ARTIKEL
OLEH:
MESISTI UTAMI
13001/2009
Mesisti Utami
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar
Padang Email: meitamy@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya pengaruh aktivitas, leverage,
dan pertumbuhan perusahaan dalam memprediksi financial distress pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian adalah
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-
2012. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sampling, sehingga
diperoleh sampel sebanyak 77 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi logistik, dengan pengolahan data menggunakan program SPSS
versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aktivitas yang diukur dengan
inventory turnover tidak berpengaruh signifikan dalam memprediksi financial
distress; (2) leverage yang diukur dengan debt ratio mempunyai pengaruh positif dan
signifikan dalam memprediksi financial distress; dan (3) pertumbuhan perusahaan
yang diukur dengan sales growth mempunyai pengaruh negatif dan signifikan dalam
memprediksi financial distress.
Kata Kunci: Aktivitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Financial
Distress
Abstract
This study aimed to examine the effect of activity, leverage, and firm growth to
predicting financial distress in the manufacturing companies listed on the Indonesia
Stock Exchange. The population are all manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange in 2009-2012. Samples was determined by purposive
sampling method, sample obtained as much as 77 companies. The techniques of data
analysis used is logistic regression analysis, data processing with SPSS version 16.0.
The results of study concluded that (1) activity as measured by inventory turnover has
no effect in predicting financial distress; (2) leverage as measured by debt ratio has a
positive and significant effect in predicting financial distress; and (3) firm growth as
measured by sales growth has a negative and significant effect in predicting financial
distress.
Keywords: Activity, Leverage, Firm Growth, Financial Distress
1
PENDAHULUAN dimiliki. Penyebab yang kedua adalah
Kelangsungan usaha dan kebangkrutan, situasi dimana
kegagalan perusahaan (financial perusahaan tidak mampu lagi
distress) jika diibaratkan maka ibarat memenuhi kewajiban-kewajiban
dua sisi mata uang yang saling bertolak kepada debitur karena perusahaan
belakang. Perusahaan yang dinilai baik mengalami kekurangan atau
secara keuangan belum tentu benar- ketidakcukupan dana untuk
benar baik dan bisa dijamin melanjutkan usahanya sehingga tujuan
kelangsungan usahanya, bisa saja ekonomi perusahaan tidak dapat
setahun kemudian dinyatakan dicapai.
bangkrut. Hal ini bisa disebabkan oleh Financial distress merupakan
salah satunya karena ketidakmampuan masalah yang sangat penting
perusahaan yang bersangkutan untuk diperhatikan oleh perusahaan, karena
membayar kewajiban yang telah jatuh jika perusahaan benar-benar
tempo. Selain itu, persaingan antar mengalami financial distress maka
perusahaan juga dapat menjadi perusahaan tersebut akan beresiko
penyebabnya. mengalami kebangkrutan. Salah satu
Menurut Platt dan Platt (2002) cara untuk mengurangi risiko
dalam Luciana (2004:2), financial kebangkrutan menurut Adelita (2011:5)
distress merupakan tahap penurunan adalah dengan mengetahui sejak dini
kondisi keuangan perusahaan yang dan memprediksi tanda-tanda yang
terjadi sebelum kebangkrutan ataupun akan mengkondisikan financial
likuidasi. Selanjutnya Imam distress. Prediksi tanda-tanda ini
(2012:143) mendefenisikan financial dianggap perlu untuk meminimalisir
distress sebagai suatu kondisi dimana kemungkinan dari risiko kebangkrutan
keuangan perusahaan dalam keadaan perusahaan. Selain itu, perusahaan
tidak sehat, atau krisis yang terjadi dapat melakukan tindakan-tindakan
sebelum kebangkrutan. untuk mengantisipasi kondisi yang
Menurut Brigham dan Daves mengarah pada kebangkrutan.
