Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

KEBIJAKAN DIVIDEN

Dosen Pengampu: Maulida Nurul Innayah, S.E.,M.Sc.

Disusun Oleh :
Kelompok 6:

1. Auliya Nur Azzahra (2102010309)


2. Nur Lintang Fitriani (2102010335)
3. Intan Nur Rahmawati (2102010048)
4. Puspita Kusuma Wardani (2102010240)
5. Lizza Oktiani Shara (2102010280)
6. Nurahma Salsa Eka. A (2102010323)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2021/2022
MATERI KEBIJAKAN DIVIDEN

1. Pengertian dan Tujuan Kebijakan Dividen


Secara umum Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham yang
berdasar pada banyaknya saham yang dimilki oleh pemegang saham tersebut.
Maksudnya, jika perusahaan yang sahamnya kamu miliki mengalami laba dan
keuntungan, maka kamu akan mendapatkan “cipratan” dari keuntungan tersebut
dalam bentuk dividen. Sedangkan, menurut (Martono & Harjito, 2014:270) kebijakan
dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
guna pembiayaan invetasi di masa yang akan datang. Ada beberapa tipe dividen yaitu,
dividen kas dan dividen non kas. Dividen kas (cash dividend) adalah dividen yang
dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk rupiah tunai.
Sedangkan dividen nonkas atau disebut dividen saham (stock dividen) adalah dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham
baru sehingga meningkatkan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham.
Kebijakan dividen perusahaan meliputi dua karakteristik, yaitu:
i. Rasio pembayaran dividen 13 menunjukkan jumlah dividen yang dibayarkan
relatif terhadap pendapatan perusahaan atau pendapatan tiap lembar.
ii. Komponen kedua adalah stabilitas dividen sepanjang waktu. Dengan demikian
kebijakan dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam
perusahaan.

Tujuan dari pembagian saham adalah memberikan kepuasan pada para


investor yang telah membeli saham perusahaan. Semakin besar dividen, maka
semakin besar pula kekayaan yang dimiliki pemegang saham.

2. Jenis-Jenis Kebijakan Dividen


 Dividen Tunai
Dividen tunai atau kas adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk
uang tunai kepada para pemegang saham. Tentunya besaran dividen tunai yang
dibagikan ini akan dikenakan pajak dari pemerintah setiap tahunnya yang
dipotong langsung saat pembagian. Setiap akun investor umumnya akan
mendapatkan dividen tunai yang dibagikan perusahaan sebanyak 2 hingga 4 kali
setiap tahunnya. Namun frekuensi pembagian dividen tunai ini tidak baku,
tergantung dari performa masing-masing perusahaan.

 Dividen saham
Dividen saham dibagikan pada investor dalam bentuk saham. Jadi ketika
dividen saham dibagi, maka secara otomatis saham yang akan dimiliki oleh
pemegang saham juga akan bertambah. Meskipun demikian, dividen saham
tidak berarti mengubah kapitalisasi pasar karena dilakukan dengan menambah
jumlah saham yang diiringi dengan pengurangan nilai dari saham yang ada.

 Dividen properti
Berbeda dengan jenis dividen sebelumnya, dividen properti dibagi dalam
bentuk aset. Umumnya, dividen properti dibagikan jika perusahaan kekurangan
kas. Namun, dividen ini kurang diminati oleh investor karena memiliki
penghitungan yang cukup rumit.

 Dividen Interim
Dividen interim merupakan dividen yang dibagikan kepada investor
sebelum perusahaan melakukan pembukuan tahunan. Dividen ini biasanya
dibagikan pada pertengahan tahun. Namun tidak menutup kemungkinan
investor akan mendapatkan dividen final lagi tahun yang sama.

 Dividen Script
Dividen script kerap disebut sebagai dividen utang karena diterbitkan
dalam bentuk surat utang ke para investor. Isinya menyatakan bahwa
perusahaan akan membayarkan dividen dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal
ini, utang atau liabilitas perusahaan akan bertambah karena ada penerbitan utang
baru dan pastinya utang ini juga berbunga.

 Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi merupakan dividen yang dibagikan ketika perusahaan
bangkrut atau pailit. Nantinya modal perusahaan akan dibagikan ke investor
akibat likuidasi. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak memiliki cadangan kas
yang cukup.

3. Kebijakan Pemberian Dividen


Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang
diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen yaitu:
1) Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan dividen yang stabil ini artinya
dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu
walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini
dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian bila laba yang diperoleh itu
meningkat, dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan
ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun.
2) Kebijakan Dividen yang Meningkat Dengan kebijakan ini perusahaan akan
membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu
meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.
3) Kebijakan Dividen Dengan Ratio yang Konstan Kebijakan ini memberikan
dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan.
Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan,
demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil.
Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.
4) Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah ekstra Dengan
kebijakan ini perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar
yang dibagikan kecil, kemudian ditambhkan dengan ekstra dividen bila
keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

4. Cara Pembagian Dividen Saham


Dividen saham merupakan pembagian keuntungan yang dibagikan kepada
investor, sehingga pembagiaanya harus sesuai dengan prosedur. Umumnya, sebelum
membagikan dividen perusahaan akan membuat pengumuman terlebih dahulu
mengenai jadwal pembagian saham yang dipublikasikan melalu KSEI.
Berikut ini dipaparkan mengenai cara pembagian saham beserta jadwalnya.
 Declaration Date
Perlu diketahui bahwa terdapat proses declaration date yang akanmuncul
pertama kali sebelum pembagian saham. Tanggal ini merupakan waktu ketika
perusahaan mengumumkan besaran dividen yang dibagikan kepada investor.
 Cum Dividen
Cum Dividen merupakan hari terakhir pemegang saham dapat menerima hak
pembagian saham. Maksudnya, pemegang saham berhak mendapatkan dividen
ketika ia masing memegang saham perusahaan di tanggal cum dividen.
Misalnya Ketika kamu membeli saham perusahaan A pada saat perusahaan
tersebut masuk ke tahap cum dividen, maka kamu berhak atas dividen
perusahaan tersebut. Namun kamu menjadi tidak berhak menerima dividen jika
sebelum tanggal tersebut kamu sudah menjualnya.
 Ex Dividen
Ex dividen merupakan waktu perdagangan dimana investor tidak lagi
mendapatkan hak dividen. Oleh karena itu disarankan untuk membeli saham
pada saat cum dividen atau sebelumnya. Ketika tanggal pencatatan dimulai,
perusahaan akan mendata siapa saja pemegang saham yang berhak menerima
dividen. Jika ada pemegang saham yang membeli saham pada ssat ex dividen,
maka ia berhak mendapatkan dividen pada tahun depan, bukan tahun ini.
 Pembayaran Dividen
Ketika masuk tanggal pembayaran dividen, perusahaan akan mentransfer laba
mereka ke para investor. Rekening Dana Nasabah atau RDN akan bertambah
secara otomatis setelah dividen ditransfer dan dibagikan.

5. Teori Kebijakan Dividen


Berikut beberapa beberapa teori mengenai kebijakan dividen yang dapat
mempengaruhi nilai suatu perusahaan, yaitu:
1) Deviden Irrelevance Theory
Menurut teori ini, tidak ada pengaruh antara dividen dengan nilai
saham suatu perusahaan sehingga dividen dengan capital gain adalah sama.
Seperti yang dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM)
bahwa nilai perusahaan itu ditentukan berdasarkan kemampuannya dalam
bisnis untuk menghasilkan pendapatan dan risiko bisnis.
2) The Bird in the Hand Theory
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner. Dalam
teori ini, kebijakan dividen berpengaruh positif pada harga pasar saham. Yang
berarti, jikalau dividen yang dibagikan suatu perusahaan semakin besar, maka
harga pasar saham dalam perusahaan tersebut akan semakin tinggi. Karena
Deviden sendiri memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi
dibanding capital gain. Investor dibuat yakin untuk memilih dividen yang
jumlah nominalnya sudah pasti dibanding mengharap capital gain  yang
nilainya kerap berfluktuasi.
3) Tax Preference Theory
Teori ini diusung oleh Litzenberger dan Ramaswamy yang menyatakan
bahwa pajak lah yang membuat pendapatan menjadi lebih relevan. Dengan
demikian pembayaran pajak untuk capital gain dapat ditunda. Apabila hal ini
sering terjadi, maka alan banyak investor yang akan cenderung memilih
saham-saham dengan dividen kecil agar terhindar dari pajak. Hal itu
menyebabkan kebijakan ini memiliki pengaruh negative terhadap harga pasar
saham perusahaan. Berbeda dengan The Bird in the Hand Theory, pada teori
ini jika dividen dalam suatu perusahaan memiliki jumlah yang besar maka
semakin rendah harga pasar dalam perusahaan yang bersangkutan.
4) Signaling theory
Teori sinyal (signaling theory) pertama kali dikemukakan oleh Spence
(1973) yang menjelaskan bahwa pihak pengirim (pemilik informasi)
memberikan suatu isyarat atau sinyal berupa informasi yang mencerminkan
kondisi suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pihak penerima (investor).
Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan
dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan
dividen. Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal bahwa dividen itu
sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, prospek perusahaan
yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan
menyebabkan perubahan harga saham. Teori ini menganggap bahwa dividen
menjadi penyampai informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dari
manajer kepada investor.
5) Residual Theory
Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan
dviden setelah semua investasi yang menguntungkan hbis dibiayai. Dengan kata
lain, dividen yang dibayarkan merupakan sisa (residual) setelah semua usulan
investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Teori kebijakan dividen ini
berlaku setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Artinya,
dividen dibiayai dengan menggunakan dana sisa perusahaan dari berbagai
investasi yang bernilai positif. Kebijakan dividen residual dengan demikian
membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan memdanai
semua usulan investasi yang mempunyai NPV positif.

6. Kelebihan dan kekurangan


 Kelebihan Investasi Dividen
Terdapat keuntungan yang bisa kamu dapat ketika investasi dividen,
yaitu kamu bisa menikmati keuntungan atas laba bersih dari perusahaan. Jika
laba yang dihasilkan perusahaan besar, maka jumlah dividen per lembar saham
berpotensi tinggi. Artinya, kamu bisa mendapat dividen dengan nominal yang
besar pada saat ini.

 Kekurangan Investasi Dividen


Meskipun potensi keuntungan dari dividen tinggi, namun investasi
saham memang memiliki resiko yang tinggi. Sebagai investor, kamu harus siap
mental dalam menghadapinya. Pasalnya, membeli saham oerusahaan yang
sedang membagikan laba daam bentuk dividen juga berpotensi membuat rugi.
Hal ini berkaitan dengan dividen trap, yaitu fenomena pasar yang muncul
menjelang pembagian dividen. Menjelang cum date, harga saham cenderung
naik namun setelah ex date, nilai saham cenderung diobral karena para investor
melakukan profit taking. Hal ini menyebabkan investor yang membeli saham
menjelang cum date akan mengalami kerugian.
7. Teori Kebijakan Deviden Menurut Para Ahli
Teradapat beberapa contoh soal kebijakan deviden yang diteorikan menurut para ahli,
yaitu :
1) Deviden Irrelevance Theory
Teori kebijakan deviden ini ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco
Modigliani pada tahun 1961. Menurut mereka, profitabilitas asset perusahaan
serta kompetensi manajemen perusahaan dapat menentukan nilai sebuah
perusahaan.

Menurut teori ini, tidak ada pengaruh antara dividen dengan nilai saham suatu
perusahaan sehingga dividen dengan capital gain adalah sama.

2) The Bird in the Hand Theory


Dalam teori ini, deviden memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dibanding
capital gain. Investor dibuat yakin untuk memilih dividen yang jumlah
nominalnya sudah pasti dibanding mengharap capital gain yang nilainya kerap
berfluktuasi

3) Tax Preference Theory Teori ini diusung oleh Litzenberger dan Ramaswamy
yang menyatakan bahwa pajak lah yang membuat pendapatan menjadi lebih
relevan. Dengan demikian pembayaran pajak untuk capital gain dapat ditunda.
Inilah yang membuat investor lebih tertarik untuk mendapatkan capital gain
daripada dividen.

4) Signaling theory Teori ini menganggap bahwa dividen menjadi penyampai


informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dari manajer kepada investor.
Perusahaan secara garis besar mengetahui informasi mengenai prospek
perusahaan di masa mendatang dibanding dengan pihak investor. Hal ini
membuat harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, begitu
pun sebaliknya.
5) Residual Theory Teori kebijakan dividen ini berlaku setelah semua investasi yang
menguntungkan habis dibiayai. Artinya, dividen dibiayai dengan menggunakan
dana sisa perusahaan dari berbagai investasi yang bernilai positif. Perusahaan
akan menggunakan pembiayaan internal karena semakin cepat pertumbuhan suatu
perusahaan maka semakin jarang perusahaan membayarkan dividen serta
memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih rendah. Hal ini juga berlaku
sebaliknya.

8. Cara Menghitung Deviden


Besaran uang atau nilai yang akan diterima oleh investor dari deviden tergantung dari
berapa lembar saham yang dimiliki. Semakin banyak lembar saham yang dimiliki,
maka semakin besar juga nilai uang yang akan didapat dari dividen.

Sebagai contoh, kamu memiliki saham perusahaan A dengan total kepemilikan saham
500 ribu lembar. Maka ketika perusahaan sukses mencetak laba yang besar dan akan
membagikan dividen dengan nominal Rp 50 pada investor, kamu akan mendapatkan
perhitungan deviden sebagai berikut:

Rp 50 x 500 ribu = Rp 25 juta.

Adapun beberapa rumus mencari dividen lain, yaitu :


1) Dividen Laba Bersih Perusahaan (ESP)
Rumus penghitungan besaran dividen dari laba bersih perusahaan adalah:

Dividen : Laba bersih - Laba yang ditahan

Dalam hal ini, laba yang ditahan umumnya merupakan laba yang nantinya akan
digunakan untuk melakukan ekspansi perusahaan atau membayar kewajiban dan
hutang lain.

2) Deviden Payout Ratio (DPR)


Sedangkan dividen payout ratio atau DPR merupakan sebuah indikator yang
dibuat untuk mengetahui seberapa besar persentase dari laba bersih yang akan
dibagikan menjadi dividen. Rumusnya tentu berbeda dengan rumus deviden
laba bersih. Rumus dari dividend payout ratio ini adalah:

DPR : Dividen /Laba bersih (hasilnya dalam bentuk persentase)

Perusahaan yang menerapkan rumus DPR umumnya merupakan perusahaan


yang sudah mapan. Tidak masalah bagi mereka untuk membagikan 100 persen
dari laba bersih kepada investor, tidak perlu menahan laba. Namun bukan
berarti perusahaan ini tidak ingin ekspansi, melainkan mereka sudah memiliki
cadangan kas yang besar sehingga tidak memerlukan lagi cadangan kas untuk
ditahan.

3) Dividend Per Share (DPS)


Deviden per share merupakan rasio untuk menghitung besaran dividen yang
diterima oleh para pemegang saham. Rumusnya adalah:

DPS : Dividen /Jumlah lembar saham

4) Deviden Yield (DY)


Dividend yield merupakan rasio yang wajib diketahui oleh pemegang saham
untuk mengetahui dan menentukan apakah saham perusahaan tersebut layak
dikoleksi atau tidak.

Deviden yield dapat menggambarkan tingkat keuntungan yang dibagikan


perusahaan ke pemegang saja.
Rumusnya untuk menghitung DY adalah:

DY : DPS/Harga saham per lembar

Rasio DY sangat berkaitan dengan capital gain. Semakin tinggi yield dari saham
perusahaan maka semakin tinggi juga potensi capital gain yang akan dicapai.
Intinya, para investor akan lebih suka dengan saham yang memiliki DY tinggi
karena keuntungan capital gain-nya yang menggiurkan. Sebuah perusahaan
dikatakan memiliki yield tinggi jika nilainya sudah di atas 5 persen.

Anda mungkin juga menyukai