1
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa nilai
signifikansi di atas 0,05 yaitu sebesar 0,200. Hal ini berarti data residual
tersebut terdistribusi secara normal. Hal tersebut juga dapat dijelaskan
dengan hasil analisis grafik yaitu grafik Normal Probability plot-nya sebagai
berikut :
Gambar 4.1
Grafik Normal Probality Plot
3
Dengan melihat grafik scatterplot di atas, terlihat titik-titik menyebar
secara acak, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada
sumbu Y. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.
4
1. Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data
tersebut terdapat autokorelasi.
2. Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tersebut tidak terdapat
autokorelasi.
3. Tidak ada kesimpulan jika: dL ≤ D-W≤ dU atau 4 – dU ≤ D-W≤ 4 – dL
5
tabel 4.5. di bawah ini :
6
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics
Std. Zero-
Model B Error Beta t Sig. order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) -,031 ,217 -,141 ,888
CR ,051 ,023 ,326 2,223 ,030 ,357 ,285 ,277 ,720 1,388
DER -,014 ,032 -,063 -,425 ,672 -,225 -,057 -,053 ,697 1,434
SIZE ,003 ,007 ,052 ,411 ,682 ,029 ,055 ,051 ,962 1,040
a. Dependent Variable: Profitabilitas
7
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, menunjukkan bahwa besarnya koefisien
determinasi (Adj. R2) sebesar 0,086. Hal ini berarti kontribusi Current Ratio,
DER dan SIZE terhadap Profitabilitas adalah sebesar 8,6%, sedangkan
sisanya 91,4% dijelaskan oleh variabel Current Ratio, DER dan SIZE yang
tidak diungkap dalam penelitian ini.
Tabel 4.8
Uji Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,054 3 ,018 2,847 ,046b
Residual ,352 56 ,006
Total ,405 59
a. Dependent Variable: Profitabilitas
b. Predictors: (Constant), SIZE, CR, DER
9
Berdasarkan pada tabel 4.8 diatas, menunjukkan bahwa variabel
independen memiliki nilai P-Value 0,046 dimana nilai probabilitas ini
dibawah 0,05. Dengan demikian, maka sesuai dengan ketentuan dalam
kriteria pengujian, jika nilai probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel Current Ratio, DER dan SIZE secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
10
BAB 5.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut
:
1. Secara parsial variabel Current Ratio (CR) memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas/ Return On Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi periode 2015-2018.
2. Secara parsial variabel Debt Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh
terhadap profitabilitas/Return On Equity (ROE) pada perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi periode 2015-2018.
3. Secara parsial ukuran perusahaan (SIZE) tidak memiliki pengaruh
terhadap profitabilitas/Return On Equity (ROE) pada perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi periode 2015-2018.
4. Secara simultan variabel CR, DER, dan SIZE memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas/Return On Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi periode 2015-2018.
5.2. SARAN
11
3. Bagi Perusahaan disarankan untuk lebih memperhatikan aspek-aspek yang
dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, salah satunya aset yang
dimiliki. Hal tersebut dikarenakan total aset merupakan alat ukur besar
kecilnya suatu perusahaan, yang dapat dijadikan pertimbangan investor
untuk berinvestasi. Total aset harus digunakan dengan efisien agar dapat
menghasilkan laba yang maksimal.
4. Bagi Investor disarankan harus lebih selektif untuk memilih perusahaan
dengan melihat bagaimana perusahaan mengelola aset perusahaan yang
akan mempengaruhi laba. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan aset
perusahaan yang efisien, akan menghasilkan laba yang maksimal.
12
DAFTAR PUSTAKA
Alpi, M.F. (2018), Pengaruh Debt to Equity Ratio, Inventory Turn Over, Dan
Current Ratio Terhadap Return On Equity Pada Perusahaan Sektor Farmasi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Prosiding: The National
Hanafi, dan Halim.A (2012). Analisis Laporan Keuangan, Edisi ke 4 Unit penerbit
dan percetakan sekolah tinggi ilmu manajemen YKPN. Yogyakarta.
Hani, S. (2015). Teknik Analisa Laporan Keuangan. Medan : Penertbit Umsu Press.
13
Jufrizen dan Maya Sari. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Firm
Size Terhadap Return On Equity. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Vol. 18, No.1, Juni 2019.
Pongrangga, R A et al. (2015). Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turm Over
dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On Equity (Studi pada Perusahaan Sub
Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI periode 2011-2014).
Jurnal,. Universitas Brawijaya. Malang.
Prastowo, D. (2010). Analisis Laporan Keuangan Konsep Dan Aplikasi. Edisi Ke-
3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
14
Sartono, A. (2009). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE.
Sefiani, C. Y. K. (2016). Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turn Over, Dan
Umur Perusahaan Terhadap Profitabilitas. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, 4(11)
Utama, S. (2000). Teori dan Riset Akuntansi Positif : Suatu Tinjauan Literatur.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. No. 1 : 83-96
15
BAB 1.
PENDAHULUAN
1
sektor konsumsi dan investasi, agar pertumbuhan perekonomian di kuartal
II dan seterusnya dapat terjaga.
Pandemi cukup memukul keras ekonomi Indonesia pada sisi supply
dan demand, dari sisi supply produksi barang dan jasa bisa di atas 70 persen.
Bukan saja di dunia usaha (supply), seperti manufaktur, perdagangan,
transportasi, akomodasi dan industri makanan dan minuman, pertanian,
pertambangan, serta kontruksi juga tidak bisa menghindar dari dampak
Covid-19. Melihat kondisi, pilar-pilar pertumbuhan Indonesia berasal dari
konsumsi dan investasi. Oleh karena itu, agar growth terjaga, pemerintah
fokus pada konsumsi dan investasi.
Untuk itu, pemerintah memberikan perhatian khusus untuk
mendorong UMKM dan IKM agar bisa mempunyai jaringan
bisnis online melalui e-Commerce atau program e-Smart Industri Kecil dan
Menengah (IKM) dengan memanfaatkan platform digital melalui kerja
sama dengan perusahaan startup di Indonesia agar pengembangan kapasitas
sektor ini mendominasi populasi industri di Indonesia.
Setiap perusahaan berusaha bertahan saat ini dengan stimulus
ekonomi yang diberikan pemerintah. Salah satu tujuan perusahaan adalah
memperoleh profitabilitas yang maksimal dari aktivitas operasionalnya.
Aktivitas operasional perusahaan secara umum meliputi aktivitas produksi,
distribusi, promosi, dan penjualan. Agar tujuan tersebut dapat tercapai,
maka perusahaan memerlukan manajemen dengan tingkat efektifitas yang
tinggi. Pengukuran tingkat efektifitas dapat dilihat dari laba yang diperoleh
perusahaan. Besarnya laba yang diperoleh perusahaan dapat digunakan
sebagai gambaran untuk menilai kinerja keuangan perusahaan (Sefiani,
2016).
Laba atau profit merupakan salah satu tujuan utama berdirinya setiap
badan usaha. Tanpa diperolehnya laba, perusahaan tidak dapat memenuhi
tujuan lainnya yaitu pertumbuhan yang terus menerus dan tanggung jawab
sosial. Laba yang menjadi tujuan utama perusahaan dapat dicapai dengan
penjualan barang atau jasa. Semakin besar volume penjualan barang dan
jasa, maka laba yang dihasilkan oleh perusahaan juga akan semakin besar.
2
Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain
profitabilitas perusahaan itu sendiri (Alpi, 2018).
Pentingnya profitabilitas dapat dilihat dengan mempertimbangkan
dampak yang berasal dari ketidak mampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba yang maksimal untuk mendukung kegiatan
operasionalnya. Cara memperhitungkan profitabilitas adalah bermacam-
macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan
diperbandingkan satu dengan yang lainnya.
Salah satu cara untuk menghitung profitabilitas adalah Return On
Equity (Alpi, 2018). Return On Equity merupakan bagian dari rasio
profitabilitas dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja
keuangan perusahaan. Menurut Brigham and Houston (2012) Return On
Equity adalah pengembalian atas ekuitas biasa yaitu rasio laba bersih
terhadap ekuitas biasa atau mengukur tingkat pengembalian atas investasi
pemegang saham biasa. Dalam hal ini para pemegang saham mengharapkan
peningkatan dalam pengembalian modal pemegang saham dan menarik
investor baru untuk menginvestasikan dananya.
Sebuah perusahaan dalam menjalankan operasionalnya memerlukan
biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Biaya yang diperlukan tidak
sepenuhnya dipenuhi dengan modal sendiri. Perusahaan perlu melakukan
pinjaman kepada pihak kreditur dalam upaya pemenuhan kebutuhan biaya
untuk kegiatan operasional perusahaan. Rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya adalah Current Ratio (CR).
Current Ratio (CR) atau rasio lancar diperoleh dari perbandingan
antara aktiva lancar dengan hutang lancar (Prihadi, 2012). Apabila
presentase Current Ratio lancar dalam sebuah perusahaan rendah, maka
dianggap terjadinya masalah dalam likuidasi. Dengan kata lain, perusahaan
tidak memilki kemampuan dan kesempatan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Sebaliknya, jika rasio lancar dalam perusahaan tinggi
dikatakan baik bagi perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan, perusahaan
memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
3
kepada pihak kreditur. Hasil penelitian Alpi (2018) menunjukkan bahwa
Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity.
Debt to Equity Ratio yaitu total kewajiban dibagi total ekuitas yang
menunjukkan pengukur tingkat penggunaan utang (total hutang) terhadap
modal yang dimiliki perusahaan (Riyanto, 2010). Dari perspektif
kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio
akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjang. Hasil penelitian Lokollo (2013) dan Rosyadah (2013)
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap
Return On Equity, namun bertentangan dengan hasil penelitian Wahyuni
(2017), Singapurwoko (2011) dan Mareta (2013) yang menyatakan bahwa
Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Return On Equity.
Berbeda juga dengan penelitian Fachrudin (2007) dan Alpi (2018) yang
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Return
On Equity.
Ukuran perusahaan (firm size) adalah skala perusahaan yang dilihat
dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat
digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan. Karena biaya - biaya yang
mengikuti penjualan cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan
tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang
mengurangi laba (Utama, 2000). Perusahaan yang memiliki banyak aset
akan dapat meningkatkan kapasitas produksi yang berpotensi untuk
menghasilkan laba lebih baik.
Hasil penelitian Singapurwoko (2011) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap Return On Equity, namun
bertentangan dengan hasil penelitian Kamaliah (2009) yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap ROE. Berbeda juga
dengan penelitian Fachrudin (2007) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap Return On Equity.
4
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini berjudul:
“PENGARUH CURRENT RATIO (CR), DEBT EQUITY RATIO
(DER) DAN UKURAN PERUSAHAAN (SIZE) TERHADAP RETURN
ON EQUITY (ROE) (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SUB SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE
2015-2018)”.
5
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca, baik secara langsung maupun tidak langsung terkait di dalamnya.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademik
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan determinan profitabilitas. Selain itu juga menambah
wawasan dan pengetahuan serta pengembangan ilmu khususnya
mangenai Manajemen Keuangan.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi
investor dan dapat menjadi pertimbangan keputusan investasinya
dengan memperhatikan profitabilitas perusahaan.
6
BAB II.
TELAAH LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
7
lengkap dan akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di
masa depan dari pada pihak investor.
8
Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa
banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek
yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk
untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan
(Kasmir, 2014). Current Ratio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar
dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukan besarnya kas yang dimiliki
perusahaan ditambah aset-aset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu
satu tahun, relatif terhadap besarnya hutang-hutang yang jatuh tempo dalam
jangka waktu dekat (tidak lebih dari 1 tahun), pada tanggal tertentu seperti
tercantum pada neraca (Hanafi dan Halim, 2012).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur likuiditas perusahaan dalam
membayar hutang jangka pendek dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan.
Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio
likuiditas (Hery, 2016), yaitu :
1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk
membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas
waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek dengan menggunakan total asset lancar.
3) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan asset sangat lancar (tanpa menghitung
persediaan barang dagang dan asset lancar lainnya).
4) Untuk mengukur tingkat ketersediaan uang kas perusahaan dalam membayar
utang jangka pendek.
5) Sebagai alat perencanaan keuangan di masa mendatang terutama yang
berkaitan dengan perencanaan kas dan utang jangka pendek.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas perusahaan dapat diukur
9
dengan membandingkan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar yang
dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat likuiditas maka semakin baik
bagi perusahaan. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya
terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh
berbagai faktor: 1) bisa dikarenakan memang perusahaan sedang tidak
memiliki dana sama sekali, dan 2) bisa mungkin saja perusahaan memiliki
dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup)
secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk
mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat
berharga, atau menjual sediaan atau aktiva lainnya (Kasmir, 2014).
1
profitabilitas. Siegel dan Shim dalam Fahmi (2014) Debt to Equity Ratio
merupakan Ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk
memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.
Debt to Equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kredior)
dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang
(Kasmir, 2014).
1
perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik
utang maupun dengan mengeluarkan saham baru.
Perusahaan yang besar cenderung memiliki sumber permodalan yang
lebih banyak dan memiliki kemungkinan untuk bangkrut yang lebih kecil,
sehingga lebih mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Dengan kata
lain, perusahaan besar cenderung memiliki utang atau menggunakan dana
eksternal dalam jumlah yang lebih besar. Suatu perusahaan yang besar yang
sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau
tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap perusahaan
bersangkutan. Dengan demikian, maka perusahaan yang besar akan lebih
berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk
membiayai pertumbuhan yang didasarkan pada penjualan, dibandingkan
dengan perusahaan yang kecil (Riyanto, 2010).
1
laba bersih (Hery, 2016). Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiaap
rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap ekuitas.
ROE dipengaruhi oleh tiga faktor seperti yang dikemukakan oleh
Hani (2015) adalah sebagai berikut : 1) volume penjualan, 2) struktur modal,
3) dan strukur utang. Adapun rumus untuk mencari Return On Equity menurut
Kasmir (2014) adalah sebagai berikut:
Earning After Interest and Tax
Return On Equity = Equity
1
Return On Equity. Selanjutnya penelitian Ardiatmi (2014) menunjukkan
semakin tinggi likuiditas perusahaan, semakin rendah profitabilitasnya.
Artinya likuiditas Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return
On Equity.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Current Ratio
adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang jangka pendeknya. Apabila Current Ratio perusahaan mengalami
kenaikan maka profitabilitas perusahaan akan menurun.
H1 : Current Ratio berpengaruh terhadap Return On Equity
1
2.7.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Return On Equity
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Apabila suatu perusahaan asetnya lebih besar dari aset
perusahaan lainnya artinya perusahaan tersebut kapasitas produksinya
lebih besar. Maka akan lebih berpotensi mendapatkan keuntungan yang
lebih baik dan sejumlah asetnya akan maksimum dalam memenuhi
permintaan (Singapurwoko, 2011).
Ukuran perusahaan yang tercermin dari asetnya yang banyak dan
tersebar dapat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dalam dua arah. Jika kondisi ekonomi stabil, tidak ada
gejolak dan semua kondisi ideal dengan manajemen yang dapat
memanfaatkan asetnya, maka profit dapat meningkat. Namun pada saat
krisis, dalam sebagian besar perusahaan yang berukuran besar justru
profit mengalami penurunan. Hal ini dapat terjadi karena biaya
operasional perusahaan berukuran besar jauh lebih besar daripada biaya
operasional perusahaan kecil, sehingga dengan adanya krisis, asset yang
besar tersebut justru membebani perusahaan sehingga menurunkan
tingkat profitabilitas perusahaan (Riccardo, 2012 dalam Ardiatmi, 2014).
Hasil penelitian Kamaliah (2009) berkesimpulan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap Return On Equity, namun
bertentangan dengan hasil penelitian Singapurwoko (2011) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
Return On Equity. Penelitian Fachrudin (2007) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Return On Equity.
Sehingga berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Size
berpengaruh pada profitabilitas.
H3 : Firm Size berpengaruh terhadap Return On Equity
1
BAB III.
METODE PENELITIAN
Sumber: www.idx.co.id
1
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter,
sehingga data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh
peneliti. Data laporan keuangan diperoleh dari www.idx.co.id dan Indonesia
Capital Market Directory (ICMD).
1
besar kembalian yang diberikan oleh Nilai Ekuitas
perusahaan untuk setiap rupiah modal
dari pemilik.
Sumber: Hasil olahan penulis, 2020
1
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk
mengukur data berskala ordinal, interval ataupun rasio. Jika analisis
menggunakan metode parametrik maka persyaratan normalitas harus
terpenuhi. Jika data tidak berdistribusi normal atau jumlah sampel sedikit
dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan
adalah statistik nonparametrik. Uji normalitas menggunakan uji one
sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikasi 5%
atau 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikasi lebih
besar dari 5% atau 0,05.
1
(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Apabila nilai
probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan lima persen dan
grafik scatterplot, titik-titik menyebar di atas maupun dibawah angka nol
pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
adanya heterokedastisitas (Ghozali, 2005). Jika terdapat pola tertentu
yang teratur, seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit maka
menunjukkan telah terjadi heteroskedastisitas.
2
Uji statistik t ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
secara parsial. Kesimpulan yang diambil dalam uji t ini adalah dengan
melihat signifikansi (α) dengan ketentuan :
α < 5% : Ha diterima. Berarti variabel independen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
α > 5% : Ha ditolak. Berarti variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.2. Uji F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen yang terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Dalam uji F kesimpulan
yang diambil adalah dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan :
α < 5% : Ha diterima. Berarti variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
α > 5%: Ha ditolak. Berarti variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2
Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan ke dalam model (Kuncoro, 2003).
2
BAB 1.
PENDAHULUAN
1
sektor konsumsi dan investasi, agar pertumbuhan perekonomian di kuartal
II dan seterusnya dapat terjaga.
Pandemi cukup memukul keras ekonomi Indonesia pada sisi supply
dan demand, dari sisi supply produksi barang dan jasa bisa di atas 70 persen.
Bukan saja di dunia usaha (supply), seperti manufaktur, perdagangan,
transportasi, akomodasi dan industri makanan dan minuman, pertanian,
pertambangan, serta kontruksi juga tidak bisa menghindar dari dampak
Covid-19. Melihat kondisi, pilar-pilar pertumbuhan Indonesia berasal dari
konsumsi dan investasi. Oleh karena itu, agar growth terjaga, pemerintah
fokus pada konsumsi dan investasi.
Untuk itu, pemerintah memberikan perhatian khusus untuk
mendorong UMKM dan IKM agar bisa mempunyai jaringan
bisnis online melalui e-Commerce atau program e-Smart Industri Kecil dan
Menengah (IKM) dengan memanfaatkan platform digital melalui kerja
sama dengan perusahaan startup di Indonesia agar pengembangan kapasitas
sektor ini mendominasi populasi industri di Indonesia.
Setiap perusahaan berusaha bertahan saat ini dengan stimulus
ekonomi yang diberikan pemerintah. Salah satu tujuan perusahaan adalah
memperoleh profitabilitas yang maksimal dari aktivitas operasionalnya.
Aktivitas operasional perusahaan secara umum meliputi aktivitas produksi,
distribusi, promosi, dan penjualan. Agar tujuan tersebut dapat tercapai,
maka perusahaan memerlukan manajemen dengan tingkat efektifitas yang
tinggi. Pengukuran tingkat efektifitas dapat dilihat dari laba yang diperoleh
perusahaan. Besarnya laba yang diperoleh perusahaan dapat digunakan
sebagai gambaran untuk menilai kinerja keuangan perusahaan (Sefiani,
2016).
Laba atau profit merupakan salah satu tujuan utama berdirinya setiap
badan usaha. Tanpa diperolehnya laba, perusahaan tidak dapat memenuhi
tujuan lainnya yaitu pertumbuhan yang terus menerus dan tanggung jawab
sosial. Laba yang menjadi tujuan utama perusahaan dapat dicapai dengan
penjualan barang atau jasa. Semakin besar volume penjualan barang dan
jasa, maka laba yang dihasilkan oleh perusahaan juga akan semakin besar.
2
Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain
profitabilitas perusahaan itu sendiri (Alpi, 2018).
Pentingnya profitabilitas dapat dilihat dengan mempertimbangkan
dampak yang berasal dari ketidak mampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba yang maksimal untuk mendukung kegiatan
operasionalnya. Cara memperhitungkan profitabilitas adalah bermacam-
macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan
diperbandingkan satu dengan yang lainnya.
Salah satu cara untuk menghitung profitabilitas adalah Return On
Equity (Alpi, 2018). Return On Equity merupakan bagian dari rasio
profitabilitas dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja
keuangan perusahaan. Menurut Brigham and Houston (2012) Return On
Equity adalah pengembalian atas ekuitas biasa yaitu rasio laba bersih
terhadap ekuitas biasa atau mengukur tingkat pengembalian atas investasi
pemegang saham biasa. Dalam hal ini para pemegang saham mengharapkan
peningkatan dalam pengembalian modal pemegang saham dan menarik
investor baru untuk menginvestasikan dananya.
Sebuah perusahaan dalam menjalankan operasionalnya memerlukan
biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Biaya yang diperlukan tidak
sepenuhnya dipenuhi dengan modal sendiri. Perusahaan perlu melakukan
pinjaman kepada pihak kreditur dalam upaya pemenuhan kebutuhan biaya
untuk kegiatan operasional perusahaan. Rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya adalah Current Ratio (CR).
Current Ratio (CR) atau rasio lancar diperoleh dari perbandingan
antara aktiva lancar dengan hutang lancar (Prihadi, 2012). Apabila
presentase Current Ratio lancar dalam sebuah perusahaan rendah, maka
dianggap terjadinya masalah dalam likuidasi. Dengan kata lain, perusahaan
tidak memilki kemampuan dan kesempatan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Sebaliknya, jika rasio lancar dalam perusahaan tinggi
dikatakan baik bagi perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan, perusahaan
memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
3
kepada pihak kreditur. Hasil penelitian Alpi (2018) menunjukkan bahwa
Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity.
Debt to Equity Ratio yaitu total kewajiban dibagi total ekuitas yang
menunjukkan pengukur tingkat penggunaan utang (total hutang) terhadap
modal yang dimiliki perusahaan (Riyanto, 2010). Dari perspektif
kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio
akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjang. Hasil penelitian Lokollo (2013) dan Rosyadah (2013)
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap
Return On Equity, namun bertentangan dengan hasil penelitian Wahyuni
(2017), Singapurwoko (2011) dan Mareta (2013) yang menyatakan bahwa
Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Return On Equity.
Berbeda juga dengan penelitian Fachrudin (2007) dan Alpi (2018) yang
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Return
On Equity.
Ukuran perusahaan (firm size) adalah skala perusahaan yang dilihat
dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat
digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan. Karena biaya - biaya yang
mengikuti penjualan cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan
tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang
mengurangi laba (Utama, 2000). Perusahaan yang memiliki banyak aset
akan dapat meningkatkan kapasitas produksi yang berpotensi untuk
menghasilkan laba lebih baik.
Hasil penelitian Singapurwoko (2011) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap Return On Equity, namun
bertentangan dengan hasil penelitian Kamaliah (2009) yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap ROE. Berbeda juga
dengan penelitian Fachrudin (2007) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap Return On Equity.
4
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini berjudul:
“PENGARUH CURRENT RATIO (CR), DEBT EQUITY RATIO
(DER) DAN UKURAN PERUSAHAAN (SIZE) TERHADAP RETURN
ON EQUITY (ROE) (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SUB SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE
2015-2018)”.
5
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca, baik secara langsung maupun tidak langsung terkait di dalamnya.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademik
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan determinan profitabilitas. Selain itu juga menambah
wawasan dan pengetahuan serta pengembangan ilmu khususnya
mangenai Manajemen Keuangan.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi
investor dan dapat menjadi pertimbangan keputusan investasinya
dengan memperhatikan profitabilitas perusahaan.
6
BAB II.
TELAAH LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
7
lengkap dan akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di
masa depan dari pada pihak investor.
8
Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa
banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek
yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk
untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan
(Kasmir, 2014). Current Ratio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar
dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukan besarnya kas yang dimiliki
perusahaan ditambah aset-aset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu
satu tahun, relatif terhadap besarnya hutang-hutang yang jatuh tempo dalam
jangka waktu dekat (tidak lebih dari 1 tahun), pada tanggal tertentu seperti
tercantum pada neraca (Hanafi dan Halim, 2012).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur likuiditas perusahaan dalam
membayar hutang jangka pendek dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan.
Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio
likuiditas (Hery, 2016), yaitu :
1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk
membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas
waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek dengan menggunakan total asset lancar.
3) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan asset sangat lancar (tanpa menghitung
persediaan barang dagang dan asset lancar lainnya).
4) Untuk mengukur tingkat ketersediaan uang kas perusahaan dalam membayar
utang jangka pendek.
5) Sebagai alat perencanaan keuangan di masa mendatang terutama yang
berkaitan dengan perencanaan kas dan utang jangka pendek.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas perusahaan dapat diukur
9
dengan membandingkan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar yang
dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat likuiditas maka semakin baik
bagi perusahaan. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya
terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh
berbagai faktor: 1) bisa dikarenakan memang perusahaan sedang tidak
memiliki dana sama sekali, dan 2) bisa mungkin saja perusahaan memiliki
dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup)
secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk
mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat
berharga, atau menjual sediaan atau aktiva lainnya (Kasmir, 2014).
1
profitabilitas. Siegel dan Shim dalam Fahmi (2014) Debt to Equity Ratio
merupakan Ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk
memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.
Debt to Equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kredior)
dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang
(Kasmir, 2014).
1
perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik
utang maupun dengan mengeluarkan saham baru.
Perusahaan yang besar cenderung memiliki sumber permodalan yang
lebih banyak dan memiliki kemungkinan untuk bangkrut yang lebih kecil,
sehingga lebih mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Dengan kata
lain, perusahaan besar cenderung memiliki utang atau menggunakan dana
eksternal dalam jumlah yang lebih besar. Suatu perusahaan yang besar yang
sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau
tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap perusahaan
bersangkutan. Dengan demikian, maka perusahaan yang besar akan lebih
berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk
membiayai pertumbuhan yang didasarkan pada penjualan, dibandingkan
dengan perusahaan yang kecil (Riyanto, 2010).
1
laba bersih (Hery, 2016). Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiaap
rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap ekuitas.
ROE dipengaruhi oleh tiga faktor seperti yang dikemukakan oleh
Hani (2015) adalah sebagai berikut : 1) volume penjualan, 2) struktur modal,
3) dan strukur utang. Adapun rumus untuk mencari Return On Equity menurut
Kasmir (2014) adalah sebagai berikut:
Earning After Interest and Tax
Return On Equity = Equity
1
Return On Equity. Selanjutnya penelitian Ardiatmi (2014) menunjukkan
semakin tinggi likuiditas perusahaan, semakin rendah profitabilitasnya.
Artinya likuiditas Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return
On Equity.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Current Ratio
adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang jangka pendeknya. Apabila Current Ratio perusahaan mengalami
kenaikan maka profitabilitas perusahaan akan menurun.
H1 : Current Ratio berpengaruh terhadap Return On Equity
1
2.7.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Return On Equity
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Apabila suatu perusahaan asetnya lebih besar dari aset
perusahaan lainnya artinya perusahaan tersebut kapasitas produksinya
lebih besar. Maka akan lebih berpotensi mendapatkan keuntungan yang
lebih baik dan sejumlah asetnya akan maksimum dalam memenuhi
permintaan (Singapurwoko, 2011).
Ukuran perusahaan yang tercermin dari asetnya yang banyak dan
tersebar dapat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dalam dua arah. Jika kondisi ekonomi stabil, tidak ada
gejolak dan semua kondisi ideal dengan manajemen yang dapat
memanfaatkan asetnya, maka profit dapat meningkat. Namun pada saat
krisis, dalam sebagian besar perusahaan yang berukuran besar justru
profit mengalami penurunan. Hal ini dapat terjadi karena biaya
operasional perusahaan berukuran besar jauh lebih besar daripada biaya
operasional perusahaan kecil, sehingga dengan adanya krisis, asset yang
besar tersebut justru membebani perusahaan sehingga menurunkan
tingkat profitabilitas perusahaan (Riccardo, 2012 dalam Ardiatmi, 2014).
Hasil penelitian Kamaliah (2009) berkesimpulan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap Return On Equity, namun
bertentangan dengan hasil penelitian Singapurwoko (2011) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
Return On Equity. Penelitian Fachrudin (2007) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Return On Equity.
Sehingga berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Size
berpengaruh pada profitabilitas.
H3 : Firm Size berpengaruh terhadap Return On Equity
1
BAB III.
METODE PENELITIAN
Sumber: www.idx.co.id
1
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter,
sehingga data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh
peneliti. Data laporan keuangan diperoleh dari www.idx.co.id dan Indonesia
Capital Market Directory (ICMD).
1
besar kembalian yang diberikan oleh Nilai Ekuitas
perusahaan untuk setiap rupiah modal
dari pemilik.
Sumber: Hasil olahan penulis, 2020
1
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk
mengukur data berskala ordinal, interval ataupun rasio. Jika analisis
menggunakan metode parametrik maka persyaratan normalitas harus
terpenuhi. Jika data tidak berdistribusi normal atau jumlah sampel sedikit
dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan
adalah statistik nonparametrik. Uji normalitas menggunakan uji one
sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikasi 5%
atau 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikasi lebih
besar dari 5% atau 0,05.
1
(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Apabila nilai
probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan lima persen dan
grafik scatterplot, titik-titik menyebar di atas maupun dibawah angka nol
pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
adanya heterokedastisitas (Ghozali, 2005). Jika terdapat pola tertentu
yang teratur, seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit maka
menunjukkan telah terjadi heteroskedastisitas.
2
Uji statistik t ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
secara parsial. Kesimpulan yang diambil dalam uji t ini adalah dengan
melihat signifikansi (α) dengan ketentuan :
α < 5% : Ha diterima. Berarti variabel independen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
α > 5% : Ha ditolak. Berarti variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.2. Uji F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen yang terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Dalam uji F kesimpulan
yang diambil adalah dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan :
α < 5% : Ha diterima. Berarti variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
α > 5%: Ha ditolak. Berarti variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2
Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan ke dalam model (Kuncoro, 2003).
2
BAB 4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa nilai
signifikansi di atas 0,05 yaitu sebesar 0,200. Hal ini berarti data residual
tersebut terdistribusi secara normal. Hal tersebut juga dapat dijelaskan
dengan hasil analisis grafik yaitu grafik Normal Probability plot-nya sebagai
berikut :
Gambar 4.1
Grafik Normal Probality Plot
2
masalah heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas yang diperoleh
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,269 ,140 1,914 ,061
CR ,028 ,015 ,279 1,887 ,064
DER ,024 ,021 ,175 1,160 ,251
SIZE -,010 ,005 -,265 -2,065 ,044
a. Dependent Variable: abs_res
Sumber : Output SPSS Versi 26.0
2
Dengan melihat grafik scatterplot di atas, terlihat titik-titik menyebar
secara acak, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada
sumbu Y. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.
2
1. Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data
tersebut terdapat autokorelasi.
2. Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tersebut tidak terdapat
autokorelasi.
3. Tidak ada kesimpulan jika: dL ≤ D-W≤ dU atau 4 – dU ≤ D-W≤ 4 – dL
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics
Std. Zero-
Model B Error Beta t Sig. order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) -,031 ,217 -,141 ,888
CR ,051 ,023 ,326 2,223 ,030 ,357 ,285 ,277 ,720 1,388
DER -,014 ,032 -,063 -,425 ,672 -,225 -,057 -,053 ,697 1,434
SIZE ,003 ,007 ,052 ,411 ,682 ,029 ,055 ,051 ,962 1,040
a. Dependent Variable: Profitabilitas
2
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, menunjukkan bahwa besarnya koefisien
determinasi (Adj. R2) sebesar 0,086. Hal ini berarti kontribusi Current Ratio,
DER dan SIZE terhadap Profitabilitas adalah sebesar 8,6%, sedangkan
sisanya 91,4% dijelaskan oleh variabel Current Ratio, DER dan SIZE yang
tidak diungkap dalam penelitian ini.
2
DER memiliki nilai P-Value sebesar 0,672 dimana nilai probabilitas ini lebih
dari 0,05. Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan dalam kriteria
pengujian, jika nilai prob. > 0,05, maka hal ini berarti secara parsial variabel
DER tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas. Berikutnya ditunjukkan
bahwa variabel SIZE memiliki nilai P-Value sebesar 0,682 dimana nilai
probabilitas ini diatas 0,05. Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan
dalam kriteria pengujian, jika nilai prob. > 0,05, maka hal ini berarti secara
parsial variabel SIZE tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas.
Tabel 4.8
Uji Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,054 3 ,018 2,847 ,046b
Residual ,352 56 ,006
Total ,405 59
a. Dependent Variable: Profitabilitas
b. Predictors: (Constant), SIZE, CR, DER
3
Berdasarkan pada tabel 4.8 diatas, menunjukkan bahwa variabel
independen memiliki nilai P-Value 0,046 dimana nilai probabilitas ini
dibawah 0,05. Dengan demikian, maka sesuai dengan ketentuan dalam
kriteria pengujian, jika nilai probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel Current Ratio, DER dan SIZE secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
3
BAB 5.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut
:
1. Secara parsial variabel Current Ratio (CR) memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas/ Return On Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi periode 2015-2018.
2. Secara parsial variabel Debt Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh
terhadap profitabilitas/Return On Equity (ROE) pada perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi periode 2015-2018.
3. Secara parsial ukuran perusahaan (SIZE) tidak memiliki pengaruh
terhadap profitabilitas/Return On Equity (ROE) pada perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi periode 2015-2018.
4. Secara simultan variabel CR, DER, dan SIZE memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas/Return On Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi periode 2015-2018.
5.2. SARAN
3
3. Bagi Perusahaan disarankan untuk lebih memperhatikan aspek-aspek yang
dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, salah satunya aset yang
dimiliki. Hal tersebut dikarenakan total aset merupakan alat ukur besar
kecilnya suatu perusahaan, yang dapat dijadikan pertimbangan investor
untuk berinvestasi. Total aset harus digunakan dengan efisien agar dapat
menghasilkan laba yang maksimal.
4. Bagi Investor disarankan harus lebih selektif untuk memilih perusahaan
dengan melihat bagaimana perusahaan mengelola aset perusahaan yang
akan mempengaruhi laba. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan aset
perusahaan yang efisien, akan menghasilkan laba yang maksimal.
3
DAFTAR PUSTAKA
Alpi, M.F. (2018), Pengaruh Debt to Equity Ratio, Inventory Turn Over, Dan
Current Ratio Terhadap Return On Equity Pada Perusahaan Sektor Farmasi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Prosiding: The National
Hanafi, dan Halim.A (2012). Analisis Laporan Keuangan, Edisi ke 4 Unit penerbit
dan percetakan sekolah tinggi ilmu manajemen YKPN. Yogyakarta.
Hani, S. (2015). Teknik Analisa Laporan Keuangan. Medan : Penertbit Umsu Press.
3
Jufrizen dan Maya Sari. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Firm
Size Terhadap Return On Equity. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Vol. 18, No.1, Juni 2019.
Pongrangga, R A et al. (2015). Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turm Over
dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On Equity (Studi pada Perusahaan Sub
Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI periode 2011-2014).
Jurnal,. Universitas Brawijaya. Malang.
Prastowo, D. (2010). Analisis Laporan Keuangan Konsep Dan Aplikasi. Edisi Ke-
3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
3
Sartono, A. (2009). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE.
Sefiani, C. Y. K. (2016). Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turn Over, Dan
Umur Perusahaan Terhadap Profitabilitas. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, 4(11)
Utama, S. (2000). Teori dan Riset Akuntansi Positif : Suatu Tinjauan Literatur.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. No. 1 : 83-96