Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah ESAI Volume 8, No.

3, Juli 2014
ISSN No. 1978-6034

Theoretical Study: Quality of Profit

Kajian Teoritis: Kualitas Laba

Rusmianto1)
1)
Staf Pengajar pada Program Studi Akuntansi, Jurusan Ekonomi dan Bisnis, Politeknik Negeri
Lampung

Abstract

Quality of profit refers to how far the value of profit of a company can communicate its
performance during a period of measurement representatively and reliably
(Sivaramakrishnan, 2008). Quality of profit can also be understood as the ability of the profit
reported to predict future performance (Yaghoobnezhad, 2012). Some approaches can be
used to measure the quality of a profit, such as : discretionary accruals, accrual quality,
absolute residual accrual quality, and Value relevance. In addition, there are some factors
influencing profit quality namely: state ownership, gender, dividend, corporate
characteristics, and corporate governance mechanism.

Keywords: profit quality, discretionary accruals, accrual quality

Pendahuluan angka laba merupakan ukuran kinerja


Salah satu informasi yang terdapat di perusahaan secara ringkas. Jadi, angka laba
dalam laporan keuangan adalah informasi merupakan hal penting bagi pengguna. Angka
mengenai laba perusahaan. Laba berarti laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan
peningkatan nilai ekonomis yang akan diterima perusahaan harus dapat dipercaya, relevan dan
melalui pembagian dividen bagi pemilik saham bebas dari manipulasi. Dengan kata lain,
atau investor. Laba yang dilaporkan angka laba yang dilaporkan harus berkualitas.
merupakan informasi yang relevan dan Pada akhir 1990-an dan awal abad ke-
berguna bagi para pemegang saham untuk 21 kita telah menyaksikan serangkaian skandal
memprediksi tingkat pengembalian di masa akuntansi perusahaan di seluruh Amerika
yang akan datang sehingga laba sangat Serikat dan Eropa. Contohnya termasuk Enron,
berkaitan dengan return saham. Penelitian- HealthSouth, Parmalat, Tyco, WorldCom dan
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Xerox. Beberapa kasus yang terjadi di
laba akuntansi terkait dengan tingkat Indonesia, seperti PT Lippo Tbk dan PT Kimia
pengembalian saham (Liu dan Thomas, 2000). Farma Tbk juga melibatkan pelaporan
Penelitian empiris lainnya menyatakan bahwa keuangan yang berawal dari terdeteksi adanya
para pemegang saham menggunakan laba manipulasi. Fenomena terjadinya skandal
akuntansi untuk memperkirakan keuntungan keuangan menunjukkan kegagalan laporan
masa mendatang (Lev, 1989). Selain itu, keuangan untuk memenuhi kebutuhan
informasi para pengguna laporan (Boediono, diinginkan karena merupakan sinyal alokasi
2005). Laba sebagai bagian dari laporan sumber daya yang salah (Schipper dan
keuangan tidak menyajikan fakta yang Vincent, 2003). Hal ini juga didukung oleh
sebenarnya tentang kondisi ekonomis Myers, Myers dan Omer (2003), yang
perusahaan sehingga laba yang diharapkan menyatakan bahwa rendahnya kualitas laba
dapat memberikan informasi untuk merupakan suatu masalah karena dapat
mendukung pengambilan keputusan menjadi menyesatkan investor, mengakibatkan
diragukan kualitasnya. kesalahan dalam alokasi sumber daya.
Kualitas laba mengacu pada sejauh Angka laba sebagai produk informasi
mana angka laba suatu perusahaan yang dihasilkan perusahaan tidak terlepas dari
mengkomunikasikan kinerja selama periode proses penyusunannya. Proses penyusunan
pengukuran secara representatif dan laporan ini melibatkan pihak pengurus dalam
