat

 Memiliki beban untuk menegakkan kebebasan dari kelalaian dengan cara membuktikan

bahwa ia telah melakukan investigasi yang memadai dan sesuai dengan itu memiliki dasar

yang memadai untuk percaya, dan memang percaya bahwa laporan keuangna yang

disahkan adalah benar pada tanggal laporan tersebut serta pada saat laporan pendaftaran

menjadi efektif, atau

 Melalui pembelaan harus menunjukkan bahwa kerugian penggugat secara keseluruhan

atau sebagian disebabkan oleh hal lain di luar laporan yang dianggap tidak benar atau

menyesatkan tersebut.

2. Undang-Undang Sekuritas tahun 1934 (Securities Exchange Act)

Mewajibkan perusahaan publik dengan nilai aktiva di atas $5 juta dan memiliki lebih dari 500

pemegang saham untuk mengarsipkan laporan tahunannya berikut laporan keuangan yang

telah diaudit pada SEC.Terdapat kesamaan dan perbedaan dalam pengaruh dari pasal 10 dan

18 pada pihak-pihak yang terlibat. Menurut kedua pasal tersebut, penggugat :

1. Dapat terdiri dari setiap orang yang membeli atau menjual sekuritas,

2. Harus membuktikan adanya pernyataan yang secara material tidak benar atau

menyesatkan,

3. Harus membuktikan ketergantungan untuk mengandalkan laporan terebut serta kerugian

yang timbul karena mengandalkan laporan tgersebut.

Namun tanggung jawab penggugat berbeda menurut kedua pasal tersebut dalam hal

membuktikan kecurangan auditor. Menurut pasal 18, penggugat tidak harus membuktikan
bahwa auditor telah berlaku curang, namun dalam pasal 10, Peraturan 10b-5, menyatakan

bahwa bukti tersebut diperlukan. Tergugat dalam gugatan pasal 18 harus membuktikan

bahwa ia :

1. Telah bertindak dengan jujur.

2. Tidak mengetahui tentang pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan.

Hal ini berarti bahwa dasar minimum untuk kewajiban kelalaian kotor. Sesuai dengan itu,

posisi auditor menurut pasal 18 sama seperti pada doktrin Ultramares menurut common

law, dimana ia dianggap bertanggung jawab kepada pihak ketiga atas kelalaian kotor.

Menurut pasal 18, seorang tergugat yang menderita kerugian, diperkenankan untuk

menerima ganti rugi “out-of-pocket”, yang nilainya ditetapkan sebesar selisih antara harga

kontrak dengan nilai riil pada tanggal transaksi. Apabila terdapat salah saji atau

pengabaian, maka pada umumnya nilai riil pada tanggal transaksi akan digantikan dengan

harga pasar.

Perbedaan Antara Undang-undang Tahun 1933 dan Tahun 1934

Butirt-butir Undang-undang 1933 Undang-undang 1934


Penggugat Setiap orang yang menerima Pembeli atau penjual
sekuritas. sekuritas
Penggugat harus Tidak Ya
membuktikan adanya
ketergantungan pada
keandalan.
Tergugat bertanggung jawab Ya Tidak
atas kelalaian biasa.
PRIVATE SECURITIES LITIGATION REFORM ACT TAHUN 1995

Undang-undang Private Securities Litigation Reform yang disahkan Kongres pada tahun

1995 dimaksudka untuk mengurangi litigasi yang ceroboh bagi auditor, perusahaan yang

menjual sekuritasnya kepada publik, dan para pihak yang berafiliasi dengan penerbit

sekuritas, seperti pejabat perusahaan, direktur, serta penasehat profesional.

Kewajiban Proporsional

Reform Act ini memperkenalkan dan memulai suatu sistem kewajiban proporsional

dimana seorang tergugat yang tidak “mengetahui tindak pelanggaran” atas hukum sekuritas

tetap bertanggung jawab berdasarkan suatu persentase tanggung jawab. Hal ini

dimaksudkan untuk mengurangi tekanan paksa bagi para pihak yang tidak bersalah untuk

menyelesaikan gugatan yang tidak terlampau berat di luar pengadilan daripada

memepertaruhkan risiko bagi diri sendiri dengan kewajiban yang tidak proporsional atas

kerugian dalam kasus tersebut. Tergugat yang “mengetahui tindak pelanggran” tetap

betanggung jawab secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk semua kerugian yang

dapat dinilai.

Menutup Kerugian Aktual

Reform Act juga menutup kerugian aktual yang timbul menurut Undang-undang sekuritas

berdasarkan harga pembelian investor atas sebuah sekuritas dan harga perdagangan rata-

rata selama periode 90 hari setelah tanggal informasi diterbitkan yang mengoreksi adanya

salah saji dan pengabaian dalam laporan keuangan.


Tanggung Jawab untuk Melaporkan Tindakan Melanggar Hukum

Reform Act menetapkan persyaratan pelaporan baru kepada auditor yang mendeteksi atau

menyadari adanya tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh pihak yang menerbitka

sekuritas.

Perubahan Lain yang Diberikan oleh Reform Act

Reform Act juga memberikan kelonggaran lain bagi profesi akuntan. Undang-undang ini :

 Mewajibkan penggugat membayar imbalan dan pengeluaran yang layak bagi penasehat

hukum yang digunakan oleh tergugat yang secara langsung terkait dengan litigasi yang

diputuskan oleh pengadilan sebagai ceroboh dan tidak benar.

 Memberikan tenggang waktu untuk berusaha menyelesaikan masalah yang ada, sehingga

dapat mengurangi biaya yang seringkali mendorong pihak yang tidak bersalah untuk

mengajukan gugatan class action.

 Membatasi kerugian akibat tindakan hukum dengan cara menghapus kecurangan sekuritas

sebagai dasar mengambil tindakan menurut Racketeer Influenced and Corrupt

Organization Act, yang menjatuhkan hukuman tiga kali lipat.

 Membatasi hak pihak ketiga untuk menggugat dengan cara membatasi umlah berapa kali

seseorang dapat menjadi wakil penggugat sebnayak tidak lebih dari lima class action selam

aperiode 3 tahun dan dengan mewajibkan adanya alasan standar yang lebih ketat yang

harus dipenuhi oleh penggugat.

 Perubahan tata cara bagaimana pengadilan menunjuk wakil penggugat dalam suatu class

action untuk kepentingan para investor institusional yang pada umumnya memiliki

kepetingan keuangan terbesar dalam ganti rugi tersebut serta untuk mengurangi adanya
“perlombaan menuju ruang pengadilan oleh para penggugat profesional” yang pada

umumnya hnaya memiliki kepentingan yang paling sedikit.

5.4 PERTIMBANGAN- PERTIMBANGAN LAIN

1. Kewajiban Menurut Racketeer Influenced And Corrupt Organization Act (Rico)

Pada awalnya RICO merupakan konsep yang menjadi bagian dari Undang-undang
Pengendalian Kejahatan Terorganisir tahun 1970 untuk menekan lajunya kejahatan terorganisir
dalam kegiatan bisnis yang sah. RICO memuat ketentuan perdata yang memperbolehkan semua
orang yang secara pribadi menjadi korban “pola kegiatan pemerasan” untuk menuntut ganti
rugi tiga kali lipat ditambah dengan penggantian imbalan untuk kuasa hukum. Meskipun
berfokus pada kejahatan terorganisir, ketentuan dalam RICO telah meluas sampai pada
kerugian yang ditimbulkan pada kerugian yang ditimbulkan oleh kecurangan dalam penewaran
sekuritas serta kegagalan bisnis yang sah. Para CPA seringkali menjadi tergugat berdasarkan
teori bahwa keterlibatan CPA pada penerbityan laporan keuangan yang secara material tidak
benar untuk masa minimum dua tahun dari rentang waktu sepuluh tahun dianggap termasuk
pada pola kegiatan pemerasan.

2. Standar profesional dan keputusan hukum

Terdapat perbedaan pendirian dikalangan AICPA, SEC, dan Pengadilan tentang kepentingan
relatif standar profrsional dan keputusan hukum:
Pernyataan AICPA :

1. Standar komunikasi yang diperlukan diukur menurt prinsip-prinsip akuntansi yang berlau
umum (GAAP) dan GAAS yang spesifik, dan apabila tidak didapati adanya peraturan-
peraturan atau kebiasaan yang spesifik maka akan digunakan pandangan para pakar (CPA
profesional).
2. Para juri (atau pengadilan dalam hal peradilan tanpa juri) tidak berwenang dalam menanyakan
kebijakan standar profesional

Pernyataan SEC

1. Auditor memiliki kewajiban yang sama melampaui GAAP dan GAAS yang spesifik atau
kebiasaan profesional untuk berkomunikasi secara efektif tentang komunikasi yang material.
2. Apabila GAAP dan GAAS ternyata memiliki kekurangan, maka SEC tidak ragu-ragu
meminta badan yang berwenang untuk menetapkan standar kinerja yang berarti tanpa
memperhatikan kesaksian para pakar pada standar nasional.

Pernyataan pengadilan tentang AICPA dan SEC

1. Apabila profesi telah menetapkan GAAS yang spesifik untuk menghadapi masalah yang
muncul, maka tugas profesional akan dibatasi pada menyesuaikannya dengan standar,
sehingga laporan keuangan dapat memberikan informasi yang wajar, dan berati bagi investor
meskipun auditor tidak mengikuti standar profesional, namun kewajiban hanya dibebankan
apabila laporan keuangan benar-benar menjadi penyebab timbulnya kerugian bagi penggugat.
Akan tetapi, apabila laporan keuangan yang menyesatkan ternyata menimbulkan kerugian
keuangan maka pengadilan tidak akan ragu-ragu menghukum auditor meskipun terdapat bukti
kuat adanya kesesuaian dengan GAAP dan GAAS.
2. Apabila penerapan standar auditing memerlukan keahlian dalam mengevaluasi dan menguji
pengendalian intern, pengambilan sampel transaksi, dan mendapatkan bukti yang kompeten,
maka kesaksian pakar akan sangat meyakinkan. Namun, bila sebalikny aitu terjadi maka
kesaksian pakar tentang kepatuhan pada GAAP hanya besifat persuasif saja dan bukan sesuatu
yang memaksa
3. Meminimalkan Risiko Litigasi

Sebagaimana profesi yang lain, seperti dokter dan pengacara, dewasa ini para CPA juga
menjalankan praktiknya di dalam iklim kebijakan public nasional yang sedang menekankan
pada pentingnya perlindungan bagi konsumen (masayarakat umum) dari pekerjaan di bawah
standar yang dilakukan oleh para professional. Dari hasil analisis atas berbagai kasus
pengadilan yang melibatkan para CPA, direkomendasikan sejumlah tindak pencegahan yang
perlu diambil oleh seorang CPA untuk meminimalkan risiko terjerarat dalam litigasi, yaitu:
1. Menggunakan surat perikatan untuk semua jenis jasa professional. Surat-surat terssebut akan
menjadi dasar persetujuan kontraktual serta meminimalkan risiko kesalahpahaman tentang
jasa yang telah disepakati.
2. Melakukan investigasi yang menyeluruh atas klien prospektif. Investigasi ini penting untuk
meminimalkan kemungkinan CPA dikaitkan dengan klien yang manajemennya tidak
memiliki integritas.
3. Lebih menekankan mutu jasa daripada pertumbuhan. Kemampuan sebuah koantor akuntan
public untuk menetapkan staf dengan tepatr pada suatu perikatan merupakan hal yang
penting bagi mutu pekerjaan yang akan dihasilkan. Penerimaan tugas dengan objek usaha
baru yang akan menimbulkan perlunya kerja lembur yang berlebihan, beban kerja di atas
normal, serta kurangnya supervise dari professional yang berpengalaman sebaiknya ditolak/
4. Mematuhi sepenuhnya ketentuan professional. Kepatuhan pada Statement on Auditing
Standard (SAS) merupakan hal yang penting. Seorang auditor harus mampu memberikan
alasan terjadinya setiap penyimpangan dari pedoman yang telah ditetapkan.
5. Mengakui keterbatasan ketentuan professional. Pedoman professional tidak mencakup
semuanya. Selainitu, pengujian subjektif atas kelayakan dan kewajaran akan digunakan oleh
para hakim, juri, dan pejabat pemerintah dalam menimbang pekerjaan auditor. Auditor harus
menggunakan pertimbangan professional yang mantap selama audit berlangsung dan dalam
penerbitan laporan audit.
6. Menetapkan dan menjaga standar yang tinggi atas pengendalian mutu. Kantor CPA dan para
auditor secara perorangan jelas dinyatakan bertanggung jawab atas pengendalian mutu.
Review sejawat (peer review) akan memberikan keyakinan independen tentang mutu dan
efektivitas berkanjut prosedur yang telah dirumuskan.
7. Memperhatikan tindak pencegahan dalam perikatan tentang keterlibatan klien dalam

kesulitan keuangan. Ancaman atas keadaan klien yang tidak solven ataupun kepailitan dapat

mengarah kepada kesengajaan salah saji dalam laporan keuangan. Banyak gugatan hukum

yang dilancarrkan terhadap auditor berawal dari kepailitan perusahaan yang terjadi setelah

terbitnya laporan auditor. Auditor harus menimbang dengan cermat kecukupan dan

kompetensi bukti yang diperoleh ketika mengaudit perusahaan tersebut.

Mewaspadai risiko audit. Dalam pertemuan konsultatif antara para staf AICPA dengan

Dewan Standar Auditing (ASB) yang dilaksanakan secara periodic, dibahas tentang

masalah-masalah risiko audit yang harus diwaspadai. Risiko audit yang harus diwaspadai

mengandung informasi penting tentang perkembangan ekonomi dan kebijakan dalam

industry tertentu yang dapat mempengaruhi pemeriksaan auditor dan pertimbangan

professional. Mengenali resiko audit yang harus diwaspadai akan sangat membantu dalam

menilai kelayakan dan kewajaran laporan keuangan seorang klien dalam industry tertentu.

Anda mungkin juga menyukai