Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PAPER

MATA KULIAH MATEMATIKA DAN


STATISTIKA TERAPAN

DOSEN PENGAJAR:
PROF DR IR NOER AZAM ACHSANI, MS.

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN STRUKTUR


KEPEMILIKAN TERHADAP KEMUNGKINAN
PERUSAHAAN MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS

DISUSUN OLEH:

Luthfia Zulfa (K1501212273) E82

PROGRAM PASCA SARJANA


MANAJEMEN DAN BISNIS
SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR (SB IPB)
2021
ABSTRAK

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kinerja Keuangan dan Struktur
Kepemilikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami Financial Distress. Kinerja
keuangan dalam makalah ini diukur dengan menggunakan likuiditas, leverage, profitabilitas,
dan aktifitas. Struktur kepemilikan diukur dengan kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional. Makalah ini menggunakan sampel perusahaan pada sektor manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014-2018. Teknik pengambilan
sampel dalam makalah ini adalah purposive sampling dan didapat sampel sejumlah 40
perusahaan. Makalah ini menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan yang
diperoleh dari situs resmi Indonesian Stock Exchange (IDX). Metode analisis yang digunakan
adalah statistik deskriptif dan regresi logistik dengan aplikasi SPSS versi 25. Hasil makalah
menunjukkan bahwa variabel Likuiditas dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
Financial Distress sedangkan Leverage, Aktivitas, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan
Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.

Kata kunci: Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas, Kepemilikan Manajerial,


Kepemilikan Institusional, Financial Distress.

2
PENDAHULUAN
Finacial distress merupakan keadaan sebelum distress tersebut. Sehingga, kemampuan untuk
perusahaan mengalami kebangkrutan atau pailit, memprediksi financial distress menjadi hal yang
salah satunya dapat dilihat dari menurunnya posisi benar-benar penting bagi perusahaan agar perusahaan
keuangan perusahaan atau perusahaan mengalami dapat mengambil tindakan yang tepat guna mencegah
likuidasi (Hapsari, 2012). Financial distress kebangkrutan yang mungkin akan terjadi di masa
umumnya digambarkan dengan kegagalan yang akan datang.
perusahaan dalam melunasi utang-utangnya dan Ada banyak penelitian yang mengungkapkan
berujung kebangkrutan. Ketidakmampuan apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya financial
perusahaan dalam upaya pelunasan utang distress. Salah satu yang berpengaruh terhadap
menunjukkan adanya masalah likuidasi di perusahaan financial distress adalah kinerja keuangan yang
tersebut (Widhiari dan Merkusiwati, 2015). tercermin melalui financial ratios yang bisa dilihat di
Menurut Siregar & Fauzie (2014), financial dalam laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan.
distress merupakan tahap yang terjadi sebelum Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan
perusahaan mengalami kebangkrutan dengan kondisi merupakan salah satu sumber informasi yang
hutang/kewajiban perusahaan tidak dapat dipenuhi menunjukkan bagaimana posisi keuangan
oleh hasil operasi perusahaan. Perusahaan yang perusahaan, kinerja keuangan perusahaan, serta
mengalami financial distress ditandai dengan kondisi perubahan posisi keuangan, yang berguna dalam
laba bersih (net operation income) yang negatif pengambilan keputusan yang tepat. Menurut Aksoy
selama lebih dari satu tahun serta ditandai dengan dan Ugurlu (2006) rasio keuangan menunjukkan
perusahaan tidak mampu melakukan pembayaran kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya
deviden dan kewajiban yang lain selama lebih dari terjadi.
satu tahun (Alfath, 2016). Struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial
Kondisi ekonomi pada suatu perusahaan dapat dan kepemilikan institusional) merupakan salah satu
dikatakan efisien apabila perusahaan tersebut mampu faktor yang juga dapat berpengaruh terhadap
bertahan atau berkembang dalam jangka waktu yang financial distress. Kepemilikan manajerial
panjang dan tidak mengalami likuidasi. Namun, merupakan proporsi kepemilikan perusahaan oleh
terdapat pula kondisi-kondisi dimana perusahaan manajemen (direksi atau komisaris). Semakin besar
yang telah bertahan cukup lama di Indonesia harus proporsi kepemilikan oleh manajemen maka semakin
dilikuidasi lantaran mengalami kesulitan keuangan besar pula tanggung jawab manajemen tersebut dalam
dan tidak jarang berujung pada kebangkrutan. mengelola perusahaan (Triwahyuningtias, 2012). Haq
Kebangkrutan tersebut, umumnya diawali dengan dkk (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kondisi financial distress, meski tidak semua kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional
perusahaan yang mengalami financial distress berpengaruh terhadap financial distress. Namun hasil
berakhir dengan kebangkrutan. Hal tersebut penelitian tersebut tidak sejalan dengan yang
bergantung pada kemampuan tiap-tiap perusahaan dilakukan oleh oleh Manurung dan Wibisono (2015)
dalam mencegah dan mengatasi kondisi financial menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial

3
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial oleh perusahaan, maka kemungkinan perusahaan
distress, artinya semakin kecil kepemilikan mengalami financial distress akan semakin kecil.
manajerial maka akan semakin tinggi potensi Rasio likuiditas yang rendah menunjukkan semakin
kemungkinan perusahaan mengalami financial kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Utang yang
distress. Melihat dari banyaknya perusahaan yang kecil dibandingkan dengan kas dan setara kas yang
mengalami kebangkrutan akibat tidak dapat dimiliki membuat kemungkinan perusahaan tidak
menangani kondisi financial distress, sangat penting dapat melunasi utangnya juga semakin kecil.
bagi perusahaan untuk dapat memprediksi apasaja Penelitian yang dilakukan oleh Manurung dan
faktor yang dapat menyebabkan kodisi financial Wibisono (2015) dan Widhiari dan Merkusiwati
distress terjadi. Beberapa penelitian menunjukkan (2015) menunjukkan bahwa likuiditas memiliki
adanya perbedaan hasil dari penelitian yang pengaruh negatif dan signifikan terhadap financial
dilakukan dalam memprediksi financial distress. Hal distress. Dengan demikian, semakin kecil rasio
ini yang menjadi alasan penulis untuk melakukan likuiditas suatu perusahaan maka semakin besar
penelitan ulang terhadap faktor-faktor yang kemungkinan perusahaan tersebut mengalami
mempengaruhi terjadinya financial distress. Melihat financial distress.
dari kemungkinan bahwa adanya pengaruh kinerja H1: Likuiditas berpengaruh terhadap financial
keuangan dan struktur kepemilikan terhadap financial distress.
distress maka peneliti akan mencoba menguji Leverage menunjukkan bagaimana
penggabungan antara rasio-rasio keuangan, kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kepemilikan manajemen dan kepemilikan kewajiban yang dimilikinya, baik kewajiban jangka
institusional dalam mempengaruhi terjadinya kondisi pendek maupun kewajiban jangka panjang.
financial distress pada perusahaan sektor manufaktur Perusahaan dengan rasio leverage tinggi
yang terdaftar di BEI tahun 2014 sampai 2018. menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki
Likuiditas menunjukkan bagaimana kewajiban yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi liabilitas aset yang dimiliki. Mas’ud dan Srengga (2012)
jangka pendeknya. Sebuah perusahaan dapat mengungkapkan bahwa tingkat kewajiban yang
dikatakan likuid apabila perusahaan tersebut mampu tinggi menandakan perusahaan memiliki risiko
memenuhi seluruh liabilitas jangka pendeknya yang keuangan yang tinggi, dan risiko keuangan yang
segera harus terpenuhi. Menurut Rohmadini dkk tinggi mengindikasi kemungkinan perusahaan
(2018), bila suatu perusahaan mengalami kondisi mengalami financial distress. Leverage yang tinggi
illikuid maka perusahaan tersebut otomatis mengindikasi perusahaan mengalami kondisi
mengalami financial distress. Apabila suatu financial distress karena tingkat kewajiban lebih
perusahaan mengalami kondisi financial distress, besar dari aset yang dimiliki. Tingginya tingkat
maka perusahaan tersebut akan lambat dalam kewajiban yang dimiliki perusahaan dapat
membayar tagihan, pinjaman bank, dan kewajiban membebani perusahaan dengan melibatkan komitmen
lainnya. Dengan demikian semakin banyak liabilitas untuk membayar beban tetap dalam bentuk bunga dan
jangka pendek yang mampu dipenuhi dan dilunasi pembayaran pokok pinjaman. Menurut Fachrudin

