Sample yang digunakan dalam penilitian ini berjumlah 29 kabupaten dan 6 kota di
Jawa Tengah yang akan diamati dari tahun 2015-2017. Metode penelitian yang
digunakan merupakan metode sensus adalah keseluruhan dari populasi yaitu yang
memiliki pendapatan daerah aktif dan dapat membiayai daerahnya sendiri yang
diajukan pada bagian awal. Hasil statistik deskriptif memberikan gambaran umum
terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut menunjukkan hasil
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
45
Tabel 4.1 menyatakan bahwa jumlah observasi atau jumlah pengamatan
atau Rp. 40.594.743 merupakan Belanja Modal dari Kabupaten Tegal dan
Modal dari Kota Semarang dengan mean 19.6154 dan setandar deviasinya
0.52413.
Pendapatan Asli Daerah dari Kota Semarang dengan nilai mean 19.5002
Alokasi Umum dari Kabupaten Cilacap dengan nilai mean 20.5393 dan
Rp. 3.750.100 merupakan Dana Alokasi Khusus dari Kota Surakarta dan
Alokasi Khusus dari Kabupaten Cilacap dengan nilai mean 18.8967 dan
46
5. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran mempunyai nilai minimum 16.54 atau
1.194.348.650 dari Kota Semarang dengan nilai mean 19.1558 dan standar
devisiasi 0.60861.
Smirnov. Hasil pengujian normalitas data ini diperoleh output yang dapat dilihat
Table 4.2
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 105
Positive .072
Negative -.131
Kolmogorov-Smirnov Z 1.344
Pada tabel diatas menujukkan nilai asymsig sebesar 0,054 > 0,05. Hal ini
berarti bahwa data terdistribusi dengan normal dan dapat dilanjutkan ketahap
selanjutnya.
47
4.4 Uji Asumsi Klasik
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Salah satu cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai
data penelitian :
Tabel 4.3
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Std.
a. Dependent Variable:
BELANJA_MODAL
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa semua nilai VIF variabel
bebas yang memiliki tolerance lebih dari 0,1 (>0,1) dan semua variabel bebas
memiliki nilai VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2006), jadi dapat disimpulkan tidak
48
4.4.2 Uji Autokorelasi
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
D-W berada di daerah bebas autokorelasi, du < D-W < 4 – du yaitu 1.7617 < 2.180
< 2.2383. Hal ini menunjukan bahwa persamaan model regresi dalam penilitian
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar)
(Ghozali, 2012).
49
Tabel 4.5
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
a. Dependent Variable:
Abres
Dari hasil uji glejser diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu variabel
50
Tabel 4.6
Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Standardized
+e
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
determinasi :
51
Tabel 4.7
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
atau 22,5 % berarti variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen
sekitar 22,5 % dan sisanya 77,5% % dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar
model.
Tabel 4.8
Uji Statistik F
ANOVAb
52
Pada uji F diatas menujukkan bahwa f hitung sebesar 8.562 dan nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Halini menujukkan bahwa model yang dipakai
Tabel 4.9
Coefficientsa
Standardized
1. Pada variabel PAD diperoleh nilai signifikan sebesar 0.004 lebih kecil dari
0.05. Ini berarti variabel PAD secara statistik berpengaruh signifikan terhadap
belanja modal.
53
2. Pada variabel DAU diperoleh nilai signifikan sebesar 0.143 lebih besar dari
0.05. Ini berarti variabel DAU secara statistik tidak berpengaruh signifikan
3. Pada variabel DAK diperoleh nilai signifikan sebesar 0.009 lebih kecil dari
0.05. Ini berarti variabel DAK secara statistik berpengaruh positif signifikan
4. Pada variabel SILPA diperoleh nilai signifikan sebesar 0.058 lebih besar dari
0.05. Ini berarti variabel SILPA secara statistik tidak berpengaruh signifikan
4.7 Pembahasan
berpengaruh terhadap belanja modal. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi
Pendapatan Asli Daerah yang diterima maka pengeluaran pemerintah atas Belanja
masyarakat dalam konteks Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat dari kemampuan
dan tanggung jawab pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang baik
54
alokasi anggaran Belanja Modal daerah tersebut. Karena Pendapatan Asli Daerah
merupakan sumber utama pendapatan pemerintah yang berasal dari daerah itu
sendiri. Maka dari itu hendaknya pemerintah daerah lebih memperhatikan potensi
penelitian yang dilakukan oleh Akbarurrizqillah dan Bambang (2017), Farah dan
Belanja Modal.
merasa puas atas penggunaan dana alokasi umum untk kebtuhan daerah tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Anita dkk
55
(2016) yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh terhadap
Belanja Modal.
signifikan terhadap belanja modal. Yang berarti apabila Dana Alokasi Khusus
yang di terima oleh daerah maka semakin besar pula Belanja Modal yang dapat
baik dapat dilihat dari baik tidaknya akuntailitas kinerja. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Binti dan Bambang (2016) dan
Modal
56
Dalam Stewardship Theory bahwa prosedur yang digunakan untuk
melakukan tugas sudah cukup baik atau belum dalam kecukupan prosedur
akuntabilitas proses. Dengan memeriksa ada tidaknya mark up dana serta sumber-
Belanja Modal, semakin baik pengolaan dan tingginya belanja suatu daerah maka
Sisa Lbeih Pembiayaan Anggaran yang dihasilkan juga semakin kecil. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zia dan Bambang (2017) bahwa Sisa
Modal.
57