Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di

Jakarta Islamic Index (JII) dan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tahun 2017-2019 yaitu sebanyak 30 perusahaan, namun

setelah di seleksi menggunakan metode purposive sampling

berdasarkan kriteria yang telah diterapkan maka diperoleh sampel

dalam penelitian ini sebanyak 16 perusahaan. Pengamatan dalam

penelitian ini dilakukan periode tahun 2017-2019, sehingga jumlah

sampel dalam penelitian ini ialah sebanyak 48 sampel.

B. Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif

suatu data dapat dilihat dari nilai maksimum, minimum, rata-rata

(mean) dan standar deviasi suatu data. Hasil dari uji statistik deskriptif

sebagai berikut:

67

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Tobin’s Q (Y) 48 .7707 23.2858 2.784421 4.4647171
Kepemilikan Manajerial (X1) 48 .0000 .1240 .008553 .0298200
Kepemilikan Institusional (X2) 48 .1748 .8499 .561789 .1389798
Dewan Komisaris (X3) 48 3 11 6.50 1.833
Komite Audit (X4) 48 3 6 3.52 .799
Valid N (listwise) 48
Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

Tabel 4.1 menunjukan hasil output analisis deskriptif masing-

masing pada variabel penelitian yang dapat disimpulkan sebagai

berikut:

a. N = 48, berarti jumlah data yang diolah dalam penelitian ini adalah

48 dari 16 sampel yang didapatkan dari laporan keuangan perusahaan

yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode tahun 2017-2019.

b. Nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q memiliki nilai

terendah sebesar 0,7707 yang dimiliki oleh PT. Adaro Energy Tbk

pada tahun 2018. Dan nilai tertinggi sebesar 23,2858 yang dimiliki

oleh PT. Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2017. Untuk nilai rata-

rata (mean) pada nilai perusahaan yaitu sebesar 2,784421 dan nilai

standar deviasi sebesar 4,4647171 sehingga hal ini mengindikasikan

hasil yang kurang baik, karena standar deviasi merupakan pencerminan

penyimpangan yang cukup tinggi, sehingga penyebaran data

68

http://digilib.mercubuana.ac.id/
menunjukkan hasil yang tidak normal dan menyebabkan bias.

Menurut (Ningtyas et al., 2014) jika nilai Tobin’s Q perusahaan lebih

dari satu, berarti nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari aktiva

perusahaan tercatat. Pasar akan menilai baik perusahaan yang memiliki

nilai Tobin’s Q yang tinggi. Jika nilai Tobin’s Q kurang dari satu

mengindikasi bahwa biaya ganti aktiva lebih besar daripada nilai pasar

perusahaan sehingga pasar akan menilai kurang perusahaan tersebut.

c. Kepemilikan Manajerial (KM) memiliki nilai terendah sebesar

0,0000000670 yang dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk pada

tahun 2017 dan nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Adaro Energy Tbk

sebesar 0,1240 pada tahun 2018. Untuk nilai rata-rata (mean) pada

kepemilikan manajerial yaitu sebesar 0,008553 dengan nilai standar

deviasi sebesar 0,0298200. Dari hasil rata-rata kepemilikan manajerial

sebesar 0,85% diketahui bahwa nilai tersebut dibawah standar Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 11/PJOK.04/2017 Tentang Laporan

Kepemilikan Atau Setiap Perubahan Kepemilikan Saham Perusahaan

Terbuka Pasal 2 Ayat 2 bahwa kewajiban atas pelaporan kepemilikan

saham Perusahaan Terbuka berlaku bagi setiap Pihak yang memiliki

saham baik langsung maupun tidak langsung paling sedikit 5% (lima

persen).

d. Kepemilikan Institusional (INST) memiliki nilai terendah sebesar

0,1748 yang dimiliki oleh PT. Matahari Department Store Tbk pada

69

http://digilib.mercubuana.ac.id/
tahun 2017-2018. Nilai maksimum sebesar 0,8499 yang dimiliki oleh

PT. Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2017-2019. Dan nilai rata-rata

