Anda di halaman 1dari 18

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Tujuan analisis statistik deskriptif adalah memberikan gambaran (deskripsi)

dari setiap variabel yang diteliti seperti: rata-rata (mean), nilai tertinggi

(maksimum), nilai terendah (minimum) dan simpangan baku (standar deviasi).

Analisis statistik deskiptif ini digunakan untuk memberikan informasi

mengenai variabel-variabel penelitian, seperti: variabel independen dari penelitian

ini adalah volume perdagangan, harga saham. Sedangkan variabel dependen

dalam penelitian ini adalah bid-ak spread yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dengan pengamatan pada tahun 2017-2019. Hasil analisis statistik deskriptif untuk

variabel-variabel penelitian tersebut disajikan pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Statistic descriptive BAS,HS dan VP

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

BAS 183 .0000 175.0000 .978896 12.9351561

HS 183 1.00 1575.00 1.9159 240.14530

VP 183 .00 9135.00 1.4300 690.89182

Valid N (listwise) 183

1
2

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa dari 183 pengamatan dapat dijelaskan

statistic deskriptif dari setiap variabel sebagai berikut:

a. Bid-Ask Spread (BAS) selama periode pengamatan tahun 2017-

2019memiliki nilai minimum 0.00% dan nilaimaksimum sebesar

175.00% .Rata-rata (mean) dari bid-asks pread sebesar 0.978896% dengan

simpangan baku (standardeviasi) sebesar 12.9351561%.

b. Harga saham (HS) selama periode pengamatan tahun 2017-2019 memiliki

nilai minimum Rp.1 dan nilai maksimum sebesar Rp.1.575,00. Rata-rata

(mean) dari harga saham sebesar RP.1,9151 dengan simpangan baku

(standar deviasi) sebesar Rp.12,9351561.

c. Volume perdagangan (VP) selama periode pengamatan tahun 2017-2019

memiliki nilai minimum 0,00 lembar saham dan nilai maksimum sebesar

9135,00 lembarsaham. Rata-rata (mean) dari volume perdagangan sebesar

1,4300 lembar saham dengan simpangan baku (standardeviasi) sebesar

690,89182 lembar saham.

4.2 Uji Asumsi Klasik

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik analisis

Regresi Linier Berganda. Sebelum melakukan analisis regresi, terdapat uji

prasyarat analisis yang wajib dilakukan yaitu uji asumsi klasik. Hal ini dilakukan

agar data sampel yang dianalisis layak atau dapat benar–benar mewakili populasi

secara keseluruhan. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi uji normalitas, uji multikolineritas, uji heteroskedastisitas dan uji


3

autokorelasi. Apabila data terbukti telah diterima dari pengujian asumsi klasik

maka model tersebut dapat digunakan dalam analisis regresi. Data yang digunakan

dalam pengujian ini merupakan data transformasi dengan logaritma dari variabel

Volume Perdangangan, Harga Saham dan Bid-Ask Spread menggunakan data asli

dari penelitian. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji normal atau tidaknya distribusi

data pada variabel dependen maupun independen dalam suatu model regresi.

Dalam pengujian normalitas digunakan normal P-P Plot Of Regresion

Standardized Residual seperti gambar dibawah ini:

Gambar 4.1 Normal Probability Plot

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22


4

Berdasarkan gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa data yang akan diteliti

tidak berdistribusi normal karena banyak data yang jauh dari sekitar garis

diagonal. Oleh karena itu, data ditransformasi ke bentuk Logaritma 10 (Lg10),

setelah data sudah ditransform adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22


5

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa data yang akan diteliti berada

disekitar garis diagonal yang telah ditransformasikan berada disekitar garis

diagonal yang berarti bahwa data tersebut sudah normal dan layak diteliti.

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011: 105) uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel independen dalam suatu model

regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari

besarnya nilai Variance Inflation Factor (VFI) dengan ketentuan :

Bila VIF > 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius.

Bila VIF ≤ 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius.

Untuk melihat ada tidaknya gejala multikolinearitas menggunakan tabel hasil uji

multikolinearitas seperti gambar di bawah ini :

Tabel 4.2 Hasil Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
1 (Constant)    
Log_VPS .994 1.006
Log_HS .994 1.006
a. Dependent Variable: Log_BAS

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 22

Dari tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa nilai dari masing-masing variabel

independen adalah 0.994 lebih besar dari 0.10. Sementara, nilai VIF untuk
6

masing-masing variabel independen adalah 1.006<5, sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel independen dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinearitas.

4.2.3 Uji Heteroskendastisitas

Heteroskedastistas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan

dalam spesifikasi model regresi yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan

tingkat keakuratan data. Menurut Ghozali (2011: 139) dalam Ayuwardani (2018)

heteroskedastistas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain.

Dalam model regresi diharapkan tidak terjadi heteroskedastistas.

Heteroskedastistas dapat diuji dengan menggunakan uji metode Grafik, yaitu

dengan melihat tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot. Dasar

pengambilan keputusan adalah:

a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi

heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.3 di bawah ini mengindikasikan tidak ada pola tertentu seperti

(bergelombang melebar kemudian menyempit) dan tidak ada pola yang jelas serta

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat

dinyatakan bahwa pada gambar 4.3 dibawah ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
7

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22

4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dimana jika terjadi

korelasi dinamakan pada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi

yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dilakukan adalah

Uji Durbin-Watson dengan syarat sebagai berikut:

a. Jika nilai Durbin-Watson lebih kecil dari -2, berarti terdapat autokorelasi

positif

b. Jika nilai Durbin-Watson berada diantara -2 sampai dengan +2, berarti

tidak ada autokorelasi.


8

c. Jika nila Durbin-Watson lebih dari +2,berarti terdapat autokorelasi

negatif.

Untuk melihat nilai Durbin - Waston menggunakan tabel Model Summary

atau Hasil uji Autokorelasi sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Std. Error
R Adjusted of the Durbin-
Model R Square R Square Estimate Watson

1 .657a .432 .424 .56022 1.991

a. Predictors: (Constant), Log_HS, Log_VPS

b. Dependent Variable: Log_BAS

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22


Dari tabel 4.3 di atas menunjukkan hasil uji autokorelasi menghasilkan nilai

Durbin-Waston sebesar 1,991¿ 2 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi.

4.3 Pengujian Hipotesis

Dari pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa data yang ada

terdistribusi normal, tidak terdapat multikolinearitas, autukorelasi, dan

heteroskedastisitas, sebagai memenuhi persyaratan untuk melakukan pengujian

atas hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji F.

4.3.1 Uji Statistik Parsial (Uji t)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

parsial variabel independen, volume perdagangan dan harga saham terhadap bid-

ask spread. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai tingkat


9

signifikan yang digunakan adalah sebesar 0,05. Berikut hasil pengujian secara

parsial.

Tabel 4.4 Hasil Regresi Uji t


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients
Std.
B Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1.659 .136   -1.930 .000
Log_VPS -.000 .000 -.073 -615 .000
Log_HS -.001 .001 -.222 -1.867 .541
a. Dependent Variable: Log_BAS
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22

Berdasarkan hasil uji parsial pada tabel 4.4 tersebut untuk variabel volume

perdagangan diperoleh koefisien regresi dengan arah negative sebesar -0.000.

Volume perdagangan memiliki nilai sig. sebesar 0.000 < 0,05. Sehingga Ho

ditolak maka H1 diterima. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa

volume perdagangan saham mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap

bid-ask spread.

Berdasarkan hasil uji parsial pada tabel 4.4 tersebut untuk variabel harga

saham diperoleh koefisien regresi dengan arah negative sebesar -0.001. Harga

saham memiliki nilai sig. sebesar 0,541 > 0,05. Sehingga Ho diterima maka H1

ditolak. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa harga saham

mempunyai pengaruh positive dan signifikan terhadap bid-ask spread.

4.3.2 Uji Statistik F


10

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis

regresi dapat diketahui bahwa kedua variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai

sig uji F sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikannya yaitu 0,05,

seperti ditunjukan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Regresi Uji F


ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
Regression 2.146 2 1.073 2.030 .000b
1 Residual 35.419 67 .529    
Total 37.565 69      
a. Dependent Variable: Log_BAS
b. Predictors: (Constant), Log_HS, Log_VPS
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22
Tabel 4.5 menunjukan bahwa nilai signifikan dari model penelitian ini

adalah sebesar 0,000 dimana nilai 0,000 < 0,05. Karena nilai F hitung besar dan

sampel yang diteliti juga besar maka F tabel tidak dapat diketahui. Hal ini bisa

menyimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima artinya, volume perdagangan dan

harga saham secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

bid-ask spread.

4.3.3 Hasil Regresi Berganda

Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan karena model regresi

telah terbebas dari masalah normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas, tidak
11

terjadi heteroskedastisitas dan tidak terjadi autokorelasi, berikut adalah tabel

estimasi regresi :

Tabel 4.6 Hasil Estimasi Regresi

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model
Std.
B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 0.659 .136   -12.183 .000
Log_VP .-001 .001 -.222 -.1.867 .066
Log_HS .000 .000 .073 .615 .514
a. Dependent Variable: Log_BAS

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22

Berdasarkan hasil uji estimasi regresi diatas, maka model regresi linear

berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :

BAS = 0.659 – 0.001VP – 0.000 HS + e

Dari persamaan regresi linear berganda di atas dapat disimpulkan :

a. Nilai konstanta sebesar 0.154 artinya apabila variabel volume perdagangan

(X1) dan harga saham (X2) bernilai 0, maka bid-ask spread (Y) di Bursa

Efek Indonesia sebesar 0.659.

b. Nilai koefisien regresi Volume perdagangan (X1) mempunyai nilai sebesar

-0.001. Apabila volume perdagangan naik sebesar 1% maka bid-ask

spread akan turun sebesar 0.001% dan sebaliknya apabila volume

perdagangan turun 1% maka bid-ask spread akan naik sebesar 0.001%


12

dengan asumsi variable lain tetap. Hal ini menunjukkan perubahan volume

perdagangan saham berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread artinya

jika volume perdagangan saham semakin meningkat maka bid-ask spread

akan semakin menurun.

c. Harga saham (X2) mempunyai nilai sebesar -0,000 artinya apabila harga

saham naik Rp.1 maka bid-ask spread akan turun sebesar 0,00%. Dan

apabila harga saham turun sebesar Rp.1 maka bid-ask spread akan naik

sebesar 0,00% dengan asumsi variable lain tetap. Hal ini menunjukkan

perubahan harga saham berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread

artinya jika harga saham semakin meningkat maka bid-ask spread akan

semakin menurun.

4.3.4 Koefsien Determinasi (R2)

Hasil nilai R-Square dari regresi yang digunakan untuk mengetahui besarnya

bid - ask spread yang dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya. Hasil

koefisien determinasi ( R2 ¿sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Koefisien Determinasi


Model Summaryb
Adjusted Std. Error of the
Model R R Square R Square Estimate
1
.239a .57 .29 .72708

a. Predictors: (Constant), Log_HS, Log_VPS


b. Dependent Variable: Log_BAS

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22


13

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang

ditunjukkan dari nilai R Square sebesar 0,57. Hal ini berarti bahwa 5,7%

pergerakan bid-ask spread perusahaan manufaktur di BEI dapat dijelaskan oleh

variabel volume perdagangan saham dan harga saham. Sedangkan sisanya sebesar

94,3% dijelaskan oleh variabel lainnya diluar variabel penelitian.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian secara parsial diketahui bahwa variabel volume perdagangan

berpengaruh negative dan signifikan terhadap bid-ask spread, dan variabel harga

saham juga berpengaruh negative dan signifikan terhadap bid-ask spread serta

dalam pengujian simultan volume perdagangan dan harga saham berpengaruh dan

signifikan terhadap bid-ask spread. Hal ini didukun dari nilai R square sebesar

0,57 yang mengindikasikan bahwa varians kedua variabel independen dapat

menjelaskan variabel dependen sebesar 5,7%. Sedangkan sisanya sebesar 94,3 %

dijelaskan oleh variabel lain. Berdasarkan hasil penelitian ini dengan R square

sebesar 0,57 menyatakan bahwa kemampuan variabel independen menjelaskan

variabel dependen adalah cukup bagus.

4.4.1 Pengaruh Volume Perdagangan terhadap Bid-Ask Spread

Variabel volume perdagangan memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap bid-ask spread apabila diuji secara parsial. Berdasarkan hasil uji parsial

pada tabel 4.4 tersebut untuk variabel volume perdagangan saham diperoleh

koefisien regresi dengan arah negative sebesar -0,000. Volume perdagangan

memiliki nilai signifiknsi sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga Ho ditolak maka H1

diterima. Volume perdagangan yang besar, menunjukkan bahwa saham tersebut


14

digemari oleh investor yang berarti saham tersebut cepat diperdagangkan

merupakan perdagangan saham yang aktif. Volume perdagangan akan

menurunkan cost pemilikan saham sehingga menurunkan spread. Dengan

demikian semakin rendah biaya pemilikan saham tersebut berarti akan

mempersempit bid-ask-spread saham maka semakin aktif diperdagangankan suatu

saham atau semakin besar volume perdagangan suatu saham tersebut. Atau

dengan kata lain, bahwa investor piawai tidak berperan banyak dalam melakukan

aktivitas perdagangan saham di BEI melainkan investor likuiditas lebih berperan

aktif dalam perdagangan saham.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ambarwati (2003) Ciptaningsih

(2010)yang menyatakan bahwa volume perdagangan berpengaruh negative

terhadap bid-ask spread.

4.4.2 Pengaruh Harga Saham terhadap Bid-Ask Spread

Variabel harga saham memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap bid-

ask spread apabila diuji secara parsial (uji t). Berdasarkan hasil uji parsial pada

tabel 4.4 tersebut untuk variabel harga saham diperoleh koefisien regresi dengan

arah negative sebesar -0,001. Harga saham memiliki nilai sig. sebesar 0,541 >

0,05. Sehingga Ho diterima maka H1 ditolak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pengaruh positive

antara harga saham dengan bid-ask spread dikarenakan oleh investor tidak

mempertimbangkan harga saham yang tinggi serta investor tidak menggunakan

teori yang dinyatakan oleh Koewn et al (2010) yaitu “spread akan lebih besar

untuk mata uang yang jarang diperdagangkan. Hal ini mengindikasikan bahwa
15

tingginya harga dapat mengurangi permintaan. Sama halnya dengan saham, ketika

saham terlalu mahal maka akan jarang diperdagangkan maka kurang liquid,

sehingga menyebabkan spread membesar karena risiko untuk saham tersebut

lebih besar”. Maka dapat disimpulkan bahwa harga saham tinggi membuat spread

rendah serta menyatakan bahwa perdagangan saham perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia 2017 sudah liquid. Hal ini didukung penelitian yang

dilakukan oleh Nany (2003) yang menyatakan harga saham berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap bid-ask spread. Tetapi tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan Napitupulu (2013) yang menyatakan harga saham berpengaruh

positif terhadap bid-ask spread.

4.4.3 Pengaruh Volume Perdagangan dan Harga Saham terhadap Bid-Ask

Spread

Berdasarkan analisis dari tabel 4.5 dapat kita lihat bahwa terdapat

pengaruh yang simultan antara volume perdagangan dan harga saham

berpengaruh dan signifikan terhadap bid-ask spread, hal ini dapat dilihat dari nilai

signifikansi yaitu 0,00 lebih kecil dari 0,05.

4.4.4 Koefisien Determinasi ( R2)

Koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikatnya. Nilai koefisien

determinasi yang kecil mengindikasikan kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Koefisien


16

determinasi merupakan ikhtisar yang menyatakan seberapa baik garis regresi

mencocokkan data.

Nilai R square sebesar 0,57 artinya bahwa 5,7% pergerakan bid-ask spread

perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel

volume perdagangan saham dan harga saham. Sedangkan sisanya sebesar 94,3%

dijelaskan oleh variabel lainnya diluar variabel penelitian seperti peristiwa –

peristiwa politik, tingkat lama yang dapat dicapai perusahaan, kebijakan dividen

perusahaan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Volume Perdagangan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap BidAsk Spread.

2. Harga Saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Bid-Ask Spread.

3. Volume Perdagangan dan Harga Saham secara berpengaruh secara simultan signifikan

terhadap Bid-Ask Spread.

5.2 Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan lebih

banyak variabel independen lainnya diluar variabel Volume Perdagangan dan harga saham.

Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk melakukan penelitian perusahaan dengan

karakteristik yang lebih beragam, dengan demikian hasil yang diperoleh bisa mewakili untuk

diambil kesimpulan dengan membandingkan dari beberapa sektor yang berbeda selain dari

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

17
2. Bagi Perusahaan Berdasarkan hasil penelitian ini, perusahaan yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia khususnya pada perusahaan manufaktur sebaiknya melengkapi dan mempublikasikan

laporan keuangannya secara lengkap, baik laporan keuangan tahunan maupun laporan keuangan

kuartal yang nantinya akan memudahkan peneliti selanjutnya untuk mengumpulkan dan

menganalisis data.

3. Bagi Investor dan Calon Investor Hasil penelitian ini tidak sepenuhnya bisa dijadikan sebagai

pedoman dalam menentukan apakah perusahaan tersebut termasuk kedalam kategori perusahaan

yang baik atau tidak. Investor dan calon investor diharapkan dapat melakukan analisis lainnya

dan memperhatikan faktor-faktor yang lain sebelum melakukan kegiatan investasi atau

menambah jumlah saham yang telah dimiliki saat ini.

18

Anda mungkin juga menyukai