menyakinkan (Sivaramakrishnan, 2008). pengelolaan perusahaan, seperti: pihak
Kualitas laba juga diartikan sebagai manajemen, dewan komisaris, dan pemegang
kemampuan laba yang dilaporkan untuk saham. Kebijakan dan keputusan yang diambil
memprediksi kinerja masa depan oleh mereka dalam rangka proses penyusunan
(Yaghoobnezhad, 2012). Schipper dan laporan keuangan terutama laba akan
Vincent (2003) mendefinisikan kualitas laba menentukan kualitas laba. Oleh karena itu,
adalah sejauh mana laba yang dilaporkan kualitas laba menjadi dipertanyakan ketika
secara menyakinkan mencerminkan manajer memiliki insentif untuk mengatur laba
pendapatan hicksian (pendapatan yang dapat yang dilaporkan secara oportunis (Healy dan
dibayarkan sebagai dividen) dalam suatu Wahlen, 1999; Rosenfield, 2000; Dechow dan
periode. Dechow (2009) menyatakan bahwa Skinner, 2000). Perilaku oportunistik ini
kualitas laba yang lebih tinggi memberikan mengubah persepsi pemegang saham tentang
informasi lebih lanjut tentang fitur kinerja kualitas laba yang dilaporkan
keuangan perusahaan yang relevan dengan (Yaghoobnezhad, 2012).
keputusan tertentu yang dibuat oleh pembuat Teori keagenan dapat digunakan untuk
keputusan tertentu. menjelaskan fenomena kualitas laba. Pelaporan
Kualitas laba menarik bagi pengguna keuangan khususnya pelaporan laba muncul
laporan keuangan karena laba dan variasi ketika ada konflik kepentingan antara manajer
ukuran yang diturunkan darinya digunakan dan pemilik (pemegang saham) dengan
dalam pembuatan kontrak dan keputusan informasi asimetrinya (Kim dan Yi, 2006).
investasi. Pada perspektif kontrak, kualitas Jika tidak ada masalah keagenan maka kualitas
laba yang rendah dapat mengakibatkan pelaporan tidak menjadi suatu permasalahan
transfer kekayaan yang tidak karena manajer tidak memiliki insentif untuk
diinginkan.Berdasarkan sudut pandang melaporkan secara keliru atau
investor, kualitas laba yang rendah tidak menyembunyikan informasi
(Sivaramakrishnan, 2008). Laba yang kurang bahwa " Pelaporan keuangan harus
berkualitas bisa terjadi karena manajer sebagai memberikan informasi tentang kinerja
pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui keuangan suatu perusahaan selama suatu
informasi internal dan prospek perusahaan di periode". Meminjam bahasa dari SFAC No 1,
masa yang akan datang dibandingkan pemilik Dechow (2009) mendefinisikan kualitas laba
(pemegang saham). Pihak manajemen yang sebagai kualitas laba yang lebih tinggi,
mempunyai kepentingan tertentu akan memberikan informasi lebih lanjut tentang
cenderung menyusun laporan laba yang sesuai karakteristik kinerja keuangan perusahaan
dengan kepentingannya dibandingkan dengan yang relevan dengan keputusan tertentu yang
kepentingan prinsipal. Konflik keagenan dibuat oleh pembuat keputusan tertentu.
mengakibatkan sifat opportunistik manajemen Ada tiga karakteristik yang harus
yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya diperhatikan dari definisi Dechow tersebut.
kualitas laba (Kawatu, 2009). Pertama, kualitas laba adalah tergantung pada
Berdasarkan latar belakang di atas relevansi pengambilan informasi. Jadi, di
permasalahan yang muncul adalah bawah definisi Dechow istilah "kualitas laba"
bagaimanakah mengukur kualitas laba dan didefinisikan hanya dalam konteks model
faktor-faktor apa saja yang berpengaruh keputusan tertentu. Kedua, kualitas sejumlah
terhadap kulitas laba. Tujuan dari kajian ini laba yang dilaporkan tergantung pada apakah
adalah memberikan gambaran tentang kulitas laba dapat menginformasikan tentang kinerja
