Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda Indonesia, Kalimantan Utara
sebagai otonomi baru yang ditetapkan oleh Kementerian Dalam negeri pada hari senin
22 April 2013. Berdasarkan penjelasan otonomi daerah makna yang terkandung
dalam UU No 32 Tahun 2004 dalam Safitri (2009:36) otonomi daerah yaitu dimana
daerah mempunyai wewenang dalam mengurus sendiri segala urusan pemerintahan
daerahnya dan kepentingan masyarakat yang ada di daerahnya yang sesuai dan
tercantum pada peraturan undang-undang. Dari lima Kabupaten dan Kota yang hanya
banyak perkembangannya yaitu Kota Tarakan, baik infrastrukturnya, kesehatan,
pendidikan, ekonomi, sosial politik, barang dan jasa yang kategori layak dan maju
diwilayah Kalimantan Utara , sedangkan Kabupaten Bulungan yang merupakan Ibu
Kota Provinsi, baru mulai melakukan pembangunan dibidang infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial politik kategori sedang. Permasalahan krusial
terletak ditiga Kabupaten, yaitu Malinau, Nunukan Dan Tanah Tidung, sedangkan
yang berbatasan langsung dengan negara tetangga adalah Kabupaten Malinau dan
Nunukan.(Suud Ema Fauziah, 2017). Salah satu misi utama untuk melaksanakan
otonomi daerah adalah mensejahterakan masyarakat yang ada di wilayah tersebut,
untuk melihat apakah selama terbentuknya Kalimantan Utara menjadi provinsi baru
yang sudah berjalan kurang lebih enam tahun masyarakatnya sudah sejahtera atau
malah sebaliknya. Kesejahteraan masyarakat akan tercapai apabila masalah-masalah
pada wilayah tersebut bisa diatasi, untuk melihat apa saja masalah-masalah pada
wilayah Provinsi Kalimantan Utara kita bisa melihat kondisi sosial ekonomi
masyarakatnya yang termasuk di dalamnya yaitu masalah kemiskinan. Di Kalimantan
Utara salah satu kabupaten yang di analisis yaitu Kabupaten Bulungan dimana akan
menganalisis tingkat kemiskinan sebelum dan selama otonomi daerah seperti judul
skripsi ini yaitu membandingkan tingkat kemiskinan dari analisis ini untuk
mengetahui apakah adanya otonomi daerah bisa mengurangi kemiskinan. karena
adanya otonomi daerah ini, daerah tersebut dituntut untuk mandiri dan mengelola
sumber daya daerahnya sendiri dan masyarakat daerah juga ikut aktif.

1
B. Rumusan Masalah
Bersumberkan pada masalahmasalah yang dijelaskan dari latar belakang dapat
dirumuskan masalah yaitu” apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah
tingkat kemiskinan sebelum otonomi daerah dan selama otonomi daerah?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah ada tidaknya
perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah tingkat kemiskinan sebelum otonomi
daerah dan selama otonomi daerah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian
Pada Penelitian ini jenis yang digunakan adalah Penelitian Kuantitatif. Secara
umum makna penelitian dari data “kuantitatif’ itu sendiri yang bermakna jumlah atau
penjumlahan, sehingga penelitian kuantitatif yaitu dimana penelitian ini menggunakan
angka – angka yang jumlahnya sebagai data yang akan dilakukan analisis
(Suharsaputra, 2014:49). Sumber data menggunakan data sekunder pada penelitian
ini, data sekunder adalah informasi tangan kedua yang sudah dikumpulkan oleh
beberapa orang (organisasi) untuk tujuan tertentu dan tersedia untuk berbagai
penelitian. Penelitian ini menggunakan Teknik pengumpulan data dengan dokumen.
Dengan menggunakan teknik ini yaitu dapat mengambil dokumen-dokumen berupa
data kemiskinan di tahun lalu yang sudah diarsipkan di BPS Kabupaten Bulungan.
data yang diambil yaitu data kemiskinan di Kabupaten Bulungan tahun 2008-2017,
yang kemudian dibagi menjadi dua periode yaitu periode sebelum otonomi daerah
(2008-2012) dan selama otonomi daerah (2013-2017). Penelitian ini juga
menggunakan purposive sampling dengan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono,2017:85). Dengan demikian maka untuk sampel
yang digunakan pada penelitian ini yaitu data kemiskinan sebelum otonomi daerah
pada tahun 2008-2012 dan selama otonomi daerah tahun 2013-2017. Pada penelitian
ini analisis yang digunakan yaitu perbandingan komparatif dengan teknik analisis ini
dapat digunakan untuk melihat kecenderungan kelompok sampel data dengan rata-
rata antara dua atau lebih (Riadi,2014:150). Pertama Uji Normalitas pada uji
normalitas statistik parametrik distribusi data harus normal karena itu merupakan
syarat mutlak yang wajib untuk dipenuhi. Uji normalitas pada penelitian ini memakai
uji shapiro-wilk (Hidayat dalam Romdhoni,2017:88). Kemudian yang kedua
menggunakan Uji beda dua mean berpasangan (Paired Sampel t Test) adalah sebuah
sampel untuk meneliti subyek yang sama yang akan mengalami dua perlakuan yang
tidak sama atau pengukurannya yang tidak sama (Santoso,2010).

3
B. Hasil Penelitian
Hasil Uji Normalitas Data jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten
Bulungan diolah menggunakan spss untuk menguji normalitas pada data tersebut yang
hasilnya akan dijelaskan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1 Hasil Uji
Normalitas Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti d Sig. Statisti d Sig.
c f c f
pretest ,20 5 ,200 ,93 5 ,64
*
9 7 7
postest 5 5
,20 ,200 ,90 ,44
*
8 7 8

Berdasarkan hasil dari uji normalitas pada tabel diatas menggunakan uji
shapiro-wilk dapat dijelaskan bahwa nilai signifikansi pretest yaitu nilai jumlah
penduduk miskin sebelum otonomi daerah yaitu sebesar 0,647 dan nilai signifikansi
postest 0,448 yaitu nilai jumlah penduduk miskin selama otonomi daerah. Maka data
jumlah penduduk miskin tersebut berdistribusi normal sesuai karena nilai tersebut
lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut Selanjutnya untuk
menguji hipotesis perbedaan rata-rata jumlah tingkat kemiskinan sebelum otonomi
daerah jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan selama otonomi daerah
menggunakan uji beda dua mean data berpasangan.

Hasil Uji Beda Dua Mean Data Berpasangan (Paired Sample t Test)
Data jumlah penduduk miskin sebelum otonomi daerah pada tahun 2008-
2013 dan selama otonomi daerah pada tahun 2014-2017 yang sudah di uji dengan
menggunakan dengan analisis uji beda dua mean data berpasangan hasil pada
output pertama akan dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2 hasil mean pada


uji beda dua mean data berpasangan Paired Samples Statistics
Mean N Std. Std.
Deviation Error
Mean
Pretest 16098,00 5 2192,947 980,716
Pair 1 00 79 06

4
Posttes 5
t 12977,60 1537,653 687,659
00 67 63

Pada penjelasan tabel diatas data pretest yaitu jumlah rata-rata penduduk
miskin sebelum otonomi daerah sebesar 16.098 penduduk miskin. Dan jumlah
rata- rata penduduk miskin selama otonomi daerah sebesar 12.977,6 penduduk
miskin. Selanjutnya pada output kedua dari hasil SPSS apakah terdapat korelasi
atau hubungan pada variabel pretest dan protest yang akan dijelaskan pada tabel
di bawah ini:

Tabel 3 hasil correlations pada uji beda dua mean data


berpasangan Paired Samples Correlations

N Correlation Sig
.
Pair 1 pretest & 5 ,334 ,583
postest

Tabel 4 Paired Samples Test

Paired
Differences
Mean Std. Std. 95% Confidence
Deviation Error Interval of the
Mean Difference
Lowe
r

pretest
Pair 1 - 3120,400 2218,583 992,180 365,665
postes 00 06 51 29
t

Tabel 5 Paired
Samples Test

t df Sig. (2-
Paired tailed)
Differences
95%
Confidence
Interval of

5
the
Difference
Upper
pretest 5875,134 3,14 4 ,03
Pair 1 -
postes 71 5 5
t

Dari hasil korelasi diatas dapat diartikan bahwa nilai tersebut lebih besar
dari 0,05 sehingga dapat dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
kemiskinan sebelum otonomi daerah dan selama otonomi daerah. Hasilnya ini
sama seperti pada penelitian sebelumnya yaitu menyatakan tidak cukup bukti
untuk mengatakan adanya hubungan antara tingkat kemiskinan dan rasio
(Setiawan,2019).
Setelah penjelasan output kedua selanjutnya akan membahas hasil output
ketiga untuk mengambil keputusan yang akan dijelaskan pada tabel dibawah
ini:Berdasarkan tabel 4 diatas dijelaskan bahwa selisis nilai kemiskinan sebelum
otonomi derah dan selama otonomi daerah yaitu sebesar 3.120,4.
Berdasarkan tabel diatas tabel diatas hasil nilai Sig.(2-tailend) yaitu 0,035
maka hasilnya lebih kecil dari 0,05. Jadi dari hasil tersebut dijelaskan berdasarkan
pedoman untuk mengambil keputusan berdasarkan nilai probabilitas bahwa 𝐻0
ditolak dan 𝐻1 diterima yang artinya ada perbedaan yang signifikan rata-rata
jumlah tingkat kemiskinan antara sebelum dan selama otonomi daerah.

Berdasarkan hasil output diatas dijelaskan bahwa ada perbedaan yang


signifikan rata-rata jumlah tingkat kemiskinan antara sebelum dan selama
otonomi daerah. Hasil itu menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kemiskinan antara
sebelum dan selama otonomi daerah mengalami perbedaan secara nyata dengan
jumlah rata rata sebelum otonomi daerah sebesar16.098 dan selama otonomi
daerah sebesar 12.977. berdasarkan jumlah rata-rata tersebut tingkat kemiskinan
mengalami penurunan selama otonomi daerah. Jumlah penduduk miskin
mengalami penurunan saat dilakukan otonomi daerah sebesar 3.120,4 jiwa ini
menjelaskan bahwa tujuan otonomi daerah berdasarkan pasal 2 ayat (3) UU
N0.32 Tahun 2004 yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
mengatasi masalah-masalah yang ada di daerah. ini cukup berhasil untuk
mensejahterakan masyarakat walaupun tingkat penurunannya masih sedikit,
dengan jumlah penurunan sebesar 3.120,4 jumlah penduduk miskin. Ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan Mahbub ui Haq ( Baniadi,2018:15)
kesejahteraan masyarakat akan tercapai pada saat pembangunan disuatu
daerah bisa menurunkan tingkat masalah yang ada di masyarakat seperti tingkat
penurunan kekurangan gizi, kemiskinan, penyakit dan menurunkan tingkat buta
huruf yang ada di masyarakat.

BAB III
PENUTUP

6
A. Kesimpulan
Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah tingkat kemiskinan antara
sebelum dan selama otonomi daerah. Terdapat perbedaan secara nyata bahwa
Tingkat kemiskinan sebelum dilaksanakan otonomi daerah lebih tinggi daripada
saat dilaksanakan otonomi daerah, ini menunjukkan tingkat kemiskinan
mengalami jumlah penurunan penduduk miskin selama dilaksanakannya otonomi
daerah. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa penduduk miskin dikabupaten
bulungan lebih sejahtera selama dilaksanakan otonomi daerah dibandingkan
sebelum dilaksanakan otonomi daerah.

B. Saran
Dengan pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi Kalimantan Utara
diharapkan pemerintah daerah khususnya di Kabupaten Bulungan agar bisa
mengutamakan program kebijakan penanggulangan kemiskinan di daerah tersebut
agar tingkat kemiskinan bisa berkurang lebih banyak lagi.

DAFTAR PUSTAKA

7
Baniadi, Pandu dan Mustofa. 2018. Kemiskinan Multidimensi Di
Kota Yogyakarta. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan.Volume 15, No 1.
Diakses pada tanggal 3 oktober 2019.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/viewFile/19706/pdf

Bhinadi Ardito.2017.Penanggulangan Kemiskinan dan


Pemberdayaan Masyarakat.Penerbit Deepublish.Yogyakarta.
Fajriawati.2016.Dampak Perekonomian Terhadap Masyarakat Miskin Di
Lingkungan Kampung Nelayan Kecamatan Medan Labuhan.Skripsi. jurnal
ekonomukawan. No1. Di akses pada tanggal 3 oktober 2019
https:/www.neliti.com/publications/78124/ dampak-perekonomian-terhadap-
masyarakat-miskin-di-lingkungan-kampung-nelayan-kec

Fefezagia Debrina Vita.2018.Analisis Tingkat Kemiskinan di


Indonesia. Jurnal Sosial Humaniora.Volume 1, No.1 Juli – Desember
2018.Di akses pada tanggal 3 oktober 2019
http://journal.vokasi.ui.ac.id/index.php/jsht/article/download/6/1

Hamid Abdul.2011.Otonomi Daerah dan Kualitas Pelayanan


Publik.Jurnal Academica Fisip Untad.Volume 03,No.01 Februari 2011. Di
akses pada tanggal 3 oktober 2019.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/download/
2293/1486

Hendrata Ryan 2018. Dampak Pembentukan Daerah Otonomi Baru


Provinsi Kalimantan Utara terhadap Stabilitas perekonomian Di Kabupaten
Bulungan. Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Kaltara Tanjung Selor
jurnal JEPEWIL.Volume 1 Nomor I Tahun 2020.

Jati,W.R.2012. Inkonsistensi Paradigma Otonomi Daerah Di


Indonesia Dilema Sentralisasi atau Desentralisasi. Jurnal Konstitusi.
Volume 9,No.4 Desember 2012. Di akses pada tanggal 3 oktober 2019.
https://www.neliti.com/publications/109835/inkonsistensi-paradigma-
otonomi- daerah-di-indonesia-dilema-sentralisasi-atau-des

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan.2018.Kabupaten


Bulungan Dalam Angka 2018.Penerbit BPS Kabupaten Bulungan. Kandi,
Rama.2015. Analisis Return Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman
Right Issue Pada Perusahan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Alauddin Makassar. Di akses pada tanggal 22 oktober 2019.
http://repositori.uin- alauddin.ac.id/1331/1/Ramak%20Kandi.pdf Kuncoro
Mudrajad.2014.Otonomi Daerah: Menuju Era Baru Pembangunan
Daerah.

Penerbit Erlangga. Murjana,I.M.2016.Pelaksanaan Dan


Permasalahan Otonomi Daerah Menurut Undang- Undang no.32 tahun
2004. Jurnal GaneC Swara Vol.10 No.1 Maret 2016. Di akses pada tanggal
3 oktober 2019 http://unmasmataram.ac.id/wp/wp-content/uploads/23.- I-
Made-Murjana.pdf

8
Namlis Achmad. 2018. Dinamika Implementasi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah.Jurnal Kajian Pemerintah.Volume IV,No 1 Maret
2018. Diakses pada tanggal 3 oktober 2019.
nhttp://journal.uir.ac.id/index.php/JKP/article/download/2167/1310/

Pahlevi ndra, dkk.2016.Evaluasi Terhadap Pemekaran Daerah


dan Potensi Penggabungan Daerah.Penerbit PT Balai Pustaka (Persero).
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai