Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS, RETURN ON EQUITY,

DAN DEBT TO ASSETS RATIO TERHADAP PREDIKSI FINANCIAL


DISTRESS MODEL ZMIJEWSKI
(Studi Empiris pada 20 Perusahaan Manufaktur Sub-Sektor Pangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018)

Riyadhah Nur Basmalah


11180820000051
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta

ABSTRAK
Financial Distress adalah kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan sebelum
perusahaan mengalami kebangkrutan. Prediksi kesulitan keuangan diperlukan untuk
mengantisipasi perusahaan mengalami kebangkrutan. Prediksi tersebut bisa dilihat dengan
rasio-rasio keuangan perusahaan. Rasio keuangan dalam penelitian ini menggunakan Return
on Assets, Return on Equity, dan Debt to Assets Ratio pada perkiraan terjadinya Financial
Distress. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruhnya nilai Return on
Assets, Return on Equity, dan Debt to Assets Ratio terhadap prediksi skor Financial Distress
pada metode Zmijewski. Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Populasi
yang digunakan adalah 20 perusahaan sektor manufaktur sub-sektor pangan pada tahun 2018.
Pengujian dalam penelitian ini adalah menggunakan uji regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Return on Assets tidak berpengaruh terhadap Financial Distress, Return
on Equity tidak berpengaruh terhadap Financial Distress, sementara Debt to Assets Ratio
memiliki pengaruh terhadap Financial Distress. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Financial Distress dapat dipengaruhi oleh nilai dari Debt to Assets Ratio.

Kata Kunci : Financial Distress, Return on Assets, Return on Equity, Debt to Assets Ratio

PENDAHULUAN
Kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak stabil dapat menyebabkan kesulitan pada
perusahaan untuk tetap berjalan dalam mempertahankan persaingan yang sangat ketat.
Perkembangan perekonomian Indonesia saat ini menuntut untuk perusahaan harus melakukan
inovasi dan memperluas pangsa sehingga perusahaan mampu bertahan dan bersaing (Hadi,
2014). Financial distress adalah keadaan dimana perusahaan mengalami kemunduran dalam
hal keuangan. Financial distress yaitu perusahaan cenderung akan mengalami masalah
likuiditas dimana perusahaan tidak lagi mampu memenuhi kewajibannya (Hanifah Purwanto,
2013).
Platt dan Platt dalam Almilia dan Kristijadi (2003), mengartikan financial distress
sebagai tahapan fenomena dari penurunan kondisi suatu perusahaan sebelum terjadi
kebangkrutan dan likuidasi. Sehingga kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami
financial distress dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum
terjadinya kebangkrutan, pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover
agar perusahaan lebih mampu untuk membayar utang dan mengelola perusahaan dengan
lebih baik lagi, dan memberikan signal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.
Ketika perusahaan sudah menunjukkan dalam kondisi financial distress, maka pihak internal
maupun eksternal perusahaan bereaksi oleh adanya signal ini. Karena signal ini dapat
dijadikan oleh pihak internal seperti manager untuk mengambil tindakan preventif untuk
mencegah kondisi ini, dan oleh pihak eksternal dapat dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan (Safitri, 2010).
Untuk dapat memprediksi financial distress, maka kita harus mengetahui rasio-rasio
keuangan apakah yang berpengaruh terhadap financial distress itu sendiri. Dengan
mengetahui rasio apakah yang berpengaruh terhadap financial distress, diharapkan kita dapat
mengetahui kinerja apa saja yang perlu dimaksimalkan sehingga financial distress pun dapat
dicegah. Maka dari itu penelitian ini mencoba menguji apakah 3 rasio dari banyaknya rasio
keuangan akan berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Tiga rasio tersebut antara
lain Return on Assets, Return on Equity, dan Debt to Assets Ratio.

KAJIAN PUSTAKA
Financial Distress
Plat dan Plat (2006 : 169) memberikan definisi mengenai kesulitan keuangan atau
Financial distress yakni, ”The definition of financial distress is less precise than the legal
actions that the define proccedings such as bankruptcy or liquidation”. Sedangkan menurut
Fahmi (2013 : 158) Financial distress dimulai dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk
likuiditas, dan juga termasuk kewajiban dalam kategori solvabilitas.
Kesulitan keuangan suatu perusahaan disebabkan oleh beberapa kemungkinan.
Darsono (2008:101-102) menjelaskan bahwa secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari bagian internal manajeman perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa
berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor
perekonomian secara makro. Ketidakmampuan untuk membaca sinyal–sinyal dalam kesulitan
usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang telah dilakukan.
Menurut Fachrudin (2008:8) menyatakan bahwa kesulitan keuangan dapat ditinjau
dari komposisi neraca jumlah asset dan kewajiban, dari laporan laba rugi jika perusahaan
terus menerus rugi, dan dari laporan arus kas jika arus kas masuk lebih kecil dari arus kas
keluar.
Financial distress dihitung menggunakan suatu formula atau model yang disebut
sebagai model kesulitan keuangan. Menurut Subramanyam (2010 : 288), model kesulitan
keuangan, yang umumnya disebut model prediksi kebangkrutan (bankruptcy prediction
model), memberikan tren dan perilaku beberapa rasio tertentu. Karakteristik rasio tersebut
digunakan untuk mengidentifikasi kemungkin kesulitan keuangan masa depan.
Financial distress memiliki empat model yaitu model Springate, model Altman,
model Zmijewski, dan model Groover. Namun, yang akan dibahas pada jurnal ini adalah
model Zmijewski dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :
Z = -4,5A + 5,7B + 0,004C - 4,3
Keterangan :
A = Net Income/Total Assets
B = Total Liability/Total Assets
C = Current Assets/Current Liability