laba, pendekatan dalam mengukur kulitas laba, keuangan perusahaan, karena banyak aspek
dan faktor yang berpengaruh terhadap kulitas yang tidak teramati dari kinerja tersebut.
laba. Ketiga, kualitas laba secara bersama-sama
ditentukan oleh relevansi kinerja keuangan
Metode Penulisan yang mendasari untuk keputusan dan oleh
Kajian ini dilakukan dengan metode kemampuan sistem akuntansi untuk mengukur
studi literatur. Metode ini bertujuan untuk kinerja. Definisi kualitas laba menunjukkan
mendapatkan landasan teoritis tentang definisi, kualitas yang dapat dievaluasi sehubungan
pengukuran, dan faktor yang mempengaruhi dengan keputusan yang tergantung pada
kulitas laba. Kajian ini diharapkan berguna representasi informatif kinerja keuangan.
sebagai tolak ukur dalam membahas dan Proksi yang digunakan untuk
memahami tentang kulitas laba. mengukur kulitas laba sangat beragam.
Dengan me-review lebih dari 300 riset yang
Hasil dan Pembahasan terkait dengan kualitas laba, Dechow (2009)
Definisi Kualitas Laba menyatakan bahwa ada 10 proksi yang
digunakan para peneliti dalam mengukur
Pernyataan Konsep Akuntansi
kualitas laba. Dechow mengelompokkan 10
Keuangan No 1 (SFAC No 1) menyatakan
proksi tersebut dalam 3 kategori. Kategori 1
adalah properties of earnings, termasuk atas pelaporan keuangan (Dechow et al. 1996)
earnings persistence dan accruals, earnings dan menunjukkan sejauh mana laba yang
smoothness, asymmetric timeliness dan timely dilaporkan secara akurat mencerminkan
loss recognition serta target beating. Kategori kinerja perusahaan saat ini. Miao dan Tong
2 adalah respon investor terhadap laba, (2011) menggunakan model Jones (1991)
termasuk penelitian yang menggunakan untuk mengestimasi discretionary accruals,
koefisien respon laba (ERC) atau R2 sebagai Dechow (1996) menggunakan model
proxy untuk kualitas laba. Kategori 3, modifikasi jones (M-J) karena metode ini
indikator eksternal dari salah saji laba, lebih powerful dibandingkan dengan metode
termasuk pernyataan dari Auditor, penyajian sebelumnya. Peasnel (2005) mengenalkan
kembali, dan kekurangan prosedur internal pendekatan working capital accrual dalam
kontrol yang semuanya dipandang sebagai mengestimasi kualitas laba karena pengaturan
indikator kesalahan atau manajemen laba yang laba secara sistematis melalui akrual depresiasi
diasumsikan akan mengurangi kualitas laba. memiliki potensi yang terbatas. Parameter
model modifikasi jones (M-J) diestimasi
Pengukuran Kualitas Laba
dengan menggunakan cross-sectional regresi
Terdapat empat pendekatan dalam
OLS untuk setiap sektor industri dengan rumus
mengukur kualitas laba. Proksi pertama adalah
sebagai berikut :
discretionary accruals dihitung dengan
menggunakan model Jones modified (1995).
𝑊𝐶𝑖𝑡 = 𝜔0 + 𝜔1 ∆𝑅𝐸𝑉𝑖 +
Proksi kedua dan ketiga didasarkan pada
𝑣𝑖 .......................................................................
pemetaan dari akrual ke arus kas dengan
...........1)
menggunakan model Dechow dan Dichev
(2002) berupa kualitas akrual. Proksi keempat
𝑊𝐶𝑖𝑡 adalah working capital accrual untuk
didasarkan pada pengukuran berbasis pasar
perusahaan i pada tahun t, yang didefinisikan
yang menangkap kemampuan laba untuk
sebagai perubahan non-kas aset lancar
menjelaskan variasi dalam return. Penggunaan
dikurangi perubahan liabilitas lancar, ∆REVi
kempat proksi tersebut karena kualitas laba
adalah perubahan pendapatan, 𝜔0 dan 𝜔1
yang baik mencerminkan operasi kinerja saat
adalah koefisien regresi, dan vi adalah
ini dengan akurat, memberikan indikator yang
residual. Semua variabel harus diskalakan
baik bagi kinerja operasi dimasa datang, dan
dengan total aset pada awal periode untuk
berguna untuk menetapkan nilai perusahaan
tujuan estimasi.
(Dechow, 2009).
Mengacu Dechow (1996),
Penggunaan discretionary accruals
discretionary accruals didefinisikan sebagai
sebagai proksi dalam kualitas laba disebabkan
beikut:
karena discretionary accruals dapat
𝐷𝐴𝑖𝑡 = 𝑊𝐶𝑖𝑡 – {𝜔0 + 𝜔1 (∆𝑅𝐸𝑉𝑖 −
menjelaskan perilaku oportunistik manajemen
∆𝑅𝐸𝐶𝑖 )}................................. .......................2)
∆CA adalah perubahan aset lancar, ∆CL
𝐷𝐴𝑖𝑡 adalah discretionary accruals untuk perubahan liabilitas lancar, ∆CASH adalah
perusahaan i pada tahun t, 𝑊𝐶𝑖𝑡 adalah perubahan kas, ∆STDEBT adalah perubahan
working capital accrual untuk perusahaan i hutang lancar. CFO adalah kas yang berasal
pada tahun t, ∆REVi adalah perubahan dari aktivitas operasi. Untuk tujuan estimasi,
pendapatan, ∆RECi adalah perubahan account semua variabel harus diskalakan dengan total
receivable, 𝜔0 dan 𝜔1 adalah koefisien regresi aset pada awal periode.
yang diperoleh dari persamaan 3. Semakin Dua proksi untuk kualitas laba dapat
tinggi nilai discretionary accruals (DA) diturunkan berdasarkan Persamaan 3. Pertama,
mencerminkan semakin rendahnya kualitas time-series deviasi standar dari residu (σ(𝑣𝑖,𝑡 ))
laba. yang dihitung dari t-4 sampai dengan t,
Dechow dan Dichev (2002) mengukur digunakan sebagai kualitas akrual (AQ). AQ
kualitas laba dengan pendekatan berupa model menggambarkan variabilitas dari kesalahan
kualitas akrual karena model ini estimasi dalam pemetaan akrual untuk arus
menggambarkan sejauh mana akrual dapat kas. Deviasi standar yang lebih tinggi
menjelaskan arus kas masa lalu, masa menandakan kualitas laba yang rendah.
sekarang, dan masa akan datang. Model ini Kedua, nilai absulud residual tahun t sebagai
juga dapat menjelaskan kemampuan laba proksi untuk kualitas laba (AAQ). Cohen
sebagai indikator yang baik bagi kinerja (2008) menyatakan bahwa AAQ
sekarang dan masa depan. Model ini menggambarkan besarnya akrual tidak terkait
diestimasi dengan menggunakan cross- dengan arus kas masa lalu, saat ini, dan yang
sectional regresi OLS untuk setiap sektor akan datang. Nilai yang besar dari AAQ
industri dengan rumus sebagai berikut: menggambarkan kualitas yang rendah dari
laba.
𝐶𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝐶𝐹𝑂𝑖,𝑡−1 + 𝛽2 𝐶𝐹𝑂𝑖,𝑡 + Bae dan Jeong (2007) mengukur
𝛽3 𝐶𝐹𝑂𝑖,𝑡+1 + 𝑣𝑖 .............................................3) kualitas laba dengan pendekatan value
relevance yang menyatakan bahwa value
𝐶𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡 adalah total current accrual relevance sebagai ukuran langsung dari
perusahaan i tahun t yang dirumuskan sebagai kegunaan laba terhadap keputusan investor.
berikut : Value relevance sering diukur sebagai
kemampuan laba untuk menjelaskan variasi
𝐶𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡 = ∆𝐶𝐴 − ∆𝐶𝐿 − ∆𝐶𝐴𝑆𝐻 + return. Koefisien determinan yang besar
∆𝑆𝑇𝐷𝐸𝐵𝑇......................................................... diartikan sebagai kualitas laba yang lebih baik.
.......4) Value relevance diestimasi untuk setiap
perusahaan dengan rumus sebagai berikut :
𝑅𝐸𝑇𝑖𝑗 = 𝛽0 + 𝛽1 𝐸𝐴𝑅𝑁𝑖,𝑡 + 𝛽2 ∆𝐸𝐴𝑅𝑁𝑖,𝑡 + akhirnya meningkatkan perilaku oportunis
𝑣𝑖 ..................................................................5) manajer yang membuat rendahnya kulitas laba
yang dilaporkan. Pada pihak lain,
𝑅𝐸𝑇𝑖𝑗 return saham perusahaan i tiga bulan Yaghoobnezhad (2012) menyatakan argumen