(2003) dalam Ardina (2013:1), Luciana (2003:8) mengindikasikan
kesulitan keuangan (financial distress) suatu perusahaan mengalami financial
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu distress apabila perusahaan tersebut
kegagalan ekonomi (economic failure) mengalami laba bersih operasi (net
dan kegagalan finansial (financial operating income) negatif selama
failure). Kegagalan ekonomi dapat beberapa tahun. Laba bersih operasi
terjadi karena kegagalan perusahaan negatif yang dialami perusahaan
dalam menutupi biaya operasi selama lebih dari satu tahun bisa
perusahaan. Sedangkan kegagalan menjadi tanda telah terjadinya tahap
finansial dapat disebabkan oleh dua penurunan kondisi keuangan (financial
hal. Penyebab pertama adalah technical distress) dalam perusahaan tersebut.
insolvency, situasi dimana perusahaan Menurut Mamduh (2007:278),
gagal membayar kewajibannya yang indikator financial distress bisa dilihat
jatuh tempo namun aset yang dimiliki dari analisis aliran kas, analisis strategi
lebih besar dari total hutang yang perusahaan, serta analisis laporan
2
keuangan. Etty dan Titik (2000) dalam mengindikasikan aset yang lebih sehat
Arie (2010:2), menyatakan bahwa untuk memenuhi kewajiban lancarnya
analisis laporan keuangan dapat sehingga dapat meminimalisir
menjadi salah satu alat untuk terjadinya financial distress.
memprediksi financial distress melalui Sebaliknya, aktivitas yang semakin
rasio-rasio keuangan yang ada. Endang rendah menunjukkan perusahaan
(2012:4) juga menyatakan bahwa salah menyimpan terlalu banyak persediaan,
satu sumber informasi mengenai sehingga tidak produktif dan tingkat
kemungkinan kondisi financial distress pengembaliannya pun menjadi rendah.
perusahaan dapat dilihat dari laporan Hal itu akan memperkecil keuntungan
keuangan melalui perhitungan rasio perusahaan dan membuat tidak likuid
keuangan. Dengan demikian maka sehingga kemungkinan terjadi financial
financial distress suatu perusahaan distress semakin besar.
dapat diukur dengan analisis laporan Selain aktivitas, menurut Reno
keuangan melalui rasio-rasio keuangan. leverage juga dapat digunakan dalam
Made (2013) menyatakan bahwa memprediksi financial distress.
aktivitas dapat digunakan dalam Menurut Kasmir (2012:151), leverage
memprediksi kondisi financial distress. menggambarkan sejauhmana aset
Menurut Sofyan (2010:308), aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang,
menggambarkan aktivitas yang dengan kata lain sejauhmana
dilakukan perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk
menjalankan operasinya baik dalam membayar seluruh kewajibannya, baik
kegiatan penjualan, pembelian dan jangka pendek maupun jangka panjang
kegiatan lainnya. Selanjutnya menurut apabila perusahaan dibubarkan
Kasmir (2012:172), aktivitas (dilikuidasi). Selanjutnya menurut
menunjukkan kemampuan perusahaan Munawir (2007) dalam Reno, leverage
dalam menggunakan aset (sumber menunjukkan indikasi tingkat
daya) yang dimilikinya secara efektif. keamanan dari para pemberi pinjaman
Ress (1995) dalam Ika (kreditur) atau sejauhmana kemampuan
(2011:105) perusahaan dalam membayar
juga menyatakan bahwa aktivitas kewajiban jika perusahaan tersebut
menggambarkan seberapa efektif dilikuidasi.
perusahaan menggunakan sumber daya Jiming dan Wei Wei (2011) dalam
yang dimiliki, atau dengan kata lain Meilinda (2012:8) menyatakan bahwa
sejauhmana efektifitas penggunaan aset semakin besar kegiatan perusahaan
dengan melihat tingkat aktivitas aset, yang dibiayai oleh utang semakin besar
seperti rasio periode pengumpulan pula kemungkinan terjadinya kondisi
piutang, rasio tingkat perputaran financial distress, akibat semakin besar
piutang, rasio tingkat perputaran kewajiban perusahaan untuk membayar
persediaan, rasio tingkat perputaran utang tersebut.
aset tetap, dan rasio tingkat perputaran Selain menggunakan aktivitas dan
total aset. leverage, Luciana (2003) menyatakan
Menurut Feri (2011:35), aktivitas bahwa pertumbuhan perusahaan juga
yang semakin tinggi menunjukkan dapat digunakan dalam memprediksi
perputaran yang lebih baik, dan
3
financial distress. Menurut Kasmir pengguna laporan keuangan. Sinyal itu
(2012:114), pertumbuhan berupa informasi mengenai apa yang
menggambarkan kemampuan sudah dilakukan oleh manajemen untuk
perusahaan dalam mempertahankan merealisasikan keinginan pemilik.
posisi ekonominya ditengah Spence (1973) dalam Adler
pertumbuhan perekonomian dan sektor (2012:112), menyatakan bahwa teori
usahanya. sinyal membahas mengenai alasan
Pertumbuhan perusahaan diukur perusahaan untuk memberikan
dengan menggunakan rasio informasi kepada pihak eksternal
pertumbuhan penjualan. Menurut perusahaan, salah satunya investor.