(mean) pada kepemilikian institusional yaitu sebesar 0,561789 hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata saham perusahaan yang dimiliki oleh

institusi sebesar 56% dan menandakan bahwa jumlah institusi yang

dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan cukup besar. Sedangkan

nilai standar deviasi sebesar 0,1389798. Nilai rata-rata tersebut telah

memenuhi standar Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/PJOK.04/2017

Tentang Laporan Kepemilikan Atau Setiap Perubahan Kepemilikan

Saham Perusahaan Terbuka Pasal 2 Ayat 2 yang menyatakan bahwa

kewajiban atas pelaporan kepemilikan saham Perusahaan Terbuka

berlaku bagi setiap Pihak yang memiliki saham baik langsung maupun

tidak langsung paling sedikit 5% (lima persen) dari modal disetor

dalam Perusahaan Terbuka.

e. Dewan Komisaris (DK) memiliki nilai terendah yaitu 3 dimilki oleh

PT. AKR Corporindo Tbk pada tahun 2017-2019 dan nilai tertinggi

yaitu 11 dimiliki oleh PT. Astra International Tbk pada tahun 2017.

Nilai rata-rata (mean) pada dewan komisaris yaitu 6,50 dan nilai

standar deviasi yaitu 1,833. Hasil rata-rata sebesar 6,50 yang artinya

hasil tersebut telah melebihi standar Otoritas Jasa Keuangan No.

33/POJK.04/2014 yang menjelaskan bahwa Dewan Komisaris paling

kurang terdiri dari 2 (dua) orang anggota.

70

http://digilib.mercubuana.ac.id/
f. Komite Audit (KA) memiliki nilai terendah yaitu 3 yang dimiliki

oleh Sebagian besar sampel antara lain PT. Adaro Energy Tbk, PT.

AKR Corporindo Tbk, PT. Bumi Serpong Damai Tbk, PT. Ciputra

Development Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Kalbe

Farma Tbk, PT. Matahari Department Store Tbk, PT. PP (Persero)

Tbk, PT. United Tractors Tbk, dan PT. Unilever Indonesia Tbk.

Sedangkan untuk nilai tertinggi komite audit yaitu 6 yang dimiliki oleh

PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2017 dan PT.

Wijaya Karya (Persero) Tbk pada tahun 2019. Nilai rata-rata komite

audit yaitu sebesar 3.52 dan nilai standar deviasi sebesar 0,799.

Berdasarkan hasil dari nilai rata-rata sebesar 3,52 menunjukkan bahwa

komite audit sudah memenuhi standar Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan No. 55/POJK.04/2015 yaitu jumlah anggota komite audit

paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang.

C. Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah

model regresi penelitian, baik variabel dependen maupun variabel

lainnya mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Pada

sebuah model regresi yang baik adalah model penelitian yang

memiliki data yang terdistribusi dengan normal atau mendekati

normal. Hasil uji normalitas data diperoleh sebagai berikut:

71

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 48
Mean 0E-7
Normal
Std.
Parametersa,b 3.91182882
Deviation
Absolute .237
Most Extreme
Positive .237
Differences
Negative -.179
Kolmogorov-Smirnov Z 1.643
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan nilai Kolomogorov-

Smirnov sebesar 1,643 dan tingkat signifikan sebesar 0,009

menunjukkan nilai Asymp. Sig. kurang dari 0,050 yang berarti data

tidak berdistribusi tidak normal. Peneliti menggunakan outlier

untuk melihat z-score pada setiap variabel yang memiliki nilai z ≥

2,5 (Ghozali, 2016, p. 41). Data yang diperoleh setelah melakukan

outlier dalam penelitian ini yaitu 41 data. Berikut ini hasil data

yang diperoleh adalah sebegai berikut:

72

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 41
Mean 0E-7
Normal
Std.
Parametersa,b 1.01177524
Deviation
Absolute .188
Most Extreme
Positive .188
Differences
Negative -.142
Kolmogorov-Smirnov Z 1.204
Asymp. Sig. (2-tailed) .110
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

Berdasarkan hasil pada tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai

Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,204 dan tingkat signifikansi

sebesar 0,110 > 0,050 yang berarti bahwa data berdistribusi secara

normal. Dan dapat disimpulkan model regresi yang digunakan

memenuhi asumsi normalitas.