4
(2011), apabila beban bunga sangat besar sedangkan tersebut dapat menggunakan laba yang ada untuk
laba operasi yang dihasilkan perusahaan kecil maka membayar biaya operasional dan kewajibannya tepat
akan timbul masalah financial distress yang waktu, yang akan mengurangi kemungkinan
menyebabkan kinerja perusahaan menurun. Dan jika perusahaan mengalami financial distress.
perusahaan tidak dapat mengatasi keadaan ini dengan H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap financial
baik, maka risiko terbesar dapat terjadi, yakni distress.
kebangkrutan. Listiana (2014) dan Hidayat dan Aktivitas menunjukkan sejauh mana suatu
Meiranto (2014) dalam penelitiannya menyatakan perusahaan menggunakan sumber daya yang
bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan,
terhadap financial distress, artinya apabila leverage dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara
tinggi maka kemungkinan perusahaan mengalami maksimal dengan tujuan medapatkan hasil yang
kondisi financial distress juga semakin tinggi. maksimal. Aktivitas juga menunjukkan bagaimana
H2: Leverage berpengaruh terhadap financial kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola
distress. asetnya untuk keperluan operasi perusahaan. Dengan
Profitabilitas menunjukkan bagaimana terpakainya aset perusahaan untuk kegiatan operasi
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang tersebut, diharapkan dapat meningkatkan jumlah
ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan produksi perusahaan, yang akhirnya dapat
yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan meningkatkan penjualan dan laba yang dimiliki
maupun investasi. Profitabilitas digunakan untuk perusahaan. Efisiensi penggunaan sumber daya
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari perusahaan untuk kegiatan operasi akan
keuntungan serta memberikan informasi terkait meningkatkan jumlah produksi perusahaan. Apabila
besarnya laba yang diperoleh dengan suatu perusahaan mampu memaksimalkan
membandingkan laba bersih yang dihasilkan pemanfaatan aset yang dimilikinya, maka pendapatan
perusahaan dengan penjualan bersih yang dimiliki yang didapat juga akan maksimal. Hal ini dapat
perusahaan. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan memperkecil kemungkinan perusahaan mengalami
perusahaan semakin efektif dalam menggunakan financial distress. Dalam penelitiannya, Ardian dkk,
aktiva untuk menghasilkan keuntungan, sehingga (2016) mengungkapkan bahwa aktivitas berpengaruh
kemungkinan terjadinya financial distress pada terhadap financial distress. Hal ini juga diperkuat
perusahaan semakin rendah (Hanifah dan Purwanto, oleh penelitian yang dilakukan Kusumawati dan
2013). Dalam penelitiannya, Hapsari (2012) dan Irawati (2013) yang juga mengungkapkan bahwa
menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh aktivitas berpengaruh signifikan dan positif terhadap
negatif dan signifikan terhadap financial distress. Hal kemungkinan perusahaan mengalami financial
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan distress. Dengan demikian, semakin tinggi aktivitas
Srikalimah (2018) yang juga menunjukkan hasil maka dapat menjamin perusahaan terhindar dari
bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress.
financial distress. Apabila perusahaan mampu H4: Aktivitas berpengaruh terhadap financial
menghasilkan laba yang tinggi, maka perusahaan distress.

5
Kepemilikan Manajerial merupakan struktur Kepemilikan institusional pada suatu perusahaan
kepemilikan saham dengan proporsi yang dimiliki dapat menjadi pengawas manajemen dalam
manajemen dalam suatu perusahaan dalam hal ini menjalankan perusahaan serta dapat dijadikan
dewan direksi dan dewan komisaris. Adanya sebagai tolak ukur untuk menyatakan apakah
kepemilikan manjerial dalam perusahaan berarti perusahaan mengalami kondisi financial distress atau
manajemen memiliki peran ganda yaitu sebagai tidak. Dalam penelitiannya, Larasati (2011)
pemilik dan sebagai pengelola, diharapkan menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional
manajemen dapat meningkatkan kinerja dan sejalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial
dengan pemegang saham. Dengan turut memiliki distress. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat
saham perusahaannya, diharapkan para manajemen kepemilikan institusional, maka semakin kuat
akan berupaya mengambil keputusan terbaik guna monitoring terhadap manajemen. Dengan kuat
menghindari perusahaan mengalami financial monitoring diharapkan dapat meningkatkan kinerja
distress yang akan berujung pada kebangkrutan. manajemen sehingga perusahaan dapat terhindar dari
Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, kondisi financial distress.
manajemen akan turut serta menerima risiko, baik H6: Kepemilikan institusional berpengaruh
dari perannya sebagai manajemen maupun sebagai terhadap financial distress.
pemegang saham. Dalam penelitiannya, Manurung
DATA DAN METODOLOGI
dan Wibisono (2015) menunjukkan hasil bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan Data yang digunakan dalam makalah ini adalah

signifikan terhadap financial distress. semakin besar data sekunder, yaitu Laporan Keuangan yang berasal

kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan maka dari situs resmi BEI (www.idx.co.id) dan situs website

semakin kecil kemungkinan perusahaan terjadi masing-masing perusahaan, dimana data yang diambil

financial distress. dalam laporan keuangan tersebut adalah total kas &

H5: Kepemilikan manajerial berpengaruh setara kas, total liabilitas lancar, total liabilitas, total

terhadap financial distress. aset, laba bersih, penjualan bersih, kepemilikan saham

Kepemilikan Institusional merupakan manajemen, dan kepemilikan saham institusi.

proporsi kepemilikan saham oleh sebuah institusi, Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seperti LSM, perusahaan swasta dan dana pensiun. perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI

Dengan adanya kepemilikan institusional dalam suatu tahun 2014 sampai 2018. Dalam makalah ini teknik

perusahaan, diharapkan perusahaan memiliki nilai pengambilan sampel dilakukan dengan metode

profesionalisme dalam menganalisis informasi purposive sampling, yaitu teknik dengan kriteria dan

sehingga informasi dapat diuji kendalannya. pertimbangan tertentu. Kriteria yang digunakan untuk

Kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan pengambilan sampel dalam penelitian ini antara lain:

dapat meningkatkan pengawasan atas aktiva yang ada 1. Perusahaan manufaktur yang tercatat sebagai
emiten yang masih terdaftar di Bursa Efek
pada perusahaan. Semakin besar kepemilikan Indonesia pada tahun 2014 sampai dengan tahun
institusional dalam suatu perusahaan maka semakin 2018.
efisien dalam melakukan pemanfaatan aktiva.

6
2. Perusahaan telah mempublikasikan laporan HASIL DAN SIMPULAN
keuangan auditan secara berturut-turut dari tahun
Hasil Analisis Statistik Deskriptif dalam
2014 sampai dengan tahun 2018.
3. Terdapat kelengkapan data yang diperlukan dalam makalah ini menunjukkan nilai maksimum,
penelitian yaitu data total kas & setara kas, total minimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari
liabilitas lancar, total liabilitas, total aset, laba masing-masing variabel, kecuali variabel dummy.
bersih, penjualan bersih, kepemilikan saham
manajemen, dan kepemilikan saham institusi. Seperti likuiditas yang diukur menggunakan cash
4. Laporan keuangan dinyatakan dalam rupiah . ratio, leverage yang diukur menggunakan debt to
Tabel 1. Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria total asset ratio, profitabilitas yang diukur
Keterangan Jumlah
menggunakan net profit margin ratio, aktivitas yang
Perusahaan Manurfaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
182 diukur menggunakan total asset turnover ratio, serta
Indonesia (BEI) periode 2014-2018

Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan kepemilikan manajerial dan institusional.