setelah berakhirnya tahun fiskal t, 𝐸𝐴𝑅𝑁𝑖,𝑡 dan yang mendukung bahwa kepemilikan swasta

∆𝐸𝐴𝑅𝑁𝑖,𝑡 adalah laba dan perubahan laba pada mendorong penciptaan nilai perusahaan
dengan peningkatan corporate governance
tahun t yang diskalakan dengan total aset pada
yang membantu mengatasi kerugian akibat
awal periode. Persamaan 7 diestimasi dengan
masalah keagenan. Perusahaan swasta
menggunakan 5 tahun periode untuk setiap
mengurangi ukuran dewan direksi,
perusahaan dan adjusted R2 dikalikan dengan
menempatkan pengendalian di tangan direksi
negatif satu (-1) adalah ukuran dari Value
yang mewakili sebagaian besar kepentingan
relevance (VR). Nilai yang besar VR
mereka dan memastikan bahwa direksi
menunjukkan semakin rendah kualitas laba.
perusahaan memiliki kemampuan finansial dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
sangat termotivasi memantau manajer senior
Kualitas Laba
dengan hati-hati.
Kepemilikan Negara
Aharoni (2010), menemukan bukti
Beberapa penelitian terdahulu telah
bahwa perusahaan-perusahaan negara yang
menyimpulkan bahwa masalah keagenan pada
dimiliki Pemerintah China berasosiasi dengan
perusahaan negara lebih besar dibandingkan
manajemen laba melalui proses tunnelin1.
dengan perusahaan swasta (Megginson, 1994,
Hasil yang berbeda ditemukan oleh Ding dan
Shleifer, 1998). Interfensi birokrasi, lemahnya
Zhang (2007) dan juga Wang dan Yun (2011).
insentif, lemahnya corporate governance,
Berlawanan dengan keyakinan konvensional
ketidakefisienan perusahaan, kesalahan alokasi
bahwa perusahaan negara adalah sumber
sumberdaya, dan perilaku tidak etis seperti
ketidakefisienan, mereka menemukan bahwa
korupsi meningkatkan oportunitas manajer
tingkat manajemen laba pada perusahaan
untuk melakukan diskresi dalam pelaporan
negara lebih rendah dibandingkan dengan
informasi akuntansi. Selain itu, berbagai
perusahaan swasta yang diindikasikan dengan
konflik kepentingan antara negara sebagai
tingkat abnormal akrual yang lebih rendah
pemilik perusahaan dengan pemilik saham
untuk perusahaan negara.
minoritas dan antara negara dengan pengelola
perusahaan sulit dikendalikan (Wang dan Yun,
Gender
2011). Hal ini disebabkan karena seringkali
perusahaan negara memiliki hirarki organisasi 1
Tunneling adalah transfer aset dan kekayaan
yang panjang yang menyebab informasi lainnya (bukan transaksi operasional) antara pihak-
pihak yang berhubungan istimewa bagi
terdistorsi di setiap levelnya sehingga keuntungan perusahaan pengendali. Tunneling
banyak terjadi pada perusahan dengan mekanisme
meningkatkan asimetri informasi yang pada
corporate governance yang lemah (Liu dan Lu,
2002)
Gul, Srinidhi dan Tsui (2007) fundamental perusahaan menyediakan bukti
menemukan bukti bahwa anggota direktur bahwa karekateristik perusahaan berasosiasi
perempuan berpengaruh positif terhadap dengan berbagai proksi kulitas laba.
kualitas laba melalui meningkatnya proses Burgstahler dan Dichev (1997) menemukan
monitoring. Hal ini dilatarbelakangi bahwa bukti bahwa tingkat manajemen laba pada
pekerja perempuan lebih demokratis, perusahaan yang berukuran sedang dan besar
transformasional, dan memiliki gaya lebih tinggi dibandingkan perusahan kecil.
kepemimpinan yang membangun kepercayaan Hodson dan Stevenson (2000) menyediakan
(Klenke, 2003; Trinidad dan Normore, 2005). bukti bahwa manajemen laba meningkat
Pekerja perempuan lebih bersifat menghindari seiring dengan tingkat hutang (leverage) yang
risiko dalam keputusan finansial (Sunden dan terus meningkat. Keating and Zimmerman
Surutte, 1998) serta memiliki standar etis yang (1999) menyediakan bukti bahwa perusahaan
lebih tinggi dalam keputusannya dibandingkan yang berkinerja buruk menggunakan diskresi
dengan pekerja pria (Clikeman, 2001). terhadap informasi laba melalui penggunaan
Deviden standar akuntansi yang menguntungkan.
Skinner dan Soltes (2009) menemukan
bukti bahwa perusahaan yang membayar Mekanisme Corporate Governance
dividen memiliki laba yang berkualitas Boediono (2005) menemukan bukti
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak yang nyata bahwa mekanisme corporate
membayar dividen yang diindikasikan dengan governance memiliki kemampuan dalam
laba yang lebih persisten pada perusahaan kaitannya menghasilkan suatu laporan
yang membagi dividen. Hal ini keuangan yang memiliki kandungan informasi
dilatarbelakangi bahwa dividen menyediakan laba. Chtourou, dkk (2001) memberikan bukti
informasi tentang tingkat perubahan pada laba bahwa mekanisme corporate governance
yang dilaporkan adalah permanen. Ketika membatasi aktivitas manajemen laba. Vafeas
manajer melihat bahwa perubahan laba adalah (2005) menemukan bukti bahwa mekanisme
permanen maka selanjutnya akan diikuti corporate governance berkaitan dengan
dengan peningkatan dividen. Manager enggan kualitas laba. Mekanisme corporate
untuk memotong dividen dan hanya governance yang digunakan dalam penelitian
meningkatkan dividen ketika mereka yakin ini adalah kepemilikan manajerial dan
bahwa ada pertumbuhan yang tetap dalam komisaris independen. Penelitian Warfield et
jangka panjang dari laba yang diperoleh al (1995) yang menguji hubungan kepemilikan
(Kormendi dan Zarowin, 1996). manajerial dengan discretionary accrual dan
kandungan informasi laba menemukan bukti
Karakteristik Perusahaan
bahwa kepemilikan manajerial berhubungan
Beberapa penelitian sebelumnya
secara negatif dengan discretionary accrual.
dengan menggunakan berbagai proksi
Hasil penelitian tersebut juga menyatakan
bahwa kualitas laba meningkat ketika
kepemilikan manajerial tinggi. Penelitian
Beasley (1996) menguji hubungan antara
proporsi dewan komisaris dengan kecurangan
pelaporan keuangan. Dengan membandingkan
perusahaan yang melakukan kecurangan
dengan perusahaan yang tidak melakukan
kecuarangan, mereka menemukan bahwa
perusahaan yang melakukan kecurangan
memiliki persentase dewan komisaris eksternal
yang secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
melakukan kecurangan.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya,
maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah:
1. Kualitas laba yang lebih tinggi memberikan
informasi lebih lanjut tentang karakteristik
kinerja keuangan perusahaan yang relevan
dengan keputusan tertentu yang dibuat oleh
pembuat keputusan tertentu.
2. Beberapa pendekatan yang digunakan
untuk mengukur kualitas laba adalah:
discretionary accruals, kualitas akrual,
absolud residual kualitas akrual, dan value
relevance.
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas laba berupa: Kepemilikan Negara,
Gender, Dividen, Karakteristik Perusahaan,
dan Mekanisme Corporate Governance
Daftar Pustaka Dechow, P. M. And Dichev, I. D. 2002. The
Quality Of Accruals And Earnings: The Role
Aharony, J., J. Wang dan H. Yuan. 2010. Of Accrual Estimation Errors. Accounting
Tunneling as an Incentive for Earnings Review 77 : 35—59.
Management during the IPO Process in
China. Journal of Accounting and Public Dechow, P., dkk. 1996. Causes and Consequences
Policy, Vol. 29, Hlm 1–26. of Earnings Manipulation: An Analysis of
Firms Subject to Enforcement Actions by the
Bae, Kee-Hong dan Jeong, Seok Woo. 2007. The SEC. Contemporary Accounting Research,
Value-Relevance Of Earnings And Book Vol. 13. Hlm. 1-36.
Value, Ownership Structure, And Business
Group Affiliation: Evidence From Korean Dechow, Patricia, dkk. 2009. Understanding
Business Groups. Journal Of Business Earnings Quality: A Review Of The Proxies,
Finance & Accounting, 34(5) & (6), 740–766 Their Determinants And Their
Consequences. Kertas Kerja.
Beasley, Mark S. 1996. An Empirical Analysis Of (Http://www.ssrn.com. Diakses 12 April
The Relation Between The Board Of Director 2011.
Composition And Financial Statement Fraud.
The Accounting Review Vol. 7 1, No. 4. Ding, Y., H. Zhang and J. Zhang . 2007. Private
Hlm.443-465 vs. State Ownership and Earnings
Management: Evidence from Chinese Listed
Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Companies. Corporate Governance: An
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance International Review, Vol. 15, Hlm. 223–38.
dan Dampak Manajemen Laba Dengan
Menggunakan Analisis Jalur. Prosiding SNA Eisenhardt, K.M. 1989 . Agency Theory: An
8 Solo. Assessment and Review. Academy of
Management Review, Vol. 14, No. 1. Hlm.
Burgstahler, D. dan Dichev, I. 1997. Earnings 57–74.
Management to Avoid Earnings Decreases
and Losses. Journal of Accounting and Gabrielsen G., Jeffrey D. Gramlich dan Thomas
Economics Vol 24, Hlm. 99—126. Plenborg. 2002. Managerial Ownership,
Information Content of Earnings, and
Chen, K. C. W. and H. Yuan (2004). Earnings Discretionary Accruals in a Non-US Setting.
Management and Capital Resource Journal of Business Finance and Accounting.
Allocation: Evidence from China’s 29 (7) & (8), Hlm. 967-988.
Accounting-based Regulation of Rights
Issues. Accounting Review, Vol. 79, Hlm. Gul, Ferdinand A. Dan Srinidhi, Bin Dan Tsui,
645–65. Judy. 2007. Do Female Directors Enhance
Corporate Board Monitoring? Some
Chtourou, S.M., dkk. 2001. Corporate Governance Evidence From Earnings Quality. Kertas
and Earnings Management. Kertas kerja, Kerja. (Http://www.search.proquest.com.
(www.ssrn.com diakses 2 Mei 2012) Diakses 20 April 2011)

Clikeman, P. M., M. A. Geiger, and B. T. Healy, P.M dan Wahlen, J. 1999. A Review of the
O’Connell. 2001. Student perceptions of Earnings Management Literature and its
earnings management: The effects of national Implications for Standard Setting.
origin and gender. Teaching Business Ethics Accounting Horizons, Vol. 13, No. 4: Hlm.
5 (4):389-410. 365-384.

Dechow, P. Dan Skinner, D. 2000. Earnings Hodgson, A. and Stevenson-Clarke, P. 2000.


Management: Reconciling the Views of Accounting Variables and Stock Returns:
Accounting Academics, Practitioners, and The Impact of Leverage. Pacific Accounting
Regulators. Accounting Horizons, Vol. 14, Review, Vol 12, Hlm. 37—65.
No. 2. Hlm. 235.
Jensen M., dan Meckling, W. 1976. Theory of the
firm: Managerial Behavior, Agency Costs Accounting Horizons Vol. 25, No. 1 . Hlm.
and Ownership Structure. Journal of 183–205
Financial Economics, Vol. 3, No. 4. Hlm.
305-360. Myers, J. N., Myers, L. A., Omer, T. C., 2003.
Exploring the term of the auditor-client
Kawatu, Freddy S. 2009. Mekanisme Corporate relationship and the quality of earnings: A
Governance Nilai Perusahaan dengan case for mandatory auditor rotation?
Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening. Accounting Review Vol. 78 No.3
Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol 13.
No.3. Hlm 405 - 417. Peasnell, K.V. Dan Young S, P.F. 2005. Board
Monitoring And Earnings Management: Do
Outside Directors Influence Abnormal
Keating, A., Zimmerman, J., 1999. Depreciation- Accruals. Kertas Kerja.
policy changes: Tax, earnings management, (Http://www.ssrn.com. Diakses 6 April 2011)
and investment opportunity incentives.
Journal of Accounting and Economics 28, Ramasay A. and Mather P. 2004. Earnings quality
359-389. and its relationship with aspects of corporate
governance. Kertas kerja, (http://
Kim, J.B. dan Yi, C.H. 2006. Ownership Structure, www.afaanz.org. Diakses 14 April 2011)
Business Group Affiliation, Listing Status
and Earnings Management: Evidence from Rosenfield, P. . 2000. What Drives Earnings
Korea. Contemporary Accounting Research, Management? Journal of Accountancy, Vol.
Vol. 23, No. 2. Hlm. 427- 64. 190, No. 4: Hlm. 106- 109.

Klenke, K. 2003. Gender influences in decision- Schipper, K dan Vincent, L. 2003. Earning Quality.
making processes in top management teams. Accounting Horizon, supplement 2003. Hlm
Management Decision 41 (10):1024-1034. 97-110

Kormendi, R., Zarowin, P. 1996. Dividend policy


and the permanence of earnings. Review of Shleifer, A. 1998. State versus Private Ownership.
Accounting Studies 1, 141-160. Journal of Economic Perspective. Vol. 12,
Hlm. 133–50.
Leuz, C., dkk. 2003. Earnings Management and
Investor Protection: An International Siallagan, Hamonangan dan M. Machfoedz. 2006.
Comparison. Journal of Financial Economics, Mekanisme Corporate Governance,
Vol. 69. Hlm. 505-527 Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX
Lev, B. (1989). On the Usefulness of Earnings and Padang.
Earnings Research: Lessons and Directions
from Two Decades of Empirical Research. Sivaramakrishnan, K dan Yu, Shaokun Carol. 2008.
Journal of Accounting Research, Vol. 27, No, On the Association between Corporate
3: Hlm. 15 3 -192. Governance and Earnings Quality. Kertas
Kerja. (Http://www.search.proquest.com.
Liu, J dan Thomas, J. (2000). Stock Returns and Diakses 20 April 2011)
Accounting Earnings. Journal of Accounting
Research, Vol. 38.Hlm. 71-99. Skinner, Douglas J. Dan Soltes, Eugene 2009.
What do dividends tell us about earnings
Megginson, Nash dan Randenborgh, M. Van. quality?. Review of Accounting Studies
1994. The Financial and Operating .(Http://www.search.proquest.com. Diakses
Performance of Newly Privatized Firms: An 20 April 2011)
International Empirical Analysis. Journal of
Finance. Vol. 49, Hlm 403–52. Sunden, A., E., dan B. Surette, J. 1998. Gender
differences in the allocation of assets in
Miao, Bin dan Tong, Yen H. 2011. Are Dividends retirement savings plans. The American
Associated with the Quality of Earnings?. Economic Review 88 (2):207-211.
Warfield, T., Wild, J., Wild, K., 1995. Managerial
Trinidad, C., dan A. Normore, H. 2005. Leadership ownership, accounting choices, and
and gender: a dangerous liaison? informativeness of earnings. Journal of
Leadership Organization Development Accounting and Economics 20, 61-91.
Journal 26 (7):574-590.
Yaghoobnezhad, Ahmad, dkk. 2012. The
Vafeas, Nikos. 2005. Audit Committees, Boards, Investigation Of The Relationship Between
and the Quality of Reported Eamings. Corporate Governance And Earnings
Contemporary Accounting Research Vol. Quality. African Journal Of Business
22 No. 4. Hlm. 093-122 Management Vol. 6(11), Hal. 3898-3912

Wang, Liu dan Yun, Kenneth. 2011. Do State


Enterprises Manage Earnings More than
Privately Owned Firms? The Case of
China. Journal of Business Finance &
Accounting, 38(7) & (8), 794–812

Anda mungkin juga menyukai