Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Dividend Policy

Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Keuangan

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4
Ahsanatul Ghina (1910246992)
Debby Purnomo (1910246993)
Fany Audia Irjanti (1910246989)
Monica (1910247007)
Randi Yudisthira (1910247004)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Dr. Enni
Savitri, SE, MM, Ak., CA, sebagai pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah
membimbing serta memberikan arahan dalam penugasan matakuliah ini, serta tidak lupa
kepada rekan-rekan tim sekalian dalam menyelesaikan tugas ini. Tugas ini sengaja penulis buat
untuk memenuhi dari pada kewajiban penulis sebagai mahasiswa dalam melaksanakan
pendidikan Program Magister Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau. Tugas
yang berjudul tentang Dividend Policy (Kebijakan Dividen) yang penulis buat semoga dapat
dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa pada umumnya.

Penulis sadari tugas ini masih memiliki kekurangan baik dari segi materi maupun
sistematika penulisan. Oleh karenanya, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
demi perbaikan tugas ini sangat penulis harapkan.

Pekanbaru, 15 Juni 2020

Kelompok 4

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Investasi merupakan penanaman modal pada suatu perusahaan dengan mengharapkan
keuntungan di masa yang akan datang yang dilakukan oleh pihak tertentu (investor). Ketika
menanamkan modal pada suatu perusahaan, investor memiliki dua tujuan utama yaitu untuk
memiliki suatu perusahaan dan mencari pendapatan. Pendapatan yang dicari investor dalam
menanamkan dananya berupa tingkat pengembalian investasi (return). Return tersebut
memiliki dua potensi keuntungan, diantaranya berupa pembagian dividen dan selisih harga
saham (capital gain). Capital gain dapat diperoleh ketika harga saham saat ini lebih tinggi dari
saat pembelian, sehingga selisih dari harga jual saat ini dengan harga beli sebelumnya
menghasilkan keuntungan finansial bagi investor tersebut. Potensi keuntungan lainnya yang
diharapkan investor adalah dividen kas yang merupakan tingkat pengembalian investasi mereka
atas kepemilikan saham yang diterbitkan oleh perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan hal yang sangat penting dalam dunia bisnis. Harmono
(2009:12) menyatakan, kebijakan dividen adalah persentase laba yang dibagikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu ke waktu,
pembagian dividen saham dan pembelian kembali saham. Kebijakan dividen tergambar pada
dividend payout ratio, yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya
besar kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi pemegang saham
dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaaan (Rusli, 2017). Hal tersebut
karena rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat
ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan.
Akan tetapi, dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam
perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini.
Sehingga, aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi yang
tepat apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai

4
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan perusahaan dimasa
yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka makalah ini akan menjelaskan mengenai kebijakan
dividen dengan uraian sebagai berikut :
1. Apakah dividen itu dan macam bentuk pembagiannya?
2. Bagaimanakah prosedur pembayaran dividen?
3. Apa itu kebijakan dividen?
4. Apa saja teori kebijakan dividen?
5. Apa saja pilihan perusahaan selain pembagian dividen?

1.3 Tujuan Pembahasan


Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
pembahasan ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu dividen dan macam bentuk pembagiannya
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembayaran dividen
3. Untuk mengetahui apa itu kebijakan dividen
4. Untuk mengetahui apa saja teori kebijakan dividen
5. Untuk mengetahui pilihan yang dapat di pilih perusahaan selain membagikan dividen

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dividen
Martani, dkk (2015:106) menjelaskan dividen merupakan bagian laba yang
didistribusikan kepada pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan mekanisme
pengalokasian kesejahteraan kepada pemegang saham. Perusahaan mengeluarkan dividen
berdasarkan keputusan yang diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Berdasarkan RUPS tersebut akan ditentukan berapa persen rasio pembagian dividen (dividen
payout ratio) yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Umumnya, dividen diambil dari saldo
laba dan sangat jarang sekali perusahaan membagikan seluruh laba yang diperoleh selama satu
periode atau satu tahun kepada pemegang saham.
Penjelasan tersebut sejalan dengan Pasadena (2013) yang mendefinisikan dividen
sebagai pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan,
baik dalam bentuk saham maupun tunai. Artinya hanya perusahaan yang membukukan
keuntungan dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari keuntungan perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2016) dalam PSAK No.23 merumuskan bahwa
pendapatan dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran detetapkan.
Artinya, dividen diakui ketika pemegang saham memiliki hak atas pembayaran (tanggal
pengumuman).
Martani, dkk (2015:107) menjelaskan terdapat 5 bentuk dari pembagian dividen antara
lain:
1. Dividen Kas
Dividen dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Bentuk yang paling umum adalah
dividen kas, yaitu perusahaan mendistribusikan kas kepada pemegang saham sebesar
proporsi tertentu, mengacu pada rasio pembagian dividen, dari laba bersih.
2. Dividen Saham
Pembagian saham perusahaan yang bersangkutan secara pro-rata kepada pemegang
sahamnya. Jika dividen tunai dibayarkan dalam bentuk tunai, maka dividen saham

6
dibayarkan dalam bentuk saham. Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai dividen
tersebut disebut saham bonus. Dengan demikina para pemegang saham mempunyai
jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima dividen saham. Dividen
saham dapat berupa saham yang jenis sama maupun yang jenis berbeda.
3. Dividen Properti
Dividen yang terutang dari aset perusahaan dalam bentuk selain kas disebut dividen
properti. Bentuknya dapat beragam seperti barang, persediaan perusahaan, real estat,
investasi, dan lain-lain. Perusahaam membagikan dividen properti karena keterbatasan
kas atau perusahaan memiliki aset baik itu persediaan ataupun investasi yang cukup
banyak yang bisa jadi mengalami penurunan nilai.
4. Dividen Scrip
Merupakan surat promes yang menyatakan tanda kesediaan membayar sejumlah uang
tunai tertentu kepada para pemegang saham sebagai dividen. Seperti surat promes
lainnya, surat ini berbungan sampai dengan dibayarkannya uang tersebut kepada
pemegang saham yang berhak. Kebijakan pembagian dividen dalam bentuk dividen scrip
ini dilakukan perusahaan apabila pada saat pengambilan keputusan tentang dividen
perusahaan belum (tidak) memiliki uang kas yang memadai untuk membayar dalam
bentuk dividen kas.
5. Dividen Likuidasi
Beberapa perusahaan menggunakan modal disetor sebagai basis dari dividen. Dividen
yang didasarkan pada selain saldo laba seringkali disebut sebagai dividen likuidasi
karena dividen ini tidak didasarkan pada laba dan menurunkan jumlah modal disetor
perusahaan.

2.2 Prosedur Pembayaran Dividen


1. Tanggal Pengumuman
Tanggal pengumuman atau declaration date yaitu salaj satu jenis dari tanggal yang
secara formal diumumkan oleh emiten tentang suatu bentuk dan besarnya serta jadwal
pembayaran dividen yang akan dilakukan.

7
Pengumuman ini umumnya seringkali untuk pembagian pada dividen reguler. Isi
pengumuman tersebut memberitahukan berbagai hal-hal yang penting seperti tanggal
pencatatan dan tanggal pembayaran serta besarnya dividen kas per lembarnya.
2. Tanggal Pencatatan
Tanggal pencatatan atau date of record merupakan salah satu tanggal yang mana
perusahaan dapat melaksanakan pencatatan nama para pemegang saham.
Pemegang saham yang telah terdaftar akan diberikan hak sedangkan pemegang saham
yang tidak terdaftar tidak diberikan hak untuk mendapatkan dividen.
3. Tanggal Cum-Dividend
Tanggal cum-dividend merupakan salah satu tanggal yang mana dalam perdagangan
saham sudah tidak melekat lagi hak untuk mendapatkan dividen.
Jadi jika para investor membeli saham ketika tanggal ini atau setelahnya, maka para
investor tersebut tidak akan mendapatkan namanya untuk mendapatkan dividen.
4. Tanggal Ex-Dividend
Tanggal Ex-Dividend ialah salah satu tanggal dimana pada perdagangan saham sudah
tidak melekat lagi hak untuk mendapatkan dividen.
Jadi apabila para investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka para
investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen.
5. Tanggal Pembayaran
Tanggal pembayaran atau payment date merupakan sebuah tanggal yang mana pada
pembayaran dividen terhadap suatu perusahaan kepada para pemegang saham yang
sudah mempunyai hak atas dividen.
Jadi di tanggal tersebut, para investor ini telah dapat mengambil dividen yang sesuai
dengan bentuk dividen yang sudah diumumkan oleh sebuah emiten apakah dividen
tunai atau dividen saham.

Gambar 2.1
Contoh Prosedur
Pembayaran Dividen

8
2.3 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan
perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividen-payout ratio) menentukan jumlah laba yang
dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan (Horne, 2007:207). Kebijakan
dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Menurut Azmi (2014),
kebijakan dividen merupakan salah satu fungsi utama seorang manajer keuangan dalam
membuat keputusan keuangan perusahaan. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang
berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya
dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan
perusahaan.
Harmono (2009:12) menyatakan, kebijakan dividen adalah persentase laba yang
dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan stabilitas
dividen dari waktu ke waktu, pembagian dividen saham dan pembelian kembali saham.
Kebijakan ini melibatkan dua pihak yang memiliki kepentingan berbeda yaitu pihak pertama,
para pemegang saham dan pihak kedua, pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Oleh karena
itu manajemen harus membuat kebijakan (dividend policy) tentang besarnya EAT (Earning After
Tax) yang dibagikan sebagai dividen.
Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen
berarti akan mengurangi jumlah laba ditahan yang akhirnya mengurangi sumber dana intern
yang akan mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan
perusahaan. Apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa
memperbesar sumber dana intern dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
mengembangkan perusahaan.
Dalam keputusan pembagian dividen, perusahaan harus mempertimbangkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaannya. Dengan demikian, besar kecilnya
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-
masing perusahaan sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kebijakan dividen adalah
keputusan manajemen yang cukup serius mengenai pembagian laba bersih kepada pemegang

9
saham perusahaan karena berkaitan dengan penilaian investor terhadap kinerja perusahaan
serta pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.
Persentase dividen yang dibagi dari EAT disebut Dividend Payout Ratio (DPR).

Persentasi laba ditahan dari EAT adalah 1 – DPR


Terdapat empat macam kebijakan dalam pembayaran dividen oleh Riyanto (2008:269),
yakni:
1) Kebijakan dividen yang stabil
Kebijakan ini merupakan pola pembayaran dividen dimana jumlah dividen per lembar
yang dibayarkan tiap tahunnya relatif stabil selama jangka waktu tertentu sekalipun
pendapatan yang diperoleh per lembar saham berfluktuasi.
2) Kebijakan dividen dengan menetapkan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra
tertentu.
Cara kebijakan dividen ini yaitu dengan menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per
lembar saham setiap tahunnya. Jika perusahaan dalam kondisi yang baik, maka
perusahaan akan membayarkan dividen per lembar saham nilainya di atas nilai
minimal rupiah dividen per lembar saham yang sudah ditentukan. Tetapi apabila
perusahaan dalam kondisi yang buruk, maka perusahaan hanya wajib membayar
dividen kepada pemegang saham sesuai dengan jumlah minimal yang telah ditentukan.
3) Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payot ratio yang konstan.
Kebijakan ini menyatakan bahwa perusahaan akan membagikan dividen berfluktuasi
sesuai dengan perkembangan pendapatan neto yang diterima oleh perusahaan per
tahun.
4) Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan ini merupakan pola pembayaran dividen yang besarnya disesuaikan dengan
posisi finansial dan kebijakan finansial perusahaan yang bersangkutan setiap tahunnya.

10
2.4 Teori Kebijakan Dividen
Berikut teori-teori kebijakan dividen yang telah dikembangkan oleh para pakar di bidang
akuntansi dan manajemen keuangan mengenai faktor yang mempengaruhi besarnya dividen
antara lain :
1) Hipotesa Agency Theory
Teori agensi menjelaskan hubungan agensi dan masalah-masalah yang ditimbulkannya.
Hubungan agensi ini merupakan hubungan antara pihak pertama yang selaku
pemegang saham yang bertindak sebagai principal atau pemberi amanat kepada pihak
kedua selaku manajemen perusahaan di dalam mengelola perusahaan atau melakukan
transaksi kepada pihak ketiga, bisa dibilang sebagai perantara antara pihak pertama
dan pihak ketiga (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Neswari, 2017). Pihak manajemen
perusahaan akan memiliki tugas untuk memberitahukan kepada pemilik saham
keadaan yang sesungguhnya di perusahaan agar pemilik atau pemegang saham bisa
menjadikan informasi yang diberikan oleh agen sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan kebijakan.
Jensen dan Meckling dalam Stepanus (2016), yang mengemukakan teori keagenan,
menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan pemegang saham seringkali
bertentangan, keputusan untuk membagikan dividen tunai kepada para pemegang
saham ataupun menahan keuntungan sebagai retained earning untuk sumber
pendanaan internal aktivitas operasi dan investasi perusahaan cenderung
menimbulkan konflik diantara kedua belah pihak. Pemegang saham memiliki
ekspektasi akan dividen tunai sebagai imbalan dari investasi yang mereka tanamkan,
sedangkan manajemen melihat laba ditahan sebagai kesempatan untuk memperbesar
nilai perusahaan melalui peningkatan operasi ataupun melakukan investasi. Perbedaan
tersebut biasa dikenal dengan agency problem (masalah keagenan). Untuk
meminimalisir perbedaan kepentingan ini dapat dilakukan dengan mekanisme
pengawasan dengan tujuan menyegarkan prioritas kepentingan-kepentingan kedua
belah pihak. Hanya saja, mekanisme pengawasan akan menimbulkan agency cost yang
akan menjadi beban bagi perusahaan.

11
2) Hipotesa Information Content of Dividend / Signaling Hypothesis
Teori sinyal menjelaskan mengenai alasan perusahaan memberikan informasi laporan
keuangan dan non keuangan kepada pihak eksternal yang salah satunya pemegang
saham untuk mengurangi asimetri informasi. Kenaikan dividen diatas kenaikan normal
biasanya merupakan suatu sinyal bagi para investor yang menandakan bahwa
manajemen perusahaan dalam posisi yang sangat bagus dan meramalkan suatu
penghasilan yang baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau
kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal
bahwa perusahaan dalam posisi menurun dan menghadapi masa sulit dimasa
mendatang.
Brigham (2012:277) “A signal is an action taken by a firm’s management that provides
clues to investors about how management views the firm’s prospects”. Dalam
kenyataannya, terdapat information assymetry yang merupakan perbedaan
kemampuan mengakses informasi antara manajemen dan investor yang bisa
mengakibatkan harga saham lebih rendah daripada yang akan terjadi pada kondisi
pasti. Karena itu, sulit untuk memastikan bahwa kenaikan atau penurunan harga
setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek
sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.
3) Hipotesa Bird in the Hand Theory oleh Gordon
Pandangan investor yang paling pertama selalu menyatakan bahwa harga saham akan
meningkat seiring dengan peningkatan dividen yang diberikan. Oleh karena itu,
kebijakan dividen yang diputuskan perusahaan akan meningkatkan harga saham
sehingga investor selalu menginginkan dividen dengan dividen yang diperoleh maka
harga saham akan mingingkat sehingga profit akan diperoleh. Teori ini membahas
mengenai investor menyukai dividen yang sudah ada ditangan dibandingkan capital
gain yang belum tentu akan ada dimasa mendatang atau kedua-duanya tidak
diperoleh (Juliana, 2015).
Teori ini menyebutkan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah
lebih baik daripada membiarkannya menjadi saldo laba (a bird in the bush) karena

12
pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai
dividen di masa depan (it can fly away) (Stepanus, 2016).
4) Hipotesa Dividend Clientele Effect Theory
Pemegang saham perusahaan bervariasi dari segi pendapatan dan karakteristiknya.
Teori dividend clientele effect menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan
memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok
investor yang berpendapatan rendah dan membutuhkan penghasilan saat ini lebih
menyukai dividend payout ratio (DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang
berpendapatan tinggi dan tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika
perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Sehingga terjadi
kelompok pada pemilik perusahaan (investor) yang bisa disebut dengan Clientele.
5) Hipotesa Residual Dividend Theory
Stepanus (2016) menjelaskan bahwa residual dividend theory merupakan teori
mengenai kebijakan dividen dimana dividen dibayarkan apabila masih terdapat
residual earning setelah perusahaan memenuhi kebutuhan investasinya. Dengan
adanya floatation cost, kebijakan dividen perusahaan menjadi sebagai berikut :
a. Mempertahankan debt ratio yang optimum dalam pembiayaan investasi masa
depan
b. Menerima investasi jika net present value (NPV) dari investasi tersebut positif, yaitu
jika expected rate of return lebih besar dari cost of capital
c. Pembiayaan investasi diprioritaskan berasal dari internal financing. Hanya jika
modal ini telah digunakan sepenuhnya dan masih belum mencukupi maka
perusahaan menerbitkan saham baru.
d. Jika dana yang dihasilkan secara internal masih tersisa setelah pembiayaan
investasi, perusahaan dapat membayarkannya sebagai dividen kepada para
investor. Akan tetapi, jika seluruh modal internal dibutuhkan untuk membiayai
investasi maka dividen tidak perlu dibayarkan.
6) Hipotesa Irrelevant Theory

13
Menurut Modigliani dan Miller (MM), dividen payout ratio tidak memunyai pengaruh
pada harga saham perusahaan atau biaya modalnya. MM menyatakan bahwa dividen
payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya harga saham ditentukan oleh earning
power dari aset perusahaan. Sementara itu, keputusan apakah laba yang diperoleh
akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Untuk membuktikan teorinya MM mengemukakan berbagai asumsi
sebagai berikut :
1. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan,
2. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi,
3. Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividen payout
ratio,
4. Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan
investasi di masa yang akan datang,
5. Distribusi pendapatan diantara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh
terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor
Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak relevan dengan menunjukkan
adanya biaya emisi saham baru yang akan mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri
dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal
dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks (Biaya modal sendiri dari laba ditahan). Tapi
bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal sendiri adalah Ke (biaya modal sendiri dari
saham biasa baru). Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains
(kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan capital
gains adalah sama, investor cenderung lebih suka menerima capital gains dari pada dividen
karena pajak pada capital gains baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui.
7) Hipotesa Tax Differential Theory
Teori perbedaan pajak ini dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979). Jika
capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen,
maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi akan direspon positif oleh investor.
Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas
dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian, pajak

14
atas capital gain masih lebih baik dibandingkan dengan pajak atas dividen karena pajak
atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus
dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu periode investasi juga
mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka
waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain dan pajak
atas dividen. Jadi, investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih
tinggi terhadap saham yang memiliki dividend yield yang tinggi dari pada saham
dengan dividend yield yang rendah. Oleh karena itu teori ini menyarankan bahwa
perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan
tidak membagikan dividen.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Beberapa faktor lain yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan
dividen, antara lain:
1. Kas atau likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang memiliki laba ditahan yang cukup
tetapi manajemen memutuskan untuk menginvestasikan kedalam aktiva riil maka
perusahaan tidak membayar dividen dalam bentuk kas.
2. Kebutuhan pembayaran utang perusahaan. Adanya batasan dalam perjanjian pinjaman
kepada kreditur. Misalnya pembayaran dividen hanya dapat dilakukan setelah laba
yang tersedia bagi pemegang saham dikurangi dengan angsuran pinjaman atau apabila
modal kerja mencapai tingkat tertentu.
3. Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar sehingga laba yang
diperoleh lebih baik ditahan.
4. Aksesibilitas perusahaan di pasar modal berpengaruh terhadap kebijakan dividen, yaitu
dipengaruhi oleh usia dan skala perusahaan.
5. Pembatasan dari saham Preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa
jika dividen saham preferan belum dibayar.
6. Kebutuhan dana untuk Investasi, perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan
dana baru untuk diinvestasikan pada proyek – proyek yang menguntungkan. Sumber

15
dana baru yang merupakan modal sendiri (equity) dapat berupa penjualan sham baru
dan laba ditahan. Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena
penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham (flotation cost)

2.6 Pilihan Perusahaan Selain Pembayaran Dividen


1. Stock Repuchase
Sebagai alternatif terhadap pemberian dividen berupa uang tunai (cash dividen), perusahaan
dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali
saham perusahaan (repuchasing stock). Harga stock repurchase pada ekuilibrium dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:

dimana:
P* : harga stock repurchase equilibrium
S : jumlah saham beredar sebelum stock repurchase
Pc : harga saham saat ini sebelum stock repurchase
N : jumlah lembar saham yang akan dibeli kembali oleh perusahaan.
Keuntungan stock repuchase bagi pemegang saham :
a. Stock repuchase sering di pandang sebagai tanda positif bagi investor karena pada
umumnya stock repuchase dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham undervalued.
b. Stock repuchase mengurangi jumlah saham yang beredar dipasar. Setelah stock
repuchase ada kemungkinan harga saham naik.
Kerugian bagi pemegang saham :
a. Perusahaan membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi sehingga
merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya.
b. Keuntungan stock repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian investor
menyukai dividen.
Keuntungan bagi perusahaan :

16
a. Menghindari kenaikan dividen. Jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa
mendatang perusahaan terpaksa membagi dividen yang lebih kecil (pada masa sulit atau
banyak kebutuhan dana investasi) yang dapat memberi petanda negatif. Stock repuchase
merupakan alternatif yang baik untuk mendistribusikan penhasilan yang diatas normal
(extraordinary earnings) kepada pemegang saham.
b. Dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacaukan usaha pengambil-alihan
perusahaan (yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyakbanyaknya
hingga mencapai jumlah saham mayoritas) stock repuchase dapat menggalkan usaha ini.
c. Mengubah struktur modal perusahaan. Misalnya, perusahaan ingin meningkatkan rasio
hutang dengan cara menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham yang
beredar.
d. Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan
membutuhkan tambahan dana.
Kerugian bagi perusahaan adalah :
a. Dapat merusak image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa stock
repuchase merupakan indikator bahwa manajemen perusahaan tidak mempunyai proyek-
proyek baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan benar-benar tidak memiliki
kesempatan investasi yug baik, ia memang sebaiknya mendistribusikan dana kembali
kepada pemegang saham. Tidak banyak bukti empiris yang mendukung alasan ini.
b. Setelah stock repuchase, pasar mungkin merasa bahwa risiko perusahaan meningkat
sehingga dapat menurunkan harga saham.
Jika harus memilih antara stock repuchase dan pembayaran dividen tunai, pada pasar yang
sempurna (dimana tidak ada pajak, biaya komisi untuk jual – beli saham dan efek sinyal dari
pemberian dividen, investor akan indifferent terhadap ke 2 pilihan. Pada pasar yang tidak
sempurna, investor mungkin akan memiliki preferensi terhadap salah satu dari ke 2
alternatif tersebut.
Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham :
1. Saham dapat dibeli pada pasar terbuka (open market )

17
2. Perusahaan membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan dalam
jumlah tertentu dan harga tertentu (pendekatan tender offer)
3. Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa pemegang
saham besar (pendekatan negotiated basis)
2. Stock Split dan Stock Dividend
Stock split adalah tindakan perusahaan memecah saham yang beredar menjadi bagian yang
lebih kecil. Stock dividend adalah tindakan perusahaan memberikan saham baru sebagai
pembayaran dividen . Bagi pemegang saham stock split tidak membuat mereka bertambah
kekayaannya karena kenaikan jumlah saham diimbangi dengan penurunan nilai saham. Stock
dividend juga tidak menambah kekayaan pemegang saham.
Jika tidak ada keuntungan secara ekonomis mengapa perusahaan melakukan stock split dan
stock dividend :
a. Stock split dilakukan untuk menjaga agar harga saham tetap berada pada optimal price
range. Harga saham yang tinggi akan menyulitkan investor untuk membeli saham
tersebut sehingga dapat menurunkan permintaan.
b. Stock dividend digunakan perusahaan yang ingin menghemat kas atau perusahaan
dalam kesulitan keuangan. Masalah yang muncul jika perusahaan tidak membagi dividen
tunai investor bisa salah persepsi terhadap emiten. Akibatnya harga saham bisa turun,
sehingga untuk menghindari efek negatif ini perusahaan dapat membagi stock dividen
sebagai pengganti dividen kas.
Perbedaan antara antara stock splits dan stock dividend adalah:
a. Stock split merupakan pemecahan nilai saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil
sehingga jumlah lembar saham yang beredah bertambah.
b. Stock dividend merupakan pemindahbukuan dari rekening laba ditahan ke dalam
rekening modal saham.
Persamaan antara antara stock splits dan stock dividen
a. Keduanya mengakibatkan jumlah lembar saham yang beredar bertambah
b. Tidak terdapat pendistribusian kas dalam kedua bentuk tersebut
c. Tidak terjadi perubahan pada total modal sendiri hanya komposisinya yang berubah.

18
BAB III

KESIMPULAN

Dividen merupakan bagian laba yang didistribusikan kepada pemegang saham.


Pembayaran dividen merupakan mekanisme pengalokasian kesejahteraan kepada pemegang
saham. Kebijakan dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan.
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak
perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba
yang ditahan untuk kepentingan perusahaan.
Dalam keputusan pembagian dividen, perusahaan harus mempertimbangkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaannya. Dengan demikian, besar kecilnya
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-
masing perusahaan sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Azmi, Maulidiyah Nur dan Agung Listiadi, 2014. Analisis Pengaruh Profitabilitas Dan IOS
Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Moderasi Pada
Perusahaan Manufaktur, Jurnal Manajemen UNS
Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston, 2012. Fundamentals of Financial Managemen, South-
Western Cengage Learning, United States of America
Harmono, 2009. Manajemen Keuangan berbasis Balanced Scorecard, Bumi Aksara, Jakarta
Horne, James C Van., dan John M. Wachowicz, 2007. Fundamentals of Financial Management,
Buku 2, Edisi 12, Salemba Empat, Jakarta
Juliana, 2015. Pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran
perusahaan dan investment opportunity set terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bei 2011-2013, Jurnal Akuntansi FE UR Vol 2, No 2
Martani, Dwi, et.al., 2015. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Buku 2, Salemba
Empat, Jakarta
Neswari, Prajna P. Ardana, 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Perusahaan Manufaktur Di BEI, Jurnal STIE Indonesia ISSN: 2460-0585
Pasadena, Rizka Persia, 2013. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Riyanto, Bambang, 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, BPFE-Yogyakarta,
Yogyakarta
Ross, S.A., R. W. Westerfield, J. Jaffe, dan B. D. Jordan, 2010. Corporate Finance, 9th edition,
McGraw-Hill Irwin.
Rusli, Erik, 2017. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan dan
Efektivitas Usaha Terhadap Kebijakan Dividen, Jurnal Manajemen FEB Unud ISSN:
2302-8912
Stepanus, Victor Andre, 2016. Pengaruh Profitabilitas dan Set Kesempatan Investasi Terhadap
Kebijakan Dividen Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Moderasi, Skripsi Akuntansi
Universitas Bengkulu, Bengkulu

20

Anda mungkin juga menyukai