Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah
lembar yang dimiliki. Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-
kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya. Dividen akan
diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uanguntuk
membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk
mengumumkan dividen. Dividen merupakan hak pemegang saham ( common stock ) , untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi
keuntungan dalam bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama.
namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan dari pembagian
dividen pemegang saham biasa.
Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang dihasilkan
dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya, untuk kepentingan
kesejahteraan pemegang saham. Dalam pembagian dividen ada istilah yaitu kebijakan dividen.
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna
diinvestasikan kembali di dalam perushaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu
perusahaan adalah keijakan yang menciptakan kesimbangan diantara dividen saat ini dan
pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Hal inilah yang melatar
belakangi penyusunan makalah ini , lebih lanjut penjelasan mengenai. Kebijakan Dividen akan
dibahas dalam makalah ini secara lebih terperinci dan jelas.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep kebijakan dividen ?
2. Apa saja teori - teori kebijakan dividen ?
3. Bagaimana bentuk - bentuk kebijakan dividen ?
4. Apa saja aspek dalam kebijakan dividen ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai, adalah :
1. Menjelaskan konsep kebijakan dividen untuk mengetahui bentuk-bentuk badan usaha.
2. Mengetahui teori - teori kebijakan dividen.
3. Menjelaskan bentuk - bentuk kebijakan dividen.
4. Menjelaskan aspek - aspek dalam kebijakan dividen.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan Deviden


Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2008 : 265 ) menyatakan bahwa:
“ Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut
harus ditanam di dalam perusahaan “.
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana
yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan
aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau (equity inventors). Apabila
perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang
ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financial. Sebaliknya
jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan
dana intern akan semakin besar. Dari beberapa pengertian kebijakan dividen tersebut diatas dapat
ditarik pengertian secara keseluruhan bahwa kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk
membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perushaan. Kebijakan
dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan kesimbangan
diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga
saham.
2.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham antara lain:
1. Posisi Likuiditas Perusahaan
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan
kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar,
maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan, akan semakin
besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk
mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan, yaitu
perusahaan membiayai hutang itu pada saat jatuh tempo atau menggantikan dengan jenis
surat berharga yang lain. Jika keputusannya membayar hutang tesebut, maka biasanya
perlu untuk menahan laba.
3. Kemampuan untuk meminjam
Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan
pinjaman, hal ini juga merupakan leksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan

2
untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui
hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas
perusahaan.
4. Pembatasan dalam perjanjian hutang
Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan
tersebut membayar hutangnya.
5. Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk
membiayai ekspansi aktivanya, perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada
membayarkannya dalam bentuk dividen.
6. Stabilitas Laba
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan
berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung
membayarkan Devidend Pay out Ratio yang tinggi, dari pada perusahaan yang labanya
berfluktuasi. Deviden yang lebih rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba
menurun pada masa yang akan datang.
7. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan
dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana
untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya
lebih senang untuk menahan earningnya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dengan mengingat batasan- batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang
dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian
dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend
payout ratio nya.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga
perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana
yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya, maka keadaannya adalah
berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio
yang tinggi.
8. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya
mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan
tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka
memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout ratio
yang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan
apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempaan investasi yang profitable. untuk
perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang
diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
9. Pembatasan Hukum

3
Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa dibayarkan
perusahaan menurut Arthur J Keown, menyatakan bahwa batasan hukum yaitu Pembatasan
menurut undang-undang, dapat mengahalangi perusahaan dalam membayar dividen.
10. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan
dana yang berasal dari sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar
pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan
saham baru akan melemahkan control dari kelompok dominan di dalam perusahaan.
Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan uang akan memperbesar risiko
financialnya. mempercayakan pada pembelanjaan interen dalam usaha mempertahankan
control terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividen payout ratio nya.

2.3 Teori - teori Kebijakan Deviden


A. Teori ketidakrelevanan Deviden ( Devidend Irrelevance Theory )
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai
pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Jika
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak
relevan. Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah Modigliani-Miller
(MM). Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak
mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang saham.
MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan asumsi-asumsi di bawah
ini:
1. Pasar modal sempurna, di mana para investor mempunyai kesamaan informasi,
tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pajak.
2. Para investor bersifat rasional.
3. Semua peserta pasar bersifat price-taker.
4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa datang dan para
investor mempunyai informasi yang sama.
5. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi dan
investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut.
6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage, maka semua
perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.
7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas risiko yang sama.
8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield yang sama.
B. Teori Bird in the Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) yang
berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran
dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan
modal( capital gain ) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para
investor menerima dividen. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor

4
jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang
diharapkan dari keuntungan modal.
MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung
pada kebijakan dividen, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen
dengan keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan
bird-in-the-hand, yakni : mendasarkan pada pemikiran bahwa investor memandang satu
burung di tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian,
perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai
perusahaan yang tinggi pula. Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor
merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari
perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko
dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat
risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.
C. Residual Devidend Policy
Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah
semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang
dibayarkan merupakan “sisa” (residual) setelah semua usulan investasi yang
menguntungkan habis dibiayai.
2.4 Bentuk- bentuk kebijakan Deviden.
a. Kebijakan Deviden yang Stabil ( Stable Dividend-Per-Share Policy )
Kebijakan dividen yang stabil yakni jumlah pembayaran dividen itu sama besarnya
dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa suatu perusahaan itu menjalankan
kebijakan dividen yang stabil adalah untuk memelihara kesan para investor terhadap
perusahaan tersebut, sebab apabila suatu perusahaan menerapkan kebijakan dividen yang
stabil berarti perusahaan tersebut yakin bahwa pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun
ke tahun, meskipun perusahaan mengalami kerugian.
b. Kebijakan Deviden Dengan Penetapan jumlah Dividen Minimal Plus jumlah Ekstra
Tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap
tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan
dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
c. Kebijakan Dividend Rayout Ratio (DPR) yang Tetap (Constant Dividend Payout Ratio
Policy).
Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai dengan jumlah laba bersih,
tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi
tergantung besarnya keuntungan bagi pemegang saham. Misalnya DPO 60% dari
keuntungan. Jika keuntungan Rp 1 miliar, maka deviden yang dibayarkan sebesar 60% x
Rp 1 milyar = Rp 600 Juta.
d. Kebijakan Deviden yang fleksibel.
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio
yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial
dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

5
Contoh :
PT. Indrajati selama 3 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi pemegang saham sebagai
berikut :
Tabel Laba untuk Pemegang Saham
Tahun Laba Untuk Pemegang Saham
2001 240.000.000
2002 100.000.000
2003 300.000.000
2004 500.000.000
2005 600.000.000
2006 650.000.000
2007 700.000.000
2008 550.000.000

Perusahaan mempunyai lembar saham yang beredar sebanyak 80.000 lembar saham. Dari
data tersebut, dapat ditentukan besarnya kebijakan dividen dia atas sebagai berikut :
a. Laba per lembar saham (Earning per share)
EPS dihitung dengan rumus :
Laba bagi pemegang saham
EPS =
Jumlah lembar saham yang beredar

Tahun Perhitungan Earning per share ( Rp )


2001 240.000.000 : 80.000 lbr 3.000
2002 100.000.000 : 80.000 lbr 1.250
2003 300.000.000 : 80.000 lbr 3.750
2004 500.000.000 : 80.000 lbr 6.250
2005 600.000.000 : 80.000 lbr 7.500
2006 650.000.000 : 80.000 lbr 8.125
2007 700.000.000 : 80.000 lbr 8.750
2008 550.000.000 : 80.000 lbr 6.875

b. Besarnya dividen per lembar saham bila perusahaan menetapkan kebijakan dividen
stabil sebesar Rp 1.600 per lembar kecuali bila laba per lembar saham yang diperoleh
mencapai Rp 6.000 dua periode berturut - turut, dividen akan dibayarkan menjadi Rp
2.400 per lembar.

6
Tahun Dividen per lembar ( RP )
2001 1.600
2002 1.600
2003 1.600
2004 1.600
2005 2.400
2006 2.400
2007 2.400
2008 2.400

c. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen payout ratio sebesar 60%
Tahun Perhitungan Dividen Per Share ( Rp )
2001 3.000 x 60% 1.800
2002 1.250 x 60% 750
2003 3.750 x 60% 2.250
2004 6.250 x 60% 3.750
2005 7.500 x 60% 4.500
2006 8.125 x 60% 4.875
2007 8.750 x 60% 5.250
2008 6.875 x 60% 4.125
d. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen minimal sebesar Rp 1.600 dan
ditambah ekstra 40% bila laba per lembar saham yang dicapai lebih besar Rp 5.000.
Tahun Dividen Dividen Extra Dividen Per
minimal Perhitungan Jumlah Share
2001 1.600 - - 1.600
2002 1.600 - - 1.600
2003 1.600 - - 1.600
2004 1.600 40% x (6.250 – 5.000 ) 500 2.100
2005 1.600 40% x (7.500 – 5.000 ) 1.000 2.600
2006 1.600 40% x (8.125 – 5.000 ) 1.250 2.850
2007 1.600 40% x (8.750 – 5.000 ) 1.500 3.100
2008 1.600 40% x (6.875 – 5.000 ) 750 2.350

2.5 Aspek - Aspek Dalam Kebijakan Dividen.


 Dividen saham (Stock Deviden)
Dividen saham (stock dividen) , yaitu dividen yang dibagikan perusahaan kepada
para pemegang saham dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan
menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock dividen ini dilakukan dengan cara mengubah
sebagian laba ditahan (retained earnings) menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak
mengubah jumlah modal sendiri. Namun demikian cash flow perusahaan tidak terganggu
karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukan jika posisi
7
kas perusahaan atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan. Investor dalam hal ini akan
memiliki lebih banyak saham tetapi laba per lembar saham lebih rendah. Proporsi
pemilikan investor tidak mengalami perubahan.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap:
 Neraca
Pengaruh stock dividen terhadap neraca adalah merubah jumlah total saham
menjadi meningkat , sehingga laba , dividen , dan harga per saham seluruhnya
menurun. Dengan menggunakan dividen saham , nilai nominal tetap ,tetapi pos
akuntansi mengadakan pemindahan modal dari rekening laba yang ditahan ke
rekening saham biasa dan modal disetor (paid-in capital). Pemindahan modal dari
laba yang ditahan dihitung dengan rumus:
Jumlah uang yang dipindahkan dari laba ditahan = jumlah lebar saham yang beredar x presentase deviden saham x harga pasar saham

 Harga saham
Jika dividen saham disertai dengan kenaikan dividen tunai, nilai saham perusahaan
akan meningkat. Sebaliknya jika dividen saham tidak disertai dengan kenaikan
dividen tunai, atau dilusi laba dan dividen per saham menyebabkan nilai saham
akan menurun dengan persentase sebesar dividen saham. Jadi faktor fundamental
yang menentukan harga adalah laba dan dividen tunai per saham.

Contoh :
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3.000.000 lembar) Rp. 3.000.000.000
Capital surplus 1.500.000.000
Laba ditahan 7.500.000.000
Modal sendiri 12.000.000.000

Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%. Harga pasar saham Rp


4.000,-. Bagaimanakah komposisi modal sendiri setelah stock dividend?

Jawab :
Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3.000.000 =
300.000 lembar.
Stock deviden = 300.000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari laba
ditahan ke saham biasa dan capital surplus.
Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300.000 lbr x Rp.1.000 = Rp
300.000.000, ditransfer ke modal saham biasa, sisanya Rp.1.200.000.000,- – Rp
300.000.000,- = Rp 900.000.000,- dimasukkan dalam capital surplus, sehingga

8
total modal sendiri tidak berubah. Setelah stock dividend maka komposisi modal
sendiri PT Abadi :
Saham biasa Rp. 3.300.000.000
(nominal Rp.1.000 ; 3.300.000 lembar)
Capital surplus 2.400.000.000
Laba ditahan 6.300.000.000
Modal sendiri 12.000.000.000

Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba


per saham (EPS) akan menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham
mempunyai jumlah lembar saham yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang
berkurang, sehingga proporsi keuntungan totalnya tetap tidak berubah. Pembagian
stock dividen akan menurunkan harga saham sehingga tidak memberikan manfaat
ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba tidak berubah,
demikian juga dengan biaya modalnya.

Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan


memperoleh laba dan resiko perusahaan (yang tercermin dalam biaya
modalnya). Kedua factor tersebut tidak bisadimanipulasi oleh manajer keuangan.
Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan pemegang saham menjadi lebih kaya
hanya karena memutuskan untuk membagikan stock dividend. Umumnya
perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena mereka
memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.

 Pemecahan Stock (Stock Splits)


Pemecahan Stock (Stock Splits) yaitu pemecahan selembar saham menjadi
n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar
1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak
menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai
nilai ekonomis. Melakukan pemecahan dalam hal, yaitu menambah jumlah saham
dengan cara melalui pengurangan nilai nominalnya. Pada contoh di atas, jumlah
lembar saham 400.000 lembar saham menjadi 2 x 400.000 lembar = 800.000
lembar. Harga nominal saham menjadi Rp. 2.500 (Rp. 5.000/2).
Dengan demikian struktur modal tidak berubah, dan nilai jual saham biasa,
agio, dan laba tidak mengalami perubahan. Tetapi harga nominal dan lembar saham
berubah proporsional.
Tujuan dari stock split:
 Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli/investor.
 Diharapkan harga akan meningkat.
 Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih besar,
misalnya sebelum dipecahkan membayar dividen Rp. 2.000 per lembar.

9
Setelah dipecahkan hanya membayar dividen Rp. 1.250 per lembar, maka
investor akan menerima dividen Rp. 2.500 dengan nilai penyertaan yang
sama besarnya.

Contohnya :
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi
modal sendiri perusahaan adalah sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Rp 3.000.000
Capital surplus Rp 1.500.000
Laba ditahan Rp 7.500.000
Modal sendiri Rp12.000.000

Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:


Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Rp 3.000.000
Capital surplus Rp 1.500.000
Laba ditahan Rp 7.500.000
Modal sendiri Rp12.000.000

Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ x Rp.5.000 =


Rp.2.500 per lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham
setelah stock split jumlah saha, yang dimilikinya menjadi 2 x 100 lembar =
200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan. Kekayaan
investor tidak berubah, sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang
diperolehnya dari stock split.
Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:
o Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.
o Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.
o Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya
komposisinya saja yang berubah.

 Pembelian Kembali Saham (Repurchasing of Stocks)


Sebagai alternatif pemberian deviden berupa uang tunai, perusahaan dapat
mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli
kembali saham perusahaan (repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu
akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya kembali
sebagian saham, maka jumlah saham yang beredar akan berkurang, bila
diasumsikan pembelian kembali saham ini tidak memberi pengaruh negative
terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang akan,
meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar saham itu akan
memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada para pemegang sahamnya.

10
Keuntungan dan Kerugian Pembelian Kembali Saham

1. Keuntungan
Dari Sudut Pandang Pemegang Saham Dari Sudut Pandang Manajemen
a. Pengumuman pembelian kembali a. Dapat digunakan untuk akuisisi atau
sering kali dipandang sebagai sinyal untuk jadi cadangan saham jika opsi
positif oleh investor karena seringkali saham digunakan , atau obligasi
didorong oleh keyakinan pihak konvertibel ditukar dengan saham , atau
manajemen bahwa harga saham hak membeli saham dilaksanakan oleh
perusahaan terlalu rendah . pemegang saham .
b. Para pemegang saham dapat memilih b. Manajemen enggan menaikkan dividen
apakah akan menjual atau tidak kecuali kenaikan tersebutdapat
saham yang dimilikinya . dipertahankan dimasa mendatang.
c. Dapat menghilangkan blok saham c. Dapat digunakan untuk merombak
yang besar yang berarti bursa serta struktur modal .
menekan harga per saham.
d. Jika para pemegang saham adalah orang
yang memiliki kelebihan kas yang
banyak dan memiliki sebagian besar
saham perseroan kemungkinan besar
mereka lebih suka untuk membeli
kembali saham daripada membagikan
dividen disebabkan faktor pajak.

11
2. Kerugian
Dari Sudut Pandang Pemegang Saham Dari Sudut Pandang Manajemen
a. Dividen tunai dianggap lebih dapat a. Ditinjau dari segi hokum , mengandung
diandalkan disbanding pembelian sejumlah risiko tertentu dalam hal
kembali saham. pembayaran.
b. Pada umumnya perusahaan melakukan b. Kemungkinan dilakukan penyidikan
pembelian kembali sahamnya guna jika perusahaan memanipulasi harga
menghindarkan kemungkinan adanya sahamnya.
gugatan pemegang saham.
c. Perusahaan mungkin membayar harga
yang terlalu tinggi atas saham yang dibeli
kembali sehingga merugikan pemegang
saham yang tidak menjual sahamnya .

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham.
Kebijakan dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti dalam
membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan).
Kebijakan dividen merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh
manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini karena kebijakan dividen memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap banyak pihak, baik perusahaan yang dikelola itu sendiri, maupun pihak
lain seperti pemegang saham dan kreditur.
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden
atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana
untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap perusahaan,
kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas return, dan akses kepasar modal. Pendapat
tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan
Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden yaitu
kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal
ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang
konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.

13
DAFTAR PUSAKA

Anonim . 2014. Manajemen Keuangan (Deviden). [online] . http://achtighk.blogspot.com/. [11


Desember 2014]

Rudi Hartono . 2011 . Makalah Kebijakan Deviden . [online].


http://odytanpar.blogspot.com/2011/07/kebijakan-deviden.html . [11 Desember 2014]

Anonim . 2011 . Kebijakan Dividen . [online] . http://iamluckyone.blogspot.com/2011/05/kebijakan-


dividen.html . [11 Desember 2014]

Muzakar Kohar . 2014 . Kebijakan Dividen . Bandung

https://www.academia.edu/16713215/Kebijakan_deviden

14

Anda mungkin juga menyukai