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan yang lain atau untuk melihat penyebaran data. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap, maka disebut Homokesdastisitas dan jika berbeda disebut

Heteroskesdastisitas. Model regresi yang baik adalah data

73

http://digilib.mercubuana.ac.id/
crosssection mengandung situasi heteroskedastisitas, karena data

ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran. (Imam

Ghozali, 2016, p. 134). Metode pengambilan keputusan pada uji

heterokedastisitas dengan melihat scatterplot, yaitu jika titik-titik

menyebar dengan pola tidak jelas diatas dan dibawah angka nol (0)

pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

masalah heterokedastisitas pada model regresi. Analisis

menggunakan grafik scatterplot memiliki nilai kelemahan

tergantung pada jumlah sampel, jika sampel yang digunakan

sedikit maka jumlah plotting pun sedikit sehingga akan sulit untuk

menginterpretasikan hasilnya.

Gambar 4.1 Hasil Uji Scatterplot Uji Heterokedastisitas

Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

74

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari hasil output gambar 4.1 grafik scatterplot diatas dapat

diketahui bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak

membentuk suatu pola tertentu secara tersebar diatas maupun

dibawah pada angka nol (0), sehingga bisa diasumsikan bahwa

tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi tersebut.

Pengujian heterokedastisitas pada penelitian ini juga

dilakukan dengan menggunakan uji gletser. Model ini dikatakan

tidak terjadi heterokedastisitas, jika siginifikansi antara variabel

independent dengan absolut residual lebih dari 5% atau 0,05.

Dibawah ini adalah tabel 4.3 yang menggambarkan uji gletser:

Tabel 4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .047 .022 2.139 .039
Kepemilikan
68.592 60.089 .724 1.142 .261
Manajerial
Kepemilikan
1 -.177 1.014 -.149 -.175 .862
Institusional
Dewan
.000 .000 -.485 -1.630 .112
Komisaris
Komite Audit -.129 .152 -.531 -.844 .405
a. Dependent Variable: ABS3
Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa

probabilitas signifikansi untuk semua variabel berada diatas tingkat

75

http://digilib.mercubuana.ac.id/
kepercayaan 5% atau 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi heterokedastisitas.

3. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah didalam

suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1. (Ghozali, 2016, p. 107) Model regresi yang baik adalah

model yang bebas dari autokolerasi.

Dalam penelitian ini digunakan uji autokolerasi dengan

menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Hasil uji autokolerasi

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokolerasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-Watson
Square the Estimate
1 .813a .662 .624 .02762 .845
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Komisaris, Kepemilikan
Manajerial, Kepemillikan Institusional
b. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

Pada tabel 4.5 diatas diketahui bahwa hasil output yang

diperoleh dari uji Durbin-Watson yaitu 0,845. Sedangkan dalam

tabel DW dengan nilai signifikansi 5% jumlah pengamatan (n)

sebanyak 41 dan jumlah variabel independen sebanyak 4, maka

diketahui bahwa nilai dU (nilai batas atas) sebesar 1,7205 dan dL

76

http://digilib.mercubuana.ac.id/
(nilai batas atas) sebesar 1,2958. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

DW lebih kecil dari nilai dU dan dL, maka dapat disimpulkan

bahwa data terjadi autokolerasi.

Untuk mengatasi masalah autokorelasi peneliti

menggunakan metode Cochrane-Orcutt yaitu untuk mendapatkan

model yang terbebas dari masalah autokorelasi. Menurut (Nurfitri

Imro’ah, 2020) metode Cochrane-Orcutt dilakukan dengan

menghitung nilai ρ (koefisien autokorelasi) menggunakan nilai

error pada model regresi. Untuk mendapatkan nilai ρ yang

menjamin tidak terdapat masalah autokorelasi pada metode

Cochrane-Orcutt, dalam mencari nilai ρ dilakukan secara berulang

untuk mendapatkan nilai ρ yang sudah konvergen, Hasilnya akan

dilakukan regresi kembali dan hasil regresi diasumsikan tidak

mengandung masalah autokolerasi.

