Disusun Oleh :
KELOMPOK I
Dova Rinsi Karisfa 1910247005
Febrina Ramadhany 1910246985
Wening Wulandari 1910246984
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hanlon, Inc., Liabilities and equity on Balance Sheets
2
1.2. Permasalahan Pada Hanlon, Inc.
Hanlon merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang menjual komputer PC
(Personal Computer) yang pertama, dan ikut menikmati pertumbuhan yang signifikan selama
5 tahun pertama eksistensinya. Seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang masuk
dalam industri tersebut, Hanlon, Inc. mulai mengalami penurunan pada laba.
Pada tahun keenam, Hanlon, Inc. berjuang untuk mengatasi masalah aliran kas (Cash
Flow) dan terancam mengalami kerugian (Net loss). Keberhasilan negosiasi dengan
Hoopshire National Bank dan perusahaan Trust mengenai pinjaman sebesar USD 1 Milyar
dapat mengatasi masalah likuiditas untuk sementara waktu, dengan tingkat bunga pinjaman
sebesar 10% dan angsuran sebesar $100.000,- pertahun, dan dimulai pada tahun ke 8.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
dasarnya, rencana audit harus mempertimbangkan bagaimana melaksanakan audit secara
efektif dan efisien.
2.2. Materialitas
Menurut FASB, materialitas merupakan besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atas salah saji tersebut.
Auditor harus mengikuti lima langkah terkait dalam menetapkan materialitas, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut ini.
5
Dimakan pertimbangan materialitas awal karena meskipun merupakan opini
profesional, penilaian tersebut dapat berubah sesuai kontrak kerja. Penilaian tersebut
harus didokumentasikan dalam arsip audit.
Auditor menetapkan pertimbangan materialitas awal untuk membantunya
merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat. Makin kecil jumlah rupiah
dalam penilaian awal, makin banyak bukti audit yang harus dikumpulkan.
6
materialitas awal sebesar Rp 200.000.000 pada akun piutang dagang, maka salah saji
yang dapat ditolelir untuk akun piutang dagang adalah Rp 100.000.000. Hal ini berarti
bahwa auditor bersedia menganggap puitang dagang disajikan secara wajar jika salah
sajinya sejumlah Rp 100.000.000 atau kurang.
Kesimpulannya, tujuan pengalokasian pertimbangan materialitas awal pada akun-
akun neraca adalah untuk membantu auditor dalam menetukan bukti yang tepat yang
harus dikumpulkan untuk setiap akun neraca maupun laba rugi. Salah satu tujuan
pengalokasian adalah untuk meminimalkan biaya audit tanpa harus mengorbankan
kualitas auditnya. Tidak peduli bagaimana pengalokasian dilakukan, karena ketika
audit telah selesai dilakukan, auditor harus yakin bahwa salah saji gabungan dalam
semua akun lebih kecil atau sama dengan penilaian awal (atau revisi) materialitas.
7
merespons risiko bisnis tersebut dan memastikan bahwa respons tersebut telah
diimplementasikan secara memadai.
Auditor menangani risiko dalam perencanaan bukti audit umumnya dengan menggunakan
model risiko audit. Model ini berasal dari literatur profesional dalam PSA 26 (SA 350)
tentang pengujian sampel audit dan dalam PSA 25 (SA 312) tentang materialitas dan risiko.
Model risiko audit membantu auditor untuk menentukan seberapa banyak dan jenis bukti
apakah yang harus dikumpulkan auditor untuk setiap siklusnya. Model risiko audit dinyatakan
dalam persamaan berikut.
AAR
PDR =
IR × CR
Keterangan:
PDR = Risiko deteksi yang direncanakan
AAR = Risiko audit yang dapat diterima
IR = Risiko bawaan
CR = Risiko pengendalian
Auditor mempertimbangkan risiko audit pada tingkat asersi (untuk merujuk pada
pertimbangan risiko audit pada tingkat yang lebih rendah) yang relevan karena secara
langsung membantu auditor untuk merencanakan prosedur audit yang sesuai untuk akun,
transaksi, atau pengungkapan. Risiko audit terdiri dari 4 komponen, yaitu;
2.3.1. Risiko Deteksi yang Direncanakan (Planned Detection Risk – PDR)
Merupakan risiko dimana bukti audit untuk suatu bagian tidak mampu mendeteksi
salah saji yang melebihi salah saji yang dapat diterima. PDR menentukan jumlah
bukti substantif yang direncanakan dikumpulkan oleh auditor, yang berbanding
terbalik dengan ukuran PDR. Jika PDR dikurangi, maka auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai pengurangan risiko yang
direncanakan.
8
menyimpulkan bahwa kemungkinan salah saji tinggi, tanpa mempertimbangkan
pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko bawaannya adalah
tinggi. Pengendalian internal diabaikan dalam menetapkan risiko bawaan karena
pengendalian internal dianggap terpisah dari model risiko audit sebagai risiko
pengendalian. IR berbanding terbalik dengan PDR dan berbading lurus dengan bukti
audit.