Wahyu (2009:112), pertumbuhan Perusahaan perlu memberikan
penjualan (sales growth) informasi kepada investor melalui
mencerminkan kemampuan perusahaan penerbitan laporan keuangan karena
dari waktu ke waktu. Tingkat keputusan yang akan diambil investor
pertumbuhan penjualan suatu dipengaruhi oleh kualitas informasi
perusahaan yang semakin tinggi yang diungkapkan perusahaan melalui
menunjukkan perusahaan tersebut laporan keuangannya.
berhasil menjalankan strateginya. Selanjutnya menurut Hendrianto
Perusahaan yang pertumbuhan (2012:63), teori signaling dalam topik
penjualannya positif dan semakin financial distress menjelaskan bahwa
tinggi lebih cenderung dapat jika kondisi keuangan dan prospek
mempertahankan kelangsungan perusahaan baik, manajer memberi
usahanya serta menurunkan potensi sinyal dengan menyelenggarakan
terjadinya kondisi financial distress akuntansi liberal. Sebaliknya, jika
dibandingkan perusahaan dengan perusahaan dalam kondisi financial
pertumbuhan penjualan yang negatif distress dan mempunyai prospek yang
dan semakin rendah. buruk, manajer memberi sinyal dengan
Berdasarkan latar belakang menyelenggarakan akuntansi
masalah di atas, maka rumusan konservatif.
permasalahan dalam penelitian ini
adalah sejauhmana pengaruh aktivitas, Financial Distress
leverage, dan pertumbuhan perusahaan Menurut Mamduh (2007:278),
dalam memprediksi financial distress financial distress dapat digambarkan
pada perusahaan manufaktur yang dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia likuiditas jangka pendek (yang paling
periode 2009-2012? ringan) sampai insolvable (yang paling
parah). Kesulitan keuangan jangka
TELAAH LITERATUR DAN pendek biasanya bersifat sementara dan
PENGEMBANGAN HIPOTESIS belum begitu parah, tetapi apabila tidak
Signalling Theory ditanggulangi bisa berkembang
Menurut Wolk dalam David menjadi kesulitan insolvable. Indikator
(2011:6), teori sinyal mengemukakan kesulitan keuangan bisa dilihat dari
bagaimana seharusnya sebuah analisis aliran kas, analisis strategi
perusahaan memberikan sinyal kepada
4
perusahaan, serta analisis laporan 3. Analisis laporan keuangan dari
keuangan perusahaan. perusahaan serta perbandingannya
Menurut Platt dan Platt (2002) dengan perusahaan lain. Analisis ini
dalam Luciana (2004:2), financial dapat berfokus pada satu variabel
distress merupakan tahap penurunan keuangan tunggal atau suatu
kondisi keuangan yang terjadi sebelum kombinasi dari variabel keuangan.
terjadinya kebangkrutan ataupun 4. Variabel eksternal seperti return
likuidasi. Munawir (2002) dalam sekuritas dan penilaian obligasi.
Christanty (2010:22) menyatakan
bahwa istilah kesulitan keuangan Rasio-Rasio Keuangan dalam
(financial distress) digunakan untuk Memprediksi Financial Distress
mencerminkan adanya permasalahan a. Laporan Keuangan
likuiditas yang tidak dapat dijawab atau Menurut Kieso (2008:2),
diatasi tanpa harus melakukan laporan keuangan merupakan sarana
perubahan skala operasi atau pengkomunikasian informasi
restrukturisasi perusahaan. Pengelolaan keuangan utama kepada pihak-pihak
kesulitan keuangan jangka pendek yang di luar perusahaan. Laporan
tidak tepat akan menimbulkan keuangan menampilkan sejarah
permasalahan yang lebih besar perusahaan yang dikuantifikasi
(insolvable) dan akhirnya mengalami dalam nilai moneter. Laporan
kebangkrutan. keuangan terdiri dari neraca, laporan
Menurut Brigham dan Daves laba rugi, laporan arus kas, laporan
(2003) dalam Khaira (2008:1), ekuitas pemilik atau pemegang
kesulitan keuangan (financial distress) saham dan catatan atas laporan
pada perusahaan bermula ketika keuangan.
