Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Jawa Timur yaitu tepatnya berada di Pulau Jawa, secara astronomis

Kabupaten Ponorogo terletak antara 1110 07’ hingga 1110 52’ Bujur Timur

dan 070 49’ hingga 080 20’ Lintang Selatan. Berdasarkan posisi

geografisnya, Kabupaten Ponorogo memiliki batas-batas yaitu, Utara:

Kabupaten Magetan, Madiun, Nganjuk, Selatan: Kabupaten Pacitan, Barat:

Kabupaten WonogiriProvinsi Jawa Tengah, Timur: Kabupaten Tulungagung

dan Trenggalek.

Luas wilayah Kabupaten Ponorogo yang mencapai 1.371,78 km 2

habis terbagi menjadi 21 Kecamatan yang terdiri dari 307 desa/kelurahan

(BPS).

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

diperoleh dari BPS Kabupaten Ponorogo Dalam angka dalam bentuk time

series yang berupa nilai pengamatan yang diukur selama kurun waktu 15

tahun terakhir atau mulai dari tahun 2004-2018.

Pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh Upah

Minimum Kabupaten (UMK), tingkat inflasi, dan Investasi terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja. Berdasarkan data dalam kururn waktu tahun

2004-2018 yang diolah dan memperoleh hasil statistik sebagai berikut:

42
43

Tabel 4.1
Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
penyerapan t. 15 424444.00 527879.00 478937.8667 25225.32869
kerja
Umk 15 153867.00 1509816.00 785535.3333 408905.44211
Inflasi 15 2.20 13.73 7.0253 3.45143
Investasi 15 81396418.00 26815065566.00 5984593536.40 7319113896.222
00 31
Valid N (listwise) 15
Sumber: SPSS, data yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas maka dapat disimpulkan bahwa

variabel penyerapan tenaga kerja mempunyai jumlah data (N) adalah 15,

nilai minimum adalah 424,444 nilai maksimum 527,879 nilai rata-rata

adalah 478,937,8 dan nilai standar deviasi adalah 25,225,328 Untuk variabel

Upah Minimum Kabupaten (UMK) mempunyai jumlah data (N) adalah 15,

nilai minimum adalah 153,867, nilai maksimum 1,509,816, nilai rata-rata

adalah 785,535,33 dan nilai standar deviasi adalah 408,905. Untuk variabel

Inflasi mempunyai jumlah data (N) adalah 15, nilai minimum adalah 2,20,

nilai maksimum 13,73, nilai rata-rata adalah 7,025 dan nilai standar deviasi

adalah 3,451. Untuk variabel Investasi mempunyai jumlah data (N) adalah

15, nilai minimum adalah 81,396,418 nilai maksimum 26,815,065,566 nilai

rata-rata adalah 59,845,935,364 dan nilai standar deviasi adalah

731,911,389,622.

4.2. Analisis Deskriptif Data

4.2.1 Upah Minimum Kabupaten (UMK)

Upah minimum adalah, upah bulanan terendah yang terdiri atas

upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai
44

jaring pengaman. Upah ini wajib dijadikan acuan oleh pengusaha dan

pelaku industri sebagai standar minimum dalam memberi upah pekerjanya.

Berdasarkan paparan diatas maka dapat dilihat data Upah Minimum

Kabupaten (UMK) Kabupaten Ponorogo tahun 2004-2018 pada tabel 1.2.

Berdasarkan Tabel 1.2 di muka menunjukkan bahwa Upah

Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun terus

mengalami kenaikan. Dimana UMK Kabupaten Ponorogo pada tahun 2004

yang hanya sebesar Rp. 153.867 dan mencapai Rp. 1.509.816 di tahun 2018.

Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu menunjukan presentase

kenaikan sebesar 54,54 % atau Rp 338.500 dari tahun sebelumnya sebesar

Rp 153.867. Data di muka merupakan UMK Kabupaten Ponorogo mulai

dari tahun 2004-2018. Kenaikan Upah diharapkan mampu meningkatkan

penyerapan tenaga kerja di kab. Ponorogo.

