Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP

PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG


TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2010 - 2015

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ujian


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi GICI

Oleh:

JENUL MUTAKIN
NIM: 242.13.00869

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI GICI
DEPOK
2017

i
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI GICI
DEPOK

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi Berjudul

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP


PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2010 - 2015

Oleh:

Nama : JENUL MUTAKIN


NIM : 242.13.00869
Program Studi : Akuntansi

Telah Disetujui dan Disahkan di Depok Pada Tanggal ______________ 2017

Dosen Pembimbing, Menyetujui,


plt. Ketua Program Studi Akuntansi

Anessa Musfitria, SE., M.Si Krisna Sudjana, SE., MM.

Mengesahkan,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi GICI

ii
DR. Ahmad Subagyo, SE., MM., CRBD

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i
LEMBARAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN........................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
1.3. Batasan Masalah ............................................................................ 5
1.4. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
1.5. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.6. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
1.7. Sistematika Penulisan .................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teori............................................................................... 8
2.1.1. Resorces Based Theory ..................................................... 8
2.1.2. Intellectual Capital ............................................................. 9
2.1.3. Modified Value Added Coeficient (M-VAIC) ..................... 10
2.1.4. Profitabilitas ....................................................................... 11
2.2. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 12
2.3. Kerangka Konseptual .................................................................... 15
2.4. Hipotesis ........................................................................................ 16
2.4.1. Pengaruh HCE terhadap profitabilitas .............................. 16
2.4.2. Pengaruh SCE terhadap profitabilitas ................................ 16
2.4.3. Pengaruh RCE terhadap profitabilitas ................................ 17
2.4.4. Pengaruh RCE terhadap profitabilitas ................................ 17
2.4.5. Pengaruh IC terhadap profitabilitas ................................... 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 20
3.2. Jenis Penelitian .............................................................................. 20
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 20
3.3.1. Populasi .............................................................................. 20
3.3.2. Sampel ................................................................................ 20
3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 21
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................. 21
3.5.1. Variabel Bebas .................................................................... 21
3.5.2. Variabel Terikat .................................................................. 24
3.6. Teknik Analisis Data ..................................................................... 26
3.6.1. Statistik Deskriptif ............................................................. 26
3.6.2. Uji Normalitas .................................................................... 26
3.6.3. Uji Asumsi Klasik .............................................................. 27
3.6.4. Analisis Regresi Berganda ................................................. 28
3.6.5. Uji Hipotesis ....................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Seiring perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks dan kemajuan
teknologi yang semakin canggih serta cepat baik dalam sektor industri maupun jasa,
persaingan usahapun akan menjadi lebih ketat untuk saling berlomba – lomba dalam
kemajuan usahanya demi mempertahankan kelangsungan dari perusahaan tersebut.
Kondisi demikian membuat para pelaku bisnis dalam usahanya untuk terus menerus
melakukan inovasi dan efisiensi. Salah satu dari efisiensi yang dapat dilakukan adalah
dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada agar menjadi semakin produktif.
Dewasa ini, pemanfaatan sumber daya pada bisnis yang berjalan bukan hanya
didasarkan pada tenaga kerja (labour – based business) saja melainkan pemanfaatan
dengan mengubah bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business) dengan
karakteristik utama ilmu pngetahuan. Dalam sistem manajemen yang berbasis
pengetahuan ini, maka modal yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya
keuangan, dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal
yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi (Poetri, 2015:1). Seiring dengan
perkembangan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi yang berbasis pengetahuan
dengan penerapan manajemen penerapan pengetahuan (knowledge management),
kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan
kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono dan Agustine, 2003:35-36).
Perkembangan ekonomi baru di kendalikan oleh informasi dan pengetahuan, hal ini
membawa sebuah peningkatan perhatian pada modal intelektual atau intellectual capital
(IC) (Stewart, 1997; Hong, 2007 dalam Kuryanto dan Muchamad, 2009:2). Modal
intelektual memiliki peran yang penting dalam ekonomi berbasis pengetahuan untuk
meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan menjadi sumber utama keunggulan
kompetitif atas pesaing ( Hendrawan, 2014 dalam Mayasani, 2015:9 ). Area yang
menjadi perhatian akademisi dan praktisi adalah manfaat dari Intelectual Capital sebagai
alat untuk menentukan nilai perusahaan (Hong, 2007; Guthrei, 2001 dalam Kuryanto
dan Muchamad, 2009:2). Dengan demikian, penelitian IC merupakan suatu tantangan

1
yang mesti di kembangkan. Oleh karena itu, beberapa penulis menyarankan untuk tidak
membentuk sistem manajemen dan pelaporan yang akan meningkatkan kurang
relevansian sistem. Karena sistem tersebut tidak dapat menyediakan eksekutif ( direksi )
informasi yang esensial untuk proses pengelolaan berdasarkan pengetahuan dan sumber
tak berwujud (Bornemann dan Leitner, 2002 dalam Kuryanto dan Muchamad, 2009:2).
Jika melihat kepada sejarah, perbedaan asset berwujud dan tidak berwujud dalam
hal ini Intelectual Capital ( IC ) tidak jelas. Karena IC dihubungkan sebagai goodwill
padahal keduanya berbeda (Accounting Principles Board, 1970; Accounting Standars
Board, 1997; Ikatan Akuntan Indonesia, 2007; Hong, 2007 dalam Kuryanto dan
Muchamad, 2009:2). Fakta tersebut dapat ditelusuri kembali ke awal tahun 1990-an
ketika gagasan umum nilai aktiva tak berwujud selalu dinamai goodwill sejak praktek
bisnis dan akuntansi diterapkan (International Federation of Accountans, 1998; Hong
2007 dalam Kuryanto dan Muchamad 2009:2). Menurut Abidin (2000) dalam Kuryanto
dan Muchamad (2009:3), modal intelektual masih belum dikenal secara luas di
Indonesia. Sampai dengan saat ini, perusahaan – perusahaan di Indonesia cenderung
menggunakan Conventional Based dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang
dihasilkan masih miskin kandungan teknologinya. Di samping itu, perusahaan –
perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap Human Capital,
Struktural Capital, dan Customer Capital. Padahal semua ini merupakan elemen
pembangun modal intelektual perusahaan. Kesimpulan ini dapat di ambil karena
minimnya informasi tentang modal intelektual di Indonesia.
Selanjutnya, Abidin (2000) dalam Kuryanto dan Muchamad (2009:3-4)
menyatakan bahwa perusahaan – perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila
menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi – inovasi kreatif
yang dihasilkan modal intelektual perusahaan. Hal ini akan mendorong terciptanya
produk – produk yang favourable di mata konsumen.
Dari segi keilmuan, penelitian mengenai IC mulai sering dilakukan sejak tahun
1998. Pada awalnya banyak penelitian yang lebih mengarah pada pengklasifikasian
konsep IC (Ulum, 2009 dalam Yogidanarinto, 2011:15). Studi pertama dimulai dengan
identifikasi, representasi, dan klasifikasi komponen IC (Edvinsson dan Malone,1997
dalam Yogidanarinto, 2011:15). Dari berbagai sektor industri perusahaan yang ada,

