Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan deviden merupakan keputusan keuangan yang dilakukan oleh

perusahaan setelah perusahaan beroprasi dan memproleh laba. Kebijakan

deviden menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para

pemegang saham atau keputusan apakah laba yang diproleh perusahaan akan

dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau ditahan guna

pembiyaan investasi di masa yang akan datang. Kebijakan dividen sangat

penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham,

struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas suatu perusahaan dan

prilaku investor. Dengan demikian kebijakan deviden merupakan salah satu

keputusan penting dalam kaitanya dengan usaha untuk memaksimumkan nilai

perusahaan.Sebagaimana diketahui bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh

keputusan investasi, keputusan pembiayaan ,dan kebijakan deviden itu sendiri.

Ketiga keputusan tersebut saling berinteraksi satu sama lain ,karena keputusan

investasi dipengaruhi oleh tersedianya dana dan biaya modal .Biaya modal dan

ketersediaan dana dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang ditahan.

(Wiagustini, 2014 : 286).

Perusahaan harus menentukan kebijakan yang tepat untuk menangani

masalah yang terkait dengan dividen. Masing-masing perusahaan menetapkan

kebijakan dividen yang berbeda–beda. Perusahaan perlu membuat kebijakan

1
2

tentang besarnya laba yang akan dibagikan kepada pemengan saham atau biasa

disebut dividen, dan besarnya laba yang akan ditahan oleh perusahaan. Semakin

besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen akan semakin menarik bagi

calon investor, karena para calon investor menilai bahwa perusahaan dalam

kondisi yang sehat dan memiliki prospek yang baik di masa mendatang.

Kebijakan dividen cenderung menjadi salah satu elemen yang paling

stabil dan dapat diprediksi oleh perusahaan.Proposi deviden yang dibayarkan

pada pemegang saham tergantung pada kemampuan perusahaan mengahasilkan

laba serta bentuk kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan yang

bersangkutan. Persentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang

saham sebagai cash dividend disebut Dividend Payout Ratio (Andriyani, 2008).

Kebijakan dividen mempunyai arti penting bagi perusahaan dikarenakan

kebijakan keuangan ini berpengaruh pada sikap atau reaksi investor yang berarti

pemotongan dividen dapat dipandang negatif oleh para investor, pemotongan

seperti itu seringkali dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi

perusahaan.Selain itu kebijakan keuangan ini berdampak pada program

pendanaan dan anggaran modal perusahaan yang berkaitan dengan sumber

pembiayaan (financing) perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk

membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi total sumber dana

intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk

menahan laba yang diperoleh,maka kemampuan pemenuhan kebutuhan dana

dari sumber dana intern akan semakin besar dan hal ini akan menjadi posisi

financial dari perusahaan yang bersangkutan semakin kuat karena


3

ketergantungan kepada sumber dana ekstern menjadi semakin kecil (Puspita ,

2009).

Pada umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk

meningkatkan kesejahteraaannya yaitu dengan mengharapkan return dalam

bentuk deviden maupun capital gain. Di lain pihak , perusahaan juga

mengharafkan adanya pertumbuhan secara terus menerus sekaligus juga harus

memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya.

Tentunya hal ini akan menjadi unik karena kebijakan dividen adalah sangat

penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen dan

dari sisi lain juga tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan. Para

investor yang tidak bersedia mengambil risiko (risk aversion) mempunyai

pandangan bahwa semakin tinggi juga tingkat keuntungan yang di harapkan

sebagai hasil atau imbalan terhadap risiko tersebut. Selanjutnya dividen

diterima pada saat ini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada capital

gain yang akan diterima di masa yang akan datang. Dengan demikian investor

yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih menyukai dividen dari pada capital

gain (Damayanti dan Achyani, 2006 ).

Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen

payout ratio sudah banyak yang dilakukan (Risaptoko, 2007) dalam

penelitiannya terhadap perusahaan yang terdaftar di BEI yang sahamnya ikut

dimiliki manajemen dan yang tidak dimiliki manajemen menyatakan bahwa

cash ratio berpengaruh positif terhadap dividen payout ratio, debt to total asset

juga berpengaruh positif terhadap dividen payout  ratio,variable growth tidak


4

berpengaruh signifikasi terhadap DPR, begitu juga dengan variabel size dan

ROA tidak berpengaruh terhadap DPR. (Damayanti dan Achyani 2006) dalam

penelitiannya terhadap perusahan manufaktur yang terdaftar yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta periode 1999-2003 menyebutkan bahwa dari variabel

investasi, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran

perusahaan tidak ada satu variabel pun yang berpengaruh secara signifikan

terhadap dividen payout ratio. (Latiefasari, 2011) dalam penelitian terhadap

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009,

menyebutkan bahwa current ratio, collateralizable asset, return onasset

berpengaruh positif terhadap deviden payout ratio, sedangkan growth tidak

berpengaruh signifikasi terhadap dividen payout ratio.

Dengan melihat adanya permasalahan yang ada didalam hasil

penelitian-penelitian terdahulu,maka perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor

yang mempengaruhi kebijakan deviden payout ratio dengan menggunakan

variabel cash ratio,return on asset,debt to total asset dan debt to equlity ratio

terhadap perusahaan jasa yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2016.

1.2 Pokok Permasalahan

Dari urian di atas maka pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Apakah cash ratio  berpengaruh terhadap dividend payout ratio?

2. Apakah return on asset berpengaruh terhadap dividend payout ratio?


5

3. Apakah debt to total asset berpengaruh terhadap dividend payout ratio?

4. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap dividend payout ratio?

1.3 Tujuan Penelitian.

Sesuai dengan permasalahan yang telah diajukan maka tujuan dari penelitian

ini untuk:

1. Untuk mengetahui pengaruh cash ratio  terhadap dividend payout ratio.

2. Untuk mengetahui pengaruh return on asset terhadap dividend payout

ratio.

3. Untuk mengetahui pengaruh debt to total asset terhadap dividend

payout ratio.

4. Untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap dividend

payout ratio.

Kegunaan Penelitian.

1. Bagi Mahasiswa.

a. Mengaplikasikan teori yang dapat digunakan sebagai perbandingan atau

refrensi .

b. Serta dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan bagi penelitian

–penelitian selanjutnya khususnya terkait dengan teori dividen payout

ratio.
6

c. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana

Ekonomi (SE) pada Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati

Denpasar.

2. Bagi Perusahaan.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

manajemen perusahaan atau pun para investor yang akan menginvestasi

modalnya kepada perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.

3. Bagi Lembaga Pendidikan Universitas Mahasaraswati.

Dari hasil penelitian ini  diharapkan dapat menambah keputusan serta

refrensi bagi mahasiswa sebagai bahan acuan dan dasar penelitian sejenis di

masa yang akan datang dan dapat  digunakan sebagai bahan perbandingan

bagi penelitian selanjutnya.


7

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

.2.1.   Landasan Teori.