(28)
keuangan auditan tahun 2014-2018
. Tabel 2. Statistik Deskriptif
Perusahaan tidak memiliki data laporan keuangan Std.
(91)
yang lengkap dan data yang dibutuhkan peneliti N Minimum Maximum Mean Deviation
Laporan keuangan tidak dinyatakan dalam rupiah (23) Likuiditas 200 .0007 11.4266 .761151 1.5029303
Leverage 200 .0715 3.3723 .478949 .3247426
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel 40
Profitabilitas 200 -3.2772 6.3214 .033753 .5345658
Tahun pengamatan (tahun) 5 Aktivitas 200 .0084 63.3266 1.389826 4.5417441
Jumlah unit analisis 200 Kepemilikan 200 .0000 .7683 .062617 .1501476
Manajerial
Kepemilikan 200 .1000 9.9476 .948925 .6692908
Metode analisis data dalan penelitian ini Institusional
Valid N 200
menggunakan metode analisis statistic deskriptif dan (listwise)
metode analisis regresi dengan menggunakan
Uji Regresi Logistik digunakan karena
Software SPSS Statistics Ver 25.0. Model regersi yang
variabel dependen yang digunakan dalam penelitian
digunakan adalah uji regersi logistik. Uji ini dilakukan
ini bersifat dummy, yaitu 0 untuk perusahaan yang
untuk menguji apakah terdapat pengaruh likuiditas,
tidak mengalami kondisi financial distress dan 1
leverage, profitabilitas, aktivitas, kepemilikan
untuk perusahaan yang mengalami financial distress.
manajerial dan kepemilikan institusional terhadap
Alasan digunakannya regresi logistik juga karena
kemungkinan suatu perusahaan mengalami kondisi
variabel dependen dalam penelitian ini berskala
financial distress. Dipilihnya uji regrsi logistik karena
nominal. Tarif signifikansi yang digunakan dalam
variabel dependen dalam penelitian ini bersifat
penelitian ini adalah sebesar 5%.
dummy, yaitu 0 untuk perusahaan yang tidak
a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model
mengalami kondisi financial distress dan 1 untuk
(Overall Fit Model)
perusahaan yang mengalami kodisi financial distress.
Menilai overall fit model terhadap data yang
Taraf signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan digunakan dengan tujuan untuk memastikan tidak
persamaan regresi logistik sebagai berikut: terdapat kelemahan atas kesimpulan dari model
yang diperoleh, dengan kata lain untuk
Y = a + β1X1 + β2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β 5X5 + β 6X6 + e memastikan bahwa data yang digunakan dalam
penelitian ini sudah sesuai dengan model, tidak
Dimana:
terdapat perbedaan antara model dengan data yang
Y = Financial Distress x3 = Profitabilitas digunakan sehingga model dapat dikatakan fit.
β1-β6 = Koefisien Regresi x4 = Aktivitas . Tabel 3. -2 Log Likelihood Block 0 (Awal)
a = Konstanta x5 = Kepemilikan Menejerial
x1 = Likuiditas x6 = Kepemilikan Institusional
7
x2 = Leverage e = Koefisien Eror
Iteration Historya,b,c berpengaruh terhadap variabel dependen
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood
Constant (financial distress) secara simultan. Pengujian ini
Step 0 1 175.322 -1.380 dilakukan dengan membandingkan Chi-Square
2 172.537 -1.666 hitung dengan Chi-Square tabel dan nilai sig pada
3 172.514 -1.696
4 172.514 -1.696 Omnibus Test of Model Coefficient dengan tingkat
a. Constant is included in the model. sig yaitu 5% (0,05).
b. Initial -2 Log Likelihood: 172.514
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than .001. Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Tabel 4. -2 Log Likelihood Block 1 (Akhir) Step 1 Step 104.285 6 .000
Iteration Historya,b,c,d Block 104.285 6 .000
-2 Log Coefficients Model 104.285 6 .000
likelihoo Consta Likuidit Levera Profitabilit Aktivita
Iteration d nt as ge as s KM KI Tabel 6. Omnibus Test of Model Coefficient
Step 1 118.712 -.558 -.119 .138 -5.141 -.664 .423 -.086
1 2 89.302 -.418 -.293 .327 -10.276 -1.216 .606 -.161
3 77.194 -.388 -.572 .689 -16.185 -1.561 .405 -.227 d. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
4 72.787 -.409 -1.103 .883 -21.132 -1.651 .085 -.266
5
6
70.860
68.804
-.239
.455
-2.168
-4.990
.710
-.035
-23.010
-21.440
-1.610
-1.516
-.154
-.407
-.276
-.278
Mengetahui seberapa besar variabel
7
8
68.266
68.229
.747
.808
-7.031
-7.688
-.300
-.356
-21.533
-21.690
-1.504
-1.500
-.564
-.600
-.279
-.278
independen (likuiditas, leverage,
9
10
68.229
68.229
.812
.812
-7.742
-7.742
-.360
-.360
-21.707
-21.707
-1.499
-1.499
-.602
-.602
-.278
-.278
profitabilitas, aktivitas, kepemilikan
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
manajerial, dan kepemilikan institusional)
c. Initial -2 Log Likelihood: 172.514 mampu menjelaskan variabel dependen
d. Estimation terminated at iteration number 10 because parameter estimates
changed by less than .001. (financial distress). Dalam regresi logistik,
pengujian koefisien determinasi
b. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of menggunakan Nagelkerke’s R Square.
Fit Test) Tabel 7. Koefisien Determinasi
Model Summary
Menilai kelayakan model regresi yang digunakan Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

(Goodness of Fit Test) dliukur dengan nilai Chi- 1 68.229a .406 .703

Square pada uji Hosmer and Lemeshow, untuk a. Estimation terminated at iteration number 10 because parameter
estimates changed by less than .001.
menguji kecocokkan antara data yang akan diuji
dengan model regresi (tidak ada perbedaan antara e. Tabel Klasifikasi
data dengan model). Jika nilai Hosmer and
Lemeshow Goodness of Fit Test sama atau kurang Menghitung nilai perkiraan/prediksi yang
dari 0,05 artinya terdapat perbedaan antara nilai benar dan yang salah dan sebagai penguat
observasi dan modelnya, sehingga model dapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
dikatakan tidak baik. Sedangkan jika nilai Hosmer antara data observasi dengan data prediksi.
and Lemeshow Goodness of Fit Test lebih besar Tabel 8. Tabel Klasifikasi
atau sama dengan 0,05, artinya tidak ada Predicted
Financial Distress
perbedaan antara data dengan model atau dapat Non
dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai Financial Financial Percentage
Observed Distress Distress Correct
observasinya. Step Financial Non 164 5 97.0
Tabel 5. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit 1 Distress Financial
Distress
Hosmer and Lemeshow Test Financial 13 18 58.1
Step Chi-square df Sig. Distress
1 4.340 8 .825 Overall Percentage 91.0
a. The cut value is .500

c. Omnibus Test of Model Coefficient


f. Estimasi Parameter dan Interpretasi
Menguji apakah variabel independen (likuiditas,
leverage, profitabilitas, aktivitas, kepemilikan Mengetahui apakah masing-masing variabel
manajerial, dan kepemilikan institusional) independen (likuiditas, leverage,
profitabilitas, aktivitas, kepemilikan
8
manajerial, dan kepemilikan institusional) kemungkinan perusahaan mengalami financial
berpengaruh secara parsial terhadap variabel distress. Semakin tinggi cash ratio, maka
dependen (financial distress). Pengujian ini
semakin kecil kemungkinan perusahaan
dilakukan dengan tingkat signifikansi (α)
sebesar 1%, 5%, dan 10%. mengalami financial distress. Sebaliknya,
Tabel 9. Variables in the Equation semakin kecil cash ratio, maka semakin tinggi
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) kemungkinan perusahan mengalami financial
Step Likuiditas -7.742 4.089 3.584 1 .058 .000
1a distress.
Leverage -.360 1.937 .034 1 .853 .698
Profitabilitas -21.707 6.042 12.906 1 .000 .000 Leverage Terhadap Financial Distress
Aktivitas -1.499 1.030 2.119 1 .145 .223 Hasil statistik deskriptif variabel leverage
Kepemilikan -.602 1.797 .112 1 .737 .547 memiliki nilai minimum sebesar 0,0715 dan nilai
Manajerial
Kepemilikan -.278 1.021 .074 1 .786 .758 maksimum sebesar 1,4587. Nilai rata-rata
Institusional
Constant .812 1.724 .222 1 .638 2.252
sebesar 0,469384 dan standar deviasi sebesar
a. Variable(s) entered on step 1: Likuiditas, Leverage,
Profitabilitas, Aktivitas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan 0,2610014. Nilai rata-rata yang lebih besar dari
Institusional.
b. Notes: Significance level at 1%, 5%, 10%. nilai standar deviasi menunjukkan variabel
Likuiditas Terhadap Financial Distress leverage memiliki hasil yang baik.
Hasil statistik deskriptif variabel likuiditas
Hasil dari uji regresi logistik pada
memiliki nilai minimum 0,0007 dan nilai
penelitian ini menunjukkan bahwa leverage yang
maksimum 4,9079. Nilai rata-rata likuiditas diukur menggunakan debt to asset ratio memiliki
adalah 0,690690 dengan standar deviasi sebesar
nilai sig dari variabel leverage sebesar 0,853
1,1360211. Nilai rata-rata yang lebih kecil dari dimana lebih besar dari 0,1 (0,853 > 0,1) dengan
nilai standar deviasi menunjukkan variabel
nilai beta sebesar -0,360 yang artinya variabel
likuiditas memiliki hasil yang kurang baik, sebab leverage yang diukur menggunakan debt to asset
variabel ini dapat menyebabkan bias.
ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
Hasil dari uji regresi logistik pada penelitian ini financial distress. Penelitian ini tidak berhasil
menunjukkan bahwa likuiditas yang diukur
membuktikan bahwa leverage yang diukur
menggunakan cash ratio memiliki nilai sig dari menggunakan debt to assets ratio dapat
variabel likuiditas sebesar 0,058 dimana lebih
mengurangi kemungkinan perusahaan
kecil dari 0,1 (0,058 < 0,1) dengan nilai beta mengalami financial distress. Sebab, meskipun
sebesar -7,742 yang artinya variabel likuiditas
leverage yang diukur menggunakan debt to asset
yang diukur menggunakan cash ratio ratio tinggi menunjukkan bahwa perusahaan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap memiliki banyak utang. Namun tingginya tingkat
financial distress. Penelitian ini berhasil utang pada perusahaan tidak selamanya dapat
membuktikan bahwa likuiditas yang diukur memprediksi kemungkinan perusahaan
menggunakan cash ratio dapat mengurangi mengalami financial distress.