2
berdasarkan Research and Development pada tahun 2011 sumber data dari IFPMA
(International Federation of Pharmaceutical Manufacturers & Association)
menunjukkan bahwa yang konsisten dalam investasi untuk keperluan belanja Research
and Development adalah sektor Farmasi dan Bioteknologi. Industri farmasi dikenal
sebagai industri padat pengetahuan (knowledge based industry) dengan karakteristik
belanja R & D yang besar melebihi rata-rata industri (Sampurno, 2007 dalam Mayasani,
2015:2).
Banyak para peneliti yang telah melakukan penelitian yang berhubungan dengan
modal intelektual, seperti penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012), dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Farmasi di BEI” menghasilkan penelitian dengan model regresi linear sederhana
yaitu, intellectual capital berpengaruh positif terhadap Retun on Asset, Hal ini
disebabkan karena perusahaan lebih memaksimalkan pemanfaatan asetnya untuk
mendorong kualitas karyawan yang dimiliki guna meningkatkan laba yang dihasilkan.
Intellectual capital berpengaruh positif terhadap Return on Equity. Hal ini disebabkan
karena pengembalian modal hanya dipengaruhi oleh faktor yang berupa pengetahuan
karyawan. Intellectual capital berpengaruh positif terhadap earning per share. Hal ini
disebabkan perusahaan mampu memanfaatkan dan mengelola modal intelektual yang
dimiliki dengan baik dan secara maksimal, sehingga dapat memberikan nilai tambah
terhadap laba per lembar sahamnya.
Kartika dan Saarce (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Intellectual Capital
pada Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
Tahun 2007 – 2011”, yang menguji pengaruh intellectual capital terhadap profitabilitas
perusahaan dengan menggunakan beberapa variabel kontrol yang di identifikasi sebagai
faktor yang mempengaruhi profitabilitas antara lain adalah Value Added Human Capital
( VAHU ), Structural Capital Value Added ( STVA ), dan Value Added Capital
Employed ( VACA ) dengan model penelitian regresi linear berganda. Hasil penelitian
Kartika dan Saarce (2013) adalah dengan menggunakan uji signifikansi simultan (uji F)
dan uji signifikansi parsial (uji t) dengan α = 5%. Hasil uji F menunjukkan bahwa Value
Added Human capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), dan Value Added
Capital employed (VACA) mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama

3
terhadap profitabilitas. Hasil uji t menunjukkan bahwa Value Added Human capital (VAHU)
tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan Structural Capital Value Added
(STVA), dan Value Added Capital employed (VACA) berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas.
Cahyani, Tara dan Jelita (2015) melakukan penelitian dengan variabel independen
dan variabel dependen yang sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Wijaya (2012)
dan Kartika dan Saarce (2013) yaitu intellectual capital sebagai variabel independen dan
Return on Asset ( ROA ) sebagai variabel dependen. Dengan menggunakan metode
analisis data partial least squares (PLS) dan judul penelitian “Pengaruh Intellectual
Capital Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia” yang menghasilkan penelitian bahwa :
1. Setelah dilakukan tabulasi dan olah data dalam pengujian hipotesis, maka dapat
disimpulkan bahwa intellectual capital (IC) berpengaruh terhadap profitabilitas
secara keseluruhan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk tahun 2010-2013.
2. Pada hasil analisis data juga diperoleh bahwa intellectual capital (IC) berpengaruh
terhadap profitabilitas sebelum dan sesudah implementasi IFRS (International
Financial Reporting Standards) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk memberikan informasi
tambahan dari komponen pendukung atas komponen utama penelitian.
3. Pada pengujian setiap sektor industri manufaktur bertujuan untuk membuktikan
konsistensi pengaruh intellectual capital terhadap profitabilitas, sehingga hasilnya
adalah sektor industri semen dan sektor plastik kemasan yang menunjukkan bahwa
intellectual capital (IC) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas untuk tahun 2010-
2011.
Dari penelitian – penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat hubungan positif
terkait dengan intellectual capital terhadap profitabilitas perusahaan. Namun, seiring
berkembangnya zaman dan perubahan global peneliti berkeinginan untuk meneliti
kembali tentang metode pengukuran ini pada perusahaan farmasi dengan tahun yang
berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode M-VAIC
(Modified Value Added Intellectual Coefficient) untuk mengukur tingkat intellectual

4
capital perusahaan. Metode M-VAIC merupakan model pengembangan pengukuran
modal intelektual VAICTM (Pulic, 1997) yang dikembangkan oleh Ulum (2014:109-110)
dengan menambahkan satu komponen dari IC yaitu Relational Capital Efficiency (RCE).
Sehingga M-VAIC terdiri dari empat komponen, yaitu : Human Capital Efficiency
(HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Relational Capital Efficiency (RCE), dan
Capital Employed Efficiency (CEE).
Berdasarkan hal yang telah di kemukakan di atas, maka penelitian ini di beri judul
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2010 – 2015.

1.2. Identifikasi Masalah


Beberapa permasalahan yang muncul, dapat diidentifikasi oleh penulis sebagai
berikut:
1. Perkembangan perusahaan yang semakin kompleks, menuntut setiap perusahaan
untuk terus berinovasi dan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada agar
semakin produktif.
2. Indikator keberhasilan perusahaan yang bukan hanya didasarkan pada aset berwujud
saja, melainkan dapat pula dengan menggunakan indikator aset tak berwujud dalam
hal ini IC ( Intellectual Capital ) yang masih belum jelas dan belum banyak
digunakan.
3. Masih banyaknya perusahaan di Indonesia yang belum memanfaatkan Intellectual
Capital sebagai indikator dalam menambah nilai tambah sebuah perusahaan.
4. Perlunya pengembangan lebih lanjut dari model IC ( Intellectual Capital ) yang
sudah ada sebelumnya, sehingga IC ( Intellectual Capital ) ini bisa dimanfaatkan
oleh perusahaan.

1.3. Pembatasan Masalah


Hasil identifikasi masalah yang ada di Perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI
menunjukkan bahwa permasalahan yang ada cukup banyak. Guna mencegah
mengembangnya penelitian maka penulis membatasi masalah agar terperinci dan jelas.

