Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Bab ini akan membahas tentang tahap-tahap dan pengelohan data tentang

faktor yang mempengaruhi harga saham. Variabel-variabel dalam penelitain ini

meliputi variabel dependen yaitu harga saham, variabel independen yaitu dept to

equity ratio (DER) , return on equity (ROE), net profit margin (NPM) dan

earning per share (EPS) . Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

semua perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi subsektor

makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017

yaitu sebanyak 18 perusahaan.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kesesuaian karakteristik

dengan kriteria sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Beberapa kriteria yang

harus dipenuhi dalam penentuan sampel ini adalah :

Tabel 4.1
Kriteria Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa 18
Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2013 sampai 2017
2 Perusahaan makanan dan minuman yang tidak (6)
mempublikasikan laporan tahunan (Annual Report) selama

44
45

tahun 2013 – 2017


3 Perusahaan makanan dan minuman yang tidak memiliki (3)
semua data yang di butuhkan secara lengkap selama tahun
2013 – 2017
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 9
Sumber : idx statistik, diolah 2018

Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini diperoleh 9

sampel perusahaan sektor manufaktur subsektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI pada periode 2013-2017 yang dapat dianalisis, sehingga jumlah

sampel penelitian ini keseluruhannya sebanyak 45 data (9 perusahaan x 5 tahun

periode penelitian).

Tabel 4.2
Daftar Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI
Periode tahun 2013-2017
No. Kode Nama Perusahaan
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT
2 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, PT
3 ICBP Indofood Cbp Sukses Makmur Tbk, PT
4 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk, PT
5 MYOR Mayora Indah Tbk, PT
6 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk, PT
7 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk, PT
8 SKBM Sekar Bumi Tbk, PT
9 ULTJ Ultrajaya Milk Industry And Trading Company Tbk, PT

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi
46

dari masing-masing variabel. Hasil perhitungan statistik deskriptif dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROE 45 -.25 .29 .1291 .10981

NPM 45 -.17 .15 .0590 .05669

EPS 45 -263.10 622.76 1.7781E2 202.46910

HARGA SAHAM 45 122.00 10200.00 2.5230E3 2857.25622

LN_DER 45 -5.18 .54 -.3090 .96132

Valid N (listwise) 45
Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS, 2018

Berdasarkan hasil dari laporan keuangan seperti dijelaskan pada tabel tersebut

diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Berdasarkan tabel 4.3 di atas terlihat bahwa selama tahun 2013 – 2017

dengan jumlah data sampel 9 x 5 tahun = 45 data menunjukkan bahwa

variabel dept to quity ratio (DER) memiliki nilai minimum sebesar -5,18

dan nilai maksimum 0,54 dengan nilai rata-rata -0,3090 dan standar

deviasi sebesar 0,96132. Hasil penelitian menunjukkan nilai standar

deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata yang berarti bahwa sebaran data

adalah merata.

2. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik deskriptif variabel return on

equity (ROE) memiliki nilai minimum sebesar -0,25dan nilai maksimum

0,29dengan nilai rata-rata 0,1291 dan standar deviasi sebesar 0,10961.

Hasil penelitian menunjukkan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai

rata-rata yang berarti bahwa sebaran data adalah merata.


47

3. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik deskriptif variabel net profit

margin (NPM) memiliki nilai minimum sebesar -0,17dan nilai maksimum

0,15 dengan nilai rata-rata 0,0590 dan standar deviasi sebesar 0,05669.

Hasil penelitian menunjukkan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai

rata-rata yang berarti bahwa sebaran data adalah merata.

4. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik deskriptif variabel earning per

share (EPS) memiliki nilai minimum sebesar -263,10 dan nilai

maksimum 622,76 dengan nilai rata-rata 1,7781 dan standar deviasi

sebesar 202,46910. Hasil penelitian menunjukkan nilai standar deviasi

lebih besar dari nilai rata-rata yang berarti bahwa sebaran data adalah

tidak merata, karena perbedaan data satu dengan yang lainnya lebih besar

dari nilai rata-rata.

5. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik deskriptif variabel Harga

Saham memiliki nilai minimum sebesar 122,00 dan nilai maksimum

10.200,00 dengan nilai rata-rata 2,5230 dan standar deviasi sebesar

2857,25622. Hasil penelitian menunjukkan nilai standar deviasi lebih

besar dari nilai rata-rata yang berarti bahwa sebaran data adalah tidak

merata, karena perbedaan data satu dengan yang lainnya lebih besar dari

nilai rata-rata.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda terhadap variabel independen dan dependen. Variabel indepenen yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dept to equity (DER), return on equity

(ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS). Dan variabel
48

dependen yang digunakan adalahharga saham. Uji asumsi klasik terdiri dari uji

normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

Hasil pengujian dari uji asumsi klasik yang telah dilakukan adalah sebagai

berikut:

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,

2018:161). Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signfikansi yang bernilai diatas 0,05 maka data

berdistribusi normal, sedangkan jika tingkat signifikani dibawah 0,05 maka

data berdistribusi tidak normal (Ghozali, 2018:161). Hasil uji Kolmogorov-

Smirnov dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.67345787E3

Most Extreme Absolute .161


Differences Positive .161

Negative -.105

Kolmogorov-Smirnov Z 1.079

Asymp. Sig. (2-tailed) .194

a. Test distribution is Normal.


Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS, 2018
49

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov-

Smirnov sebesar 1,079 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,194 yang berarti

diatas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini

berdistribusi normal.

4.2.2.2 Uji Multikoloniearitas

Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali,

2018:107). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar

variabel independen. Multikolonieritas dapat diketahui dengan menggunakan

perhitungan nilai tolerance dan VIF. Suatu model regresi yang bebas dari

multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance diatas 0,10 atau sama dengan nilai

VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2018:107). Hasil uji Multikolinieritas dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 830.998 427.021 1.946 .059

ROE -5993.566 4291.837 -.230 -1.397 .170 .315 3.172


NPM 7639.321 8868.186 .152 .861 .394 .277 3.611
EPS 11.095 1.584 .786 7.002 .000 .680 1.470
LN_DER -137.279 318.562 -.046 -.431 .669 .747 1.340
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS, 2018


50

Hasil uji multikolonieritas menunjukkan bahwa semua variabel dalam

penelitian ini memiliki nilai tolerance > 0,10 dan semua variabel memiliki

nilai VIF < 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolonietas antar variabel independen dalam model regresi yang

digunakan dalam penelitian ini.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi.

Untuk melihati adanya autokorelasi, digunakan uji Durbin-Watson (DW

test). Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first

order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam

model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen

(Ghozali, 2018:111). Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson

1 .811a .657 .623 1755.13742 2.162

a. Predictors: (Constant), LN_DER, ROE, EPS, NPM

b. Dependent Variable: HARGA SAHAM


Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS, 2018
51

Berdasarkan tabel 4.6 hasil analisis regresi diperoleh nilai D-W sebesar

2,162 dengan k’=4 dan N= 45 dengan nilai Du yaitu sebesar 1,7200 dan nilai

DW lebih kecil dari 4-Du dan nilai 4-Du adalah 4-1,7200 = 2,2800 Sehingga

didapatkan hasil 1,7200 <2,162<2,2800. Maka, dapat disimpulkan bahwa

variabel dept to equity ratio (DER), return on equity (ROE), net profit margin

(NPM), dan earning per share (EPS) terhadap harga saham tidak terjadi

masalah autokeralasi dan dapat dilakukan pada pengujian selanjutnya.

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas

atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2018:137).

Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Uji

ini mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel

independen (Ghozali, 2018:142). Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan

menggunakan uji Glejser dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


52

Table 4.7
Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 928.607 300.083 3.095 .004

ROE 951.322 3016.026 .086 .315 .754 .315 3.172

NPM -2501.529 6231.988 -.117 -.401 .690 .277 3.611

EPS 1.119 1.113 .187 1.005 .321 .680 1.470

LN_DER -133.168 223.865 -.106 -.595 .555 .747 1.340

a. Dependent Variable: ABS


Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS, 2018

Berdasarkan tabel 4.7 diatas jelas menunjukkan semua variabel

independen mempunyai nilai sig. ≥ 0,05. Jadi, tidak ada variabel independen

yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolute

dari residual. Dengan demikian dapat disimpulkan dalam model regresi ini

tidak terdapat heteroskedatisitas.

4.2.3 Pengujian Hipotesis

4.2.3.1 Regresi Linier Berganda

Untuk menguji model pengaruh dan hubungan variabel bebas yang lebih

dari dua variabel terhadap variabel dependen, digunakan persamaan regresi linier

berganda (multiple linier regression method). Dalam analisis regresi, selain

mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali,


53

2018:95). Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan

program IBM SPSS 16 dan hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Model Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 830.998 427.021 1.946 .059

ROE -5993.566 4291.837 -.230 -1.397 .170 .315 3.172

NPM 7639.321 8868.186 .152 .861 .394 .277 3.611

EPS 11.095 1.584 .786 7.002 .000 .680 1.470

LN_DER -137.279 318.562 -.046 -.431 .669 .747 1.340

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM


Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS, 2018

Berdasarkan hasil regresi diatas dapat dibuat persamaan regresi sebagai

berikut:

Y = 830,998 – 5993,566 ROE + 7639,321 NPM + 11,095 EPS -137,279

LN_DER

Berdasarkan persamaan regresi dapat disimpulkan bahwa:

1. Koefisien dept to equity ratio (DER) sebesar -137,279 menunjukkan

adanya pengaruh negatif terhadap variabel harga saham, yang berarti

bahwa setiap terjadi kenaikan dept to equity ratio (DER), maka harga

saham cenderung mengalami penurunan


54

2. Koefisien return on equity (ROE) sebesar -5993,566 menunjukkan adanya

pengaruh negatif terhadap variabel harga saham, yang berarti bahwa setiap

kenaikan return on equity (ROE), maka harga saham cenderung

mengalami penurunan.

3. Koefisien net profit margin (NPM) sebesar 7639,321 menunjukkan adanya

pengaruh positif terhadap variabel harga saham, yang berarti bahwa setiap

kenaikan net profit margin (NPM), maka harga saham cenderung

mengalami peningkatan.

4. Koefisien earning per share (EPS) sebesar 11,095 menunjukkan adanya

pengaruh positif terhadap variabel harga saham, yang berarti bahwa setiap

kenaikan earning per share (EPS), maka harga saham cenderung

mengalami peningkatan.

4.2.3.2 Goodness of fit (Uji Kelayakan Model)

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur

dari Goodness of fitnya. (Ghozali, 2018:97).Untuk mengetahui fungsi regresi

telah memenuhi unsur goodness of fit, maka dapat dilihat dari koefisien

determinasi dan Uji F.

4.2.3.2.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil

pengujian koefisien determinasi dalam penelitian ini disajikan dalam tabel

dibawah ini:
55

Tabel 4.9

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate

1 .811a .657 .623 1755.13742

a. Predictors: (Constant), LN_DER, ROE, EPS, NPM

b. Dependent Variable: HARGA SAHAM


Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS, 2018

Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan nilai adjusted R square sebesar

0,623 atau 62,3 persen. Hasil yang didapat tersebut dapat diartikan dept to equity

ratio (DER), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan earning per

share (EPS) mampu menjelaskan harga saham sebesar 62,3%. Sedangkan

sisanya, yaitu 37,7 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian.

4.2.3.2.2 Uji F

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel

dependennya (Ghozali, 2018:98). Hasil uji – F dapat dilihat ditabel 4.10 :

Tabel 4.10
Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.360E8 4 5.900E7 19.152 .000a

Residual 1.232E8 40 3080507.362

Total 3.592E8 44

a. Predictors: (Constant), LN_DER, ROE, EPS, NPM

b. Dependent Variable: HARGA SAHAM


Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS, 2018
56

Berdasarkan tabel 4.10 diatas dept to equity ratio (DER), return on equity

(ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS) sebesar 19,152

dengan sig. 0.000. nilai sig. yang didapat masih lebih kecil dari tingkat sig. α

0,05, sehingga menerima hipotesis yang menyatakan mode regresi dapat

digunakan untuk memprediksi variabel independen.

4.2.3.3 Uji Parsial (t)

Uji parsial (t-test) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial

atau individual (Ghozali, 2018:98). Untuk melakukan uji t dilakukan dengan cara

bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan

sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 ditolak bila nilai t lebih besar dari 2

(dalam nilai absolut). Dengan kata lain menerima hipotesis alternatif, yang

menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi

variabel dependen. Hasil uji-t dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11
Uji-t

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 830.998 427.021 1.946 .059

ROE -5993.566 4291.837 -.230 -1.397 .170 .315 3.172

NPM 7639.321 8868.186 .152 .861 .394 .277 3.611

EPS 11.095 1.584 .786 7.002 .000 .680 1.470

LN_DER -137.279 318.562 -.046 -.431 .669 .747 1.340

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM


Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS, 2018
57

Berdasarkan uji-t yang didapat maka dapa dianalisa sebagai berikut :

1. Pengaruh Dept To Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham

Berdasarkan tabel 4.11diatas dapat diketahui bahwa hasil

pengujian hipotesis DER terhadap Harga Saham sebesar -0,431 dengan

menunjukan nilai sig.0.669, dimana nilai sig. yang didapat lebih besar dari

tingkat sig. 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa DER (X1) tidak

berpengaruh terhadap harga saham (Y). Dengan demikian hipotesis

pertama dalam penelitian ini H1 ditolak.

2. Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham

Berdasarkan tabel 4.11diatas dapat diketahui bahwa hasil

pengujian hipotesis ROE terhadap harga saham sebesar -1,397 dengan

menunjukkan nilai sig. 0,170, dimana nilai sig. yang didapat lebih besar

dari tingkat sig. 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ROE (X2) tidak

berpengaruh terhadap harga saham (Y). Dengan demikian hipotesis kedua

dalam penelitian ini H2 ditolak.

3. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham

Berdasarkan tabel 4.11diatas dapat diketahui bahwa hasil

pengujian hipotesis NPM terhadap harga saham sebesar 0,861 dengan

menunjukkan nilai sig. 0,394, dimana nilai sig. yang didapat lebih besar

dari tingkat sig. 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa NPM (X3) tidak

berpengaruh terhadap harga saham (Y). Dengan demikian hipotesis kedua

dalam penelitian ini H3 ditolak.


58

4. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham

Berdasarkan tabel 4.11diatas dapat diketahui bahwa hasil

pengujian hipotesis EPS terhadap harga saham sebesar 7,002 dengan

menunjukkan nilai sig. 0,000, dimana nilai sig. yang didapat lebih kecil

dari tingkat sig. 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa EPS (X4)

berpengaruh terhadap harga saham (Y). Dengan demikian hipotesis ketiga

dalam penelitian ini H4 diterima.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Dept to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham

Berdasakan hasil penelitian menunjukkan bahwa Dept to Equity Ratio

(DER) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Dapat diartikan bahwa DER

secara statistik tidak berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Hal ini

disebabkan karena hutang perusahaan lebih besar dari modal sendiri pada tahun

penelitian. Menurut Riyanto (2011:294) dalam keadaan bagaimanapun juga

jangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar darpada jumlah modal sendiri

atau dengan kata lain debt rasio jangan lebih besar dari 50%, sehingga modal

yang dijamain (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya

(modal sendiri).

Pertimbangan suatu percobaan struktur modal, didasarkan atas nilai pasar

dari hutang dan ekuitas, dan selanjutnya memperkirakan kemakmuran para

pemegang saham berdasarkan struktur modal ini. Pendekatan ini berulang kali

sehingga struktur modal optimal ditemukan.


59

Hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian Jelie et al (2017) yang

menyatakan dept to equity ratio (DER) berpengaruh positif signifikan terhadap

harga saham. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin

& Agustami (2016) dan Nordiana & Budiyanto (2017) yang menyatakan bahwa

dept to equity ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.

Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan tahun dan perbedaan perusahaan yang

diteliti.

4.3.2 Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitiaan menunjukkan bahwa Return On Equity

(ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini terjadi karena ROE

hanya menggambarkan besarnya pengembalian atas investasi yang dilakukan

pemegang saham biasa ( Brigham & Hauston, 2014:133), namun tidak

menggambarkan prospek perusahaan sehingga pasar tidak terlalu merespon

dengan besar kecilnya ROE sebagai pertimbangan investasi yang akan dilakukan

investor.

Hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian Wehantouw, et.al,

(2017), Nordiana & Budiyanto (2017), menunjukkan bahwa return on equity

(ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Dan penelitian yang

dilakukan Arifin & Agustami (2016) menunjukkan bahwa ROE berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap harga saham.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Wicaksono (2014) yang

menyatakan Return on equity (ROE) tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap harga saham, artinya ada atau tidaknya ROE belum dapat mempengaruhi

tinggi rendahya harga saham terhadap harga saham. Perbedaan ini dapat
60

disebabkan oleh perbedaan perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian

dan perbedaan waktu penelitian yang memungkinkan terjadinya perbedaan

kondisi keuangan perusahaan.

4.3.3 Pengaruh Net profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitian Net profit Margin (NPM) tidak berpengaruh

terhadap harga saham. Semakin tinggi atau rendah nilai NPM perusahaan

manufaktur tidak berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya harga saham

perusahaan tersebut. Hal ini terjadi karena investor kurang menyukai NPM karena

besarnya NPM tidak selalu diikuti earning yang besar.

Alasan kenapa tidak berpengaruh signifikan , hal ini dikarenakan data

yang dimiliki oleh perusahaan yang relatif kecil sehingga tidak dapat memberi

pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Menurut Kasmir (2008:201)

perusahaan dikatakan baik jika NPM yang dimiliki di atas rata-rata industri pada

umumnya yaitu 20%, sedangkan sebagian besar nilai NPM perusahaan yang

dijadikan sampel di bawah 20%.

Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam mengelola

penjualannya dalam mencapai laba. Semakin tinggi nilai NPM semakin efisien

perusahaan tersebut mendapatkan laba dari penjualan. Hal itu juga menunjukkan

bahwa perusahaan mampu menekan biaya – biaya dengan baik. Begitu juga

sebaliknya, NPM yang semakin menurun menunjukkan ketidakmampuan

perusahaan memperoleh laba atas penjualan dan mengelola biaya – biaya atas

kegiatan operasionalnya, sehingga menyebabkan investor tidak tertarik untuk

berinvestasi pada perusahaan.


61

Hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian Watung & Ilat (2016)

yang menunjukkan bahwa NPM berpengaruh positif signifikan terhadap harga

saham. Tetapi penelitian ini didukung oleh penelitian Dita & Saifi (2017) yang

menyatakan bahwa NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. Perbedaan ini

dapat disebabkan oleh perbedaan perusahaan yang terpilih menjadi sampel

penelitian dan perbedaan waktu penelitian yang memungkinkan terjadinya

perbedaan kondisi keuangan perusahaan.

4.3.4 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitiaan Earning Per Share (EPS) berpengaruh

signifikan terhadap harga saham. Hasil yang positif menunjukkan ketika jumlah

saham yang beredar meningkat maka kemungkinan kemampuan memperoleh laba

per lembar saham juga meningkat, begitu pula sebaliknya ketika earning per

share (EPS) menurun maka harga saham akan menurun. Maka menarik investor

untuk menanamkan modalnya dan akan meningkatnya harga saham. Karena para

investor selalu memperhatikan akan pertumbuhan earning per share (EPS)

perusahaan, sehingga akan mempengaruhi naik turunnya harga saham (Watung &

Ilat : 2016). Earning per share yang semakin tinggi maka akan menggembirakan

pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang

saham, sehingga akan meningkatnya harga saham.

Sesuai dengan pendapat Watung & Ilat (2016) Earning per Share (EPS)

merupakan indikasi dari laba yang mendapatkan masing-masing saham biasa dan

sering digunakan untuk menilai profitabilitas dan resiko yang terkait dengan

keuntungan dan juga penilaian tentang harga saham.


62

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Arifin & Agustami

(2016) dan Watung & Ilat (2016) yang menunjukkan bahwa earning per share

(EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

Anda mungkin juga menyukai