Hipotesis Penelitian
Return on Assets adalah perbandingan antara laba bersih dengan total aset yang
dimiliki perusahaan. Return on Assets merupakan salah satu rasio profitabilitas. Yang mana
rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Maka Return on Assets sendiri mengukur
kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba. Ketika kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dapat terukur sebagai contoh ketika Return on Assets bernilai tinggi, maka
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dinilai baik. Hal ini akan berdampak baik
juga pada kondisi finansial perusahaan. Sehingga menurunkan resiko terjadinya Financial
Distress. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Return on Assets berpengaruh terhadap prediksi terjadinya Financial Distress

Return on Equity merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas


perusahaan. Return on Equity juga merupakan salah satu rasio profitabilitas juga. Sama
seperti Return on Assets, maka ketika Return on Equity bernilai tinggi, maka kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba dinilai baik. Hal ini akan berdampak baik juga pada
kondisi finansial perusahaan. Sehingga resiko terjadinya Financial Distress dapat berkurang.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Return on Equity berpengaruh terhadap prediksi terjadinya Financial Distress

Debt to Assets Ratio adalah perbandingan antara total liabilitas perusahaan dengan
total aset perusahaan. Debt to Assets Ratio termasuk ke dalam leverage ratio. Leverage Ratio
merupakan rasio yang mengukur perbandingan antara dana yang ditanam oleh pemilik dalam
perusahaan dengan dana yang berasal dari para kreditor. Kegunaan Debt to Assets Ratio
adalah untuk menguji kewajaran nilai kapitalisasi dalam bentuk aset dengan liabilitas yang
diperoleh untuk membeli aset. Semakin tinggi nilai dari Debt to Assets Ratio. Maka akan
berdampak kurang baik pada kondisi finansial perusahaan. Sehingga dapat memicu resiko
terjadinya Financial Distress. Berdasarkan uraian tersebut maka kita dapat mengembangkan
hipotesis sebagai berikut :
H3 : Debt to Assets Ratio berpengaruh terhadap prediksi terjadinya Financial Distress

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018. Sampel dalam penelitian ini
adalah 20 perusahaan manufaktur sub-sektor pangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2018. Variabel dependen dari penelitian ini adalah Zmijewski Score, variabel
independennya adalah Return on Assets, Return on Equity, dan Debt to Assets Ratio.
Data yang digunakan adalah data sekunder, sehingga pengumpulan data diperoleh
dengan teknik documenter. Penelitian ini menggunakan laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan uji regresi berganda. Berikut ini adalah rumus model penelitian :
Y’ = a + b1x1 + b2x2 + b3 x3
Y’ = Zmijewski Score
a = Konstanta
b1 = Return on Assets
b2 = Return on Equity
b3 = Debt to Assets Ratio

Berikut tabel data untuk pengujian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengujian
Berikut tabel hasil dari pengujian dengan menggunakan uji regresi berganda

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Significance
1 Regression 192241.904 3 64080.635 8.064 .002b
Residual 127150.296 16 7946.894
Total 319392.200 19
a. Dependent Variable: Zmijewski Score
b. Predictors: (constant) Debt to Assets Ratio, ROE, ROA...
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .776a .602 .527 89.14535
a. Predictors: (constant) Debt to Assets Ratio, ROE, ROA...

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Significance
1 (Constant) -359.212 49.089 -7.318 .000
ROA -12.360 5.918 -1.291 -2.089 .053
ROE 3.914 2.425 .997 1.614 .126
Debt Ratio 3.618 .928 .619 3.899 .001
a. Dependent Variable: Zmijewski Score

Pada Tabel ANOVA dapat dilihat bahwa nilai sig. sebesar 0,002 yang mana nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka, sesuai dasar pengambilan keputusan dalam uji F dapat
disimpulkan bahwa hipotesis diterima atau dengan kata lain Return on Assets, Return on
Equity, dan Debt to Assets Ratio secara simultan berpengaruh terhadap Financial Distress.
Pada Tabel Model Summary dapat dilihat bahwa Return on Assets, Return on Equity, dan
Debt to Assets Ratio secara simultan berpengaruh terhadap Financial Distress sebesar 60,2%.
Sedangkan, sisanya sebesar 39,8% dipengaruhi oleh faktor lain selain dari variabel yang
diujikan pada penelitia ini. Maka, secara simultan Return on Assets, Return on Equity, dan
Debt to Assets Ratio cukup berpengaruh terhadap Zmijewski score.
Kemudian pada tabel Coefficients dapat dilihat bahwa nilai sig. dari Return on Assets
sebesar 0,053 yang mana ini lebih besar dari 0,05 artinya Return on Assets tidak berpengaruh
secara parsial terhadap Zmijewski score. Pada Return on Equity dapat dilihat nilai sig. nya
sebesar 0,126 yang mana lebih besar dari 0,05 artinya Return on Equity secara parsial tidak
berpengaruh terhadap Zmijewski score. Lalu pada nilai sig. dari Debt to Assets Ratio sebesar
0,001 yang mana lebih kecil dari 0,05 artinya Debt to Assets Ratio secara parsial memiliki
pengaruh yang cukup sigifikan terhadap Zmijewski score. Selanjutnya model regresi
berganda dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y’ = -359,212 - 12,36x1 + 3,914x2 + 3,618x3

Pembahasan
Pengaruh Return on Assets terhadap Financial Distress
Berdasarkan nilai signifikasi menunjukkan bahwa Return on Assets tidak berpengaruh
terhadap Financial Distress karena nilai signifikasi Return on Assets 0,053>0,05 sehingga H0
diterima. Hipotesis yang menyebutkan bahwa Return on Assets berpengaruh terhadap prediksi
terjadinya financial distress ditolak. Hal ini dapat terjadi karena laba perusahaan yang tinggi
belum tentu menghindarkan perusahaan dari financial distress, karena dalam laba yang tinggi
tersebut bisa terjadi utang yang tinggi pula.

Pengaruh Return on Equity terhadap Financial Distress


Berdasarkan nilai signifikasi menunjukkan bahwa Return on Equity tidak berpengaruh
terhadap Financial Distress karena nilai signifikasi Return on Equity 0,126>0,05 sehingga H0
diterima. Hipotesis yang menyebutkan bahwa Return on Equity berpengaruh terhadap prediksi
terjadinya financial distress ditolak. Hal ini dapat terjadi karena laba perusahaan yang tinggi
belum tentu menghindarkan perusahaan dari financial distress, karena dalam laba yang tinggi
tersebut bisa terjadi utang yang tinggi pula.

Pengaruh Debt to Assets Ratio terhadap Financial Distress


Berdasarkan nilai signifikasi menunjukkan bahwa Debt to Assets Ratio berpengaruh
terhadap Financial Distress karena nilai signifikasi Debt to Assets Ratio 0,001<0,05 sehingga
H3 diterima. Hipotesis yang menyebutkan bahwa Debt to Assets Ratio berpengaruh terhadap
prediksi terjadinya financial distress diterima. Hal ini terjadi karena semakin tinggi utang
yang dimiliki oleh perusahaan baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang
sedangkan perusahaan tidak mampu untuk menghasilkan pendapatan yang lebih banyak untuk
membayar utang beserta bunganya akan mendekatkan perusahaan pada terjadinya financial
distress.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari pengujian yang telah dilakukan adalah bahwa Return on Assets tidak
berpengaruh terhadap terjadinya Financial Distress. Return on Equity tidak berpegaruh
terhadap terjadinya Financial Distress. Sedangkan, Debt to Assets Ratio memiliki pengaruh
terhadap terjadinya Financial Distress.

DAFTAR PUSTAKA
Fahlevi, Endriz Devianti, dan Hasan Mukhibad. 2018. Penggunaan Rasio Keuangan dan
Good Corporate Governance untuk Memprediksi Financial Distress. Jurnal Reviu
Akuntasi dan Keuangan 8.2 (2018): 149-151. https://doi.org/10.22219/jrak.v8i2.34.
Diunduh pada 8 Juni 2020.

Huang, Jun, dkk. 2017. Distressed Chinese Firm Prediction with Dicretized Data. Journal
Management Decision 55.5 (2017). https://doi.org/10.1108/MD-08-2016-0546.
Diunduh pada 8 Juni 2020.

Mafiroh, Anis, dan Triyono. 2016. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Financial Distress. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan
Indonesia 1.1(2016) : 47-48. https://doi.org/10.23917/reaksi.v1i1.1956. Diunduh pada
8 Juni 2020.

Meiliawati, Anggi, dan Isharijadi. 2016. Analisis Perbandingan Model Sprigate dan Altman Z
Score Terhadap Potensi Financial Distress (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor
Kosmetik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Pendidikan
5.1(2016):16. http://doi.org/10.25273/jap.v5i1.1183. Diunduh pada 10 Juni 2020.

Riaz, Yasir, dkk. 2016. Investment-Cash Flow Sensitivity and Financial Constraints :
Evidences from Pakistan. South Asian Journal of Global Business Research 5.3
(2016). https://doi.org/10.1108/SAJGBR-08-2015-0054. Diunduh pada 10 Juni 2020.

Subramanyam, K.R., dan Wild, John J. 2012. Analisis Laporan Keuangan: Financial
Statement Analysis Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Yazdanfar, Darush, dan Peter Ohman. 2019. Financial Distress Determinants Among SMEs :
Empirical Evidence from Sweden. Journal of Economic Studies.
https://doi.org/10.1108/JES-01-2019-0030. Diunduh pada 8 Juni 2020.

Anda mungkin juga menyukai