2.1.1  Teori kebijakan dividen.

Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk

mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan

memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen semua pemegang

saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk

saham preferen Jogiyanto ,( 2009 :58). Untuk menetapkan kebijakan dividen

seorang manajer keuangan menganalisis sampai seberapa jauh pembelanjaan

dari dalam perusahaan sendiri yang akan dilakukan oleh perusahaan sehingga

dapat dipertanggung jawabkan salah satu elemen keuangan yang digunakan

sebagai pertimbangan adalah cash ratio yang menunjukkan kemampuan kas

perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya

(Brigham,2006). Deviden ini dibagikan kepada para pemegang saham

sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen tentukan berdasarkan

dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayaranya

tergantung kepada kebijikan pemimpin.


8

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan

pendaan perusahaan rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang

ditahan sebagai sumber pendaan. Semakin besar laba semakin sedikit jumlah

laba yang  dilokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba

sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam

kebijakan deviden (Wachowicz ,2012 : 496). Kebijakan dividen menyakut

masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham dan laba

tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk

diinvestasikan kembali (Husnan ,2005 :38).

Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber

dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.

Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada pemegang

saham,atau “equity investors”. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya

pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di pihak lain perusahaan juga dapat

membayarkan deviden kepada para pemegang saham, tetapi kedua tersebut

selalu bertentangan. sebab kalau semakin tinggi tingkat deviden yang

dibayarkan berarti semakin sedikit laba yang ditahan dan sebagai akibatnya

ialah menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga

sahamnya. Kalau perusahaan inggin menahan sebagian besar dari pendapatan

yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Persentase dari

pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin  kecil.

Persentase dari pendapatan yang akan di bayarkan kepada pemegang saham

sebagai cash dividend disebut dividen payout ratio. Dengan demikian dapatlah
9

dikatakan bahwa makin tingginya dividend payout ratio yang ditetapkan oleh

perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali

di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan

perusahaan (Riyanto, 2001 :266).

Kebijakan terhadap pembayaran deviden merupakan keputusan yang

sangat penting dalam suatu perusahaan.Kebijakan ini melibatkan dua pihak

pertama para pemegang saham dan pihak perusahaan atas keuntungan yang

diprolehnya.Kebijakan deviden adalah kebijakan yang berhubungan dengan

pembayaran deviden oleh pihak perusahaan berupa penentuan besarnya

pembayaran deviden dividen dan besarnya laba di tahan untuk kepentingan

pihak perusahaan. Dalam teori investasi pada pasar modal investor akan

melakukan pembelian saham atau menjual saham bergantung pada apakah

return saham akan lebih besar hasilnya di bandingkan deposito atau bunga

obligasi.

 Jadi penilaian layak tidaknya investor memagang saham akan dilihat

apakah return (perubahan harga saham) lebih menguntungkan. Faktor

fundamental merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi

perusahaan (emiten) yang meliputi kondisi manajemen organisasi sumber

daya manusia dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja

keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan.

Kinerja keuangan ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan yang

meliputi neraca ,laporan laba rugi,laporan  perubahaan posisi keuangan (yang


10

dapat disajikan dalam berbagai cara seperti laporan arus kas ,catatan atas

laporan keuangan).

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam analisis fundamental yaitu

pendekatan nilai sekarang (present value approach) dengan basis suku bunga

dan pendekatan rasio (per earning ratio). Pendekatan nilai sekarang disebut

juga sebagai metode kapitalisasi laba (capitalization of income method )

karena merupakan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang

didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa nilai dari

perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa datang dan

prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran

kas di masa depan maka nilai perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan

mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai

sekarang (Baridwan, 2004:437)

Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk

mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (1)

mengestimat nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham

di masa yang akan datang dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel

tersebut sebagai diproleh taksiran harga saham.Model ini sering disebut

sebagai share price forecasting model. Dalam model peramalan ini,langakah

yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental (seperti

penjualan,pertumbuhan penjualan biaya,dividend payout ratio dan

sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Jika

kemampuan perusahaan semakin meningkat (misalnya menghasilkan laba


11

yang meningkat) maka harga saham akan meningkat pula. Dengan kata lain

portabilitas akan mempengaruhi harga saham. (Husna ,2005:315).

Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu

saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham

tersebut. Jika prospek suatu perusahan publik sangat kuat dan baik, maka

harga saham perusahaan tersebut diperkirakan akan mengambarkan kekuatan

dan harganya akan meningkat. Namun harus diperhatikan bahwa nilai dari

suatu efek ekuitas tidak hanya ditentukan oleh tingkat kembalian yang

dijanjikan tetapi juga tingkat risiko yang terkandung di dalamnya (Husnan

,2005).

Analisis fundamental pada dasarnya adalah melakukan analisis historis

atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut sebagai

company analysis. Data yang digunakan adalah  data historis,artinya data

yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya

pada saat analisis. Dalam company analysis,para pemodal atau investor akan

mempelajari laporan keuangan perusahaan,mengidenfitifikasi kecendrungan

atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisiensi operasional dan

memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan tersebut

(Husnan ,2005).

Beberapa teori yang berkaitan dengan dividend payout ratio dan

asumsi-asumsi yang mendasarinya:

1. Dividen tidak relevan.


12

Deviden payout ratio adalah tidak relevan,selanjutnya nilai perusahaan

ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan (Sartono ,2010:283).

Sementara itu keputusan laba apakah yang diproleh akan dibagikan dalam

bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.Untuk

membuktikan teorinya,mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut:

a. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan.

b. Tidak ada biaya emisi (flotation cost) dan biaya transaksi.

c. Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividen

payout ratio.

d. Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang

kesempatan investasi di masa yang akan datang.

e. Distribusi pendapatan di antara dividend dan laba ditahan tidak

berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor.

2 Bird in the hand theory

Salah satu asumsi dalam pendekatan Mogdiliani-Miller ini adalah

bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang

disyaratkan oleh investor.Sementara itu tingkat keuntngan yang disyaratkan

akan naik apabila pembagian deviden dari laba ditahan.Modiliani-Miller

berpendapat bahwa tidak semua investor berkepentingan untuk

mengivestasikan kembali deviden mereka di perusahaan yang sama dengan

memiliki resiko yang sama. Oleh sebab itu,tingkat resiko pendapatan mereka

dimasa yang akan dating bukannya ditentukan oleh deviden payout ratio tetapi

ditentukan oleh risiko invetasi baru.


13

3 Tax preference theory

Jika capital gain dikenakan pajak dengan tariff rendah dari pada pajak

atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih

menarik. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan

pendapat atas dividen maka keuntungan capital gain menjadi berkurang.

Namun demekian pajak atas dividen karena pajak atas capital again baru di

bayar setelah saham dijual sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap

tahun setelah pemebayaran deviden. Selain itu periode investasi juga

mempengaruhi pendapatan investor.Jika investor hanya membeli saham untuk

jangka waktu satu tahun,maka tidak ada bedanya anatara pajak atas capital

again danpajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan

setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividen yield

yang tinggi terhdapa saham yang memiliki dividen yield yang tinggi daripada

saham dengan dividen saham dengan dividend yield yang rendah. Oleh

karenaitu teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan

dividen payoutratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan.

2.1.2.Langkah-langkah Pembayaran Deviden.

Langkah-langkah atau prosedur pembayaran deviden adalah

pengumuman emiten atas deviden yang akan dibayarkan kepeda pemegang

saham yang disebut juga tanggal pengumuman dividen (Baridwan, 2004:439).

Adapun rincian tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran

deviden ada sebagai berikut:


14

1. Tanggal Pengumuman (declaration date)

Tanggal penguman merupakan tanggal yang mana secara resmi

diumumkan oleh emiten tentang dan besarnya serta jadwal pembayaran

dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian

dividen regular. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang

dianggap penting yakni tanggal pencatatan  tanggal pembayaran dividen kas

perlembar.

2. Tanggal pencatatan (date ofrecord).

Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama

pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang

saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk

memproleh devid

3. Tanggal (cum-dividen)

Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang

masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik deviden tunia maupun

dividen saham

4. Tanggal (ex-dividen).

Tanggal perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak

untuk memproleh dividen.Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini

atau sesudahnya maka investor tersbut tidak dapat mendaftarkan namanya

untuk mendapatkan dividen.

5. Tanggal pembayaran (payment date)


15

Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusaan kepada

para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen.Jadi pada

tanggal tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan

bentuk deviden yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai/dividen

saham).

2.1.3. Pola Pembayaran Deviden.

Keputusan mengenai deviden payout ratio adalah keputusan yang

menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada

pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih

sebagai alternatif deviden payout ratio perusahaan (Ang 2010 yaitu).

1. Stable and Occasionally Increasing Deviden per-share.

Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak

ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan

membayar dividen. Manajemen akan manaikkan dividen,jika ada keyakinan

bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini

dilandasi adanya psikolgi pemegang saham,dimana bila dividen naik maka

menaikkan juga harga saham dan sebaliknya.

2. Stable Divident per-share.

Dasar pemilikannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu

saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil dari pada bila

dividen berfluktusi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar

dividen dalam jumlah yang tetap (stabil amount) dari tahun ke tahun.
16

3. Stabel Payout Ratio.

Dalam pola pembayaran dividen ini,jumlah dividen dihitung berdasar

suatu prosentase tatap  (constant) dari laba (earnings). Bila laba

berflukasi,maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham

pun akan ikut berfluktuasi.

4. Reguler Dividend Plus Extras

Dalam cara ini,dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini

oleh manajemen mampu diperhatikan di masa mendatang tanpa menghiraukan

fluktuasi laba dan kebutuhkan investasi modal. Bila tambahan kas

tersedia,perusahan memberikan dividen ektstra (bonus) kepada pemegang

saham.pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi,

sehinnga dapat pemberian dividen extra dapat menarik minat pemodal yang

pada akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham.

5. Fluctuating Dividen and Payout Ratio.

Dalam pola pembayaran ini besarnya divide dan payout ratio

disesuaikan dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perubahan

untuk setiap periode. Oleh karena itu besar dividen and payout ratio yang

dibayarkan berfukttasi laba dan kebutuhan investasi.

2.1.4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.

1. Cash Ratio.
17

Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari ukuran dari rasio

likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah

kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat

yang dimiliki perusahaan.Semakin tinngi cash ratio menunjukan kas

perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya

(Harahap, 2008:302). Dengan semakin meningkatkan cash ratio juga dapat

meningkatkan keyakinan para investor untuk mendapatkan pembayaran

dividen yang diharapkan oleh investor.

2. Return On Asset.

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan serta mengukur tingkat efektivitas manajemen

suatu perusahaan (Kasmir, 2010: 196). Return On Asset diukur dari laba

bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total asetnya yang

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang

digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasikan

probabilitas perusahaan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja

perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian investasi (return)

yang semakin besar.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan

operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi

akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan


18

akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula (Kim et a.1993) dalam

supriono dan Amin (2000) dalam Kusumawati dan sudento (2005). Oleh

karena deviden diambil dari keuntungan bersih yang diproleh perusahaan,

maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya deviden  payout

ratio. Perusahaan yang memperbolehkan keuntungan cenderung akan

membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai deviden. Semakin

besar keuntungan yang diproleh, maka akan semakin besar pula

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Damayanti dan

Achayani, 2006).

3. Debt to total Asset (DTA)

 Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang  akan digunakan untuk

membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka

menjalankan aktivitas operasionalnya. Debt to total asset merupakan rasio

antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current

liability) maupun hutang jangka panjang (long-term debt) terhadap total

aktiva baik aktiva lancer maupun aktiva tetap dan aktiva lainnya, (Kasmir,

2010:196). Semakin besar rasio Debt to Total asset (DTA)menunjukkan

semakin besarnya tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak

eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya bunga yang

semakin besar, maka profitabilas (earning after tax) semakin berkurang

karena sebagian digunakan untuk membayar bungga,maka hak para

pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang.

4. Debt to Equity ratio (DER).


19

Debt to equity ratio merupakan salah satu rasio leverage yang dihitung

melalui perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal

sendiri. Debt to equityratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi seluruh kewajibannya,yang ditunjukan oleh berapa bagian modal

sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to quity ratio juga

menunjukan keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh

kreditor dan pemilik perusahaan.Dengan demikian, DER dapat memberi

gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan sehingga

dapat dilihat tingkat risiko tidak tertagihanya suatu hutang. Semakin besar

angka rasio ini,maka semakin besar pula beban yang ditanggung perusahaan

dan akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan,karena sebagian

digunakan untuk membayar hutang (Ang,1997:18.35).

Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih

yang bersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban

perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar

dividen (sudarsi, 2002:80).

2.2.Penelitian Terdahulu.

Penelitian –penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan

perbandingan dan refrensi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 di

bawah ini.

No Peneliti Variabel Teknik Hasil Penelitian


20

Penelitian Analisis

Data

1 Widharma,dkk Cash Ratio,firm Analisis Hasilnya variabel

(2014) size profitabilitas regresi cash ratio profabilitas

(ROA),debt to total linier (ROA) tidak

asset DPR berganda berpengaruh

siginifikasi terhadapat

DPR. Sedangkan debt

to total asset dan

firmsizeberpengaruh

positif terhadap DPR.

2 Setiawan dan Ukuran perusahaan Analisis Hasilnya variabel

Mertha (2012). profitabilitas,curre regresi profitabilitas current

nt ratio,debt to linier ratio berpengaruh

equity ratio,DPR berganda positif terhadap

DPR.Sedangkan debt

to equity ratio dan

ukuran perusahaan

tidak berpengaruh

signifikasi.

3 Indawati dan Ukuran Analisis Hasilnya variable

sudiarta (2012) perusahaa,profitabii regresi Profitabilitas,likuidita


21

tas Linier s

Likuiditas,DPR berganda Likuiditas

berpengaruh

signifikasi terhadap

DPR, ukuran

perusahaan tidak

berpengaruh

siginifikasi terhadap

DPR

4 Latiefasari(2011 Current rati,debt to Analisis Hasilnya variabel

) equity ratio,growth regresi current ratio,debt to

Collateralizable,ret Linier equity ratio,ratio

urn on equity DPR. berganda collateralizable,retur

n on

equity.berpengaruh

signifikan dan growth

tidak berpengaruh

signifikasi terhadap

DPR.

5 Waruwu (2011) Cash ratio,current Analisis Hasilnyavariabel cash

ratio return on regresi ratio,current

return on linier ratio,return on


22

investment earning berganda investment,earning

per share ,debt to pershare,berpengaruh

total asset dan siginifikasi terhadap

dividend payout DPR,sedangkan debt

ratio to total asset tidak

berpengaruh

signifikasi.

6 Puspita (2009) Growht Analisis Pershare variable

profitabilitas regresi profitabilitas (ROA)

(ROA) debt to linier berpengaruh positif

equity ratio berganda terhadap

DTA,DPR DPR,sedangkan

variable Growth,debt

to equity ratio,DTA

tidak berpengaruh

siginifikan terhadap

DPR..

7 Risaptoko Cash Analisis Hasilnya variable

(2007) ratio ,DTA,growth, regresi cash ratio dan DTA

ROA,firm size,DPR linier berpegaruh positif

berganda terhadap DPR,

Variabel
23

growth ,ROA,firm

size tidak berpengaruh

signifikan

8 Damayanti dan Investasi Analisis Variabel investasi

Ahyani (2009) perusahaan ,likuidit regersi perusahaan likuiditas

as,profitabilitas linier pertumbuhan

pertumbuhan berganda perushaan tidak

ukuran perusahaan berpengaruh

dan DPR signifikan terhadap

DPR .Sedangkan

ukuran perusahaan

berpengaruh positif

terhadap DPR.

9 Suharli (2006) Probilitas (ROA) Analisis ROA dan harga

leverage (DER) regresi saham berpengaruh

harga saham DPR linier signifikan terhadap

berganda DPR,sedangkan DER

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

DPR.

10 Fira Puspita DPR,Cash Analisis Hasilnya variabel


24

(2009) Ratio,Growth,Firm regresi Cash ratio ,firm Size

Size,Roa,DTAdanD dan ROA berpengaruh

ER . signifikan positif

terhadap DPR

sedangkan Growth

berpengaruh

signifikan negatif

terhadap DPR

variabel lain yaitu

DTA dan DER tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

DPR

11 Sari (2010) Manajerial Analisis Hasilnya Varibel

kebijakan ,Hutang, regresi kepemilikan

ROA dan ukuran manajerial dan ukuran

Perusahaan. perusahaan

berpengaruh positif

terhdap kebijakan

dividen sedangkan

variabel ROA dan

DTA berpengaruh
25

negatif terhadap

kebijakan dividen.

12 Prihantoro Posisi Analisis Hasilnya posisi

(2003) kas ,potensi ,pertum korelasi kas,potensi petubuhan

buhan ,ukuran ,ukuran perushaan

perusahaan ,rasio dan profitabilitas

hutang ,modal ,profi berpengaruh

tabilitas ,DPR. signifikan terhadap

signifikan terhadap

DPR sedangkan rasio

hutang dan modal

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

DPR.

13 Rini dan Lely DPR,Cash Analisis Hasilnya penelitian

(2009) Ratio,NPM,ROI, regresi menunjukkan ROI

dan NPM

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap DPR

sedangkan Cash Ratio

berpengaruh tidak
26

signifikan.

14 Holilatul Dividend Payout Regresi Hasil variabel

Qomariah Ratio,Likuiditas ,Le Linier likuiditas

(2012) verage keuangan Berganda ratio,leverage

(Debt to Equity keuangan (DER)

Ratio,Growth,Firm berpengaruh positif

Size signifikan terhadap

kebijakan deviden

(DPR) pertumbuhan

peruahaan (growth)

dan ukuran

perusahaan (firmsize)

berpengaruh negatif

signifikan terhadap

kebijakan deviden

(DPR).

15 Pande Nyoman Cash Ratio,Firm Analisis Hasil variabel

Sri Sulandep Size,Profitability Regresi profitabilias

(2016) (ROA),Debt to Berganda berpengaruh positif

Total Asset terhadap deviden

(DTA),Debt to payout Ratio (DPR)

Equlity Ratio sedangkan Cash


27

(DER) dan Deviden Ratio ,Growth,Firm

Payout Ratio Size Debt to Total

(DPR). Asset (DTA) dan Debt

to Equity Ratio

(DER) tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

Devidend Payout

Ratio.

16 Rihatin Return on Regresi Hasil varibel

Listtyorini Asset ,Cash Linier menunjukkan bahwa

(2017) Ratio,Current Berganda return on asset ,cash

Ratio,Debt to ratio,current

Equity ratio ,growth firm

Ratio,Growth,Firm Size berpengaruh

Size dan Kebijakan signifikan terhadap

Deviden. kebijakan deviden dan

debt to equity ratio

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

kebijakan deviden.

17 Adrianto Wisnu Debt to Equity Analisis Hasilnya menunjukan


28

Utomo (2017) Ratio Regresi bahwa ROA secara

(DER) ,Current Berganda persial dan signifikan

Ratio (CR) Return terhadap

on Asset DPR ,variabel DER

(ROA),Firm berpengaruh positif

Size,dan Growth tetapi tidak signifikan

terhadap Dividend terhadap

Payout Ratio DPR ,Sedangkan

(DPR). CR,FirmSize dan

Growth berpengaruh

negatif dan tidak

signifikan terhadap

DPR.

18 Gede Rian dan I Debt to Equity Analisis Hasil analisis

Made Sukarta Ratio (DER),Cash Regresi menunjukan bahwa

(2015) Ratio (CR) ,Return Berganda. (DER) berpengaruh

On negatif sedangkan

Asset(ROA) ,Divide (CR) dan (ROA)

nd Payout Ratio berpengaruh positif

(DPR). pada (DPR).

19 Ratih Dividend Payout Analisis Hasilnya analisi

Kusumastuti Ratio (DPR),Return Regresi menunjukkan bahwa


29

(2017). On Asset Linier variabel (ROA),

(ROA),Debt to Berganda ( DER) (CP) dan

equity ratio (Growth)

(DER) ,Cash menunjukkan hasil

Position yang

(CP),Growth. signifikan.Sedangkan

secara persial ada 2

(dua) variabel yang

berpengaruh positif

dan signifilkan

terhdap (DPR) yaitu

(ROA dan (CP) .Pada

Variabel (DER) hasil

menunjukkan

negative dan

signifikan.

20 Nirvan Dividend Payout Analisis Hasil penelitian

Patawaran Ratio(DPR),Struktu regresi menunjukan,Kepemili

(2016) r linier kan Internaional

kepemilikan ,Lever berganda Saham minoritas dan

age dan ROA. return on asset

berpengaruh positif
30

terhadap kebijakan

deviden kepmilikan

manjerial ldan

everage tidak

berpengaruh positif

terhadap kebijakan

deviden.

Sumber : Skripsi,data diolah(2018)

1. Widharma,dkk (2014) meneliti tentnag pengaruh cash ratio, firm size

profitabilitas (ROA), debt to total asset terhadap kebijakan deviden pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-

2012, teknik analisis yang digunkan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasilnya variabel cash ratio, profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh signifikan

terhadap DPR. Sedangkan debt to total asset dan firm size berpengaruh positif

terhadap DPR.

2. Setiawan dan Mertha (2012) meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan,

profitabilitas, current ratio, debt to equity ratio terhadap kebijakan deviden pada

perusahaan Wholesalea Retail Trade in Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasilnya

variabel profitabilitas current ratio berpengaruh positif terhadap DPR. Sedangkan

debt to equityratio dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan.


31

3. Indrawati dan Sudiarta (2012) meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan,

profitabilitas, likiuditas terhadap kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur

di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Teknik analisis yang digunakan

adalah analisis regresi linier berganda. Hasilnya variabel profitabilitas, likuiditas

berpengaruh siginifikan terhadap DPR, ukuran perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap DPR.

4. Latiefasari (2011) meneliti tentang pengaruh current ratio,debt to equity ratio,

growth,collateralizabe, return on equity terhadap kebijakan deviden studi empiris

pada perusahan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Teknik

analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasilnya variabel

current ratio,debt toequity ratio, collateralizable, return on equty berpengaruh

signifikan dan growth tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

5. Waruwu (2011) meneliti tentang pengaruh cash ratio, current ratio, return

oninvestment, earning per share ,debt to tatal asset ,dan dividen payout ratio

terhadap kebijakan devden kas pada sektor industry barang komsusmsi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. Teknik analisis yang

digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasilnya variabel cash ratio,

current ratio, return on investment, earningper share berpengaruh signifikan

terhadap DPR. Sedangkan debt to total asset tidak berpengaruh signifikan.

6. Puspita (2009) meneliti tentang pengaruh growth, profitabilitas (ROA), debt to

equityratio, DTA terhadap kebijakan dividen payout ratio pada perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007. Teknik analisis yang

digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasilnya variabel profitabilitas


32

(ROA) berpengaruh positif terhadap DPR. Sedangkan variabel Growth, debt to

equity ratio, DTA tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

7. Risaptoko (2007) meneliti tantang pengaruh cash ratio ,DTA ,growth ,ROA,firm

size terhadap dividen payout ratio (studi komparatif pada perusahaan listed di

BEI yang sahamnya ikut dimiliki manajemen dan yang sahamnya tidak dimiliki

manaajmen perode ( 2002-2005). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda. Hasilnya variabel cash ratio dan DTA berpengaruh positif

terhadap DPR.Variabel growth, ROA, firm size tidak berpengaruh signifikan.

8. Damayanti dan Ahyani (2006) meneliti tentang pengaruh investasi perusahaan,

likuiditas profitabilitas, pertumbuhan perusahaan ,ukuran perusahaan terhadap

dividen payout ratio pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia 1999-2003. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi

linier berganda .Hasilnya variabel investasi perusahaan, likuiditas profitabilitas

pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Sedangkan

ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap DPR

9. Suharli (2006) meneliti tentang peengaruh profitabilitas (ROA, leverage (DER),

harga saham terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta periode 2002-2005. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi

linier regresi linier berganda. ROA dari hargasaham berpegaruh signifikasi

terhadap DPR, sedangkan DER tidak berpengaruh signifikasi DPR.

10. Fira Puspita (2009) meneliti tentang Analisis factor-faktor yang Mempengaruhi

Kebijakan Dovidend Payout Ratio. Teknik Analisis yang digunakan analisis


33

regresi. Hasilnya variabel Cash Ratio, Firm Size dan ROA berpengaruh signifikan

positif terhadap DPR sedangkan Growth berpengaruh signifikan negatif terhadap

DPR, variabel lain yaitu DTA dan DER tidak berpengaruh signifikan DPR.

11. Sari (2010) meneliti tentang Pengaruh kepemilikan Mnajerial ,Kebijakan ,Hutang

ROA DAN Ukuran perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Teknik Analisis

yang digunakan analisis regersi. Hasilnya variabel kepemilikkan manjerial dan

ukuran perusahaan berpengaruh poitif terhadap kebijakan dividen sedangkan

variabel ROA dan DTA berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

12. Prihantoro (2003) meneliti tantang pengaruh posisi kas, potensi pertumbuhan,

ukuran perusahaan, rasio hutang ,modal, dan profitabilitas terhadap dividend

payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasi. Hasilnya posisi

kas,potensi pertumuhan ,ukuran perusahaan dan protabilitas berpengaruh

signifikan terhadap DPR, sedangkan rasio hutang dan modal tidak berpengaruh

signiikasi terhadap DPR.

13. Rini dan Lely (2009) meneliti tentang Pengaruh profitabilitas terhadap Dividen

Payout Ratio.pada perusahaan Manufaktur di Indonesia.Variabel yang digunakan

adalah DPR, Cash Ratio, NPM, ROI. Menggunakan metode analisis regresi. Hasil

penelitiannya menunjukkan, ROI dan NPM berpengaruh positif dan signifikan

terhadap DPR, sedangkan Cash Ratio berpengaruh tidak signifikan.

14. Holilatul Qomariah (2012) meneliti tentang Analisis Faktor-faktor yang

mempengaruhi Kebijkan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan adalah Dividend Payout Ratio,
34

Likuiditas,Leverage keuangan (DPR) Pertumbuhan perusahaan (Growth),Ukuran

Perusahaan Firm Size.Menggunakan metode analisis regresi linier berganda.Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa likuiditas (cash ratio),leverarage keuangan

(DER) berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR)

Pertumbuhan perusahaan (growth) dan ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh

negative signifikan terhadap kebijakan deviden (DPR).

15. Pande Nyoman Sri Sulandep (2016) meneliti tantang Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Manufakur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014. Variabel yang digunakan

Cash Ratio ,Growth,Firm Size,Profitability (ROA), Debt to Total Asset

(DTA),Debt to Equity Ratio (DER) dan Deviden Payout Ratio (DPR).Teknik

analisis yang digunakan regresi linier berganda.Hasil penelitian menunjukkan

variabel Profitabilitas (ROA) berpengaruh positif terhadap Deviden Payout Ratio

(DPR),sedangkan Cash Ratio ,Growth,Firm Size,Debt tototal Asset (DTA) dan

Debt to Equity Ratio (DER) tidak berepengauh signifikan terhadap Deviden

Payout Ratio.

16. Rihatin Listyorini (2017) meneliti tentang Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.Variabel yang digunakan adalah Return

on Asset ,Cash Ratio,Current Ratio,Debt to Equity Ratio,Growth ,Firm Size dan

Kebijakan Deviden.Menggunakan metode analisis regresi linier berganda.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa return on asset ,cah ratio,Debt to Equity

Ratio,Growth,Firm Size dan Kebijakan Deviden.


35

17. Adrianto Wisnu Utomo (2017) meneliti tentang Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Deviden pada Perusahaan Manufaktur yang terdafar di

BEI tahun 2011-2015.Variabel yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio

(DER) ,Current Ratio(CR), Return on Asset (ROA) ,Firm Size dan Growth

terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).Menggunkan metode analisi regresi

berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh

signifikan terhdap DPR ,variabel DER berpengaruh positif tetapi tidak signifikan

terhadap DPR,sedangkan variabel CR,Firm Size dan Growth berpengaruh

negative dan tidak signifikan terhadap DPR.

18. Gede Rian dan Sukartha (2015) meneliti tentang Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Deviden Di Bura Efek Indonesia. Variabel yang

digunakan Debt to Equity Ratio, Cash Ratio, Return On Asset, Deviden Payout

Ratio. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif sedangkan Cash

Ratio dan Return on asset berpengaruh positif pada Deviden payout Ratio

19. Ratih Kusumastuti (2017) meneliti tentang Analisis Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Sektor  Manufaktur Di

BEI. Variabel yang digunakan Deviden Payout Ratio (DER), Return On Asset

(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Cash Position (CP), Growth.Menggunakan

metode analaisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara simultan variabel ROA, DER, CP, dan Growth menunjukkan hasil yang

singnifikan sedangakn secara persial ada 2 (dua) variabel yang berpengaruh

positif dan signifikan terhadap DPR yaitu ROA dan CP. Pada variabel DER hasil
36

menunjukkan negative signifikan. Pada variabel growth hasil juga negatif dan

signifikan.

20. Nirvan Patawaran (2016) meniliti tentang Pengaruh Struktur

Kepemilikan ,Leverage, Dan Return On Asset (ROA) Terhadap Kebijakan

Deviden Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2013-2015. Variabel yang di gunakan Kebijakan Deviden,Struktur

Kepemilikan ,Leverage ,dan ROA. Teknik Analisis yang digunakan regresi linier

berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa varaibel kepemilikan

institional ,kepemilikan saham minoritas dan Return On Asset berpengaruh positif

terhadap Kebijakan Deviden. Kepemilikkan manajerial dan leverage tidak

berpengaruh positif terhadap Kebijakan Deviden

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir.

Keputusan untuk melakukan pembayaran dividen merupakan kebijakan

perusahan yang sangat penting.Laporan keuangan merupakan salah satu

informasinyang dapat digunkan untuk mengukur kenirja keuangan perusahaan

yang didasarkan atas informasi akuntansi.Cash ratio merupakan ukuran dari

rasio likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah


37

kas,posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus

dipertimbangkan,sebelum menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan

kepada pemegang saham.

Dilihat dari ukuran perusahaan memiliki potensi untuk mempengaruhi

kebijakan dividen perusahaan .Perusahan besar memiliki kemudahan akses

untuk masuk ke pasar akan lebih mudah untuk melakukan penggalangan dana

dari pihak eksternal sehingga perusahaan menjadi kurang bergantung pada

pendanaan internalnya. Selain itu, semakin besar kebutuhan dana untuk

membiayai ekspansi di masa yang akan datang,hal ini menyebabkan perusahaan

biaasanya akan lebih memilih untuk menahan pendapatnya daripada

membayarkan sebagai dividen. Perusahaan harus menyedia modal yang cukup

untuk dapat menandai pertumbuhan secara terus  menerus guna mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan.

Debt to asset menunjukkan semakin besarnya tingkat ketergantungan

perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban

biaya hutang (biaya bunga) yang harus di bayar oleh perusahaan. Dengan

semakin meningkatnya rasio DTA,maka hal tersebut berdampak terhadap

protafibilitas yang diproleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk

membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka

profitabilitas (earning after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan

untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividend) juga

semakin berkurang.Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat

pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi
38

kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan

membayar deviden .Dampak yang ditimbulkan adalah para pelaku pasar akan

berpikir negatif terhadap perusahaan sebab tingkat pertumbuhan laba yang

diharapkan akan rendah dimasa yang akan datang,hal tersebut dapat menekan

harga saham. Debt to equity ratio dapat memberi gambaran mengenai struktur

modal yang dimiliki perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak

tertagihkanya suatu hutang.

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan serta mengukur tingkat efektivitas manajemen suatu

perusahaan. Return On Asset diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after

tex) terhadap total asetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

penggunaan investasi yang digunkan untuk operasi perusahaan dalam rangka

menghasilkan profitabilitas perusahaan.semakin besar ROA menunjukkan kinerja

perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return)

yang semakin besar. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari

keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai protabilitas yang

tinggi akan menarik minat investor untuk menamkan modalnya dengan harapan

akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula.

Gambar 3.1

Kerangka Berpikir

Analisis Pengaruh Variabel Cash Ratio,Return On Asset,Debt to total Asset

dan Debt to Equity Ratio terhadap Dividen Payout Ratio tahun 2016.
39

CASH RATIO (X 1)
H1 (+)
RETURN ON ASSET (X 2)
DIVIDEN PAYOUT
H 2 (+)      RATIO (Y )
DEBT TO TOTAL ASSET (X 3)

H3 (-)
DEBT TO EQUITY RATIO (X 4)
H4 (-)  

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2018)

3.2 Hipotesis.

 3.2.1 Pengaruh Cash Ratio terhadap Dividend Payout Ratio.

Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus

dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya deviden

yang akan dibayrkan kepada pemegang saham.Pembayaran deviden merupakan

arus kas keluar.Semakin kuat posisi kas perusahaan,berarti semakin besar

kemampuannya untuk membayar dividen. Posisi kasdihitung berdarkan

perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak

(Stanley dan Geoffrey,1987 dalam Prihantoro,2003).

Risaptoko (2007) menyatakan bahwa di dalam dunia bisnis tealah

menjadi sebuah praktik umum bahwa pembayaran dividen secara tunia tetap

dilaksanakan meskipun sebelumnya sebelumnya pencatatan atas dividen saham

telah dilakukan.Risaptoko (2007) juga berpendapat bahwa ketersedian uang kas

menunjukkan tingkat dividen yang dibagikan.


40

Waruwu (2011) berpendapat bahwa ketersediaan uang kas menunjukan

tingkat dividen yang akan dibagikan.Sebuah ide yang telah diterima secara

umum bahwa ketika perusahaan menghadapi masalah keuangan (kekuranagn

uang), menajer dapat membatasi pertumbuhan dividennya. Dari penelitian

terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

H1: Cash ratio berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

3.2.2. Pengaruh Return On Asset terhadap Dividend Payout Ratio.

Fakktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen

karena dividen adalah bagian dari laba bersih yang diproleh perusahaan,oleh

karena itu dividen akan dibagikan kepada pemegang saham adalah

keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban –kewajiban tetapnya

yaitu bunga dan pajak (Indawati dan Sudiarta,2012).

Setiawan dan Martha (2012) berpendapat bahwa semakin tinggi return

on asset menunjukkan semakin realatif perusahaan dalam memanfaatkan

aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba bersih. Dengan

meningkatnya return on asset maka kinerja perusahaan yang ditinjau dari

profitabilitas semakin baik. Dari penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis

sebagai berikut:

H2: Return On Asset berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.


41

3.2.3 Pengaruh Debt to Total Asset terhadap Dividend Payout Ratio.

Debt to total asset menyediakan indikasi kemampuan perusahaan

untuk bertahan dari kerugian tanpa menurunkan bunga dari kreditoranya.

Semakin besar tingkat debt to total asset, menunjukkan semakin besar pula

tingkat debt to total asset, menunjukkan semakin besar pula tingkat

ketergantungan perusahaan untuk menghasilkan asetnya-asetnya melalui

pembiayan hutang dari kreditor (waruwu,2011).

Puspita (2009) juga berpendapat dengan semakin menigkatnya rasio

debt to total asset (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal

tersebut berdampak pada profitabilitas yang diproleh perusahaan, karena

sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga

semakin besar, maka profitabilitas (earning after tax) semakin berkurang

karena sebagian untuk membayar bunga, maka hak para pemegang saham

juga semakin berkurang.Dari penelitian terdahulu,dapat diambil hipotesis

sebagi berikut:

H3: Debt to Total Asset berpengaruh negatif terhdap dividend payout ratio.

3.2.4. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio.

Semakin tinggi debt to equity ratio artinya semakin besar jumlah

hutang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan.

Semakin banyak jumlah hutang yang dimiliki, maka beban pembayran bunga

akan naik sehingga risiko usaha akan tinggi, akibatnya permintaan saham

rendah. Pembagian dividend perusahaan kepada pemegang saham


42

menyebabkan posisi kas suatu perusahaan semakin berkurang (Setiawan dan

Mertha,2012).

Myers dan Majluf (1984) dalam Suharli (2006) menghubungkan

profitabilitas dengan kebijakan debt lewat sebuah hipotesis “pecking order”

yang dimodifikasi, ditunjukan bahwa perusahaan yang lebih profitable akan

menurunkan permintaannya akan debt, karena akan tersedia lebih banyak

dana-dana internal untuk menandai investasi. Oleh karena itu, semakin rendah

DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua

kewajibannya. Dari penelitian terdahulu,dapat diambil hipotesis berikut:

H4: Debt to Equity berpengaruh negatif terhdap deviden payout ratio.

BAB 1V

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan jasa yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016. Data diakses di www.idx.co.id.

4.2.Obyek Penelitian.

Objek penelitian adalah kebijakan Dividen, Cash Ratio, Return On Asset,

Debt to Total Asett, Debt to Equity Ratio dan 1 (satu) variabel dependen yaitu
43

Dividend Payout Ratio.Pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2016.

4.3 Identifikasi Variabel

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen.

1. Cash Ratio

2. Return On Asset

3. Debt to Total Asset

4. Debt to Equity Ratio

2. Variabel dependen

Dividend Payout Ratio

4.4 Definisi Operasional Variabel

Variabel –variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada lima yang

terdiri empat  variabel independen yaitu Cash Ratio, Return On Asset, Debt to

Total Asset dan Debt To Eqiuty Ratio serta satu variabel dependen yaitu

Dividend Payout Ratio (DPR). Masing-masing variabel penelitian secara

operasional dapat didefinisikan sebagai berikut.

4.4.1. Variabel Independen.

1. Cash Ratio..
44

Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity

ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka

pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas, seperti giro atau simpanan

lain di bank yang dapat ditarik setiap saat yang dimiliki perusahaan. Semakin

tinggi cash ratio menunjjukan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar)

kewajiban jangka pendeknya (Harahap,2008:302). Variabel ini di beri symbol

XI dan diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

cash
CR(XI) = ………………………………………………(1)
current liability

perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan.ROA

(salah satu ukuran profitabilitas) juga merupakan ukuran efektivitas

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva

yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja

perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return)

yang

2. Return On Asset (ROA).

Ang (1997) dalam Puspita (2009:50) menyatakan bahwa Returm On

Asset adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diproleh perusahaan

dalam menjalankan operationalnya.Return On Asset diukur dari laba bersih

setelah paj ak (earning after tex) terhadap total asetnya yang mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk

operasi semakin besar. Variabel ini diberi symbol X4 dan diukur dengan

menggunkan rumus sebagai berikut:


45

Earning After Text ( Eat )


ROA (X2) = …………………………………(2)
Total Asset

3. Debt to Total Asset (DTA)

Debt to total asset merupakan rasio antara total hutang (total debt)

baik hutang jangka pandek (current liability) maupun hutang jangka panjang

(long term debt) terhadap total aktiva (total asset). Semakin besar rasio DTA

menunjukan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak

external (kreditur), hal ini berdampak terhadap profitabilitas yang diproleh

perusahaan, karena sebagaian digunakan untuk membayar bunga

pinjaman.Variabel ini diberi symbol X3 dan diukur dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Total Debt
DTA (X3) = ………………………………………………...(3)
Total Asset

4. Debt to Equlity Ratio (DER)

Menurut Riyanto (1997 )dalam Hadiwidjaja (2007 : 48-49) salah satu

rasioyang termasuk dalam rasio  solvabilitas atau leverage adalah Debt to

equity rasio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari

modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluhran hutang (modal asing)

perusahaan atau untuk menilai banyak simbol X4 dan diukur dengan

menggunakan rumus sebagai berikut

Total Liabilities
DER(X4) = …………………………………………...(4)
Equity

4.4.2 Variabel Dependen.


46

Varibel dependen dalam penelitian ini adalah Dividend payout Ratio

(DER). Variabel ini menunjukan rasio pembayaran dividen terhadap laba per

lembar saham (Puspita,2009 : 65). Variabel ini diberi simbol Y dalam

penelitian ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Debt Per Share


DPR (Y) = ………………………………………..(5)
Earning Per Share

4.5 Jenis Dan Sumber Data.


      
4.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data kualitatif adalah data berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar

(Sugiyono ,2009:14). Data kualitatif dalam penelitian ini berupa sejarah BEI

dan daftar rumus nama-nama perusahan jasa yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2016.

2. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang

dijadikan berbentuk angka atau data kualitatif yang dijadikan berbentuk

angka (Sugiyono,2009: 13). Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa

laporan keuangan perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2016.

4.5.2.Sumber Data.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yaitu

data yang tidak langsung didapat dari perusahaan tetapi diproleh dalam bentuk

sudah jadi, yang dikumpulkan, diolah, dan dipublikasikan oleh pihak lain
47

(Sugiyono, 2013:402). Data ini diproleh dari perusahaan-perusahaan jasa yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2016 yang di akses di

www.idx.co.id.

4.6. Metode Penentuan Sampel

4.6.1.Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk

peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang

menjadi pusat peratian seorang peneliti karena itu di pandang sebagai sebuah

semesta penelitian (Ghozali, 2005). Karena data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder dengan merujuk kepada semua

perusahaan-perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk

tahun 2016.

.4.6.2.Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling

dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang respresentatif dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Seluruh perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2016.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan lengkap pada tahun

2016.

3. Perusahan jasa yang selalu membagikan dividenya pada tahun 2016.


48

Tabel 4.1

Seleksi Sampel

NO Kriteria Perusahan Jumlah

1 Seluruh perusahaan Jasa yang terdaftar di Bursa Efek 169

Indonesia (BEI) pada Tahun 2016

2 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan (14)

tahunan lengkap pada tahun 2016

3 Perusahaan Jasa yang tidak membagikan deviden pada (88)

tahun 2016

Jumlah Sampel 67

Sumber www.idx.co.id, data diolah 2018

Jumlah sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah

sebanyak 67 perusahaan pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2016

4.7.Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dokumentasi. Ringkasan

kinerja perusahaan yang dilakukan  dengan menggunakan semua data sekunder

yang dipublikasikan oleh perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia

tahun 2016 (Sugiono, 2012:78).

.8. Teknik Analisis Data

       4.8.1 Statistik Deskriptif


49

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriftikan variabel-variabel

dalam penelitian ini dan memberikan gambaran umum atau sebuah informasi

yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami dari setiap variabel penelitian. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan (Ghozali,2005) bahwa tujuan statistic

deskriptif adalah untuk membari gambaran suatu data yang dilihat dari rata-rata,

standard deviasi, variance, maksimal, minimal, kurtoris dan skewness

(kemencengan distribusi

   4.8.2. Pengujian Asumsi Klasik

Pada penelitian ini juga akan dilakukan pengujian penyimpangan asumsi

klasik terhadap model regresi yang telah diolah yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data yang dipakai dalam

penelitian ini berditribusi secara normal atau tidak (Ghozali, 2005) Menurut

Santoso(2009: 186) pedoman untuk pengambilan keputusan adalah sebagai

berikut:

a. Nilai Sig atau signifikansi < 0,05 distribusi adalah tidak normal.

b. Nilai Sig atau signifikansi > 0,05  distribusi adalah norma

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti ada hubungan di antara beberapa atau semua

variable independen dalam model regresi. Jika dalam model terdapat

multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar


50

sehingga koefisian tidak dapat ditaksir dengan ketepan tinggi. Masalah

multikoliearitas juga akan menyebabkan kesulitan dalam melihat pengaruh

antara variabel independ dengan variabel depende (Ghozali,2005). Menurut

Hakim (2007:77-78) pedoman pengembalian keputusan suatu model regresi

dikatakan bebas dari multikolineritas adalah sebagai berikut:

a. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan kurang dari 10.

b. Mempunyai angka tolerance tidak kurang dari 0,01.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi menggunkan uji Durbin-Watson Test (DW),

dimaksudkan untuk menguji adanya kesalahan pengganggu periode 1 dengan

kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya -1.Keadaan tersebut

mengakibatkan pengaruh terhadap variabel dependen tidak hanya karena

variabel independen namun juga variabel dependen periode lalu (Ghozali,

2005). Pedoman pengembalian keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah

sebagia berikut:

a. Bila du ,< dw< (4-du), maka tidak terjadi autokorelasi.

b. Bila dw< d1 < maka terjadi autokorelasi positif.

c. Bila dw>(d-d1)maka terjadi autokorelasi negatif.

d. Bila d1 < dw<du atau (4-du)<dw<(4-d1) maka tidak dapat ditarik kesimpulan

mengenai ada tidaknya autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji gleyser bertujuan

untuk  mengetahui apakah dalam model regeresi yang dipakai dalam


51

penelitian terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamat yang lain (Ghozali,2005). Model regersi yang baik adalah yang

tidak mengandung gejala homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedasitas

akan member hasil prediksi yang menyimpang. Taraf signifikasi yang

digunakan adalah 0.05.Jika model regersi lebih besar dari tingkat signifikasi

yang digunakan maka model regersi tidak mengandung gejala

heteroskedastisita.Sebaiknya jika model regresi lebih kecil dari tingkat

signifikan yang digunakan maka model regeresi mengandung gejala

heteroskedastistis.

   

  4.8.3 Uji kelayakan model.

Metode pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan

pengujian secara persial dan pengujian secara simultan serta analisis koefisien

determinasi (R2) (Ghozali,2005), Pengujian hipotesis tersebut sebagai berikut.

1. Analisis Koefisien Determentasi (R2)

Koefisien determentasi (R2) digunakan untuk mengetahui sampai

seberapa besar presentasi variasi variabel bebas pada model dapat diterangkan

oleh variabel terikat (Gujarati, 2010).Koefisien determinasi (R 2) dinyatakan

dalam persentaseyang nilainya berkisar antara 0<R2<1.Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel indevenden amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
52

variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel independen. Secara umum koefisien

determentasi untuk data silang (cross section) relatif rendah karena adanya

variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data

runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determitasi

tinggi.R2 yang digunkan adalah adjusted R2.

2. Uji Statistik F.

Pengujian secara simultan menggunkan uji F (pengujian signifikasi

secara simultan) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-

sama terhadap variabel terikat. Taraf signifikasi yang digunkan adalah 0,05.

Jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai signifikan yang ditetapkan,maka

dapat dikatakan bahwa variabel indevenden secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen.

3. Uji Statistik t.

Pengujian secara parsial menggunakan uji t (pengujian signifikasi

secara persial). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah:

Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1)

1. H0 :ᵦ1=ᵦ2= ᵦ3=0, diduga variabel independen secara persial tidak

berpengaruh      signifikan terhadap variabel dependen.

2. H1 : ᵦ1≠0, diduga variabel independen secara persial berpengaruh

signifikasi terhadap variabel dependen.

Menetapakan kriteria pengujian yaitu:

a. Tolak H0 jika angka signifikasinya lebih kecil dari ᵅ=5%


53

b. Terima H0 jika angka signifikasinya lebih besar dari ᵅ=5%

   4.8.4 Model Regresi.

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, alat analisis statistic

yang digunakan yaitu model regresi linier berganda, yaitu dengan

menggunakan program SPSS for windows.

Dalam penelitian ini model estimasi yang digunakan adalah persamaan

linier. Model regresi dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4 + e……………..

Dimana:

E = Error term,diasumsikan 0

b0 = Konstanta

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regeresi

X1 = Cash Ratio

X2 =Return on Asset

X3 = Debt to total Asset.

X4 = Debt to Equity Ratio

Y = Divident Payout Ratio.

Anda mungkin juga menyukai