9
Profitabilitas Terhadap Financial Distress Aktivitas Terhadap Financial Distress
Hasil statistik deskriptif variabel Hasil statistik deskriptif variabel aktivitas
profitabilitas memiliki nilai minimum sebesar - memiliki nilai minimum sebesar 0,0084 dan nilai
0,7712 dan nilai maksimum sebesar 0,3742. Nilai maksimum sebesar 2,2797. Nilai rata-rata
rata-rata sebesar 0,021367 dan standar deviasi sebesar 0,963175 dan standar deviasi sebesar
sebesar 0,1523916. Nilai rata-rata yang lebih 0,4497825. Nilai rata-rata yang lebih kecil dai
kecil dai nilai standar deviasi menunjukkan nilai standar deviasi menunjukkan variabel
variabel profitabilitas memiliki hasil yang kurang aktivitas memiliki hasil yang kurang baik, sebab
baik, sebab variabel ini dapat menyebabkan bias. variabel ini dapat menyebabkan bias.
Hasil dari uji regresi logistik pada Hasil dari uji regresi logistik pada
penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas yang
yang diukur dengan net profit margin memiliki diukur dengan total assets turnover memiliki
nilai sig dari variabel profitabilitas sebesar 0,000 nilai sig dari variabel aktivitas sebesar 0,145
dimana lebih kecil dari 0,010 (0,000 < 0,010) dimana lebih besar dari 0,1 (0,145 > 0,1) dengan
dengan nilai beta sebesar -21,707 yang artinya nilai beta sebesar -1,499 yang artinya variabel
variabel profitabilitas yang diukur menggunakan aktivitas yang diukur menggunakan total assets
net profit margin berpengaruh negatif dan turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap
signifikan terhadap financial distress. Penelitian financial distress. Penelitian ini tidak berhasil
ini berhasil membuktikan bahwa profitabilitas membuktikan bahwa aktivitas yang diukur
yang diukur menggunakan net profit margin menggunakan total assets turnover dapat
dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengurangi kemungkinan mengalami kondisi
mengalami financial distress. Semakin kecil net financial distress. Sebab, aktivitas yang diukur
profit margin, maka semakin tinggi menggunakan total assets turnover yang rendah
kemungkinan perusahaan mengalami financial menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi
distress. Sebaliknya, semakin tinggi net profit sampel pada penelitian belum mampu
margin, maka semakin baik kemampuan menghasilkan penjualan yang tinggi dengan total
perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. aset yang dimiliki peurusahaan, sehingga
Dengan laba yang tinggi perusahaan dapat aktivitas yang diukur menggunakan total assets
terhindar dari masalah keuangan dan akan turnover pada penelitian ini tidak dapat
terhindar dari kondisi financial distress. Dengan menjamin perusahaan terhindar dari kondisi
demikian semakin besar laba bersih yang financial distress. Rendahnya total assets
dihasilkan perusahaan, maka semakin kecil turnover juga menunjukkan perusahaan belum
kemungkinan suatu perusahaan mengalami menggunakan sumber daya yang dimilikinya
financial distress. dengan efisien.

10
Kepemilikan Manajerial Terhadap Financial nilai beta sebesar -0,602 yang artinya variabel
Distress
Hasil statistik deskriptif variabel kepemilikan manajerial yang diukur dengan

kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum membagi total saham yang dimiliki manajemen

sebesar 0,0000 dan nilai maksimum 0,7683. Nilai dengan total saham beredar tidak berpengaruh

rata-rata kepemilikan manajerial adalah signifikan terhadap financial distress. Penelitian

0,062618 dengan standar deviasi 0,1501470. ini tidak berhasil membuktikan bahwa

Nilai rata-rata yang lebih kecil dai nilai standar kepemilikan manajerial dapat mengurangi

deviasi menunjukkan variabel profitabilitas perusahaan mengalami kondisi financial distress.

memiliki hasil yang kurang baik, sebab variabel Sebab proporsi kepemilikan manajerial

ini dapat menyebabkan bias. perusahaan sampel dalam penelitian ini yang

Hasil dari uji regresi logistik pada diukur dengan membagi total saham yang

penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan dimiliki manajemen dengan total saham yang

manajerial yang diukur dengan membagi total beredar memiliki jumlah persentase yang rendah,

saham yang dimiliki manajemen dengan total baik pada perushaan non financial distress

saham yang beredar memiliki nilai sig dari maupun perusahaan financial distress, sehingga

variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,737 dalam penelitian ini adanya kepemilikan

dimana lebih besar dari 0,1 (0,737 > 0,1) dengan manajerial tidak menjamin perusahaan akan
terhindar dari kondisi financial distres
Kepemilikan Institusional Terhadap Financial 0,786 dimana lebih besar dari 0,1 (0,786 > 0,1)
Distress
Hasil statistik deskriptif variabel dengan nilai beta sebesar -0,278 yang artinya

kepemilikan institusional memiliki nilai variabel kepemilikan institusional yang diukur

minimum sebesar 0,1000 dan nilai maksimum dengan membagi total saham perusahaan yang

9,9476. Nilai rata-rata kepemilikan institusional dimiliki institusi dengan total total saham yang

adalah 0, 948924 dengan standar deviasi beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap

0,6692907. Nilai rata-rata yang lebih besar dai financial distress. Penelitian ini tidak berhasil

nilai standar deviasi menunjukkan variabel membuktikan bahwa kepemilikan institusional

leverage memiliki hasil yang baik. dapat mengurangi perusahaan akan terhindar dari

Hasil dari uji regresi logistik pada kondisi financial distress. Sebab proporsi

penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan kepemilikan institusional perusahaan sampel

institusional yang diukur dengan membagi total dalam penelitian ini yang diukur dengan

saham perusahaan yang dimiliki institusi dengan membagi total saham perusahaan yang dimiliki

total total saham yang beredar memiliki nilai sig institusi dengan total total saham yang beredar

dari variabel kepemilikan institusional sebesar dengan memiliki jumlah persentase yang tinggi,
baik pada perushaan non financial distress
11
maupun perusahaan financial distress, sehingga Hidayat, Muhammad Arif, Wahyu Meiranto.
2014. “Prediksi Financial Distress
dalam penelitian ini adanya kepemilikan
Perusahaan Manufaktur di Indonesia.” E-
institusional tidak menjamin perusahaan Journal.
terhindar dari kondisi financial distress. Kusumawati, dan Irawati, Zulfa. 2013.
DAFTAR PUSTAKA “Manajemen Keuangan Ringkasan Teori,
Soal, dan Penyelesaian, Serta
Aksoy, H. dan Uğurlu, M. 2006. “Prediction of Interpretasinya.” Surakarta: Universitas
Corporate Financial Distress in an Muhammadiyah Surakarta.
Emerging Market: The Case of Turkey.”
Journal of Cross Cultural Management, Larasati, E. 2011. “Kepemilikan Manajerial,
Vol.13, Hal. 277-295. Kepemilikan Institusional, dan Kebijakan
Devien Terhadap Kebijakan Hutang”.
Alfath, Nuryani. 2016. “Analisis Pengaruh Jurnal Ekonomi Bisnis. Th.16, No. 2, Hal.
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan 103-107
Institusional, Return on Asset, dan
Leverage Terhadap Financial Distress”, Listiana, Susi. 2014. “Pengaruh Corporate
Skripsi, Makassar, Universitas Islam Negeri Governance, Profitabilitas dan Leverage
Alauddin Makassar. Terhadap Financial Distress”, Artikel
Ilmiah, Yogyakarta, Universitas PGRI
Ardian, A. V., Andini, R., Raharjo, K. 2016. Yogyakarta
“Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio
Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Manurung, Irawati., dan Wibisono, C Handoyo.
Profitabilitas Terhadap Financial Distress”. 2015. “Analisis Pengaruh Struktur
Semarang, Universitas Pandanaran Kepemilikan, Likuiditas, dan Leverage
Semarang. Terhadap Financial Distress Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Fachrudin, Khaira Amalia. 2011. “Analisis Indonesia Tahun 2009-2014” Jurnal
Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Universitas Atma Jaya. Hal 1-15
Perusahaan dan Agency Cost Terhadap
Kinerja Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Mas’ud, Imam, dan Srengga, Reva Maymi. 2012.
Keuangan. Vol.13, No.1, Hal. 37-46. “Analisis Rasio keuangan Untuk
Memprediksi Kondisi Financial Distress
Hanifah, O dan Purwanto. 2013. Pengaruh Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
struktur Corporate Governance dan Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Universitas
Financial Indicators terhadap kondisi Jember, Jember.
Financial Distress.” E-Jurnal Magister
Aakuntansi, Universitas Diponego Rohmadini, Alfinda., Saifi, Muhammad., dan
Darmawan, Ari. 2018. “Pengaruh
Hapsari, E. I. 2012. “Kekuatan Rasio Keuangan Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage
dalam Memprediksi Kondisi Financial Terhadap Financial Distress (Studi Pada
Distress Perusahaan Manufaktur di BEI.” Perusahaan Food & Beverage yang
Jurnal Dinamika Manajemen.” Vol.3, No.2, Terdafar di Bursa Efek Indonesia Periode
Hal. 101–109. 2013-2016).” Jurnal Administrasi Bisnis.
Haq, Anna Q, Rikumahu, Bardy, dan Firli, Vol.61, No.2, Hal. 11-19.
Anisah. 2016. “Pengaruh Praktik Corporate Siregar, R. I., & Fauzie, S. 2014. “Analisis
Governance Terhadap Prediksi Financial Manfaat Rasio Keuangan Dalam
Distress.” Vol.3, No.1. Universitas Telkom. Memprediksi Financial Distress Pada
Perbankan (2007-2012).” Journal of

12
Economi and Finance, Universtas Sumatra Leverage Terhadap Terjadinya Kondisi
Utara. 2(2005), Hal. 716–726. Financial Distress.” Jurnal Maksi Undip.
Hal 34-37
Srikalimah. 2018. “Pengaruh, Profitabilitas,
Likuiditas, dan Leverage Dalam Widhiari, Ni Luh Made Ayu., dan Merkusiwati,
Memprediksi Financial Distress”, Jurnal Ni K Lely Aryani. 2015. “Pengaruh Rasio
Akuntansi & Ekonomi, Kediri, Universitas Likuiditas, Leverage, Operating Capacity,
PGRI dan Sales Growth Terhadap Financial
Distress”, Jurnal Akuntansi Universitas
Triwahyuningtias, M. 2012. “Analisis Pengaruh
Udayana. Vol.11, No.2. Hal. 456-469.
Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan,
Komisaris Independen, Likuiditas dan

13

Anda mungkin juga menyukai