Anda di halaman 1dari 4

MANAJEMEN KEUANGAN

“Kebijakan Dividen”

Disusun Oleh:

A. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen melibatkan keputusan apakah akan membagikan laba atau menahannya
untuk diinvestasikan kembali di dalam perusahaan untuk masa yang akan datang.
Kebijakan dividen menyangkut 23 masalah, yaitu:
- Sebaerapa banyak laba yang harus dibagikan secara rata – rata selama jangka waktu
tertentu?
- Apakah pembagian itu sebaiknya dalam bentuk dividen tunai atau pembelian kembali
saham?
- Apakah perusahaan sebaiknya memperthankan tingkat pertumbuhan dividen yang
stabil?

B. Teori Kebijakan Dividen


1. Teri Tentang Ketidak Relevan Dividenn (Irrelevant theory)
Pendapat ini dikemukakan oleh modigliani dan Miller, yang memberikan
argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk dividen tidak relevan dengan
kemakmuran atau kekayaan pemegang saham. Karena deviden pay out ratio hanya
merupakan bagian kecil ari keputusan pendanaan perusahaan, nilai perusahaan
ditentukan sendiri oleh kemampuan aktiva perushaaan untuk menghasilkan laba atau
kebijakan investasi
2. Teori Tentang Relevansi Deviden (Relevant Theory)
Deviden adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat dipengaruhi
oleh kebijakan deviden.
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadapa keuntungan dividen
dan capital gain, para investor lebih mensyaratkan suatu tingkat kruntungan yang lebih
tinggi pada saham yang memeberikan dividen yield tinggi.

C. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen


1. Aturan – aturan hukum
Berbagai aturan hukum penting untuk membuat batasan hukum yang
memungkinkan kebijakan dividen akhir perusahaan dapat berjalan
a. Aturan Penurunan Nilai Modal
b. Aturan Insolvensi
c. Aturan Penahan Laba Yang berlebihan
2. Kebutuhan Pendanaan Perusahaan
Begitu batasan hukum untuk kebijakan dividen perusahaan telah ditentukan
langkah berikutnya melibatkan penilaian kebutuhan pendanaan perushaaan. Dalam hal
in, anggaran kas, laporan sumber dan pengunaan dana yang diproyeksinkan, serta
perkiraan laporan arus kas akan digunakan

3. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan
dividen. Karena dividen menunjukan rus kas keluar, semakin besar posisi kas dan
keeluruhan likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen

4. Kemampuan Untuk Meminjam


Selain posisi yang likuid, jika perusahaan memiliki kemampuan untuk
meminjam dalam jangka waktu yang relatif singkat, maka dapat dikatakan
perusahaan tersebut fleksibel secara keuangan.  Kemampuan untuk meminjam
ini bisa dalam bentuk batas kredit atau perjanjian kredit bergulir dari suatu bank,
atau hanya berupa kesediaan informal dari suatu lembaga keuangan untuk
memberikan kredit.

5. Batasan – batasan dalam Kontrak Utang


Syarat perjanjian utang (covenant) sebagai pelindung dalam kesepakatan
obligasi atau perjanjian pinjaman sering kali meliputi batasan untuk pembayaran
dividen.   Batasan tersebut ditentukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk
menjaga kemampuan perusahaan membayar utang.

6. Pengendalian
Jika suatu perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang cukup besar,
maka perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui
penjualan saham agar dapat membiayai berbagai peluang investasi yang
menguntungkan.
D. Tipe – tipe Kebijakan Dividen
1. Kebijakan dividen dengan presentase tetap pembayaran dividen tunai
2. Kebijakan dividen biasa atau stabil
3. Kebijakan dividen rendah plus
4. Kebijakan dividen fleksibel
5. Kebijakan dividen residu

E. Bentuk dai Kebijakan Dividen


1. Dividen Saham (Stock Dividend)
Stock dividen adalah pembayaran tambahan saham (dividen dalam bentuk saham)
kepada pemegang saham. Stock dividen tidak lebih dari penyusunan kembali modal
perusahaan (rekapitalisasi perusahaan), sedangkan proporsi kepemilikan tidak
mengalami perubahan.

2. Pemecahan Saham (Stock splits)


Stock splits adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan perubahan
jumlah saham yang beredar, sesuai faktor pemecahnya. Dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil (split up)
dan peningkatan nilai nominal saham (split down).   Dengan demikian jumlah lembar
saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal
saham  (split up), atau sebaliknya (split down).

3. Pembelian Kembali Saham (Repurchase of stock)


Perusahaan sering harus melakukan pembelian kembali saham perusahaan 
karena perusahaan memiliki kelebihan kas, dan tidak ada kesempatan investasi yang
menguntungkan.  Alasan lain mungkin karena perusahaan akan melakukan
penggabungan usaha dengan perusahaan lain. Dalam kondisi tidak ada kesempatan
investasi yang menguntungkan, maka pemberian dividen atau pembelian saham – tidak
ada pajak dan biaya transaksi, bagi investor akan sama saja.

Anda mungkin juga menyukai