2.3.4. Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk – AAR)
Mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima kemungkinan adanya salah saji
dalam laporan keuangan setelah audit telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa
pengecualian telah diberikan. Ketika para auditor memutuskan risiko audit yang dapat
diterima lebih rendah, mereka menginginkan untuk lebih yakin bahwa tidak ada salah
saji dalam laporan keuangan.
9
Ketika menggunakan model risiko audit, terdapat hubungan antara risiko audit yang
dapat diterima dan risiko deteksi yang direncanakan, dan hubungan terbalik antara
risiko audit yang dapat diterima dan bukti audit. Jika auditor memutuskan untuk
mengurangi risiko audit yang dapat diterima, risiko deteksi yang direncanakan dengan
demikian juga berkurang, dan bukti audit yang direncanakan juga harus dinaikkan.
Untuk sebuah klien dengan risiko audit yang dapat diterima rendah, auditor seringkali
menugaskan staf yang lebih berpengalaman atau pun menelaah arsip-arsip audit
dengan lebih seksama lagi.
Secara singkat hubungan antara risiko dan bukti audit serta faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko audit itu sendiri dapat disajikan dalam gamabr 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2 Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Dengan Bukti yang
Direncanakan
10
mendalam mengenai karakteristik bukti jelas merupakan alat konseptual yang penting bagi
auditor maupun profesional dalam berbagai kondisi lainnya. Konsep bukti audit berikut ini
penting untuk pemahaman dalam pelaksanaan audit, yaitu : sifat bukti audit, kecukupan dan
kelayakan bukti audit, dan evaluasi bukti audit.
2.4.1. Sifat Bawaan Bukti Audit. Sifat ini mengacu pada bentuk atau tipe informasi,
mencakup catatan akuntansi dan informasi lain yang tersedia. Catatan akuntansi
termasuk catatan awal dan catatan pendukung, seperti cek dan catatan transfer dan
dana elektronik; faktur, kontrak; buku besar utama, buku besar pembantu, catatan
jurnal, dan penyesuaian lainnya atas laporan keuangan yang tidak digambarkan
dalam catatan jurnal formal; dan catatan seperti kertas kerja dan lembar kerja yang
mendukung alokasi biaya, perhitungan, rekonsiliasi, dan pengungkapan. Informasi
lain yang dapat digunakan auditor sebagai bukti mencakup risalah rapat; konfirmasi
pihak ketiga; laporan analisis industri; data yang dapat digunakan sebagai
pembanding mengenai pesaing (benchmark); manual pengendalian; informasi yang
diperoleh auditor dari prosedur audit seperti permintaan keterangan, observasi, dan
inspeksi; dan informasi lain yang dikembangkan oleh, atau tersedia bagi, auditor
yang memungkinkan auditor mencapai kesimpulan melalui penalaran yang valid.
2.4.2. Kecukupan dan Kelayakan Bukti Audit. Kecukupan adalah kuantitas bukti audit.
Kelayakan adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kecukupan dan kelayakan bukti audit
saling berkaitan. Kuantitas bukti audit yang diperlukan dipengaruhi oleh risiko salah
saji material dengan kulitas audit yang dikumpulkan. Oleh karen itu, semakin besar
risiko salah saji material, maka bukti audit yang diperlukan akan semakin banyak.
Semakin berkualitas bukti audit, maka semakin sedikit bukti yang diperlukan untuk
memenuhi uji audit. Dengan demikian, terdapat hubungan terbalik antara kecukupan
dan bukti audit.
Bukti dianggap layak jika menyediakan informasi yang relevan dan dapat
diandalkan. Relevansi bukti audit merujuk pada hubungannya dengan asersi atau
pada tujuan pengendalian yang sedang diuji. Jika auditor bergantung pada bukti yang
tidak terkait dengan asersi, dia mungkin mengambil kesimpulan yang keliru.
Keterandalan atau validitas bukti mengacu pada apakah suatu tipe bukti tertentu
dapat diandalkan sebagai sinyal pernyataan suatu asersi dari yang sebenarnya.
11
Keterandalan bukti dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya bergantung pada tiap
kondisi perolehannya, yaitu:
a. Sumber bukti yang independen. Bukti yang didapat secara langsung oleh
auditor dari sumber independen di luar entitas secara umum dianggap lebih
dapat diandalkan dari pada bukti yang diperoleh dari dalam entitas.
b. Keefektifan pengendalian internal. Tujuan utama sistem pengendalian internal
klien adalah menghasilkan informasi yang andal untuk membantu
pengambilan keputusan oleh manajemen. Sebagai bagian dari audit,
keefektifan pengendalian internal juga dinilai. Ketika auditor menilai
pengendalian internal sudah efektif, maka bukti yang dihasilkan sistem
akuntansi dianggap andal, berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, makin efektif
pengendalian internal klien maka makin tinggi keyakinan atas keandalan
bukti auditnya.
c. Pengetahuan personal auditor langsung. Bukti yang diperoleh secara langsung
oleh auditor secara umum dianggap lebih dapat diandalkan dari pada bukti
yang diperoleh secara tidak langsung atau dengan kesimpulan.
d. Bukti dokumentasi. Bukti audit lebih andal apabila tersedia dalam bentuk
dokumentasi yang dapat berupa media kertas, elektronik, atau media lainnya.
e. Dokumen original. Bukti audit yang berasal dari dokumen asli lebih andal
daripada bukti audit yang berasal dari fotokopian atau faksimili.
2.4.3. Evaluasi Bukti Audit. Kemampuan mengevaluasi bukti secara baik merupakan
keterampilan penting lainnya yang harus dikembangkan auditor. Evaluasi yang layak
atas bukti mensyaratkan auditor untuk memahami tipe bukti yang tersedia dan
keterandalan relatif atau diagnosisnya. Auditor harus mampu menilai ketika bukti
yang relevan dalam jumlah cukup telah diperoleh dalam rangka menentukan
kewajaran asersi manajemen.
12
1) Prosedur penilaian risiko. Digunakan untuk memperoleh pemahaman atas entitas
dan ruang lingkupnya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah
saji material pada laporan keuangan dan level asersi yang relevan.
2) Uji pengendalian. Digunakan untuk menguji keefektifan pengendalian dalam
menghindari atau mendeteksi dan mengkoreksi salah saji material pada level asersi
yang relevan.
3) Prosedur substantif. Digunakan untuk medeteksi salah saji material pada level
asersi yang relevan. Prosedur ini mencakup uji rincian dan prosedur analitis
substantif.
Tipe bukti berikut ini bisa jadi dikumpulkan selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko,
uji pengendalian, atau prosedur substantif, tergantung pada konteks yang diterapkan auditor
pada setiap bukti tersebut, yaitu :
2.5.1. Inspeksi Catatan atau Dokumen. Inspeksi ini terdiri atas pengujian catatan atau
dokumen internal maupun eksternal dalam bentuk kertas, elektronik, ataupun media
lain. Pada sebagian besar perikatan audit, inspeksi catatan atau dokumen menjadi
bagian besar dari bukti yang dikumpulkan auditor. Dua isu penting dalam membahas
inspeksi catatan atau dokumen adalah keterandalan bukti tersebut dan hubungannya
pada asersi tertentu.
2.5.2. Inspeksi Aset Berwujud. Inspeksi ini terdiri atas pengujian fisik atas aset. Inspeksi
ini merupakan tipe bukti yang relatif dapat diandalkan karena auditor mengisnpeksi
dan menghitung secara langsung aset berwujud.
2.5.3. Observasi. Pengamatan (observasi) berarti melihat suatu proses atau prosedur yang
dikerjakan oleh orang lain. Tindakan yang diamati umumnya tidak memiliki jejak
audit yang dapat diuji dengan menyelidiki catatan atau dokumen. Contohnya antara
lain, mengamati perhitungan persediaan oleh karyawan entitas dan mengamati kinerja
aktivitas pengendalian.
2.5.4. Permintaan Keterangan. Permintaan keterangan (Inquiry) terdiri atas kegiatan
mencari informasi dari pihak yang paham (baik secara keuangan maupun
nonkeuangan) di dalam atau diluar entitas. Dalam melaksanakan inquiry, auditor
sebaiknya :
a. Mempertimbangkan pengetahuan, objektivitas, pengalaman, tanggungjawab,
dan kualifikasi individu yang ditanyakan,
13
b. Mengajukan pertanyaan yang ringkas, jelas, dan relevan,
c. Menggunakan pertanyaan terbuka atau tertutup secara tepat,
d. Mendengarkan secara aktif dan efektif,
e. Mempertimbangkan reaksi dan respons kemudian mengajukan pertanyaan
lanjutan,
f. Melakukan evaluasi respons yang muncul.
2.5.5. Konfirmasi Eksternal. Suatu konfirmasi eksternal mewakili bukti audit yang
diperoleh auditor sebagai respons tertulis langsung dari pihak ketiga (pihak informan)
kepada auditor dalam bentuk kertas, elektronik, atau medium lainnya. Konfirmasi ini
digunakan untuk memperoleh bukti audit mengenai ketiadaan suatu kondisi tertentu.
Sebagai contoh, ketiadaan ‘side agreement’ yang mungkin mempengaruhi pengakuan
pendapatan. Auditor biasanya menggunakan istilah permintaan keterangan untuk
mengacu pada pertanyaan tidak tertulis yang diajukan pada klien atau pihak ketiga,
dan istilah konfirmasi mengacu pada permintaan tertulis atas respons tertulis dari
pihak ketiga. Keterandalan bukti yang diperoleh melalui konfirmasi eksternal dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:
a. Format konfirmasi
b. Pengalaman terdahulu oleh entitas
c. Sifat informasi yang ingin dikonfirmasi
d. Responden yang dituju
2.5.6. Kalkulasi Ulang. Kalkulasi ulang terdiri atas pengecekan keakuratan matematis dari
dokumen atau catatan. Kalkulasi ulang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan teknologi informasi (misalnya, dengan memperoleh file elektronik dari
entitas, dan menggunakan bantuan teknik audit dengan bantuan komputer atau
TABK, untuk mengecek keakuratan jumlah file). Contoh spesifik tipe prosedur ini
termasuk perhitungan ulang biaya depresiasi aset tetap dan perhitungan ulang bunga
yang akan diterima. Perhitungan ulang mencakupi footing, crossfooting, rekonsiliasi
buku besar pembantu ke saldo akun, dan menguji pemindahbukuan dari jurnal kebuku
besar.
2.5.7. Pelaksanaan Ulang. Pelaksanaan ulang mencakup eksekusi independen oleh auditor
atas prosedur atas pengendalian yang sebenarnya merupakan tugas yang dilakukan
14
oleh karyawan perusahaan. Sebagai contoh, auditor dapat melaksanakan ulang
perhitungan umur piutang.
2.5.8. Prosedur Analitis. Prosedur analitis terdiri atas evaluasi informasi keuangan melalui
analisis hubungan yang logis antara data keuangan dan nonkeuangan. Sebagi contoh,
saldo piutang tahun berjalan dapat dibandingkan dengan saldo tahun-tahun
sebelumnya setelah disesuaikan dengan penambahan atau pengurangan faktor-faktor
ekonomi lainnya. Auditor membuat perbandingan semacam itu untuk
mengidentifikasi akun yang mungkin mengandung salah saji material dan
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut atau sebagai uji kewajaran atas saldo akun.
Prosedur analitis dapat digunakan auditor untuk mencapai tiga tujuan, yaitu:
a. Prosedur penilaian risiko untuk membantu auditor lebih baik dalam
memahami bsinis dan untuk merencanakan sifat, saat, dan ruang lingkup
prosedur audit (disebut sebagai prosedur analitis perencanaan / analitis
pendahuluan).
b. Prosedur analitis substantif digunakan sebagai prosedur substantif untuk
memperoleh bukti mengenai asersi tertentu terkait saldo akun atau
golongan transaksi.
c. Prosedur analitis final digunakan sebagai melakukan review keseluruhan
atas informasi keuangan dalam tahap review akhir audit.
Keterandalan prosedur analitis merupakan fungsi (1) ketersediaan dan keterandalan
data yang digunakan dalam perhitungan, (2) kebenaran dan kemungkinan
meramalkan hubungan yang akan diuji, dan (3) ketepatan ekspektasi dan ketelitian
atas investigasi yang dilakukan.
2.5.9. Pemindaian. Adalah review data akuntansi untuk mengidentifikasi hal-hal signifikan
atau tidak biasa. Ini mencakup pencarian hal-hal yang besar dan tidak biasa dalam
catatan akuntansi (misalnya jurnal yang tidak memenuhi standar). Seperti halnya
melakukan review atas data transaksi (misalnya akun biaya, jurnal penyesuaian)
untuk indikasi kesalahan yang telah terjadi. Pemindaian dapat digunakan bersamaan
dengan prosedur analitis, namun juag bisa digunakan sebagai prosedur tersendiri.
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
Hanlon, Inc.,
INCOME STATEMENT
For The Years Ending
17
• Inventory Turnover X7 :
(80.000 + 12.000 + 180.000) + (270.000 + 4.500 + 300.000)
Average Inventory =
2
= 423.250
800.000
Inventory Turnover =
423.250
= 1 ,89 kali
• Inventory Turnover X6 :
(100.000 + 30.000 + 266.000) + (80.000 + 12.000 + 180.000)
Average Inventory =
2
= 334.000
620.000
Inventory Turnover =
334.000
= 1,86. Kali
• Inventory Turnover X5 :
Tidak dapat dihitung karena keterbatasan data yang disajikan (hanya untuk 3 tahun
terakhir).
18
• Accounts Receivable Turnover X7 :
c. Operating Margin
Operating margin digunakan untuk mengukur keuntungan perusahaan yang berasal
dari setiap penjualan yang terjadi. Operating margin dirumuskan sebagai berikut :
Net Income
Operating Margin =
Sales
19
• Operating Margin X7 :
220.000
Operating Margin =
1.800.000
= 0,12 atau 12,22%
• Operating Margin X6 :
36.714
Operating Margin =
1.300.000
= 0,03 atau 2,82%
• Operating Margin X5 :
390.000
Operating Margin =
2.860.000
= 0,14 atau 13,64%
Semakin tinggi operating margin, semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan pada
setiap dolar penjualan. Operating margin pada Hanlon,Inc. di tahun X7 sebesar 12,2
kali atau 12,22%; ditahun X6 sebesar 0,03 kali atau 2,82%; dan ditahun X5 sebesar
0,14 kali atau 13,64%.
d. Persentase of Long Term Debt to Total Capital Structure (Long-term Debt plus
Stockholders’ Equity)
Percentage of debt in capital structure digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengelola hutang jangka panjang yang berasal dari modal yang
dimiliki. Percentage of debt in capital structure dihitung dengan rumus :
Total Liabilities
Percentage of Debt
in Capital Structure =
Stakeholder’s Equity
20
• Percentage of Debt to Equity Ratio X6 :
853.086
% DER =
916.714
= 93,06 %
• Percentage of Debt to Equity Ratio X5 :
1.017.800
% DER =
995.000
= 102,29 %
Bagi perusahaan semakin besar nilai rasio ini berarti semakin banyak bagian modal
perusahaan yang dijadikan jaminan hutang. Namun bagi bank selaku debitur
semakin besar nilai ratio ini, maka semakin menguntungkan. Hanlon,Inc. memiliki
Percentage of debt in capital structure pada tahun X7 sebesar 171,75%; pada
tahun X6 sebesar 93,06%; dan pada tahun X5 sebesar 102,29%.
e. Current Ratio
Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban hutang jangka pendek perusahaan. Current ratio dihitung
dengan rumus :
Current Asset
Current Ratio =
Current Liabilities
• Current Ratio X7 :
894.600
Current Ratio =
2.000 + 199.086 + 8.000 + 100.000 + 900.000
= 0,73 atau 73,98%
• Current Ratio X6 :
440.800
Current Ratio =
7.000 + 113.586 + 6.000
= 3,48 atau 348,22%
21
• Current Ratio X5 :
686.800
Current Ratio =
3.000 + 120.000 + 20.000
= 4,80 atau 480,27%
f. Quick Ratio
Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban hutang jangka pendek perusahaan, quick ratio dihitung dengan rumus :
• Quick Ratio X7 :
894.600 – ( 270.000 + 4.500 + 300.000)
Quick Ratio =
(2.000 + 199.086 + 8.000 + 100.000 + 900.000)
= 0,26 atau 26,65%
• Quick Ratio X6 :
440.800 – (80.000 + 12.000 + 180.000)
Quick Ratio =
(7.000 + 113.586 + 6000)
= 1,33 atau 133,35%
• Quick Ratio X5 :
686.600 – ( 100.000 + 30.000 + 266.000)
Quick Ratio =
(3.000 + 120.00 + 20.00)
= 2,03 atau 203,36%
Semakin tinggi quick ratio, semakin baik kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya. Quick ratio pada Hanlon,Inc. di
22
tahun X7 sebesar 26,65%; di tahun X6 sebesar 133,35%; dan di tahun X5 sebesar
203,36%.
Berikut ini adalah analisa rasio dari Hanlon, Inc., untuk tahun X5, X6, dan X7 yang
tersaji dalam tabel berikut ini :
Dari nilai tersebut terlihat bahwa nilai inventory turnover pada Hanlon,Inc. lebih
kecil dari industri lain yang sejenis. Hal ini menunjukkan bahwa kemapuan
Hanlon,Inc dalam mengelola persediaannya sampai terjual kurang baik
23
dibanding dengan industri yang lain. Jika kita membandingkan pada dalam tahun
X7 perputarann persediaan pada Hanlon,Inc terjadi selama 194 hari, atau lebih
lambat jika dibandingkan dengan perputaran pada industri sejenis. Dimana pada
industri sejenis perputarann persediaan terjadi selama 120 hari atau 3 kali
dalam satu tahun. Jadi bisa dikatakan bahwa Hanlon, Inc buruk dalam melakukan
penjualan produknya karena terlambat dalam perputaran persediaannya.
Oleh karena itu, semakin tinggi inventory turnover semakin efektif perusahaan
dalam mengelola persediaan. Apabila suatu perusahaan mempunyai rasio
perputaran persediaan yang lebih rendah dibanding ratio rata-rata industrinya,
maka hal ini akan menunjukkan adanya persediaan yang sudah usang atau
persediaan terlalu tinggi yang berarti lambatnya penjualan atau terlalu banyaknya
persediaan ditangan, sehingga dapat mengurangi kemampuan perusahaan
memperoleh laba.
Account receivable turnover atau rasio antara penjualan dan piutang pada Hanlon,
Inc. di tahun X7 adalah 8,45. Jika dibandingkan dengan rasio pada industri yang
lain yang memiliki nilai account receivable turnover sebesar 10, Hanlon, Inc.
memiliki pengelolaan piutang yang kurang efektif, karena memiliki nilai rasio
dibawah industri sekitar. Jika diilustrasikan di tahun X7 pada Hanlon, Inc.
setiap terjadi penjualan sebesar $1 maka terdapat piutang sebesar $0,12.
Sedangkan rata-rata industri lain memiliki nilai piutang yang lebih kecil pada
setiap penjualan sebesar $1, yaiu sebesar $0,10. Rasio Receivables Turnover ini
24
menyatakan berapa kali AR bisa dikumpulkan menjadi kas dalam satu periode
akuntansi. Dengan demikian makin tinggi Rasio Receivables Turnover maka makin
banyak AR yang dikonversikan ke kas, dan makin sehat perusahaan. Jika kas
makin baik, maka perusahaan tidak perlu meminjam uang ke bank karena
meminjam uang ke bank akan menambah beban bunga.
3) Profit Margin
Perbandingan rasio Hanlon, Inc., dan industri sejenis diperoleh :
Rata-rata industri sejenis memperoleh profit margin sebesar 5,00%
Pada rasio profit margin Hanlon, Inc., untuk tahun X5 mampu memperoleh
margin sebesar 0,14 atau 13,64%
Pada rasio profit margin Hanlon, Inc., untuk tahun X6 mampu memperoleh
margin sebesar 0,03 atau 2,82%
Pada rasio profit margin Hanlon, Inc., untuk tahun X7 mampu memperoleh
margin sebesar 0,12 atau 12,22%
Profit margin atau rasio margin laba pada Hanlon, Inc. di tahun X7 adalah
12,22%, hal ini memgambarkan bahwa kondisi perusahaan pada tahun X7 sangat
menguntungkan. Hal ini menggambarkan kondisi profit margin Hanlon,Inc,
lebih baik dibandingkan dengan nilai profit margin pada industri sejenis
sebesar 5,00%. Namun, kondisi sebaliknya terjadi di tahun X6, dimana kondisi
perusahaan mengalami penurunan profit margin yang cukup besar dari tahun
sebelumnya, yaitu dari 13,64% pada tahun X5 menjadi 2,82% pada tahun X6.
jika dibandingkan dengan data profit margin pada industri lainnya pada tahun
X6, Hanlon,Inc., mengalami kondisi profit margin yang tidak baik.
Perkembangan profit margin pada Hanlon, Inc. dari tahun ke tahun mulai
tahun X5, X6, dan X7 adalah 13,64%; 2,82%; dan 12,22%. Dilihat
perkembangan rasio ini terlihat di tahun X5 dengan nilai penjualan sebesar
$2.860.000,00 perusahaan mendapatkan operating margin sebesar 13,64%. Pada
tahun X6 penjualan perusahaan sebesar $1.300.000,00 operating margin yang
didapatkan menurun cukup besar menjadi hanya 2,82%. Pada tahun X7 kenaikan
penjualan perusahaan menjadi sebesar $1.800.000,00 mengangkat operating
25
margin yang didapatkan menjadi sebesar 12,22%. Namun jika dilihat dari
persentase perubahan jumlah penjualan terlihat kejanggalan yang terjadi. Dimana
pada tahun X5 ke tahun X6 terjadi penurunan penjualan yang signifikan sebesar
54,55% yang mengakibatkan penurunan operating margin yang cukup signifikan
pula dari 13,64% menjadi 2,82%. Namun kondisi pada tahun berikutnya
menimbulkan kejanggalan, dimana dengan kenaikan penjualan yang tidak terlalu
signifikan yakni sebesar 38,46% dapat menghasilkan kenaikan operating
margin yang signifikan yaitu dari 2,82% menjadi 12,22%. Untuk itu dirasa
perlu dilakukan audit lebih lanjut, untuk mendapatkan penjelasan apa yang
sebenarnya terjadi dari tahun X6 ke tahun X7.
Debt to equity ratio atau rasio modal yang dijaminkan atas kewajiban. Nilai
rasio ini pada Hanlon,Inc. di tahun X7 adalah 171,75% atau dalam $1,71 hutang
terdapat $1,- modal yang dijaminkan. Sehingga dengan modal tersebut
Hanlon,Inc. kemungkinan tidak dapat menutupi hutang yang nilainya jauh lebih
besar dibandingkan modal perusahaannya sendiri. Jika dibandingkan dengan nilai
rasio pada industri lainnya sebesasr 50% atau atau dalam $1 hutang ada
sebesar $2 modal yang dijaminkan. Dari perbandingan tersebut, Hanlon,Inc.
memiliki kemampuan yang rendah dalam mengelola hutangnya, karena
kemungkinan tidak dapat menutupi hutangya lebih besar dibandingkan dengan
industri sejenis lainnya.
26
5) Current Ratio
Perbandingan rasio Hanlon, Inc., dan industri sejenis diperoleh :
Rata-rata industri sejenis memperoleh current ratio sebesar 2 : 1.
Pada current ratio Hanlon, Inc., untuk tahun X5 adalah 480,28% atau 4,80
Pada current ratio Hanlon, Inc., untuk tahun X6 adalah 348,22% atau 3,48
Pada current ratio Hanlon, Inc., untuk tahun X7 adalah 73,99% atau 0,73
dan berada dibawah rata-rata industri sejenis.
Semakin tinggi current ratio, semakin likuid perusahaannya. Hasil Current Ratio
yang diterima pada umumnya adalah 2 kali. Current ratio sebesar 2 kali ini
dianggap sebagai posisi nyaman dalam keuangan bagi kebanyakan perusahaan.
Namun pada dasarnya, current ratio yang dapat diterima ini bervariasi antara satu
industri dengan industri lainnya. Bagi kebanyakan industri, current ratio sebesar 2
kali sudah dianggap dapat diterima. Nilai rendah pada current ratio (nilai yang
kurang dari 1 kali) menunjukan bahwa perusahaan mungkin mengalami kesulitan
untuk memenuhi kewajiban lancarnya.
Jika rasio lancar terlalu tinggi (nilai yang lebih dari 2 kali), maka perusahaan
tersebut mungkin tidak menggunakan aset lancar atau fasilitas pembiayaan jangka
pendeknya secara efisien. Hal ini juga menunjukkan mungkin adanya masalah
dalam pengelolaan modal kerja. Namun bagi Kreditur, Current Ratio yang tinggi
lebih baik daripada current ratio yang rendah, karena dengan current ratio yang
tinggi berarti perusahaan cenderung lebih dapat memenuhi kewajiban hutang yang
jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan.
27
b. Perbandingan Tren Rasio Perusahaan Tiap Tahun
1) Inventory Turnover
Inventory turnover pada Hanlon, Inc. pada tahun X6 dan X7 adalah 1,86 dan
1,89. Jika kita lihat dari tahun ke tahun rasio ini pada Hanlon, Inc. mengalami
peningkatan walaupun nilainya tidaklah signifikan. Hal ini menggambarkan ada
keinginan dari perusahaan untuk melakukan perbaikan dalam pengelolaan
aliran persediaan yang akan dijual.
3) Operating Margin
Perkembangan operating margin atau profit margin pada Hanlon, Inc. dari tahun
ke tahun mulai tahun X5, X6, dan X7 adalah 13,64%, 2,82%, dan 12,22%.
Dilihat perkembangan rasio ini terlihat di tahun X5 dengan nilai penjualan
sebesar $2.860.000,00 perusahaan mendapatkan operating margin sebesar
13,64%. Pada tahun X6 penjualan perusahaan sebesar $1.300.000,00 operating
margin yang didapatkan menurun cukup besar menjadi hanya 2,82%. Pada tahun
X7 kenaikan penjualan perusahaan menjadi sebesar $1.800.000,00 mengangkat
operating margin yang didapatkan menjadi sebesar 12,22%. Namun jika dilihat
dari persentase perubahan jumlah penjualan terlihat kejanggalan yang terjadi.
Dimana pada tahun X5 ke tahun X6 terjadi penurunan penjualan yang signifikan
sebesar 54,55% yang mengakibatkan penurunan operating margin yang cukup
signifikan pula dari 13,64% menjadi 2,82%. Namun kondisi pada tahun berikutnya
menimbulkan kejanggalan, dimana dengan kenaikan penjualan yang tidak terlalu
signifikan yakni sebesar 38,46% dapat menghasilkan kenaikan operating margin
yang signifikan yaitu dari 2,82% menjadi 12,22%. Untuk itu dirasa perlu
dilakukan audit lebih lanjut, untuk mendapatkan penjelasan apa yang
sebenarnya terjadi dari tahun X6 ke tahun X7.
28
4) Percentage of Debt In Capital Structure
Rasio Percentage of Debt in Capital Structure pada Hanlon,Inc. untuk tahun
X5, X6, X7, yaitu :
- Tahun X5 = 102,09%
- Tahun X6 = 93,06%
- Tahun X7 = 171.75%
Dari kondisi tersebut rasio Percentage of Debt in Capital Structure
terburuk terjadi pada tahun X6.
5) Current Ratio
Kondisi Current ratio yang terjadi pada Hanlon, Inc. mulai tahun X5 sampai
dengan tahun X7, antara lain :
- Pada tahun X5 = 480,28%
- Pada tahun X6 = 348,22%
- Pada tahun X7 = 73,99%
Dari data tersebut terliht bahwa sejak tahun X6, dimana mulai banyak perusahaan
masuk dalam persaingan usaha perakitan dan penjualan personal computers.
Hanlon,Inc. mulai mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
6) Quick ratio
Data quick ratio pada Hanlon, Inc. dari tahun X5 sampai dengan tahun X7, yakni :
- Pada tahun X5 = 203,36%
- Pada tahun X6 = 133,35%
- Pada tahun X7 = 26,47%
Hampir sama dengan current ratio, penurunan terjadi sejak tahun X6, dimana
mulai banyak perusahaan masuk dalam persaingan usaha perakitan dan penjualan
personal computers. Namun, tahun setelahnya perusahaan masih belum
menunjukkan kebangkitan dalam meningkatkan kemampuan likuiditasnya.
29
c. Area-Area yang Membutuhkan Investigasi Lebih Lanjut
1) Profit Margin
Nilai profit margin Hanlon, Inc mengalami kenaikan yang sangat signifikan dari
tahun X6 yang hanya sebesar 2,8% menjadi 12,2% di tahun X7 dimana nilai
tersebut berada jauh di atas rata-rata industri sejenis yang hanya 5%. Kondisi ini
mengindikasikan adanya penjualan yang overstated atau harga pokok penjualan
yang understated. Pendapatan penjualan akan masuk ke akun piutang atau akun
kas. Terlihat pada neraca, adanya kenaikan penjualan dari tahun X6 dibandingkan
X7 ternyata tidak disertai dengan kenaikan kas yang diterima, akan tetapi disertai
dengan kenaikan piutang yang signifikan. Hal tersebut mengindikasikan adanya
nilai piutang yang overstated. Terhadap hal ini, auditor disarankan untuk
melakukan audit lebih lanjut terhadap akun piutang dengan melakukan
tracing dokumen dan prosedur konfirmasi. Sehubungan dengan rendahnya
account receivable turnover Hanlon, Inc dibandingkan rata-rata industri
sejenis, auditor juga perlu lebih memperdalam audit terhadap piutang dengan
melakukan analisis atas aging schedule piutang, kebijakan pemberian kredit,
dan histori pembayaran piutang oleh pelanggan perusahaan untuk menilai
efektivitas pengelolaan piutang oleh perusahaan.
30
2) Debt to Equity Ratio
Kenaikan debt to equity ratio yang signifikan di tahun X7 disertai dengan nilai
debt to equity ratio yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
industri sejenis (171% dibanding 50%) menggambarkan kondisi bahwa nilai
utang Hanlon, Inc yang tinggi tidak diimbangi dengan modal sendiri, selain itu
nilai current ratio juga berada di bawah rata-rata industri (1,73 dibanding 2)
menandakan bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan untuk membayar
hutangnya sesuai dengan jatuh tempo yang telah disepakati. Berdasarkan hal
tersebut, terdapat indikasi adanya kesangsian mengenai kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas, sehingga auditor harus melakukan evaluasi dengan cara sebagai
berikut (SA Seksi 341) :
1) Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur yang
dilaksanakan menunjukkan adanya sebuah kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
keuangan yang sedang diaudit). Mungkin diperlukan informasi tambahan
mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung
informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
2) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas, auditor harus:
a. Memperoleh informasi mengenai sebuah rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan.
3) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia akan mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas.
31
d. Faktor-Faktor Penyebab Adanya Peningkatan Profit Margin dan Debt to
Equity Ratio
1) Adanya kecenderungan dari manajemen Hanlon,Inc untuk menaikkan profit
margin di tahun X7 untuk mengejar rendahnya profit margin di tahun X6 dengan
melakukan penjualan secara kredit sebanyak banyaknya serta menurunkan nilai
harga pokok penjualan. Hal tersebut ditandai dengan:
a. naiknya nilai penjualan yang tidak disertai dengan naiknya aliran masuk kas,
namun disertai dengan tingginya nilai piutang.
b. naiknya nilai persediaan yang signifikan pada tahun X7 dibandingkan tahun
X6 padahal pada tahun-tahun tersebut inventory turnover Hanlon,Inc
lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenis.
2) Nilai debt to equity ratio yang tinggi diakibatkan oleh adanya pinjaman baru
sebesar USD 1 milyar yang berasal dari pinjaman kepada Hoopshire National
Bank dan perusahaan Trust dimana dimaksudkan untuk mengatasi masalah
likuiditas untuk sementara waktu.
32
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang
apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Untuk itu, auditor harus
memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai
untuk menyatakan pendapat. Dalam rangka memperoleh bahan bukti yang cukup dan
kompeten, auditor terlebih dahulu perlu melakukan analisis atas laporan keuangan
dengan melakukan analisis tren maupun analisis rasio.
2. Analisis tren dan analisis rasio terhadap laporan Hanlon,Inc menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut:
a. Adanya kemungkinan pencatatan inventory yang overstated sehingga
mengarah kepada pencatatan cost of goods sold yang understated. Hal ini
didasari pada ratio inventory turnover perusahaan yang tergolong kecil,
namun pada tahun X7 manajemen perusahaan justru tetap memilih
kebijakan untuk menumpuk persediaan. Kebijakan ini terasa janggal,
sehingga maksud dari kebijakan perusahaan tersebut perlu dipertanyakan
apakah untuk persiapan peningkatan volume penjualan di tahun depan ataukah
untuk meningkatkan nilai profit margin sehingga dapat memperbaiki citra
perusahaan.
b. Adanya kemungkinan pencatatan sales yang overstated, hal ini terindikasi dari
meningkatnya nilai sales pada income statements yang tidak diikuti dengan
peningkatan cash inflow pada balance sheets. Dilihat dari kondisi tersebut ada
kemungkinan Hanlon,Inc. melakukan penjualan secara kredit kepada
pelanggan tanpa memperhatikan kemampuan keuangan pelanggan atau yang
lebih parah lagi apabila ternyata ditemukan adanya data penjualan yang
fiktif. Kejanggalan ini juga terlihat dari kebijakan perusahaan yang terus
melakukan penjualan secara kredit walaupun pengelolaan piutang perusahaan
33
masih belum optimal dimana ditandai dengan nilai account receivable
turnover yang masih lebih rendah dibandingkan rata-rata industri sejenis.
c. Debt to equity ratio yang tinggi mengindikasikan risiko bahwa perusahaan
akan mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya sesuai dengan jatuh
tempo yang telah disepakati.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, saran yang dapat diberikan adalah:
1. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai, auditor harus melakukan
investigasi lanjutan atas kondisi laporan keuangan yang telah dianalisis. Auditor
disarankan untuk fokus pada akun-akun penjualan, persediaan, dan piutang. Karena
akun-akun tersebut merupakan akun yang diketahui naik secara signifikan sehingga
diperlukan bukti-bukti memadai yang diperoleh dari prosedur audit yang relevan.
2. Terhadap tingginya nilai debt to equity ratio, auditor disarankan untuk melakukan
audit lebih lanjut guna mengambil kesimpulan apakah perusahaan masih memiliki
kemampuan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas. Prosedur yang mengatur hal tersebut telah dinyatakan dalam SPAP SA Seksi
341.
34
DAFTAR PUSTAKA
Arens. A, Alvin , Randal J. Elder & Mark S. Beasley., 2011. Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi, Adaptasi Indonesia, Alih Bahasa: Amir Abadi Jusuf. Salemba
Empat, Jakarta.
Konrath, Larry F. 2001. Auditing Concepts and Applications, A Risk-Analysis Approach (5th
Edition). New York: South Western Education Publishing.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2013.
iv