Pada awalnya AT&T membayar dividen dengan presentase yang stabil dalam kisaran 70-80% ketika laba bersih perusahaan normal. Sejak pendapatan bertumbuh
secara stabil maka tingkat pemberian dividen akan meningkat. Apabila sudah meningkat maka ketika tahun buruk terjadi, AT&T tidak bisa melakukan penurunan
tingkat dividen yang diberikan. Alasan lainnya adalah pemegang saham sangat bergantung pada besaran dividen yang dibagikan perusahaan.
- Saran pertama yang diberikan adalah tetap memberikan tingkat persentase dividen yang tinggi untuk tetap membuat pemegang saham senang.
- Saran kedua adalah membayar dividen dengan kebijakan yang lama dan mengumumumkannya bahwa tidak akan naik hingga tingkat presentase dividen mencapai
40% dari laba.
Cuningham memberi saran untuk memberikan dividen dalam bentuk saham dibandingkan cash dividen.
Untuk meningkatkan modal, Cuningham mengatakan untuk menerbitkan saham baru dan mengatakan bahwa cara ini akan membantu besaran
EPS pada jangka panjang.Selain itu, perusahaan juga akan mendapatkan dana investasi pada suatu proyek yang memiliki tingkat pengembalian
yang lebih besar dibandingkan cost of capital.
Brian Kennedy
Kennedy memberikan saran sesuai dengan apa yang perusahaannya lakukan, yaitu tidak memberikan dividen kepada pemegang saham. Hal
tersebut memiliki keuntungan dalam hal perpajakan.
Kennedy mengangap dampak dari kebijakan dividen tersebut tidak akan berdampak sampai jangka panjang.
Bill Larson
- Larson memberi saran berupa pemberian dividen dalam tingkat presentase yang rendah dan memberikan tambahan dividen ketika kondisi
perusahaan sedang baik. Apabila perusahaan tidak dalam kondisi yang baik, maka perusahaan hanya akan memberhentikan tambahan dividen
yang diberikan.
- Larson memberi saran untuk melakukan estimasi terhadap seberapa banyak uang yang dibutuhkan perusahaan untuk direinvestasi dan sisanya
akan dipergunakan untuk membayar dividen.
=> Tidak. Karena sebagian investor terutama yang instan akan cenderung memilih deviden tunai karena dividen tunai merupakan bagian dari
distribusi laba kepada pemegang saham. Sedangkan investor terutama jangka panjang akan lebih menyukai bentuk deviden saham, yaitu berupa peningkatan jumlah
saham perusahaan dengan saham baru yang diberikan kepada pemegang saham.
Perusahaan dapat memutuskan untuk membagikan dividen jenis ini kepada pemegang saham yang tercatat jika perusahaan berada dalam kondisi misalnya ketika
ketersediaan kas likuid perusahaan tidak mencukupi.
=> Beberapa faktor berupa kekurangan dalam membagikan deviden tunai yaitu :
1. Membagikan deviden tunai akan membuat harga saham volatile, bahkan cenderung turun. Hal ini merupakan konsekuensi ekonomis akibat spekulasi investor berupa
aksi jual beli saham menjelang dan sesudah pembagian dividen.
2. Deviden tunai ditarik pajak sedangkan deviden berupa saham tidak (namun peraturan terbaru di Indonesia membebaskan pajak deviden).
1. Perusahaan dan pemegang sahamnya akan menjalin hubungan yang lebih erat secara psikologis, dengan investor memiliki lebih banyak porsi dalam perusahaan
melalui mekanisme saham tambahan
2. Lebih aman dari naik turunnya harga saham akibat ulah spekulan
3. Mengamankan likuiditas perusahaan
Þ Perusahaan seharusnya tidak akan pernah mengabaikan proyek yang menghasilkan NPV positif untuk menaikkan atau mempertahankan dividen yang
dibayarkan kepada pemegang saham. Hal ini didasarkan pada asumsi dividend-irrelevance yang menyatakan bahwa kebijakan investasi perusahaan
ditetapkan terlebih dahulu di awal dan tidak bergantung pada perubahan kebijakan dividen. Perusahaan boleh jadi akan mengabaikan proyek dengan NPV
positif pada saat terjadi risiko kebangkrutan yang tinggi.
3. A. What is the short-run residual theory of dividends? The long-run residual theory?
Þ Residual theory of dividends adalah teori yang menjelaskan bahwa perusahaan akan mengandalkan pendanaan internal dari saldo laba ditahan untuk
melakukan proyek baru. Dividen yang dibagikan adalah sisa dari saldo laba ditahan yang tidak dipakai untuk mendanai proyek. Dalam jangka pendek,
perusahaan dapat mengubah kebijakan dividen untuk menyesuaikan pendanaan proyek, sehingga dividen akan bersifat fluktuatif. Dalam jangka panjang,
perusahaan dapat melakukan dividend-smoothing untuk mempertahankan harga saham dan tingkat dividen yang dibayarkan dengan menyimpan sebagian
dividen di masa surplus untuk dibayarkan pada periode ketika terjadi keterbatasan kas.
=> Teori jangka panjang lebih baik, karena akan mempertahankan harga saham secara stabil dan berkelanjutan, serta dapat
mempertahankan dividend payout.
3. C Which, if any, of the residual theories does AT&T appear to be following? Explain.
=> AT&T menggunakan short run residual theory, karena dijelaskan bahwa AT&T akan mempertahankan kebijakan dividen lama,
dan mengumumumkannya bahwa tidak akan naik hingga tingkat presentase dividen mencapai 40% dari laba.
Menurut Residual theory of dividends, pembayaran dividen dilakukan jika perusahaan memiliki dana sisa setelah membiayai investasi-investasi
yang memiliki Net Present Value positif dengan menggunakan pendapatan perusahaan yang ditahan (retained earnings).
Dengan kata lain, pembayaran dividen merupakan prioritas terakhir perusahaan. Apabila perusahaan tidak memiliki dana sisa, maka tidak ada
pembayaran dividen yang dilakukan
=> Deviden itu penting karena deviden mencerminkan banyak hal seperti:
Menurut Modigliani-Miller (MM) kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang saham. MM
berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dan asset perusahaan tersebut. Dengan demikian harga pasar dari saham
tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen perusahaan. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen
atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio
pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang dihasilkan dari laba
yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan Lintner berpendapat kebijakan dividen dapat mempengaruhi
harga saham dan mempengaruhi sentimen yang muncul di pasar.
6. Some theories of finance say that managers of companies do not manage companies in order to maximize profits, but to make their own life
easier. Make case that Jerry Cunningham is just trying to make his own job easier. Then defend him againts those charges.
Þ Teori principal-agent menjelaskan bahwa agent, dalam hal ini pegawai perusahaan memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemilik
perusahaan. Pemilik perusahaan tentu ingin perusahaannya mendapat laba yang optimal, sementara pegawai memiliki kepentingan untuk
sekedar memenuhi kewajiban saja. Dalam hal ini, Jerry Cunningham mungkin saja akan langsung memutuskan untuk mengubah kebijakan
dividen untuk memastikan kecukupan modal, tanpa mempedulikan harga saham. Cunningham dapat berargumen bahwa perpindahan saham
dan perubahan harga saham tidak akan muncul dalam laporan keuangan, dan dengan mengubah kebijakan dividen, jumlah modal yang dapat
digunakan untuk mendanai proyek akan lebih banyak.
Contoh kasus tentang Jerry Cunningham yang ingin berusaha mempermudah pekerjaannya:
tugas yang haru dilakukan oleh Cunningham sebagai CFO adalah memastikan keuangan perusahaan stabil, maka semua kebijakan yang diambil
mengarah pada tujuan tersebut. Cunningham lebih menyarankan untuk memberikan dividen saham kepada investor daripada uang tunai supaya
cash flow tidak berkurang, sehingga keuangan perusahaan stabil, perusahaan bisa menjalankan operasionalnya, disisi lain investor lebih suka
dengan dividen tunai dibandingkan capital gain. Investor yang lebih memilih pembagian dividen tentu akan mengurangi porsi atau bahkan
menjual seluruh sahamnya, sehingga akan mempengaruhi harga saham
8. Is a dividend reinvestment program a good idea? Is it a good substitute for low dividend payout ratio?
Þ Reinvestasi dividen adalah program yang memungkinkan investor untuk menginvestasikan kembali dividen tunai mereka ke dalam saham
tambahan atau bagian pecahan dari saham yang mendasarinya pada tanggal pembayaran dividen. Sebagian perusahaan cenderung
mengalokasikan persentase yang lebih kecil dari pendapatan mereka untuk pembayaran dividen karena mereka perlu menggunakan dana
tersebut untuk terus memperluas merek/klien mereka. Hal inilah yang berakibat pada low dividend payout ratio (DPR). Rendahnya DPR kerap
menjadi tanda perusahaan memasuki fase ekspansi dengan mengumpulkan kas yang cukup untuk membangun infrastruktur. Sehingga
program reinvestasi deviden merupakan ide yang tepat sebagai kompensasi rendahnya DPR sebuah perusahaan.
Þ Perusahaan yang menerbitan saham baru (secondary offering) akan mendapatkan tambahan modal, namun bagi investor hal ini penyebabkan
persentase saham kepemilikannya menjadi berkurang (dilusi saham) dan menurunkan earning per share (EPS). Untuk mencegah terjadinya
dilusi saham dan penurunan EPS, pada umumnya perusahaan akan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) kepada investor
lama, dengan demikian investor lama dapat membeli saham baru terlebih dahulu, sehingga persentase kepemilikan saham investor lama tidak
berkurang. Perlu diperhatikan bahwa perusahaan harus memberikan informasi yang jelas dan transparan mengenai alasan
dilakukannya secondary offering, sehingga investor tetap percaya pada kinerja perusahaan dan tidak menjual sahamnya, sehingga harga
saham tidak menurun.