Tabel 4.6 Hasil Uji Cochranne-Orcutt

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square the Estimate Watson
a
1 .540 .291 .212 .05432 1.924
a. Predictors: (Constant), LAG_KA, LAG_KM, LAG_DK, LAG_INST
b. Dependent Variable: LAG_TobinsQ
Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

Dari tabel 4.6 diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,924.

Dan dapat disimpulkan tidak terjadi autokolerasi positif maupun

negatif pada model regresi dalam penelitian ini karena nilai Du

77

http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebesar 1,7205 lebih kecil dari nilai DW sebesar 1,924 dan nilai

DW lebih kecil dari nilai 4-Du (1,7205 < 1,924 < 4-1,7205).

4. Hasil Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada

model regresi terdapat kolerasi antar variabel bebas. Pada model

yang baik tidak boleh terjadi korelasi diantara variabel bebas.

Multikolinieritas mengindikasikan terdapat hubungan linear yang

sempurna atau pasti diantara beberapa atau hampir semua variabel

independen dari model yang tersedia. Hal ini mengakibatkan

koefisien regresi tidak tertentu dan kesalahan standarnya tidak

terhingga, hal ini akan menimbulkan bias dalam spesifikasi. Untuk

mengetahui ada tidaknya multikolinieritas ini dapat dilihat dari

Tolerance Value atau Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari

tolerance value < 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel

independen yang nilainya lebih dari 95% , maka dapat dikatakan

tidak terjadi multikolinieritas. Nilai VIF yang tidak menunjukkan

lebih besar dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. (Imam

Ghozali, 2016, p. 103) Hasil dari uji multikolinieritas adalah

sebagai berikut:

78

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 4.577 1.423 3.216 .003
Kepemilikan -31.140 123.151 -.047 -.253 .802 .574 1.742
Manajerial
Kepemilikan -5.471 1.494 -.558 -3.662 .001 .853 1.173
Institusional
Dewan -.057 .118 -.086 -.481 .634 .615 1.627
Komisaris
Komite .171 .254 .106 .673 .505 .791 1.264
Audit
a. Dependent Variable: Tobin’s Q
Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada tabel 4.7

menunjukkan bahwa semua variabel independent dalam

perhitungan Tolerance tidak ada yang memiliki nilai kurang dari

0,10 yang berarti tidak ada kolerasi antar variabel independen. Dan

hasil perhitungan VIF menunjukkan bahwa semua variabel

independen tidak ada yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel

independen dalam model regresi.

D. Hasil Uji Kesesuaian Model

1. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Uji koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

79

http://digilib.mercubuana.ac.id/
(Imam Ghozali, 2016, p. 95). Hasil dari uji koefisien determinasi

(R²) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .813a .662 .624 .02762
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Komisaris,
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional
Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

Pada hasil output tabel 4.8 diketahui bahwa nilai R Square

(R²) sebesar 0,662 atau sebesar 66,2%. Dapat diartikan variasi nilai

perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q dapat dijelaskan oleh

variasi dari keempat variabel independen yaitu kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, dan komite

audit. Sedangkan sisanya sebesar 33,8% dijelaskan oleh variabel

lain di luar penelitian ini. Nilai koefisien determinasi adalah antara

nol (0) dan satu (1). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Dapat dilihat

bahwa nilai koefisien determinasi mampu menjelaskan variabel

dependen atau nilai perusahaan karena memiliki nilai sebesar

66,2%

80

http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Hasil Uji Statistik F

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Cara yang digunakan dengan melihat

besarnya probabilitas signifikansinya. Jika nilai probabililtas

siginifikansinya kurang dari lima persen maka variabel independen

akan berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. (Imam Ghozali, 2016, p. 96). Hasil dari uji

statistik F adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F

ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression .054 4 .013 17.607 .000b
1 Residual .027 36 .001
Total .081 40
a. Dependent Variable: TobinsQ
b. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Komisaris,
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional
Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

Berdasarkan hasil uji statistik F diatas menunjukkan bahwa

nilai F hitung sebesar 17,607 dengan tingkat signifikan 0,000.

Sedangkan nilai pada F tabel pada tingkat signifikan 0,05 sebesar

2,60. Karena nilai F hitung sebesar 17,607 > nilai F tabel sebesar

2,60 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Maka dapat

81

http://digilib.mercubuana.ac.id/
disimpulkan bahwa secara bersama-sama (simultan) seluruh

variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen. Dengan demikian model regresi ini dapat

menjelaskan bahwa kepememilikan manajerial, kepemilikan

institusional, dewan komisaris, dan komite audit berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

E. Hasil Uji Hipotesis

1. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini dilakukan analisis regresi berganda

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel independen

terhadap variabel dependen. Dari pengujian asumsi klasik dapat

disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan dalam

pengolahan data. Analisis linear berganda digunakan untuk

mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemililkan

institusional, dewan komisaris, komite audit terhadap nilai

perusahaan. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Ŷ = α + β₁KM + β₂INST + β₃DK + β₄KA + e

Keterangan:
Ŷ = Prediksi Nilai Perusahaan
α = Konstanta
β₁KM = Koefisien regresi variabel Kepemilikan Manajerial

β₂INST = Koefisien regresi variabel Kepemilikan Institusional

82

http://digilib.mercubuana.ac.id/
β₃DK = Koefisien regresi variabel Dewan Komisaris

β₄KA = Koefisien regresi variabel Komite Audit

e = Error
Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
(Constant) .065 .036 1.826 .076
Kepemilikan
219.270 98.340 .914 2.230 .032
Manajerial
Kepemilikan
1 -3.736 1.660 -1.244 -2.250 .031
Institusional
Dewan
-.001 .000 -.301 -1.568 .126
Komisars
Komite Audit .572 .249 .933 2.295 .028
a. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Data diolah dengan SPSS 20 (2021)

Berdasarkan tabel 4.10 maka dapat dihasilkan persamaan

regresi sebagai berikut:

Ŷ = α + β₁KM + β₂INST + β₃DK + β₄KA + e

Ŷ = 0,065 + 219,270KM – 3,736INST – 0,001DK + 0,572KA

Dari hasil regresi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Konstanta α sebesar 0,065 artinya apabila variabel independent

yaitu kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusional

(INST), dewan komisaris (DK), dan komite audit (KA)

83

http://digilib.mercubuana.ac.id/
dianggap konstan atau bernilai nol, maka variabel nilai

perusahaan (Tobin’s Q) memiliki nilai 0,065.

b. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial sebesar

219,270 hal ini menunjukkan setiap peningkatan 1 satuan dari

kepemilikan manajerial akan meningkatkan nilai perusahaan

(Tobin’s Q) sebesar 219,270. Koefisien bernilai positif artinya

terjadi hubungan positif antara variabel independen, semakin

tinggi kepemilikan manajerial maka semakin tinggi nilai

perusahaan (Tobin’s Q).

c. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan institusional

sebesar -3,736 hal ini menujukkan setiap peningkatan 1 satuan

kepemilikan institusional maka akan meningkatkan nilai

perusahaan (Tobin’s Q) sebesar -3,736. Koefisien bernilai

negatif artinya terjadi hubungan negatif antara variabel

independen, semakin tinggi Kepemilikan institusional maka

semakin rendah nilai perusahaan (Tobin’s Q).

d. Nilai koefisien regresi variabel dewan komisaris sebesar -0,001

hal ini menunjukkan setiap peningkatan 1 satuan dewan

komisaris maka akan meningkatan nilai perusahaan (Tobin’s Q)

sebesar -0,001. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi

hubungan negatif antara variabel independen, semakin tinggi

84

http://digilib.mercubuana.ac.id/
dewan komisaris maka semakin rendah nilai perusahaan

(Tobin’s Q).

e. Nilai koefisien regresi variabel komite audit sebesar 0.572 hal

ini menunjukkan setiap peningkatan 1 satuan komite audit

maka akan meningkatkan nilai perusahan (Tobin’s Q) sebesar

0,572. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif

antara variabel independen, semakin tinggi komite audit maka

semakin tinggi nilai perusahaan (Tobin’s Q).