4.2.2Inflasi

Inflasi merupakan peningkatan jumlah mata uang yang beredar dan

mengakibatkan kenaikan-kenaikan harga secara tiba-tiba dan terus menerus.

Data laju Inflasi Kabupaten Ponorogo tahun 2004-2018 dapat dilihat pada

tabel 1.3.

Berdasarkan Tabel 1.3 di muka menunjukkan bahwa presentase

laju Inflasi Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun menglami penurunan,

tetapi cenderung fluktuasi (naik turun). Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada

tahun 2005 menunjukan presentase sebesar 13,73 %. Penurunan tertinggi

terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 2,75 % dari 7,40 % pada tahun 2014.
45

4.2.3 Investasi

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva

yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu yang lama dengan harapan

mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Data penyertaan

modal (Investasi) Kabupaten Ponorogo tahun 2004-2018 dapat dilihat pada

tabel 1.4.

Berdasarkan Tabel 1.4 di muka menunjukkan bahwa jumlah

penyertaan modal (Investasi) di Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun

mengalami fluktuasi (naik turun). jumlah Investasi tertinggi terjadi pada

tahun 2016 yaitu sebesar 26.815.065.566. Data di atas merupakan jumlah

Investasi di Kabupaten Ponorogo mulai dari tahun 2004-2018.

4.2.4 Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah ukuran seberapa sedikit banyakya

angkatan kerja yang berhasil bekerja atau tertampung pada lapangan kerja

yang umumnya adalah masyarakat yang termasuk dalam usia kerja yaitu

usia 15 tahun atau keatas, dimana tenaganya akan diserap oleh sebuah

lapangan kerja pada sebuah perusahaan maupun perorangan. Data

Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten Ponorogo tahun 2004-2018 dapat

dilihat pada tabel 1.5.

Berdasarkan Tabel 1.5 di muka menunjukkan bahwa jumlah

penyerapan tenaga kerja Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun

menglami fluktuasi (naik turun) dan cenderung statis atau tetap. Dimana
46

pada tahun 2004 dari jumlah angkatan kerja sebesar 507.964 jiwa dan

terserap sebesar 481.422 jiwa. Kemudian pada tahun 2018 jumlah

angkatan kerja sebesar 498.586 jiwa dan terserap sebesar 481.188 jiwa.

Data di muka merupakan jumlah yang diajukan dari pemerintah daerah,

mulai dari tahun 2004-2018.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Pengujian Asumsi Klasik

Penggunaan uji asumsi klasik bertujuan untuk menentukan

ketepatan model. Uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam

penelitian ini meliputi :

4.3.1.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018) uji normalitas bertujuan apakah

dalam model regresi variabel dependen dan variabel

independen mempunyai kontribusi atau tidak. Model regresi

yang baik adalah dua distribusi normal atau mendekati

normal., atau exponential.

Adapun hasil output uji normalitas Kolmogrov-Smirnov

pada tabel 4.2 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 15
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std. Deviation 19132.37922464
Most Extreme Absolute .121
Differences Positive .121
Negative -.109
Test Statistic .121
47

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d


a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : SPSS, data yang diolah

Dari hasil tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi (Asymp.Sig 2-tailed) sebesar 0,200. Karena nilai

signifikansi lebih dari 0,05 maka nilai residual terdistribusi

dengan normal.

4.3.1.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2018) uji multikolinearitas bertujuan

untuk menguji apakah suatu model regresi terdapat korelasi

antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.

Pengujian multikolinearitas dilihat dari besaran VIF (Variance

Inflation factor) dam tolerance. Tolerance mengukur variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

independen yang tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF

tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah

nilai tolerance ≥ 0,01 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.

Adapun hasil output uji multikoliniearitas pada tabel 4.3

adalah sebagai berikut :


48

Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1(Constant) 13.348 .578 23.095 .000
ln_x1 .006 .050 .066 .114 .911 .241 4.154
ln_x2 -.033 .041 -.369 -.810 .435 .396 2.526
ln_x3 -.013 .015 -.447 -.864 .406 .306 3.271
a. Dependent Variable: ln_y

Sumber : SPSS, data diolah


Dari hasil Tabel 4.3 dalam Uji Multikolinearitas dibawah

ini, Dapat diketahui bahwa nilai Tolerance dan VIF pada

UMK (X1) sebesar 0,241 dan sebesar 4,154, Inflasi (X2)

sebesar 0,396 dan sebesar 2,526, (X3) sebesar 0,306 dan

sebesar 3,271 yang berarti semua VIF nya kurang dari 10.

Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas

antar variabel bebas.

4.3.1.3 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2018) uji autokorelasi bertujuan

menguji apakah dalam model regresi ada kolerasi antara

kesalahan pengganggu pada periode-t dengan kesalahan

pengganggu pada pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian

autokorelasi dilakukan dengan uji durbin watson dengan

membandingkan nilai durbin watson hitung (d) dengan nilai

durbin watson tabel, yaitu batas atas (du) dan batas bawah
49

(dL). Selain mengggunakan uji durbin Watson untuk

mendeteksi adanya autokorelasi juga dapat menggunakan uji

runs test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi

secara random atau tidak (sistematis). Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan metode uji runs test sebagai uji

autokorelasi. Berikut kriteria pengujiannya:

a. Ho : residual (res_1) random (acak)

b. Ha : residual (res_1) tidak random

Dengan hipotesis dasar diatas, maka dasar pengambilan

keputusan uji statistik dengan run test adalah (ghozali, 2018) :

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka

Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti data residual

terjadi secara random (sistematis)

2. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih dari 0,05, maka Ho

diterima dan ha ditolak. Hal ini berarti data residual terjadi

secara random (acak).

Adapun hasil output uji Autokorelasi pada tabel 4.4

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi

Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.00675
Cases < Test Value 7
Cases >= Test Value 8
Total Cases 15
Number of Runs 7
50

Z -.521
Asymp. Sig. (2-tailed) .603
a. Median
Sumber : SPSS, data yang diolah

Dari hasil Output Tabel 4.4 nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

sebesar 0,603 yang berarti lebih dari 0,05 (0,603>0,05)

sehingga dapat di simpulkan data tersebut bersifat random

(acak) dan tidak terjadi autokorelasi.

4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2018) uji heterosdetastisitas bertujuan

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas.

Adapun hasil output uji heteroskedastisitas pada tabel

4.5 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Correlations
ln_x1 ln_x2 ln_x3 ABS_RES
Spearman's ln_x1 Correlation Coefficient 1.000 -.804** .771** -.289
rho Sig. (2-tailed) . .000 .001 .296
N 15 15 15 15
ln_x2 Correlation Coefficient -.804** 1.000 -.667** .148
Sig. (2-tailed) .000 . .007 .598
N 15 15 15 15
ln_x3 Correlation Coefficient .771** -.667** 1.000 -.171
Sig. (2-tailed) .001 .007 . .541
N 15 15 15 15
ABS_RES Correlation Coefficient -.289 .148 -.171 1.000
Sig. (2-tailed) .296 .598 .541 .
51

N 15 15 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : SPSS, data yang dolah

Hasil dari Output Tabel 4.5, Dapat dilihat bahwa korelasi

antara variabel UMK (X1), Inflasi (X2) dan Investasi dengan

ABS Residual memiliki nilai signifikansi (Sig 2-tailed) lebih

dari 0,05 yaitu masing-masing sebesar 0,296, 0,598 dan 0,541.

Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas.

4.3.1.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan

analisis statistik menghasilkan persamaan regresi linier

berganda. Adapun hasil output uji analisis regresi linier

berganda pada tabel 4.6 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 13.348 .578 23.095 .000
ln_x1 .006 .050 .066 .114 .911
ln_x2 -.033 .041 -.369 -.810 .435
ln_x3 -.013 .015 -.447 -.864 .406
a. Dependent Variable: ln_y
Sumber : SPSS, data yang dolah

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.6

diatas dapat dilihat dipersamaan regresi linier berganda

dengan tiga variabel adalah sebagai berikut :

Ln_Y = 13,348 + 0,006 Ln_X1 – 0,033 Ln_X2 – 0,013 Ln_X3+ e


52

Keterangan :

Ln_Y : Prediksi penyerapan tenaga kerja

13,441 : Nilai Konstanta sebesar 13,348 berarti

bahwa jika variabel Upah Minimum

Kabupaten (UMK), Inflasi dan Investasi

bernilai 0 maka penyerapan tenaga kerja

sebesar 13,348.

0,006 : Nilai koefisien pada variabel Upah

Minimum Kabupaten (UMK) (X1) sebesar

0,005. Hal ini berarti bahwa setiap

peningkatan Upah Minimum Kabupaten

(UMK) sebesar satu % maka penyerapan

tenaga kerja akan meningkat sebesar

0,006%.

-0,033 : Nilai koefisien pada variabel Inflasi (X 2)

sebesar 0,033. Hal ini berarti bahwa setiap

peningkatan inflasi sebesar satu % maka

penyerapan tenaga kerja akan menurun

sebesar 0,033%

-0,013. : Nilai koefisien pada variabel Investasi (X3)

sebesar 0,013. Hal ini berarti bahwa setiap

peningkatan Investasi sebesar satu % maka


53

penyerapan tenaga kerj akan menurun

sebesar 0,013%.

4.3.2 Pengujian Hipotesis

Penelitian ini juga menggunakan uji hipotesis. Data diperoleh

dari hasil pengumpulan data di atas dapat diproses sesuai dengan jenis

data kemudian disajikan dalam bentuk table dan angka metode

statistik.

4.3.2.1 Uji t (Parsial)

Menurut Ghozali (2018) Uji beda t-test digunakan untuk

menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini secara individual dalam

menerangkan variabel dependen secara parsial. Dasar

pengambilan keputusan digunakan dalam uji t adalah

sebagai berikut :

1) Jika thitung ≤ ttabel, variabel independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen, Ho diterima dan Ha

ditolak.

2) Jika thitung > ttabel, variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen, Ho ditolak dan Ha

diterima.
54

3) Jika -thitung < -ttabel, variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen, Ho ditolak dan Ha

diterima.

4) Jika -thitung ≥ -ttabel, variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen, Ho

diterimaikn dan Ha ditolak.

Adapun hasil output uji t (parsial) pada tabel 4.7

adalah sebagai berikut :’

Tabel 4.7
Hasil Uji t (parsial)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 13.348 .578 23.095 .000
ln_x1 .006 .050 .066 .114 .911
ln_x2 -.033 .041 -.369 -.810 .435
ln_x3 -.013 .015 -.447 -.864 .406
a. Dependent Variable: ln_y
Sumber : SPSS, data diolah
Untuk mengetahui besar t tabel maka dapat dilihat

pada tabel statistik dengan signifikansi 0,05 (α=5%).

Karena menggunakan uji 2 arah maka dibagi menjadi 2

menjadi 0,025 maka diperoleh t tabel sebesar 2,179.

Berdasarkan pada Tabel 4.7 diatas tersebut diketahui nilai

thitung untuk variabel independen adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Upah Minimum Kabupaten (UMK) terhadap

penyerapan tenaga kerja


55

Hasil pengolahan data untuk uji t dapat

disimpulkan bahwa pengaruh Upah Minimum

Kabupaten (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja

memiliki nilai thitung sebesar 0,114 dengan ttabel 2,179.

Maka mempunyai persamaan thitung ≤ ttabel (0,144 ≤

2,179) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat

disimpulkan bahwa Upah Minimum Kabupaten (UMK)

tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja

dalam taraf kesalahan (α) 5 %.

Ho ditolak Ho ditolak

2,5% 2,5%
Ho diterima
95%

-t/α = -2,179 0,144 t/α= 2,179

Gambar 4.1 Kurva Uji t (Parsial)

2. Pengaruh Inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja

Hasil pengolahan data untuk uji t dapat

disimpulkan bahwa pengaruh Inflasi terhadap

penyerapan tenaga kerja memiliki nilai thitung sebesar -

0,810 dengan ttabel -2,179. Maka mempunyai persamaan

persamaan -thitung ≥ -ttabel (-0,810 ≥ -2,179) maka Ho

diterima dan Ha Ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa


56

Inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja dalam taraf kesalahan (α) 5 %.

Ho ditolak Ho ditolak

2,5% 2,5%
Ho diterima
95%

-t/α = -2,179 t = -0,810 t/α= 2,179

Gambar 4.2 Kurva Uji t (Parsial)

3. Pengaruh Investasi terhadap penyerapan tenaga kerja

Hasil pengolahan data untuk uji t dapat

disimpulkan bahwa pengaruh Investasi terhadap

penyerapan tenaga kerja memiliki nilai thitung sebesar -

0,864 dengan ttabel -2,179. Maka mempunyai persamaan

-thitung ≥ -ttabel (-0,864 ≥ -2,179) maka Ho diterima dan

Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa Investasi

secara parsial tidak berpengaruh terhadap penyerapan

tenaga kerja dalam taraf kesalahan (α) 5 %.

Ho ditolak Ho ditolak

2,5% Ho diterima 2,5%

95%
57

-t/α = -2,179 -0,864 t/α= 2,179


Gambar 4.3 Kurva Uji t (Parsial)

4.3.2.2 Uji F (Simultan)

Menurut Ghozali (2018) Uji Statistik F pada dasarnya

menunjukkan apakah semua variabel independen atau

variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen

atau variabel terikat. Menentukan hipotesis nol maupun

hipotesis alternatifnya yaitu sebagai berikut :

a. Ho : b1= b2= b3= 0, berarti tidak ada pengaruh X1, X2,

X3, terhadap Y

b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, berarti ada pengaruh X1, X2,

X3, terhadap Y

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F

dengan kreteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Jika Fhitung ≤ Ftabel variabel independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen, Ho diterima dan Ha

ditolak.

2. Jika Fhitung > Ftabel variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen, Ho ditolak dan Ha

diterima.

Adapun hasil output uji F (simultan) pada tabel 4.8

adalah sebagai berikut :


58

Tabel 4.8
Hasil Uji F (simultan)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .004 3 .001 .405 .753b
Residual .035 11 .003
Total .039 14
a. Dependent Variable: ln_y
b. Predictors: (Constant), ln_x3, ln_x2, ln_x1
Sumber : SPSS, data yang dolah

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.8

diatas dapat dilihat pada Ftabel statistik pada tingkat

signifikansi 0,05 dengan df1 (3-1) = 2, df2 (14-3) = 11,

hasil diperoleh Ftabel sebesar 3,982. Jadi mempunyai

persamaan Fhitung ≤ Ftabel (0,405 ≤ 3,982) dan nilai sig.

sebesar 0,753 , jadi dapat disimpulkan bahwa Upah

Minimum Kabupaten (UMK) (X1), Inflasi (X2) dan

Investasi (X3) secara simultan tidak berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja (Y) dalam taraf kesalahan (α) 5 %.

Daerah
Penolakan
Ho
Daerah
5%
Penerimaan Ho

95%

0 F hitung=0,405 F tabel=3,982

Gambar 4.4 Kurva Uji F (Simultan)

4.3.2.3 Koefisien Determinasi (R2)


59

Menurut Ghozali (2018) koefisien determinasi (R 2)

merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai R 2

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbata.

Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati 1 berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel

dependen.

Adapun hasil output uji determinasi (R2) pada tabel

4.9 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .315a .099 -.146 .05631
a. Predictors: (Constant), ln_x3, ln_x2, ln_x1
b. Dependent Variable: ln_y
Sumber : SPSS, data yang dolah

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 maka

dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,315 atau 31,50% yang

berarti bahwa hubungan antara variabel Upah Minimum

Kabupaten (UMK), Inflasi dan Investasi dalam kategori

sangat lemah. Sementara nilai R Square dan sebesar 0,099

atau 9,90%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel


60

penyerapan tenaga kerja diterangkan oleh variabel Upah

Minimum Kabupaten (UMK) , Inflasi dan Investasi sebesar

9,90%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 91,10%

diterangkan dalam variabel lain diluar model dalam

penelitian ini.