5
Harapannya dalam pemecahan masalah lebih terarah. Oleh sebab itu penulis membatasi
penelitian ini hanya pada pengaruh intellectual capital pada perusahaan farmasi yang
terdaftar di BEI periode 2010 – 2015.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas bahwa perusahaan farmasi merupakan
perusahaan yang konsisten dalam investasi untuk keperluan belanja Research and
Development maka selanjutnya dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah secara parsial Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif
terhadap profitabilitas ?
2. Apakah secara parsial Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif
terhadap profitabilitas ?
3. Apakah secara parsial Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif
terhadap profitabilitas ?
4. Apakah secara parsial Relational Efficiency (RCE) berpengaruh positif terhadap
profitabilitas ?
5. Apakah intellectual capital yang terdiri dari HCE, SCE, CEE, dan RCE
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan farmasi ?

1.5. Tujuan Penelitian


Melihat rumusan malasah di atas maka penelitian ini mempunyai beberapa tujuan,
yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Human Capital Efficiency (HCE)
terhadap profitabilitas.
2. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Structural Capital Efficiency (SCE)
terhadap profitabilitas.
3. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Capital Employed Efficiency (CEE)
terhadap profitabilitas ?
4. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Relational Efficiency (RCE) terhadap
profitabilitas ?
5. Untuk menganalisis pengaruh intellectual capital yang terdiri dari HCE, SCE,
CEE, dan RCE terhadap profitabilitas perusahaan farmasi.

1.6. Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
diantaranya adalah :
1. Bermanfaat untuk melakukan penelitian di masa yang akan datang.

6
2. Bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah suatu perusahaan melalui evaluasi
kinerja perusahaan.

1.7. Sistematika Penulisan


Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari 5 bab yang masing – masing menjabarkan
isi dari bab – bab tersebut dengan sistematikaa sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini di uraikan terkait dengan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Bab II ini mengemukakan tinjauan teori – teori terkait dengan permasalahan
yang akan di teliti dan menjawab pertanyaan - pertanyaan dari rumusan
masalah secara hipotesa ( dugaan sementara ) dengan hipotesis dan penelitian
sebelumnya.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini berisi deskripsi tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan secara
operasional. Menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional
variabel. Dalam bab ini diuraikan secara rinci perhitungan pendekatan variabel
– variabel yang ada. Populasi dan sampel penelitian jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data dan metode analisis juga dipaparkan didalam bab ini.
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
Dalam tahap ini menjelaskan hasil dari analisis data yang telah dilakukan lalu
dibahas secara jelas dan padat.
BAB V SIMPULAN
Hasil dari semua penelitian yang telah dilakukan disimpulkan pada bab ini dan
pemberian saran.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Resorces Based Theory
Kegiatan operasional perusahaan merupakan salah satu kunci dalam menjalankan
sebuah kegiatan usaha. Dengan adanya operasional, perusahaan akan mendapatkan suatu
barang atau jasa yang dapat di distribusikan kepada masyarakat, dalam hal ini adalah
penjualan kepada konsumen. Namun, dalam kegiatan operasional ini tidak lepas dengan
pemanfaatan daripada sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Seperti teori yang di
kemukakan oleh Kuryanto (2008) dalam Mayasani (2015:5), “ Resource Based Theory
membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan
tersebut dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dan
menyatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya dengan
baik dapat menciptakan keunggulan kompetitif sehingga dapat menciptakan nilai bagi
perusahaan ”.
Agar sebuah perusahaan memiliki keunggulan komparatif, suatu perusahaan
tersebut membutuhkan dua hal utama (Kuryanto, 2008 dalam Mayasani, 2015:5) yaitu :
1. Memiliki keunggulan dalam sumber daya yang dimilikinya, baik berupa aset yang
berwujud maupun yang tidak berwujud.
2. Kemampuan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya tersebut secara efektif.

Kemudian, dikutip dalam Yogidanarinto (2011:22), Madhani (2009) menyatakan


bahwa suatu sumber daya dapat memberikan keunggulan komparatif apabila memenuhi
beberapa kriteria. Kriteria tersebut meliputi :
1. Berharga (Valuable)
Sumber daya akan menjadi berharga jika memberikan nilai strategis bagi perusahaan.
Sumber daya memberikan nilai jika membantu perusahaan dalam memanfaatkan
peluang pasar atau membantu dalam mengurangi ancaman pasar. Jika suatu sumber
daya tidak memberikan nilai bagi perusahaan berarti sumber daya tersebut tidak
berharga (valuable).
2. Langka (Rare)

8
Sumber daya yang sulit untuk ditemukan di antara pesaing akan menjadi potensi
perusahaan. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau unik untuk menawarkan
keunggulan kompetitif.
3. Imperfect Imitability
Sumber daya dapat menjadi dasar keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya
jika perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini tidak bisa mendapatkan atau
tidak dapat meniru sumber daya tersebut.
4. Non-substitusi (N)
Sumber daya yang bersifat non – subtitusi menunjukkan bahwa sumber daya tersebut
tidak dapat diganti dengan alternatif sumber daya lain. Di sini, pesaing tidak dapat
mencapai kinerja yang sama dengan mengganti sumber daya dengan sumber daya
alternatif lainnya.

2.1.2. Intelectual Capital


Banyak peneliti yang mengemukakan definisi terkait dengan Intelektual Capital.
Seperti yang di kutip dalam Ulum (2008:78-79) definisi - definisi yang dikemukakan
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Brooking (1996) mendefinisikan IC sebagai berikut: “IC is the term given to the
combined intangible assets of market, intellectual property, human-centred and
infrastructure–which enable the company to function”.
2. Stewart (1997) menyebut bahwa: “IC is intellectual material–knowledge,
information, intellectual property, experience–that can be put to use to create
wealth”.
3. Menurut Bontis et. al. (1998) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti
mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu : Human Capital (HC), Structural
Capital (SC), dan Customer Capital (CC). Secara sederhana Human Capital
merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang
direpresentasikan oleh karyawannya.
Namun, pengukuran Intelectual Capital telah di kembangkan kembali oleh Ulum
(2014:109-110) menjadi M-VAIC. Hal yang membedakan antara Value Added
Intellectual Coefficient (VAICTM) dan Modified Value Added Intellectual Coefficient
(M-VAIC) yakni adanya penambahan komponen yang diperhitungkan. Pada VAIC TM,

9
komponennya terdiri dari HCE, SCE, dan CEE, sedangkan pada M-VAIC terdapat
penambahan satu komponen yakni RCE.

2.1.3. Modified Value Added Intelektual Coeficient (M-VAIC)


Model pengukuran Intelektual Capital yang di kembangkan oleh Ulum
(2014:107-110) menjelaskan komponen – komponen tersebut yang terdiri dari :
1. Human Capital Efficiency (HCE)
Value Added (VA) dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan
Structural Capital (SC). Hubungan lain dari Value Added (VA) Capital Employed
(CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan CEE. Human capital juga merupakan
tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan
kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan
kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki oleh orangorang yang ada dalam perusahaan tersebut
(Sawarjuwono dan Agustine, 2003:38). Human capital akan meningkat jika
perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.
(Brinker 2000 dalam Sawarjuwono dan Agustine, 2003:38) memberikan beberapa
karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training programs,
credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs,
individual potential and personality.
2. Structural Capital Efficiency (SCE)
Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha
karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis
secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing,
budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang
dimiliki oleh perusahaan (Sawarjuwono dan Agustine, 2003:38).
Structural Capital Efficiency (SCE) adalah kontribusi Structural Capital (SC) dalam
penciptaan nilai. SCE mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1
rupiah dari Value Added (VA) dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC
dalam penciptaan nilai (Tan, Pembajak, dan Hancock, 2007 dalam Ulum, 2014:108).
Structural Capital (SC) diperoleh dengan cara Value Added dikurangi Human
Capital.

10
3. Relational Capital Efficiency (RCE)
Relational Capital Efficiency (RCE) merupakan komponen terbaru dalam
menghitung modal intelektual perusahaan yang dimodifikasi oleh Ulum (2014:109).
Relational capital merupakan hubungan harmonis yang dimiliki oleh perusahaan
dengan para mitranya, baik berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas,
pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan,dan berasal dari
hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun masyarakat sekitar (Sawarjuwono
dan Agustine, 2003:39). Rasio ini mengukur jumlah relational capital yang
dibutuhkan untuk dapat menghasilkan satu unit moneter dari nilai tambah. Relational
Capital (RC) diukur dengan menggunakan biaya pemasaran perusahaan (Ulum,
2014:109).
4. Capital Employed Efficiency (CEE)
Capital Employed Efficiency (CEE) merupakan indikator nilai tambah terhadap
efisiensi dari capital employed (Chen et al, 2005 dalam Mayasani,2015:10). CEE
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya berupa capital
asset. Apabila capital asset dikelola dengan baik maka akan dapat meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan (Mayasani, 2015:10)

2.1.4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan suatu pengukuran atas kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan atau meningkatkan laba (Cahyani, Tara, dan Jelita, 2015:5). Profitabilitas
adalah sebuah pengukuran tertentu untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan
sehingga diketahui tujuan pencapaiannya. Rasio profitabilitas adalah rasio yang
mengukur bagaimana tingkat pengembalian perusahaan dibandingkan dengan
penjualannya, investasi aset, dan ekuitasnya (Wijaya, 2012:19). Dalam mengukur rasio
profitabilitas, banyak pengukuran yang dapat dilakukan. Seperti yang dikemukakan oleh
Wijaya (2012:19) bahwa ada lima (5) pengukuran rasio profitabilitas, yaitu :

1. Gross Profit Margin (GPM)


Mengukur berapa banyak laba yang tersisa dari setiap rupiah penjualan setelah
dikurangi dengan harga pokok barang dijual.
2. Net Profit Margin (NPM)

11
Mengukur laba bersih dari setiap rupiah penjualan setelah dikurangi harga pokok dan
seluruh beban termasuk bunga dan pajak.
3. Earnings per Share (EPS)
Jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar
selama periode pelaporan.
4. Return on Asset (ROA)
Mengukur tingkat pengembalian total aset.
5. Return on Equity (ROE)
Mengukur tingkat pengembalian total ekuitas.
Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang akan digunakan adalah dengan rasio
Return on Asset. Dimana rasio ini untuk mengetahui dampak dari intellectual capital
terhadap penggunaan aset (Wijaya, 2012:19).

2.2. Penelitian Terdahulu


Penlitian terdahulu yang berhubungan intellectual capital relatif banyak dilakukan.
Namun demikian penelitian tersebut memiliki variasi yang berbeda seperti penggunaan
variabel dependen, lokasi penelitian, jumlah perusahaan, jenis perusahaan yang berbeda
dan lain sebagainya. Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
intellectual capital disajikan di bawah ini.
Wijaya (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Intellectual Capital
Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Farmasi di BEI” menghasilkan penelitian dengan
model regresi linear sederhana yaitu , intellectual capital berpengaruh positif terhadap
Retun on Asset, Hal ini disebabkan karena perusahaan lebih memaksimalkan
pemanfaatan asetnya untuk mendorong kualitas karyawan yang dimiliki guna
meningkatkan laba yang dihasilkan. Intellectual capital berpengaruh positif terhadap
Return on Equity. Hal ini disebabkan karena pengembalian modal hanya dipengaruhi
oleh faktor yang berupa pengetahuan karyawan. Intellectual capital berpengaruh positif
terhadap earning per share. Hal ini disebabkan perusahaan mampu memanfaatkan dan
mengelola modal intelektual yang dimiliki dengan baik dan secara maksimal, sehingga
dapat memberikan nilai tambah terhadap laba per lembar sahamnya.
Kartika dan Saarce (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Intellectual Capital
pada Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
Tahun 2007 – 2011”, menganalisa pengaruh intellectual capital terhadap profitabilitas
perusahaan. Penelitian ini juga menggunakan beberapa variabel kotrol yang diidentifikasi

12
sebagai faktor yang mempengaruhi profitabilitas antara lain meliputi Value Added Human
capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), dan Value Added Capital
employed (VACA). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
bergerak pada sektor perbankan. Penarikan sampel dilakukan menggunakan purposive
sampling method sehingga diperoleh 22 perusahaan yang akan digunakan sebagai sampel
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi linear
berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi simultan (uji
F) dan uji signifikansi parsial (uji t) dengan α = 5%. Hasil uji F menunjukkan bahwa Value
Added Human capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), dan Value Added
Capital employed (VACA) mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
terhadap profitabilitas. Hasil uji t menunjukkan bahwa Value Added Human capital (VAHU)
tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan Structural Capital Value Added
(STVA), dan Value Added Capital employed (VACA) berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas.
Cahyani, Tara dan Jelita (2015) melakukan penelitian dengan variabel independen
dan variabel dependen yang sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Wijaya (2012)
dan Kartika dan Saarce (2013) yaitu intellectual capital sebagai variabel independen dan
Return on Asset ( ROA ) sebagai variabel dependen dalam judul penelitian “Pengaruh
Intellectual Capital terhadap profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. Dengan menggunakan metode analisis data partial least squares
(PLS) yang menghasilkan penelitian bahwa :
1. Setelah dilakukan tabulasi dan olah data dalam pengujian hipotesis, maka dapat
disimpulkan bahwa intellectual capital (IC) berpengaruh terhadap profitabilitas
secara keseluruhan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk tahun 2010-2013.
2. Pada hasil analisis data juga diperoleh bahwa intellectual capital (IC) berpengaruh
terhadap profitabilitas sebelum dan sesudah implementasi IFRS (International
Financial Reporting Standards) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk memberikan informasi
tambahan dari komponen pendukung atas komponen utama penelitian.
3. Pada pengujian setiap sektor industri manufaktur bertujuan untuk membuktikan
konsistensi pengaruh intellectual capital terhadap profitabilitas, sehingga hasilnya

13
adalah sektor industri semen dan sektor plastik kemasan yang menunjukkan bahwa
intellectual capital (IC) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas untuk tahun 2010-
2011.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

PENELITI JUDUL VARIABEL ANALISIS HASIL

Wijaya Pengaruh Independen: Analisis 1. VAIC berpengaruh positif dan


(2012) Intellectual Capital IC (VAIC). Regresi signifikan terhadapa ROA
Terhadap Dependen: Linier dengan nilai Sig. Sebesar
Profitabilitas pada ROA, ROE, Sederhana 0,045.
Perusahaan Farmasi dan EPS
2. VAIC berpengruh positif dan
di BEI
signifikan terhadap ROE dari
uji t dengan nilai Sig. 0,001.
3. VAIC berpengruh terhadap
EPS dari uji t dengan nilai Sig.
0,001.
4. VAIC berpengaruh terhadap
profitabilitas(ROA,ROE, dan
EPS) dengan hasil uji t nilai
signifikansi kurang dari 0,05
Independen :
Kartika dan Pengaruh Analisis 1. Uji F, semua variabel X
IC
Saarce Intellectual Capital Regresi berpengaruh signifikan
(VAHU/HC,
(2013) Terhadap Linier terhadap profitabilitas
STVA/SC,
Profitabilitas pada Berganda
VACA/CE). 2. Uji t, variabel VAHU/HC tidak
Perusahaan
Dependen : berpengaruh terhadap
Perbankan yang
ROA profitabilitas.
terdaftar di BEI
pada tahun 2007- 3. Uji t, hanya variabel STVA/SC
2011 dan VACA/CE berpegaruh
positif signifikan terhadap
profitabilitas
Independen :
Cahyani, Pengaruh Analisis 1. Hasil olah data menyimpulkan
IC
Tara, dan Intellectual Capital Regresi bahwa, semua variabel X
(VAHU/HC,
Jelita Terhadap Linier berpengaruh terhadap
STVA/SC,
(2015) Profitabilitas pada Berganda profitabilitas
VACA/CE).
Perusahaan
Dependen : 2. Hasil olah data menyimpulkan
Manufaktur yang
ROA bahwa, variabel X
terdaftar di BEI
berpengaruh terhadap
profitabilitas sebelum dan
sesudah implementasi
IFRS(International Financial
Reporting Standars)
3. Pengujian terhadap sektor
industri semen dan sektor
plastik kemasan Intellectual
Capital (IC) tidak

14
berpengaruh terhadap
profitabilitas untuk tahun
2010-2011

Sumber: Kampus Terkait (2017)

2.3. Kerangka Konseptual


Di bawah ini adalah gambaran kerangka konseptual yang digunakan dalam
penelitian ini untuk mengetahui teori hubungan dengan faktor – faktor yang telah di
identifikasi sebagai masalah yang penting.
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Sumber: Penulis (2017)

H1 (+)
Human Capital Efficiency
(HCE)

H2 (+)
Structural Capital
Efficiency
PROFITABILITAS
H3 (+) (ROA)
Relational Capital
Efficiency

H4 (+)
Capital Employe Efficiency
(CEE)

H5 (+)

2.4. Hipotesis
2.4.1. Pengaruh Human Capital Efficiency terhadap Profitabilitas
Human Capital (HC) menggambarkan sumber daya manusia dengan
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang unggul, maka dapat meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan sehingga mencapai keunggulan kompetitif (Kartika dan

15
Saarce, 2013:18). Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk
menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki orang – orang yang
ada dalam perusahaan tersebut (Sawarjuwono dan Agustine, 2003:38). Indikasi gaji dan
tunjangan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, mampu mmeningkatkan
karyawan dalam mendukung kinerja perusahaan sehingga HC dapat menciptakan value
added serta meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan (Kartika dan Saarce,
2013:18). Laba akuntansi merupakan ukuran return bagi pemegang saham
(shareholder), sementara value added merupakan ukuran yang lebih akurat yang
diciptakan oleh stakeholder (Ulum, 2008 dalam Kartika dan Saarce, 2013:18). Value
added yang dimiliki perusahaan salah satunya dihasilkan oleh efisiensi dari human
capital. Artinya, perusahaan mampu memaksimalkan pengetahuan, keahlian, jaringan
sehingga menciptakan nilai, sehingga hal ini juga dapat menguntungkan shareholder
karena manajemen mampu mengelola organisasi untuk kepentingan mereka. Salah satu
ukuran kepentingan shareholder yaitu ROA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa human
capital memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan hubungan positif
(Kartika dan Saarce, 2013:18).
H1 : Value Added Human Capital/HCE berpengaruh positif terhadap
profitabilitas.
2.4.2. Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Profitabilitas
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan
untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara
keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya
organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki
perusahaan (Sawarjuwono dan Agustine, 2003:38). Tanpa diiringi oleh pengelolahan SC
yang baik maka akan menghambat produktivitas karyawan dalam menghasilkan value
added (Basyar, n.d dalam Kartika dan Saarce, 2013:18). Manajemen yang mampu
mengelolah SC dengan baik akan membantu meningkatkan kinerja perusahaan sehingga
dapat meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan (Kartika dan Saarce, 2013:18).
Jadi dapat disimpulkan bahwa structural capital memiliki pengaruh sigfnifikan terhadap
profitabilitas dan hubungan positif.

16
H2 : Structural Capital Efficiency berpengaruh positif terhadap profitabilitas
2.4.3. Pengaruh Relational Capital Efficiency terhadap Profitabilitas
Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/association network
yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para
pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas
akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan
dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar (Sawarjuwono dan Agustine,
2003:39). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2014), yang menguji pengaruh
relational capital terhadap value added (nilai tambah) tidak memberikan kontribusi yang
signifikan pada perusahaan perbankan. Nilai R2 yang diperoleh untuk relational capital
berada dalam kisaran antara 0,461-0,665, angka ini relatif lebih kecil dari komponen lain
karena jumlah investasi relational capital diproksi oleh biaya pemasaran
(Ulum,2014:114). Dengan demikian, Relational Capital Efficiency tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai tambah peusahaan.
H3: Relational Capital Efficiency (RCE) tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai tambah perusahaan / profitabilitas
2.4.4. Pengaruh Capital Employe Efficiency terhadap Profitabilitas
Capital employed (CE) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola sumber daya berupa capital asset yang apabila dikelola dengan baik akan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Kartika dan Saarce, 2013:18-19). VACA
merupakan bentuk dari kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya yang
berupa capital asset. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan capital asset yang baik,
maka perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan, pertumbuhan perusahaan, dan
nilai pasar (Kusumo, 2012 dalam Kartika dan Saarce, 2013:19). Pemanfaatan efisiensi
CE yang digunakan dapat meningkatkan ROA, karena modal yang digunakan
merupakan nilai aset yang berkontribusi pada kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan (Kartika dan Saarce, 2013:19). Semakin baik perusahaan
dalam mengelola komponen - komponen intellectual capital, maka menunjukkan
semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Jika perusahaan mampu mengelola aset
dengan baik dan dapat menekan biaya operasional, maka dapat meningkatkan value
added dari hasil kemampuan intelektual perusahaan. Dengan demikian, dapat

17
disimpulkan bahwa capital employed efficiency memiliki pengaruh sigfnifikan terhadap
profitabilitas dan hubungan positif.
H4 : Capital Employe Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap
profitabilitas
2.4.5. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Profitabilitas
Meskipun meningkatnya pengakuan pentingnya Intellectual Capital (IC) dalam
berkendara nilai – nilai perusahaan dan keunggulan kompetitif, standar akuntansi yang
mengatur IC masih sangat terbatas (Ulum, 2014:104). Intellectual Capital (IC) adalah
aset tidak terwujud yang penting untuk kemajuan dan perkembangan perusahaan.
Namun, metode pengukurannya tidak mudah karena ketentuan yang masih terbatas
seperti yang tercantum dalam PSAK 19 yang menyatakan bahwa aset tidak berwujud
diakui dan hanya jika : 1).Kemungkinan besar yang Perusahaan akan memperoleh
manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut, dan 2). Biaya aset dapat diukur secara
andal (Ulum, 2014:104). Oleh karena persyaratan itulah, seorang peneliti yang bernama
Pulic (1998) mengembangkan metode pengukuran yang dikenal dengan VAIC TM (Value
Added Intellectual Coeficient). VAICTM tidak mengukur IC itu sendiri, tetapi mengukur
dampak dari manajemen IC (Ulum, 2009b, Ulum, Ghozali, dan Chariri 2008 dalam
Ulum, 2014:104). Model VAICTM yang dibangun oleh Pulic (1998) terdiri dari tiga (3)
komponen, yaitu : Human Capital Efficiency (HCE), Struktural Capital Efficiency
(SCE), dan Capital Employe Efficiency (CEE) (Ulum, 2014:104).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Saarce (2013), hasil
pengukuran yang dilakukan atas ketiga komponen tersebut menghasilkan bahwa
Intellectual Capital yang terdiri dari HCE, SCE, dan CEE menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Jika perusahaan mengelola IC dengan
baik, maka perusahaan tersebut sudah dapat mengelola aset perusahaan dengan baik
pula. Sehingga, semakin baik perusahaan dapat mengelola aset dan mampu menekan
biaya operasional, maka nilai tambah perusahaan dapat meningkat atas hasil kemampuan
intellectual perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
Intellectual Capital berpengaruh poritif terhadap profitabilitas.
H5: Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

18
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan di ambil dari website resmi BEI www.idx.com.
Waktu penelitian mulai dari pada Bulan Desember 2016 sampai dengan Bulan Juni
2017.

3.2. Jenis Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan design
penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian dengan design deskriptif yaitu untuk
mengetahui nilai masing – masing variabel, baik satu variabel atau lebih sifatnya
independen tanpa membuat hubungan maupun perbandingan dengan variabel yang lain.
Penelitian dengan desain asosiatif yaitu penelitian yang di design untuk mengetahui
pengaruh interaksi antara dua variabel atau lebih.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi merupakan jumlah dari keseluruhan objek dari satu – satuan atau
individu yang memiliki karakteristik yang akan diduga. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
berjumlah 11 perusahaan.

3.3.2. Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling
dengan tujuan mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang
sudah ditentukan (Indriantoro dan Supomo, 2002 dalam Dwipayani, 2014:47).
Kemudian menurut Sekaran (2006) dalam Dwipayani (2014:47) mengemukakan bahwa
penggunaan metode purposive sampling bertujuan agar peneliti mendapatkan informasi
dari kelompok sasaran yang spesifik. Berikut ini adalah kriteria dalam penentuan
sampel:

20
1. Perusahaan tidak mengalami delisting di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 –
2015. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap.
2. Perusahaan memiliki tahun buku yang berakhir pada 31 Desember tahun 2010 –
2015 dan telah di audit.
3. Perusahaan memiliki nilai laba positif selama tahun 2010 – 2015.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik / metode dokumentasi. Teknik ini adalah pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mempelajari atau mengumpulkan catatan atau dokumen yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, dokumentasi teknik ini tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian, melainkan dengan cara menelusuri
dokumen – dokumen dari data idx.

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel


3.5.1. Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variable) atau yang biasa disebut dengan variabel X
yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat (dependent variable) atau yang sering
disebut dengan variabel Y. Dalam penelitian ini, independent variable yang digunakan
adalah HCE, SCE, RCE, dan CEE yang di ukur dengan metode M-VAIC. M-VAIC
adalah ukuran komprehensif IC berdasarkan model VAIC TM. Hal ini dimulai dengan
menghitung VA dengan menggunakan rumus yang diusulkan oleh Pulic (2000a) dalam
Ulum (2014:108-109). Dibawah ini adalah rumus – rumus untuk menganalisis pengaruh
Intellctual Capital terhadap profitabilitas.
1. Menghitung VA (Pulic,2000a dalam Ulum, 2014:108-109)
Untuk bisa menghitung variabel – variabel X, yang harus dilakukan pertama adalah
dengan menghitung nilai Value Added (VA) menggunakan rumus di bawah ini.
VA = OP + EC + D + A
Dimana :
VA : Value Added
OP : Operation Profit / Laba Operasi

21
EC : Employe Cost / Biaya Karyawan
D : Depresiasi
A : Amortisasi
2. Menghitung HCE (Pulic,2000a dalam Ulum, 2014:108-109)
Menurut Pulic (2004) dalam Ulum (2014:109), VAICTM adalah jumlah dari
Intellectual Capital Efficiency (ICE) dan Capital Employe Efficiency (CEE),
sementara ICE adalah HCE (Human Capital Efficiency) ditambah SCE (Structural
Capital Efficiency). Tahap kedua adalah dengan mencari nilai HCE (Human Capital
Efficiency) sebagai variabel X1 dengan rumus berikut:

HCE = VA
HC
Dimana :
HCE : Human Capital Efficiency (rasio VA ke HC)
VA : Value Added
HC : Human Capital (Jumlah gaji dan upah)
3. Menghitung SCE (Pulic,2000a dalam Ulum, 2014:108-109)
Tahap ketiga adalah menhitung nilai Structural Capital Efficiency (SCE) sebagai
variabel X2 dengan rumus :

SCE = SC
VA
Dimana :
SCE : Structural Capital Efficiency (rasio SC ke VA)
SC : Structural Capital (VA – HC)
4. Menghitung RCE (M-VAIC) (Ulum, 2014)
Dalam M-VAIC, Ulum (2014:109-110) menambahkan komponen ketiga dari IC,
yaitu RCE (Relational Capital Efficiency). RCE menggambarkan efisiensi investasi
dalam aspek relasional. Dalam hal ini, modal relasional diproksikan dengan biaya
pemasaran. Rumus RCE (Relational Capital Efficiency) sebagai variabel X3 sebagai
tahap ke empat adalah :

RCE = RC
VA
Dimana :
RCE : Relational Capital Efficiency (rasio RC untuk VA)

22
RC : Relational Capital / biaya pemasaran (Nazari dan Herremans, 2007
: dalam Ulum, 2014:110).
5. Menghitung CEE (Pulic, 2000a dalam Ulum, 2014:110)
Pulic (2004) dalam Ulum (2014:110) berpendapat bahwa untuk memiliki gambaran
yang luas dari efisiensi semua sumber daya, itu adalah penting untuk modal
finansial dan modal fisik (Capital Employed) sebagai salah satu pertimbangan CEE
(Capital Employed Efficiency) sebagai variabel X4 merupakan tahap ke lima untuk
mendapatkan nilainya dihitung dengan rumus:

CEE = VA
CE
Dimana :
CEE : Capital Employed Efficiency (rasio VA ke CE)
CE : Capital Employed (nilai buku dari tortal aset)
6. Tahap ke enam adalah untuk bisa mendapatkan nilai Modified Value Added
Coeficient sebagai variabel X5 yaitu dengan cara berikut ini :

M-VAIC = HCE + SCE + RCE + CEE

23
Gambar 3.1. Gambar Perumusan M-VAIC

Value Added Efficiency Indicators Overall

Human Capital
(HC) HCE

Intellectual Structural Capital


SCE ICE
Capital (SC)

Relational Capital
RCE M-VAIC
(RC)

Capital Employed
ICE
(CE)

Sumber : dimodifikasi dari Laing, Dunn, dan Hughes-Lucas (2010) dalam Ulum (2014:110)

3.5.2. Variabel Terikat


Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel stimulus atau variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan
adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan gambaran dari perusahaan dalam
menghasilkan laba perusahaan dan mengukur tingkat pengembalian aset. Profitabilitas
sebagai variabel Y dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus Return on
Asset (ROA) sebagai berikut :

ROA = Laba sebelum pajak


Total Aset

24
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

VARIABEL DEFINISI PENGUKURAN SUMBER

Human Human capital juga merupakan Ulum


Capital tempat bersumbernya (2014:108-
Efficiency pengetahuan yang sangat 109)
(X1) berguna, keterampilan, dan
kompetensi dalam suatu
organisasi atau perusahaan.

HCE = VA
HC
Structural Capital merupakan
Strutural Sawarjuwono
kemampuan organisasi atau
Capital dan Agustine
perusahaan dalam memenuhi SC
Efficiency SCE = (2003:38).
proses rutinitas perusahaan dan
(X2)
strukturnya yang mendukung VA Dan Ulum
usaha karyawan untuk (2014:108-
menghasilkan kinerja 109)
intelektual yang optimal serta
kinerja bisnis secara
keseluruhan, misalnya: sistem
operasional perusahaan, proses
manufakturing, budaya
organisasi, filosofi manajemen
dan semua bentuk intellectual
property yang dimiliki oleh
perusahaan (Sawarjuwono dan
Agustine, 2003:38).

Relational RCE menggambarkan efisiensi Ulum


Capital investasi dalam aspek RC (2014:109-
Efficiency relasional. Dalam hal ini, modal RCE = 110)
VA
(X3) relasional diproksikan dengan
biaya pemasaran.

CEE menunjukkan kemampuan


Capital Ulum
perusahaan dalam mengelola
CEE = VA
Employed (2014:109-
sumber daya berupa capital CE
Efficiency 110)
asset. Apabila capital asset
(X4)
dikelola dengan baik maka akan
dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan
(Mayasani, 2015:10)

25
Intellectual M-VAIC adalah ukuran M-VAIC = Ulum
Capital / M- komprehensif IC berdasarkan HCE+SCE+RCE+CEE (2014:109-
VAIC model VAICTM Pulic (1998) 110)
yang dikembangkan oleh Ulum
(X5)
(2014) dengan penambahan
komponen ketiga IC yaitu
relational capital effeciency
(RCE)

ROA Return on Asset merupakan Cahyani, Tara


salah satu indikator dalam Laba dan Jelita
(Y) sebelum
mengukur profitabilitas (2013:6)
perusahaan yaitu unntuk ROA = pajak
mengukur tingkat pengembalian
total aset.
Total Aset

Sumber: Peneliti (2016)

3.6. Teknik Analisis Data


3.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami, yang dinilai dari
nilai rata – rata, minimum, maksimum, dan standar deviasi (Ghozali, 2006 dalam
Dwipayani, 2014:49). Pada penelitian ini, digunakan untuk mengetahui gambaran
Human Capital Efficiency ( HCE ), Structural Capital Efficiency ( SCE ), Relational
Capital Efficiency ( RCE ), Capital Employed Efficiency (CEE), Modified Value Added
Intellectual Coeficient (M-VAIC) dan Return on Asset (ROA).

3.6.2. Uji Normalitas


Untuk menguji normalitas data, Dwipayani (2014:49) menyampaikan bahwa :
“Uji normalitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel penggangu, atau
residual memiliki distribusi normal. Cara untuk mengetahui bahwa data tersebut
terdistribusi secara normal atau tidak yaitu dengan uji statistik nonparametik
Kolmograve – Smirnove (K-S), dengan pengujian ini dapat diketahui data yang
digunakan berdistribusi normal atau tidak”.
Jika nilai signifikan > 0,05 maka variabel berdistribusi normal dan sebaliknya jika nilai
signifikan < 0,05 maka variabel tidak berdistribusi normal.

26
3.6.3. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan penggangu dengan pada peride t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya (Dwipayani,2014:50). Masalah
autokkorelasi disebabkan oleh residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2011 dalam Dwipayani, 2014:50). Model
regresi yang baik adalah model regresi yang terbebas dari autokorelasi. Dalam penelitian
ini, menggunakan model Durbin Watson (DW-test). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai
berikut (Sulaiman, 2004 dalam Awaluddin, 2014:31):
a. 1,65 < DW < 2,35 berarti tidak terjadi autokorelasi
b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 berarti tidak dapat disimpulkan
c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 berarti terjadi autokorelasi
2. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dan kesalahan
pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas. Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan
menggunakan uji glejser yaitu dengan menguji tingkat signifikansinya. Pengujian ini
dilakukan untuk merespon variabel X sebagai variabel independen dengan nilai absolut
unstandardized residual regresi sebagai variabel dependent. Apabila hasil uji diatas level
signifikan ( r > 0,05 ) berarti tidak terjadi heterokedastisitas dan sebaliknyaa apabila
level dibawah signifikan ( r < 0,05 ) berarti terjadi heterokedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antara variabel independen atau
tidak. Adapun cara pendeteksiannya adalah jika multikolinearitas tinggi, kemungkinan
diperoleh R2 yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir
yang signifikan/penting secara statistik (Sulaiman, 2004 dalam Awaluddin, 2014:30-31).
Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel
independen. Multikolinearitas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

27
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jadi apabila nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF
tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya multikolinearitas yang
tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama
dengan nilai VIF di bawah 10 maka tidak terjadi multikolienieritas.

3.6.4. Analisis Regresi Berganda


Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti memiliki tujuan yang ingin di
peroleh, yaitu untuk melihat pengaruh antara variabel independen dan variabel
dependen dengan skala pengukuran atau rasio dalam suatu persamaan linear. Alat yang
digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah perangkat lunak SPSS dengan
analisis regresi berganda. Untuk menguji kebenaran hipotesis, maka dalam penelitian ini
model analisis regresi bergandanya adalah sebagai berikut :

Y = +  1X1 +  2X2 +  3X3 +  4X4 +  5X5 + 

Keterangan :
Y : Profitabilitas ( ROA )
 : Konstanta
X1 : Human Capital Efficiency ( HCE )
X2 : Structural Capital Efficiency ( SCE )
X3 : Capital Employed Efficiency (CEE)
X4 : Relational Capital Efficiency ( RCE )
X5 : M-VAIC
 1........... 5 : Koefisien
 : Error

3.6.5. Uji Hipotesis


Setelah menlakukan uji asumsi klasik dan menentukan regresi liniernya, maka
langkah selanjutnya adalah dengan menguji hipotesis. Uji hipotesis merupakan metode
yang dilakukan untuk pengambilan keputusan berdasarkan data yang telah dianalisis.
Dalam penelitian ini akan dilakukan uji hipotesis yang meliputi Uji Koefisien
Determinasi (R2), Uji F (uji simultan), dan Uji t (uji parsial).

28
1. Uji Koefesien Determinasi ( R2 )
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan
1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 memunyai interval
antara 0 sampai 1 (0≤ R2 ≤1). Semakin besar nilai R2 (mendekati 1), semakin baik hasil
untuk model regresi tersebut. Semakin mendekati 0, maka variabel independen secara
keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Sulaiman, 2004 dalam
Awaluddin, 2014:32).
2. Uji Simultan ( Uji F )
Uji signifikan F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen (Awaluddin, 2014:33). Langkah-langkah Uji f sebagai berikut.
a. Menentukan Hipotesis
Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen.
b. Menentukan Tingkat Signifikan
Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan mengambil
keputusan 5%.
c. Pengambilan Keputusan
 Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh
yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
 Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
3. Uji Hipotesis
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan taraf
signifikansi 5% (Awaluddin, 2014:33-34). Langkah-langkah dalam menguji t adalah
sebagai berikut.
a. Merumuskan Hipotesis
Ho : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel independen
(X) terhadap variabel dependen (Y).

29
Ha : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y).
b. Menentukan Tingkat Signifikan
Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5%, artinya risiko kesalahan mengambil
keputusan adalah 5%.
c. Pengambilan Keputusan
 Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh
yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y).
 Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang
signifikan secara parsial dari variabel independen (X).

30
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin., (2014). Pengaruh Nilai Dan Pengungkapan Intellectual Capital Terhadap


Nilai Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Cahyani, R., I., T. W. S., & J. L. Ferdiana., (2015). Pengaruh Intellectual Capital
Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdatar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP. ISSN : 2339-1545.
Volume 2. No. 1, Juni 2015, hal 1-18. Program Studi Magister Akuntansi
Universitas Pancasila. STIE Perbanas. Surabaya.
Dwipayani,. C., C. (2014). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas dan
Kinerja Pasar (Studi Empiris pada Perusahaan Dagang dan Jasa). Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Kartika, M., & S. E. Hatane., (2013). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdatar di Bursa Efek Indonesia
pada Tahun 2007-2011. Business Accounting Review. Volume 1. No. 2, 2013.
Program Studi Akuntansi. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Kuryanto, B., & M. Syafruddin., (2003). Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran
dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol.5, No.1, Mei: 35-57. Program Studi Akuntansi. Universitas Kristen Petra.
Surabaya.
Mayasani, R., (2015). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Economic Value Added
pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-
2013. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Surabaya.
Surabaya.
Poetri, F. S. R., (2015). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Economic Value Added
pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2013. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Surabaya.
Surabaya.
Pulic, A., (1998). Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge
Economy. Paper presented at the the 2nd McMaster World Congress on
Measuring and Managing Intellectual Capital, Austria.

Sawarjuwono, T., & A. P. Kadir., (2003). Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran


dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol.5, No.1, Mei: 35-57. Program Studi Akuntansi. Universitas Kristen Petra.
Surabaya.

31
Ulum,. I., (2007). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Perbankan di indonesia. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Ulum, I., (2008). Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 10. No. 2, November 2008:77-84.
Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah. Malang.
Ulum, I., (2014). Intellectual Capital Performance Of Indonesian Banking Sector: A
Modified VAIC (M-VAIC) Perspective. Asian Journal Of Finance & Accounting.
ISSN : 1946-052X. Volume 2. No. 6, 1 Desember 2014. Universitas
Muhammadiyah. Malang.
Wijaya, S., P., (2012). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Farmasi di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Volume 1. No.
3, Mei 2012. Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis. Unika Widya Mandala.
Surabaya.

32

Anda mungkin juga menyukai