perusahaan tidak dapat memenuhi Imam (2012:141) menyatakan
jadwal pembayaran, atau ketika bahwa secara garis besarnya laporan
proyeksi arus kas mengindikasikan keuangan merupakan hasil tindakan
bahwa perusahaan tersebut akan segera pembuatan dan peringkasan data
tidak dapat memenuhi kewajibannya. keuangan perusahaan yang disusun
Menurut Foster (1986) dalam serta ditafsirkan secara sistematis
Wahyu (2009:108), ada beberapa dan tepat untuk kepentingan internal
indikator atau sumber informasi maupun eksternal perusahaan.
mengenai kemungkinan dari financial Laporan keuangan yang disusun
distress, yaitu: dengan eksistensi suatu perusahaan,
1. Analisis arus kas untuk periode pada hakikatnya merupakan alat
sekarang dan yang akan datang. komunikasi sekaligus sebagai
2. Analisis strategi perusahaan yang pertanggungjawaban bagi
mempertimbangkan pesaing manajemen kepada semua pihak
potensial, struktur biaya relatif, yang menanamkan dan
perluasan rencana dalam industri, mempercayakan pengelolaan
kemampuan perusahaan untuk dananya di dalam perusahaan
meneruskan kenaikan biaya, kualitas tersebut terutama kepada pemilik.
manajemen dan lain sebagainya.
5
Menurut Indra (2010:297), 4. Sangat bermanfaat untuk bahan
tujuan umum laporan keuangan dalam mengisi model-model
adalah memberikan informasi pengambilan keputusan dan
mengenai posisi keuangan, kinerja model prediksi (Z-score).
dan arus kas suatu entitas yang 5. Menstandarisir ukuran
berguna bagi sejumlah pemakai perusahaan.
untuk membuat dan mengevaluasi 6. Lebih mudah memperbandingkan
keputusan mengenai alokasi sumber perusahaan dengan perusahaan
daya yang dipakai suatu entitas lain atau melihat perkembangan
dalam aktivitasnya guna mencapai perusahaan secara periodik atau
tujuan. “time series”.
7. Lebih mudah melihat tren
b. Analisis Laporan Keuangan perusahaan serta melakukan
Akhyar dan Eha (2002) dalam prediksi di masa yang akan
Christanty (2010:2) menyatakan datang.
bahwa financial distress suatu
perusahaan dapat dilihat dan diukur c. Rasio Keuangan Sebagai Alat
melalui laporan keuangan dengan Untuk Memprediksi Financial
cara menganalisis laporan keuangan. Distress
Analisis laporan keuangan Menurut Endang (2012:4),
merupakan alat yang sangat penting salah satu sumber informasi
untuk memperoleh informasi yang mengenai kemungkinan kondisi
berkaitan dengan posisi keuangan financial distress perusahaan dapat
perusahaan serta hasil-hasil yang dilihat dari laporan keuangan,
telah dicapai sehubungan dengan melalui perhitungan rasio keuangan.
pemilihan strategi perusahaan yang Selanjutnya menurut Ika
akan diterapkan. (2011:104), rasio merupakan alat
Model yang sering digunakan untuk menyatakan pandangan
dalam melakukan analisis laporan terhadap kondisi yang mendasari,
keuangan adalah dalam bentuk rasio dalam hal ini adalah kondisi
keuangan. Sofyan (2007:298) financial (keuangan) perusahaan.
mengungkapkan bahwa analisis Rasio yang diinterpretasikan dengan
rasio memiliki keunggulan tepat mengidentifikasikan area yang
dibanding teknik analisis lainnya. memerlukan investigasi lebih lanjut.
Adapun keunggulan tersebut adalah: James C Van Horne dalam Kasmir
1. Rasio merupakan angka-angka (2012:104), menyatakan
atau ikhtisar statistik yang lebih bahwa rasio keuangan merupakan
mudah dibaca dan ditafsirkan. indeks yang menghubungkan dua
2. Merupakan pengganti yang lebih angka akuntansi yang diperoleh
sederhana dari informasi yang dengan membagi satu angka dengan
disajikan laporan keuangan yang angka lainnya. Rasio keuangan
sangat rinci dan rumit. digunakan untuk mengevaluasi
3. Mengetahui posisi perusahaan di kondisi keuangan dan kinerja
tengah industri lain. perusahaan, sehingga dari hasil rasio
6
keuangan ini akan terlihat kondisi tingkat penjualan tertentu akan
kesehatan perusahaan tersebut. mengakibatkan semakin besarnya
Menurut Etty dan Titik (2000) kelebihan dana yang tertanam
dalam Rayenda (2007:3), rasio pada aset tersebut.
keuangan bermanfaat dalam Menurut Kasmir (2012:173),
memprediksi kesulitan keuangan ada beberapa tujuan yang hendak
bisnis untuk periode satu sampai dicapai dari penggunaan rasio
lima tahun sebelum bisnis tersebut aktivitas, yaitu:
benar-benar bangkrut. 1. Untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu
Aktivitas
periode atau berapa kali dana
1.
10
liabilities to total asset, sales kemungkinan terjadinya kesulitan
growth, dan inventory turnover keuangan (financial distress) semakin
dalam memprediksi financial kecil.
distress. Hasil penelitiannya Rasio hutang merupakan rasio
menunjukkan bahwa current ratio yang digunakan untuk mengukur
berpengaruh negatif terhadap perbandingan antara total hutang
financial distress, debt ratio dengan total aset. Perusahaan yang
berpengaruh positif terhadap memiliki tingkat hutang yang lebih
financial distress, dan current besar akan lebih mudah mengalami
liabilities to total asset berpengaruh financial distress maupun
negatif terhadap financial distress. kebangkrutan jika dibandingkan
Profit margin, sales growth dan dengan perusahaan yang memiliki
inventory turnover tidak dapat hutang lebih sedikit, sebab semakin
digunakan untuk memprediksi besar jumlah hutang perusahaan akan
kondisi financial distress. menyebabkan semakin besar pula
Kerangka Konseptual kemungkinan perusahaan tidak dapat
Financial distress merupakan membayar hutang pokok dan
tahap terjadinya penurunan kondisi bunganya.
keuangan perusahaan, yang berawal Rasio pertumbuhan penjualan
dari kesulitan likuiditas yang dialami digunakan untuk mencerminkan
perusahaan, dan apabila dibiarkan pertumbuhan perusahaan. Rasio ini
berlarut-larut maka akan menyebabkan merupakan rasio untuk mengukur
kebangkrutan perusahaan. Informasi sejauhmana kemampuan perusahaan
mengenai financial distress suatu untuk meningkatkan penjualannya dari
perusahaan sangat penting untuk waktu ke waktu. Semakin tinggi tingkat
diketahui lebih awal agar financial pertumbuhan penjualan suatu
distress dapat diminimalisir sehingga perusahaan maka perusahaan tersebut
kebangkrutan perusahaan dapat berhasil dalam menjalankan strateginya
dihindari. Untuk mendeteksi financial dalam pemasaran dan penjualan
distress pada suatu perusahaan dapat produk, hal ini akan menurunkan
dilakukan dengan menggunakan rasio terjadinya financial distress.
keuangan perusahaan, antara lain Kerangka konseptual yang
adalah rasio aktivitas, leverage, dan melandasi hipotesis penelitian dapat
pertumbuhan perusahaan. dilihat pada Gambar 1. Kerangka
Rasio perputaran persediaan Konseptual (Lampiran).
merupakan rasio yang menunjukkan
Hipotesis
seberapa cepat perputaran persediaan
Sebagai jawaban sementara dari
dalam siklus produksi normal. Rasio ini
permasalahan yang dikemukakan
berguna untuk mengetahui kemampuan
sebelumnya serta mengacu pada kajian
perusahaan dalam mengelola
teori dan kerangka konseptual, maka
persediaan. Semakin besar rasio yang
dapat dirumuskan hipotesis sebagai
didapat maka semakin baik karena
berikut:
perusahaan semakin cepat mengubah
persediaannya menjadi kas sehingga
11
H1: Semakin tinggi aktivitas sebanyak 129 perusahaan.
perusahaan maka semakin
rendah probabilitas
perusahaan mengalami
financial distress.
H2: Semakin tinggi leverage
perusahaan maka semakin
tinggi probabilitas perusahaan
mengalami financial distress.
H3: Semakin tinggi pertumbuhan
perusahaan maka semakin
rendah probabilitas
perusahaan mengalami
financial distress.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan
tujuan penelitian, maka penelitian ini
tergolong penelitian kausatif.
Penelitian kausatif berguna untuk
menganalisis pengaruh suatu variabel
terhadap variabel lainnya. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat seberapa jauh
variabel bebas mempengaruhi variabel
terikat. Dengan demikian, penelitian ini
menjelaskan dan menggambarkan
hubungan aktivitas, leverage, dan
pertumbuhan perusahaan sebagai
variabel independen dengan financial
distress sebagai variabel dependennya.
23
Rayenda K Brahmana. 2007.
“Identifying Financial Distress
Condition in Indonesia
Manufacture Industry”.
Birmingham Business School,
University of Birmingham United
Kingdom. Hlm. 1-19.
Reno Furqon Kusumawardana, dan Siti
Aisjah. . “Analisis Rasio
Keuangan untuk Memprediksi
Financial Distress”. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya.
Hlm. 1-14.
Rowland Bismark Fernando Pasaribu.
2008. “Penggunaan Binary Logit
Untuk Prediksi Financial Distress
Emiten di BEI”. Jurnal Ekonomi
Bisnis & Akuntansi Ventura. Vol.
11, No. 2. Hlm. 153-172.
Sari Atmini. 2005. “Manfaat Laba dan
Arus Kas untuk Memprediksi
Kondisi Financial Distress pada
Perusahaan Textile Mill Products
dan Apparel and Other Textile
Products yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta”. Simposium Nasional
Akuntansi VIII. Hlm. 460-474.
Scott, William R. 2009. “Financial
Accounting Theory”. Toronto,
Ontario: Pearson Prentice Hall.
Sofyan Syafri Harahap. 2010. Analisa
Kritis atas Laporan Keuangan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wahyu Widarjo, dan Doddy Setiawan.
2009. “Pengaruh Rasio Keuangan
terhadap Kondisi Financial
Distress Perusahaan Otomotif”.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.
11, No. 2. Hlm. 107-119.
24
LAMPIRAN
Aktivitas
Pertumbuhan Perusahaan
Gambar 1
Kerangka Konseptual
Tabel 3
Daftar Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan Sub Sektor
1 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cement
2 Holcim Indonesia Tbk Cement
3 Semen Indonesia Tbk Cement
4 Asahimas Flat Glass Tbk Ceramic, Glass, Porcelain
5 Arwana Citra Mulia Tbk Ceramic, Glass, Porcelain
6 Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk Ceramic, Glass, Porcelain
7 Keramika Indonesia Assosiasi Tbk Ceramic, Glass, Porcelain
8 Mulia Industrindo Tbk Ceramic, Glass, Porcelain
9 Surya Toto Indonesia Tbk Ceramic, Glass, Porcelain
10 Alumindo Light Metal Industry Tbk Metal and Allied Products
11 Betonjaya Manunggal Tbk Metal and Allied Products
12 Indal Aluminium Industry Tbk Metal and Allied Products
13 Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk Metal and Allied Products
14 Jaya Pari Steel Tbk Metal and Allied Products
15 KMI Wire and Cable Tbk Metal and Allied Products
16 Lion Metal Works Tbk Metal and Allied Products
25
17 Lionmesh Prima Tbk Metal and Allied Products
18 Pelangi Indah Canindo Tbk Metal and Allied Products
19 Budi Starch & Sweetener Tbk Chemicals
20 Duta Pertiwi Nusantara Tbk Chemicals
21 Ekadharma International Tbk Chemicals
22 Intanwijaya International Tbk Chemicals
23 Indo Acidatama Tbk Chemicals
24 Argha Karya Prima Industry Tbk Plastics & Packaging
25 Asiaplast Industries Tbk Plastics & Packaging
26 Berlina Tbk Plastics & Packaging
27 Champion Pasific Indonesia Tbk Plastics & Packaging
28 Sekawan Intipratama Tbk Plastics & Packaging
29 Siwani Makmur Tbk Plastics & Packaging
30 Trias Sentosa Tbk Plastics & Packaging
31 Yanaprima Hastapersada Tbk Plastics & Packaging
32 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Animal Feed
33 Japfa Comfeed Indonesia Tbk Animal Feed
34 Malindo Feedmili Tbk Animal Feed
35 Siearad Produce Tbk Animal Feed
36 Sumalindo Lestari Jaya Global Tbk Wood Industries
Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Pulp & Paper
37
Tbk
38 Astra International Tbk Automotive & Components
39 Argo Pantes Tbk Textile, Garment
40 APAC Citra Centertex Tbk Textile, Garment
41 Pan Brothers Tbk Textile, Garment
42 Roda Vivatex Tbk Textile, Garment
43 Ricky Putra Globalindo Tbk Textile, Garment
44 Sunson Textile Manufacturer Tbk Textile, Garment
45 Sepatu Bata Tbk Footwear
46 Primarindo Asia Infrastructure Tbk Footwear
47 Jembo Cable Company Tbk Cable
48 Voksel Electric Tbk Cable
49 Darya-Varia Laboratoria Tbk Others Miscellaneous Industry
50 Eratex Djaja Tbk Others Miscellaneous Industry
51 Panasia Indosyntec Tbk Others Miscellaneous Industry
52 Indofarma Tbk Others Miscellaneous Industry
26
53 Merck Tbk Others Miscellaneous Industry
54 Pyridam Farma Tbk Others Miscellaneous Industry
55 Schering Plough Indonesia Tbk Others Miscellaneous Industry
56 Thaisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Others Miscellaneous Industry
57 Tempo Scan Pasific Tbk Others Miscellaneous Industry
58 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Food and Beverages
59 Davomas Abadi Tbk Food and Beverages
60 Delta Djakarta Tbk Food and Beverages
61 Indofood Sukses Makmur Tbk Food and Beverages
62 Multi Bintang Indonesia Tbk Food and Beverages
63 Mayora Indah Tbk Food and Beverages
64 Prashida Aneka Niaga Tbk Food and Beverages
65 Sekar Laut Tbk Food and Beverages
66 Siantar Top Tbk Food and Beverages
67 Ultrajaya Milk Industry Tbk Food and Beverages
68 Gudang Garam Tbk Tobacco Manufacturers
69 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Tobacco Manufacturers
70 Kimia Farma (Persero) Tbk Pharmaceuticals
71 Kalbe Farma Tbk Pharmaceuticals
72 Mustika Ratu Tbk Cosmetics and Household
73 Mandom Indonesia Tbk Cosmetics and Household
74 Unilever Indonesia Tbk Cosmetics and Household
75 Kedawung Setia Industrial Tbk Houseware
76 Kedaung Indah Can Tbk Houseware
77 Langgeng Makmur Industry Tbk Houseware
Tabel 8
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6.306 8 .613
Sumber: Data Olahan SPSS (2014)
27
Tabel 9
Block 0: Beginning
Block Iteration
Historya,b,c
-2 Log Coefficients
Iteration likelihood Constant
Step 0 1 219.989 -1.571
2 210.011 -2.027
3 209.748 -2.117
4 209.748 -2.120
5 209.748 -2.120
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 209,748
c. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
,001.
Sumber: Data Olahan SPSS (2014)
Tabel 10
Block 1: Method Enter
Iteration Historya,b,c,d
-2 Log Coefficients
Iteration likelihood Constant X1 X2 X3
Step 1 1 201.171 -1.810 -.029 .776 -.478
2 183.663 -2.332 -.060 1.080 -1.112
3 182.151 -2.432 -.084 1.161 -1.538
4 182.126 -2.434 -.089 1.171 -1.592
5 182.126 -2.434 -.090 1.171 -1.593
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 209,748
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Sumber: Data Olahan SPSS (2014)
28
Tabel 11
Model Summary
-2 Log Cox & Snell Nagelkerke R
Step likelihood R Square Square
1 182.126a .086 .174
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Data Olahan SPSS (2014)
Tabel 12
Hasil Uji Analisis Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a X1 -.090 .088 1.039 1 .308 .914
X2 1.171 .284 17.015 1 .000 3.224
X3 -1.593 .764 4.345 1 .037 .203
Constant -2.343 .481 25.648 1 .000 .088
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3.
Sumber: Data Olahan SPSS (2014)
29