4.4 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

Upah Minimum Kabupaten (UMK), Inflasi dan Investasi terhadap

penyerapan tenaga kerja Kabupaten Ponorogo tahun 2004 - 2018. Dari hasil

data dengan menggunakan SPSS 25 analisis regresi linier berganda, maka

dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.4.1 Pengaruh Upah Minimum Kabupaten (UMK) Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan terkait

upah minimum kabupaten terhadap penyerapan tenaga kerja

Kabupaten Ponorogo pada Tahun 2004 - 2018. Hasil penelitian

menyatakan bahwa upah minimum kabupaten tidak berpengaruh

terhadap penyerapan tenaga kerja Kabupaten Ponorogo Tahun 2004

- 2018. Berikut paparan data pengaruh UMK terhadap penyerapan

tenaga kerja Kabupaten Ponorogo Tahun 2004 - 2018.:


61

Gambar Grafik UMK Dan Penyerapan Tenaga Kerja


Kabupaten Ponorogo 2004-2018

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

penyerapan t. kerja UMK

Sumber :Disnaker Kabupaten Ponorogo

Gambar 4.5
Grafik Pengaruh UMK Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Kabupaten Ponorogo Dari Tahun 2004-2018 Dalam Satuan Juta Rupiah

Berdasarkan gambar 4.5 diatas mendeskripsikan bahwa nilai

UMK mengalami kenaikan, Sedangkan nilai penyerapan tenaga

kerja Kabupaten Ponorogo cenderung statis atau tetap . Kenaikan

nilai UMK dideskripsikan dengan gambar diagram berwarna biru.

Perbandingan nilai UMK dengan penyerapan tenaga kerja

menunjukan hubungan yang positif akan tetapi, kenaikan nilai UMK

tidak diiringi oleh naiknya nilai penyerapan tenaga kerja. Hal ini

menunjukkan bahwa kenaikan UMK Kabupaten Ponorgo tidak

mempengaruhi jumlah penyerapan tenaga kerja di Kabupaten

Ponorogo.
62

Hasil dari penelitian ini juga mendukung temuan dari hasil

penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Izhartati.

(2017). Pengaruh Upah Minimum Kabupaten (UMK) terhadap

penyerapan tenaga kerja Kabupaten Ponorogo menunjukan tidak

berpengaruh. Jadi dapat disimpulkan bahwa tinggi atau rendahnya

Upah Minimum tidak mempengaruhi naik turunya jumlah

penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan analisis diatas terdapat kesesuaian dari teori yang

ada yaitu menurut Mankiw (2006), yang mengatakan bahwa bagi

sebagian besar pekerja, upah minimum ini tidak berpengaruh, karena

mereka menikmati upah diatas upah minimum. Sementara menurut

Suparmoko (2008), biasanya di kota dibutuhkan tenaga-tenaga yang

punya kepandaian atau pendidikan tertentu. Artinya disini bahwa

upah minimum kota dapat tidak berpengaruh bagi sebagian besar

pekerja karena mereka telah menikmati upah diatas upah

minimumyang telah ditetapkan dan umumnya mereka adalah tenaga

kerja yang berpendidikan.

4.4.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan terkait

Inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja Kabupaten Ponorogo pada

Tahun 2004 - 2018. Hasil penelitian menyatakan bahwa Inflasi

berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja Kabupaten

Ponorogo tahun 2004-2018. Berikut merupakan grafik pengaruh


63

Inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja Kabupaten Ponorogo Tahun

2004-2018 :

Gambar Grafik Inflasi Dan Penyerapan Tenaga


Kerja Kabupaten Ponorogo 2004-2018
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
penyerapan t.kerja inflasi

Sumber :Disnaker Kabupaten Ponorogo

Gambar 4.6
Grafik Pengaruh Inflasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten
Ponorogo Dari Tahun 2004-2018 Dalam Satuan Persen

Berdasarkan gambar 4.6 diatas mendeskripsikan bahwa nilai

Inflasi tidak mempengaruhi jumlah penyerapan tenaga kerja.

Kenaikan nilai Inflasi dideskripsikan dengan gambar diagram

berwarna Biru. Perbandingan nilai Inflasi dengan penyerapan tenaga

kerja Kabupaten Ponorogo mengalami fluktuasi.

Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Indradewa dan natha (2015). Pengaruh Inflasi

terhadap penyerapan tenaga kerja Kabupaten Ponorogo tidak

berpengaruh signifikan, artinya jika Inflasi mengalami kenaikan

maka penyerapan tenaga kerja menurun. Karena semakin tinggi


64

inflasi akan membuat beban biaya faktor produksi (dalam hal ini

biaya upah tenaga kerja dan bahan baku) semakin meningkat, untuk

mengurangi beban perusahaan yang besar akibat tingginya inflasi,

maka perusahaan melakukan efisiensi.

4.4.3 Pengaruh Penyertaan Modal Investasi Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

Investasi terhadap penyerapan tenaga kerja Kabupaten Ponorogo

pada Tahun 2004 - 2018. Hasil penelitian menyatakan bahwa

Investasi tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja

Kabupaten Ponorogo tahun 2004-2018. Berikut merupakan grafik

pengaruh Investasi terhadap penyerapan tenaga kerja Kabupaten

Ponorogo Tahun 2004-2018 :

Gambar Grafik Investasi Dan Penyerapan


Tenaga Kerja Kabupaten Ponorogo Tahun 2004-
2018
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
04 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018
20 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
penyerapan t. kerja investasi

Sumber :BPS Kabupaten Ponorogo


65

Gambar 4.7
Grafik Pengaruh Investai Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Kabupaten Ponorogo Dari Tahun 2004-2018 Dalam Satuan Miliar
Rupiah.

Berdasarkan gambar 4.7 diatas mendeskripsikan bahwa nilai

Investasi mengalami kenaikan. Sedangkan penyerapan tenaga kerja

cenderung fluktuasi dan statis. Kenaikan nilai Investasi

dideskripsikan dengan gambar diagram berwarna Biru. Perbandingan

nilai Investasi dengan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Ponorogo

mengalami fluktuasi. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan

penyertaan modal Investasi Kabupaten Ponorgo tidak

mempengaruhi nilai penyerapan tenaga kerja di Kabupaten

Ponorogo.

Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wilis (2015). Bahwa penyertaan modal (Investasi)

tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja disebabkan

karena terdapat piutang/pinjaman dana bergulir yang berpotensi

tidak tertagih pada pemerintah daerah maupun dari PT. BPD Jawa

Timur, dan BPR milik pemerintah daerah belum melakukan upaya

untuk memenuhi pemberian kredit kepada usaha mikro dan kecil

(UMK).

4.4.4 Pengaruh Upah Minimum Kabupaten (UMK), Inflasi Dan

Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten

Ponorogo
66

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Upah

Minimum Kabupaten (UMK), Inflasi Dan Investasi tidak

berpengaruh seacara simultan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Kabupaten Ponorogo tahun 2004-2018. Berikut grafik Upah

Minimum Kabupaten (UMK), Inflasi Dan Investasi Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten Ponorogo Tahun 2004-2018 :

Gambar Grafik UMK, Inflasi, Investasi Dan Penyer-


apan Tenaga Kerja Kabupaten Ponorogo Tahun
2004-2018
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
penyerapan t. kerja Investasi Inflasi UMK

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo

Gambar 4.8
Grafik Pengaruh UMK, Inflasi dan Investasi Terhadap penyerapan
tenaga kerja Kabupaten Ponorogo Dari Tahun 2004-2018

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tinggi rendahnya

penyerapan tenaga kerja tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya

UMK, Inflasi maupun Investasi. Sehingga Pengaruh UMK, Inflasi


67

dan Investasi secara bersama-sama tidak berpengaruh Terhadap

penyerapan tenaga kerja Kabupaten Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai