Bab ini akan membahas tahapan dalam pengolahan data yang kemudian
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari daftar
perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2013-2018.
38
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Hasil analisis
statistik deskriptif pada penelitian ini terdapat pada Tabel 4.2 berikut.
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
KLT 60 16,38 29,75 22,4845 2,89380
ML 60 -0,77 -0,02 -0,2531 0,21513
DKI 60 0,27 0,80 0,4193 0,14160
KA 60 3,00 6,0 3,4167 0,74314
Valid N
60
(Listwise)
Sumber : Data Output SPSS
berikut:
(SMGR). Dan nilai rata-rata sebesar 22,4845 dan standar deviasi sebesar
hasil yaitu nilai minimum sebesar -0,77 yang terdapat pada PT Kalbe
39
Indofood Sukses Makmur (INDF). Dan nilai rata-rata sebesar -0,2531 dan
menunjukkan hasil yaitu nilai minimum sebesar 0,27 yang terdapat pada
0,80 yang terdapat pada PT Unilever (UNVR). Dan nilai rata-rata sebesar
0,74314.
analisis data atau uji asumsi klasik, artinya sebelum melakukan analisis statistik
utuk uji hipotesis dalam hal ini analisis regresi, maka harus dilakukan uji
normalitas terlebih dahulu, dan uji normalitas digunakan untuk menguji apakah
sebaran data dalam model regresi terdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian
Asymp.sig. (2-tailed) > 0,05, maka data terdistribusi normal dan begitu pula
40
sebaliknya. Hasil uji normalitas yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat
Keterangan Nilai
Jumlah Sampel 60
Kolmogorov-Smirnov Z 0,057
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200
Sumber: Data Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05, maka sesuai dengan
dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antar
variabel independen dalam model regresi. Jika terjadi korelasi, maka dapat
multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor
(VIF). Jika nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,10 maka model regresi tersebut
bebas dari masalah multikolinieritas. Hasl uji multikolinieritas dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
41
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
Manajemen Laba 0,917 1,090
Dewan Komisaris Independen 0,900 1,111
Komite Audit 0,980 1,020
Sumber : Data Output SPSS
variabel yaitu manajemen laba, dewan komisaris independen dan komite audit
nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
variance dari nilai residual pada suatu proses pengamatan ke pengamatan lain.
terjadinya gejala atau masalah heteroskedastisitas ini akan berakibat pada sebuah
keraguan (ketidak akuratan) pada suatu hasil analisis regresi yang dilakukan.
titik-titik tidak akan berbentuk tidak beraturan dan menyebar di atas atau di
42
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penyebaran titik-tititk di
atas dan di bawah atau sekitar angka 0, titik-titik tidak mengumpul hanya di atas
atau di bawah saja atau disatu tempat saja , penyebaran titik-titik tidak berpola.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa uji regresi ini tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas, hingga model regresi yang baik dan ideal dapat terpenuhi.
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Metode pengujian yang sering digunakan adalah uji Durbin Watson (DW).
43
3. Angka D-W di atas 2 berarti ada autokorelasinegatif.
Berikut ini adalah hasil uji autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson
adanya autokorelasi dapat dilihat pada tabel Durbin Watson (DW). Dari hasil
output di atas nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,697, yang mana nilai tersebut
berada diantara -2 sampai 2, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
ada autokorelasi.
dependen. Variabel independen pada penelitian ini yaitu manajemen laba, dewan
komisaris independen, komite auudit dan ditambah dua variabel moderasi yaitu
tahunan. hasil uji regresi linear berganda pada penelitian ini dapat dilihat pada
44
Tabel 4.6 Hail Uji Regresi Linear Berganda
Unstandardized
Model
Coefficients
B Std. Error
(Constant) -0,664 7,630
ML -56,541 23,634
DKI -4,489 3,595
KA 8,014 2,290
MLxDKI -42,676 23,190
MlxKA 23,944 7,635
Sumber : Data Output SPSS
23,944 ML.KA
konstan.
45
meningkat sebsar 1 satuan maka keterbacaan laporan tahunana (KLT)
4. Pada variabel komite audit (KA) diperoleh koefisien regresi sebesar 8,014,
8,014 satuan dengan asumsi semua variabel independen lain dalam kondisi
konstan.
kondisi konstan.
46
4.5 Uji Hipotesis
4.5.1 Uji F
model regresi dapat atau layak digunakan dalam penelitian ini atau tidak. Pada uji
F dilihat dari nilai signifikansi dengan significance level sebesar 5% atau 0,05.
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka model regresi lolos uji kelayakan model. Hasil
Model F Sig.
b
Regression 4,084 0,003
Sumber : Data Output SPSS
dengan nilai signifikansi 0,003. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05, oleh
karena itu hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi pada penelitian ini telah
layak digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis atau dengan kata lain
4.5.2 Uji T
laporan tahunan. Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.
47
Tabel 4.9 Hail Uji T
sebesar 0,020. Artinya 0,020 < 0,05 dan nilai koefisisen regresi bernilai
48
signifikan sebesar 0,217 yang artinya 0,217 > 0,05 dan nilai koefisien
yang artinya 0,001 < 0,05 dan nilai koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 0,071 yang artinya 0,071 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar -
hasil uji t di atas menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,003 yang artinya
0,003 < 0,005 dan nilai koefisien sebesar 23,944. Dari data perhitungan
49
tersebut, dapat disimpulkan bahwa komite audit memoderasi manajememn
H5 diterima.
tahunan. Hal ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya tindakan manajemen laba
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lo, Ramos, dan Rogo
dan diskusi manajemen (MD&A) yang berisi mengenai laporan operasional dan
keuangan suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen. Oleh karena itu adanya
praktik manajemen laba akan membuat laporan analisis dan diskusi manajemen
(MD&A) yang lebih kompleks dan tidak memaparkan sesuai keadaan yang
keputusan.
50
4.6.2 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Kerbacaan Laporan
Tahunan
atau tidaknya dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan tidak akan
mempengaruhi keterbacaan laporan tahunan. hal ini sealan dengan penelitian yang
dilakukan sebagai pemenuh regulasi dan peraturan pemerintah saja, tetapi tidak
berfungsi untuk menegakkan tata kelola yang baik. Hasil penelitian ini
tinggi ukuran komite audit maka semakin tinggi tingkat keterbacaan laporan
tahunan.
(2014) mengatakan bahwa fungsi keberadaan komite audit belum bisa maksimal
dalam praktik akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan komite audit dapat
51
termasuk dalam mengawasi pembuatan laporan tahunan yang di buat manajemen.
Semakin banyak anggota komite audit yang melakukan pengawasan maka laporan
tahunan yang dibuat manajemen akan semakin mudah dibaca dan dapat digunakan
independen tidak dapat mengurangi konflik yang terjadi, karena dewan komisaris
laporan tahunan yang sesuai dengan keadan yang sebenarnya sehingga tidak
52
Hasil ini menunjukkan dengan adanya komite audit maka mempengaruhi
Hasil ini sejalan dengan penelitian menurut Yufenti (2013) komite audit
dengan keterbacaan laporan tahunan, jadi komite audit terbukti dapat memperkuat
adanya komite audit dapat membuat manajemen laba berpengaruh positif terhadap
53