KEBIJAKAN DEVIDEN
Dosen : Nurhalis S.E, M.M
Matakuliah : Manajemen Keuangan
Disusun oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas ,
adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana konsep kebijakan dividen ?
1.2.2. Apa saja teori – teori kebijakan dividen ?
1.2.3. Bagaimana bentuk – bentuk kebijakan dividen ?
1.2.4. Apa pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset pemegang
saham ?
1.2.5. Apa saja aspek dalam kebijakan dividen ?
1.3. Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang serta rumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya , maka tujuan penyusunan makalah ini , yaitu:
1.3.1. Menjelaskan konsep kebijakan dividen .
1.3.2. Mengetahui teori – teori kebijakan dividen .
1.3.3. Menjelaskan bentuk – bentuk kebijakan dividen .
1.3.4. Mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset
pemegang saham .
1.3.5. Menjelaskan aspek - aspek dalam kebijakan dividen .
1.4. Kegunaan
Kegunaan dari penyusunan makalah ini , adalah sebagai berikut :
1.4.1. Dari aspek keilmuan (teoritis); makalah ini diharapkan agar
menambah wawasan pengembangan ilmu, khususnya ilmu
pengetahuan manajemen keuangan yang berkenaan dengan
Kebijakan Dividen.
1.4.2. Dari aspek praktis; makalah ini diharapkan dapat membantu para
siswa dalam memahami dan mengetahui cara menentukan
Kebijakan Dividen.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
mengurangi total sumber dana intern atau internal financial. Sebaliknya
jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka
kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Dari beberapa pengertian kebijakan dividen tersebut diatas dapat
ditarik pengertian secara keseluruhan bahwa kebijakan dividen
menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna
diinvestasikann kembali di dalam perushaan. Kebijakan dividen yang
optimal pada suatu perusahaan adalah keijakan yang menciptakan
kesimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa
mendatang sehingga memaksimumkan harga saham .
5
3) Kemampuan untuk meminjam
Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang
tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini juga merupakan
fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk
membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan
pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu
mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas
perusahaan.
4) Pembatasan dalam perjanjian hutang
Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk
menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya.
5) Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin
besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya,
perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada
membayarkannya dalam bentuk deviden.
6) Stabilitas Laba
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering
kali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan
datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung
membayarkan Devidend Payout Ratio yang tinggi, daripada
perusahaan yang labanya berfluktuasi. Deviden yang lebih
rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun
pada masa yang akan datang.
7) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan,
makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana
untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya,
perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk
menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen
6
kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-
batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana
yang dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh
keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan
dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend
payout rationya.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat
pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well
established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan
dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren
lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang
demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout
ratio yang tinggi.
8) Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif
tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang
diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan
tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam
golonganhigh tax dan lebih suka memperoleh capital gains,
maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout
ratioyang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah
tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan
laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk
perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat
menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam
konteks pasar.
9) Pembatasan Hukum
Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah
dividen yang bisa dibayarkan perusahaan.Menurut Arthur J
Keown, menyatakan bahwa batasan hukum yaitu Pembatasan
7
menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi perusahaan
dalam membayar dividen.
10) Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya
membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber
interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar
pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang
berasal dari hasil penjualan saham baru akan
melemahkan control dari kelompok dominan di dalam
perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan
uang akan memperbesar risiko financialnya. Mempercayakan
pada pembelanjaan interen dalam usaha
mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti
mengurangi dividen payout ratio nya.
8
MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan
asumsi-asumsi di bawah ini:
1. Pasar modal sempurna, di mana para investor mempunyai
kesamaan informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada
pajak.
2. Para investor bersifat rasional.
3. Semua peserta pasar bersifat price-taker.
4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa
datang dan para investor mempunyai informasi yang sama.
5. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi
dan investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut.
6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage,
maka semua perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.
7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas risiko yang
sama.
8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield
yang sama.
9
keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner
sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, yakni: mendasarkan pada
pemikiran bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih
berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian,
perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan
mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula.
Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor
merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam
saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan
dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi
investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko
arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.
10
2.3.2. Kebijakan Dividen Dengan Penetapan Jumlah Dividen Minimal
Plus Jumlah Ekstra Tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per
lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih
baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah
minimal tersebut.
2.3.3. Kebijakan Dividend Rayout Ratio (DPR) yang Tetap (Constant
Dividend Payout Ratio Policy).
Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai dengan
jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah
tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi tergantung besarnya
keuntungan bagi pemegang saham. Misalnya DPO 60% dari
keuntungan. Jika keuntungan Rp 1 miliar, maka deviden yang
dibayarkan sebesar 60% x Rp 1 Milyar = Rp 600 juta.
2.3.4. Kebijakan Dividen yang Fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen
payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan
dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang
bersangkutan.
Contoh :
PT. Indrajati selama 8 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi
pemegang saham sebagai berikut :
Tabel Laba Untuk Pemegang Saham
11
2007 700.000.000
2008 550.000.000
Perusahaan mempunyai lembar saham yang beredar sebanyak 80.000
lembar saham . Dari data tersebut , dapat ditentukan besarnya
kebijakan dividen dia atas sebagai berikut :
a. Laba per lembar saham (Earning per share)
EPS dihitung dengan rumus :
Laba bagi pemegang saham
EPS =
Jumlah lembar saham yang beredar
12
2005 2.400
2006 2.400
2007 2.400
2008 2.400
13
2007 1.600 40% x (8.750-5.000) 1.500 3.100
2008 1.600 40% x (6.875-5.000) 750 2.350
14
terdapat faktor kebijakan dividen yang berpengaruh signifikan terhadap harga
pasar saham perusahaan, yaitu tingkat keutungan (ROA). Sedangkan tiga
faktor kebijakan dividen lainnya, yaitu posisi solvabilitas, posisi likuiditas,
dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga pasar
saham perusahaan.
15
Jumlah uang yang dipindahkan dari laba ditahan = jumlah
lembar saham yang beredar x presentase dividen saham x
Harga pasar saham
b) Harga Saham
Jika dividen saham disertai dengan kenaikan dividen
tunai , nilai saham perusahaan akan meningkat . Sebaliknya
jika dividen saham tidak disertai dengan kenaikan dividen
tunai , atau dilusi laba dan dividen per saha menyebabkan nilai
saham akan menurun dengan persentase sebesar dividen
saham. Jadi Faktor fundamental yang menentukan harga
adalah laba dan dividen tunai per saham .
Contoh:
Jawab:
16
Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300.000 lbr x
Rp.1.000 = Rp 300.000.000, ditransfer ke modal saham biasa, sisanya
Rp.1.200.000.000,- – Rp 300.000.000,- = Rp 900.000.000,-
dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak
berubah. Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT
Abadi :
17
2.5.2. Pemecahan Stock (Stock Splits)
Pemecahan Stock (Stock Splits) yaitu pemecahan selembar
saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah
stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan
demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari
perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai
ekonomis. Melakukan pemecahan dalam hal, yaitu menambah jumlah
saham dengan cara melalui pengurangan nilai nominalnya. Pada
contoh di atas, jumlah lembar saham 400.000 lembar saham menjadi 2
x 400.000 lembar = 800.000 lembar. Harga nominal saham menjadi
Rp. 2.500 (Rp. 5.000/2).
18
Modal sendiri Rp12.000 juta
Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:
19
akan, meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar saham
itu akan memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada para
pemegang sahamnya.
1. Keuntungan
20
besar saham perseroan
kemungkinan besar mereka
lebih suka untuk membeli
kembali saham daripada
membagikan dividen
disebabkan faktor pajak.
2. Kerugian
21
juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah
saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar
dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer
keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual
kembali saham biasa yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi
seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per lembar saham.
Berdasarkan data tersebut,carilah:
22
c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-
BAB III
KESIMPULAN
23
Dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada
pemegang saham.
DAFTAR PUSTAKA
24
Anonim . 2014. Manajemen Keuangan (Deviden). [online] .
http://achtighk.blogspot.com/. [11 Desember 2014]
LAMPIRAN
25
Jurnal yang berjudul “ STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN DIVIDEN,
KEBIJAKAN UTANG DAN NILAI PERUSAHAAN (OWNERSHIP STRUCTURE,
DIVIDEND POLICY AND DEBT POLICY AND FIRM VALUE )” , oleh Sri
Sofyaningsih dan Pancawati Hardiningsih.
26