2. Hasil Uji Statistik t


Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual

dalam menerangkan variasi variabel dependen (Imam Ghozali,

2016, p. 97)

Salah satu cara meguji statatistik t yaitu membandingkan

nilai statistik t dengan titik krisis menurut tabel. Apabila nilai

statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel,

hipotesis alternatif yang meyatakan bahwa suatu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

Berdasarkan tabel 4.10 maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Variabel kepemilikan manajerial (X1) memiliki nilai t hitung

sebesar 2,230 sedangkan t tabel dapat dihitung pada tabel

dengan nilai α = 5% serta menggunakan derajat kebebasan df

85

http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang dilihat dari rumus n-k (n adalah jumlah sampel dan k

adalah jumlah variabel independent dan dependen) yaitu 41 – 5

= 36 sehingga diperoleh t tabel sebesar 2,02809. Maka T hitung

> T tabel (2,230 > 2.02809) dan variabel kepemilikan

manajerial memiliki tingkat signifikansi 0,032 lebih kecil dari

0,05 (0,032 < 0,05), sehingga hipotesis pertama diterima. Dapat

disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan.

b. Variabel kepemilikan institusional (X2) memiliki nilai t hitung

sebesar -2,250 sedangkan t tabel dapat dihitung pada tabel

dengan nilai α = 5% serta menggunakan derajat kebebasan df

yang dilihat dari rumus n-k (n adalah jumlah sampel dan k

adalah jumlah variabel independent dan dependen) yaitu 41 – 5

= 36 sehingga diperoleh t tabel sebesar 2,02809. Maka T hitung

< T tabel (-2,250 < 2,02809) dan variabel kepemilikan

institusional memiliki tingkat signifikansi 0,031 lebih kecil dari

0,05 (0,031 < 0,05), sehingga hipotesis kedua ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

c. Variabel dewan komisaris (X3) memiliki nilai t hitung sebesar -

1,568 sedangkan t tabel dapat dihitung pada tabel dengan nilai

α = 5% serta menggunakan derajat kebebasan df yang dilihat

dari rumus n-k (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah

86

http://digilib.mercubuana.ac.id/
variabel independent dan dependen) yaitu 41 – 5 = 36 sehingga

diperoleh t tabel sebesar 2,02809. Maka T hitung < T tabel (-

1,568 < 2,02809) dan variabel dewan komisaris memiliki

tingkat signifikansi 1,126 lebih besar dari 0,05 (1,126 > 0,05),

sehingga hipotesis ketiga ditolak. Dapat disimpulkan bahwa

dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

nilai perusahaan.

d. Variabel komite audit (X4) memiliki nilai t hitung sebesar

2,295 sedangkan t tabel dapat dihitung pada tabel dengan nilai

α = 5% serta menggunakan derajat kebebasan df yang dilihat

dari rumus n-k (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah

variabel independent dan dependen) yaitu 41 – 5 = 36 sehingga

diperoleh t tabel sebesar 2,02809. Maka T hitung > T tabel

(2,295 > 2,02809) dan variabel komite audit memiliki tingkat

signifikansi 0,028 lebih kecil dari 0,05 (0,028 < 0,05), sehingga

hipotesis keempat diterima. Dapat disimpulkan bahwa komite

audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

F. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahan, jika kepemilikan manajerial semakin

87

http://digilib.mercubuana.ac.id/
tinggi maka nilai perusahaan akan meningkat. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu

simbol yang dimiliki oleh perusahaan untuk menarik perhatian

investor dalam memilih emiten. Investor dapat saja beranggapan

bahwa kepemilikan saham oleh manajerial dapat mengatasi

masalah keagenan antara pemilik dan manajemen perusahaan

sehingga faktor tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Aryanto et al., 2020) yang menjelaskan bahwa

dengan adanya kepemilikan manajerial yang tinggi maka dapat

menyebabkan pihak manajemen pada perusahaan untuk

meningkatkan kinerjanya karena pihak manajemen di perusahaan

juga bagian dari pemegang saham perusahaan sehingga akan

melakukan banyak pertimbangan dalam pengambilan keputusan

untuk mengurangi atau meminimalisir resiko dan tidak akan

mementingkan kepentingan pribadinya sehingga dapat

mempengaruhi nilai perusahaan.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Putri Kartika Sari & Sanjaya, 2018) yang

menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan non keuangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Apabila jumlah dari kepemilikan

pihak manajerial dirasa kurang signifikan maka keuntungan bagi

88

http://digilib.mercubuana.ac.id/
pihak manajerial pun tidak besar, maka kepemilikan manajerial

yang tidak signifikan jumlahnya tidak akan mempengaruhi kinerja

dan motivasi manajerial untuk meningkatkan nilai perusahaan.

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh secara negative dan

signifikan terhadap nilai perusahan, yang berarti bahwa setiap

peningkatan kepemilikan institusional akan menyebabkan

penurunan nilai perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan

adanya kepemilikan saham institusional pada suatu perusahaan

belum tentu dapat meningkatkan nilai perusahaan dan menjamin

adanya keuntungan jangka panjang. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Aryanto et al., 2020) besarnya

kepemilikan institusional kurang efektif dalam melakukan

monitoring perilaku manajer di perusahaan.

Sehingga adanya kemungkinan bahwa kepemilikan

institusional yang merupakan mayoritas pemilik perusahaan akan

cenderung berpihak pada manajemen dan mengarah pada

kepentingan pribadi sehingga mengabaikan pemegang saham

minoritas, sehingga hal ini direspon negatif oleh pasar. Oleh karena

itu kepemilikan institusional belum mampu menjadi mekanisme

dalam meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini tidak sejalan

89

http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Putri Kartika Sari &

Sanjaya, 2018), (Ningtyas et al., 2014), dan (Widianingsih, 2018)

yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan

institusional maka semakin kuat tingkat pengendalian yang

dilakukan pihak eksternal terhadap perusahaan sehingga agency

cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai

perusahaan juga semakin meningkat.

3. Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahan, semakin tinggi dewan komisaris maka nilai perusahaan

akan menurun.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Oktari et al., 2018) yang menyatakan bahwa hasil menunjukkan

bahwa tingginya ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh

terhadap meningkatnya nilai perusahaan tersebut. Tetapi tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ningtyas et al.,

2014) dewan direksi mempunyai tanggung jawab dalam

pemantauan terhadap pengendalian internal, tanggungjawab

tersebut dalam hal menetapkan kebijakan, strategi serta prosedur

pengendalian intern, melaksanakan kebijakan dan startegi yang

telah disetujui oleh dewan komisaris, memelihara suatu struktur

organisasi, memastikan bahwa pendelegaisian wewenang berjalan

90

http://digilib.mercubuana.ac.id/
secara efektif yang didukung oleh penerapan akuntabilitas yang

konsisten dan memantau kecukupan dan efektifitas dari sistem

pengendalian intern.

4. Pengaruh Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa komite audit

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

semakin tinggi komite audit maka semakin tinggi pula nilai

perusahaan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Syafitri et al., 2018) bahwa jumlah anggota komite audit dalam

suatu perusahaan harus disesuaikan sesuai dengan kompleksitas

perusahaan dengan tetap selalu memperhatikan unsur efektivitas

dalam proses pengambilan keputusan sehingga memberikan

kontribusi dalam nilai perusahaan dan juga kualitas laporan

keuangan. Laporan keuangan telah mencerminkan kondisi

perusahaan sebenarnya dan disajikan secara wajar sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Putri Kartika Sari & Sanjaya, 2018) yang menyatakan bahwa

komite audit di dalam perusahaan bertugas untuk mengawasi

jalannya pembuatan laporan keuangan sehingga dapat menghindari

kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan. Namun jumlah

91

http://digilib.mercubuana.ac.id/
komite audit yang kurang signifikan dapat mengurangi efektivitas

pengawasan. Kurang maksimalnya komite audit dalam

menjalankan tugasnya membuat kualitas dari laporan keuangan

yang dihasilkan kurang maksimal sehingga tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

92

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai