Diajukan oleh:
Nama : William Suria Djaja S.
NIM : 123130071
Proposed by:
Nama : William Suria Djaja S.
NIM : 123130071
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisa Pengaruh
Kinerja Keuangan dan Pertumbuhan (Growth) Perusahaan terhadap Return
Saham dengan Bid Ask Spread sebagai Pemoderasi (Studi Empiris Pada
Perusahaan Sektor Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 -
2013)”. Tesis ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi pada program Pasca
Sarjana (Magister Akuntansi) pada Universitas Trisakti.
Dalam hal ini, penulis mendapatkan banyak masukan, pengetahuan,
bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada orang-orang yang telah mendukung
penulis dalam menyelesaikan tesis ini:
1. Istri saya Anne Juliana Kumalaputri, Putri saya FlorentineVania, Putra
Pertama saya Francois Nathanael Salim, Putra bungsu saya Fenansius
Benshilo Salim, Ibu Mertua Saya Lani Ekawati, serta Kakak dan Motivator
saya, Lina Salim, SE., M.B.A., M.A, Ph.D., CPM(A)., (yang saat ini masih
menjabat Wakil Rektor IV Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta)
dan seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan banyak dorongan,
semangat serta doa, baik secara moril maupun materiil.
2. Bapak Prof. Dr. Thoby Mutis selaku Rektor Univesitas Trisakti.
3. Ibu Dr. Susi Dwimulyani, Ak., CA., M.M., selaku Ketua Program Studi Pasca
Sarjana Magister Akuntansi, Universitas Trisakti.
4. Ibu Dr. Vinola Herawaty, Ak., CA., M.Sc., selaku Sekretaris Program
Magister Akuntansi Universitas Trisakti
5. Ibu Dr. Sekar Mayangsari, Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing Tesis yang
telah memberikan banyak saran dan petunjuk dalam penyusunan Tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Sukrisno Agoes, Ak., M.M., selaku Ketua Penguji Tesis yang
telah memberikan banyak saran dan petunjuk dalam penyusunan Tesis ini.
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................... i
Abstrak........................................................................................................................ xvi
Abstract....................................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................. 5
x
2.1.1.1 Grand Theory .................................................................... 7
2.1.1.2 Return Saham .................................................................... 8
2.1.1.3 Kinerja Keuangan.............................................................. 10
2.1.1.4 Pengaruh Likuiditas Terhadap Return Saham.... ............. 19
2.1.1.5 Pengaruh Leverage Terhadap Return Saham................... 20
2.1.1.6 Pengaruh Kinerja Keuangan Yang Diproksikan dengan
Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham......... 20
2.1.1.7 Pengaruh Pertumbuhan (Growth) terhadap Return Saham21
2.1.1.8 Bid Ask Spread .................................................................. 22
2.1.2 Penelitian Sebelumnya................................................................... 25
2.2 Kerangka Konseptual.............................................................................. 27
2.3 Pengembangan Hipotesis........................................................................ 28
2.3.1 Likuiditas (Current Ratio) terhadap Return Saham ...................... 28
2.3.2 Leverage (Debt to Equity Ratio/DER) terhadap Return Saham.... 29
2.3.3 Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham..................... 29
2.3.4 Pertumbuhan (Growth) Perusahaan terhadap Return Saham........ 30
2.3.5 Bid Ask Spread dapat memoderasi likuiditas terhadap Return
Saham ............................................................................................ 31
2.3.6 Bid Ask Spread dapat memoderasi leverage terhadap Return
Saham ............................................................................................ 31
2.3.7 Bid Ask Spread dapat memoderasi Price Earning Ratio (PER)
terhadap Return Saham ................................................................. 32
2.3.8 Bid Ask Spread dapat memoderasi Pertumbuhan (Growth)
terhadap Return Saham ................................................................. 33
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data ........................................................................................ 42
4.2 Analisis Hasil Penelitian......................................................................... 44
4.2.1 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 44
4.2.1.1 Uji Normalitas ................................................................... 44
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas ......................................................... 45
4.2.1.3 Uji Heterokedastisitas ....................................................... 46
4.2.1.4 Uji Autokorelasi ................................................................ 47
4.2.2 Uji Regresi Berganda..................................................................... 47
4.2.2.1 Hasil Penelitian ................................................................. 47
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian.................................................................. 50
4.3.1 Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Pertama (H1) ........... 50
4.3.2 Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Kedua (H2) .............. 50
4.3.3 Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Ketiga (H3) ... 51
4.3.4 Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Keempat (H4) .......... 51
4.3.5 Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Kelima (H5)............. 52
4.3.6 Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Keenam (H6) ........... 53
4.3.7 Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Ketujuh (H7)............ 53
4.3.8 Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Kedelapan (H8) ....... 54
LAMPIRAN....................................................................................................62
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh likuiditas, leverage, price
earning ratio, pertumbuhan (growth) Perusahaan terhadap return saham dengan
bid ask spread sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan jenis penelitian kausalitas, dan menggunakan data panel yaitu
penggabungan antara cross sectional dan time series. Sampel dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010 - 2013. Data-data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan model
analisis regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program software
SPSS versi 19.00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio terbukti tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham, Leverage terbukti memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap return saham, Price Earning Ratio terbukti
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham, Pertumbuhan
(Growth) terbukti tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham, Bid
ask spread tebukti tidak memperkuat pengaruh Current Ratio terhadap return
saham, Bid ask spread terbukti tidak memperkuat pengaruh leverage terhadap
return saham, Bid ask spread terbukti memperkuat pengaruh Price Earning Ratio
terhadap return saham, Bid ask spread terbukti tidak memperkuat pengaruh
Pertumbuhan (Growth) terhadap return saham.
Kata Kunci : Likuiditas, Leverage, Price Earning Ratio, Pertumbuhan
(Growth), Return Saham, dan Bid Ask Spread.
xvi
ABSTRACT
The purpose of this study is to test the impact of liquidity, leverage, the
price earnings ratio, asset growth of the Company toward return stock by using a
bid ask spread as a moderating variable. The study used quantitative methods
with the type of research causality, and using panel data, namely the combined
between cross-sectional and time series. The sample of this research are
manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange period 2010 - 2013.
The data were then analyzed with multiple linear regression analysis model with
the help of a software program SPSS version 19.00.
The results found that the Current Ratio have no significant impact on
stock returns, leverage have a significant positive impact on stock returns, Price
Earning Ratio have a significant positive impact on stock returns, Growth have no
significant impact on stock return, bid ask spread does notstrengthen the Current
Ratio impact on stock returns, the bid-ask spread strengthen the leverage impact
on stock returns, the bid-ask spread strengthen Price Earning Ratio influence on
stock returns, the bid-ask spread does not strengthen the impact of growth on
stock returns.
Keywords: Liquidity, Leverage, Price Earning Ratio, Growth, Stock Return,
and Bid Ask Spread.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
analisis perusahaan (company analysis). Untuk mengukur kinerja perusahaan
secara fundamental, peneliti menggunakan 4 (empat) aspek antara lain: likuiditas,
sovabilitas/leverage, aktivitas dan pertumbuhan aset serta bid ask spread.
Untuk menganalisa tingkat likuiditas perusahaan, maka peneliti
menggunakan current ratio. Rasio ini paling sering digunakan untuk
mencerminkan likuiditas perusahaan, dibandingkan dengan rasio likuiditas
lainnya karena memperhitungkan seluruh aktiva lancar dalam menutupi kewajiban
lancar (Harahap, 2009:300). Hasil penelitian Limento dan Djuaeriah (2013)
menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan current ratio terhadap return
saham. Sementara itu Hatta dan Dwiyanto (2012), Imran (2011), Saqavi dan
Vakilifard (2012), serta John dan Muthusamy (2010) memperoleh hasil penelitian
dimana current ratio menunjukkan pengaruh yang berlawanan arah tidak
signifikan terhadap return saham.
Solvabilitas atau leverage perusahaan diproksikan dengan Debt to Equity
Ratio (DER). Menurut Kasmir (2012:158) DER merupakan rasio yang digunakan
untuk membandingkan total utang dengan seluruh ekuitas. Perusahaan yang
memiliki nilai DER tinggi cenderung dianggap mempunyai sinyal negatif oleh
para investor karena mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi. Arista
dan Astohar (2012), Hermawan (2012), serta Gill et al. (2010) memperoleh hasil
dimana DER mempunyai pengaruh yang berlawanan arah serta signifikan
terhadap return saham. Sementara itu, Susilowati dan Turyanto (2011), Martani et
al. (2009), Djuaeriah (2013) serta Sari dan Hutagaol (2012) memperoleh hasil
sebaliknya.
Rasio Aktivitas perusahaan diproksikan dengan Price Earning Ratio
(PER) merupakan rasio pasar yang dapat digunakan oleh investor untuk menilai
kewajaran suatu harga saham. Rasio ini dinilai oleh investor sebagai ukuran
kemampuan menghasilkan laba masa depan (future earning) dari suatu
perusahaan investor dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilah-milah
saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa
yang akan datang. Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi
(high growth) biasanya mempunyai PER yang besar, sedangkan perusahaan
2
dengan pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang
rendah (Gibson,1992). Semakin besar PER suatu saham menunjukkan semakin
mahal saham tersebut dibandingkan pendapatan per lembar sahamnya. Hal ini
menunjukkan pertumbuhan dan kinerja perusahaan semakin baik sehingga
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut.
Selain kinerja perusahaan, tolok ukur, bagi investor dan analis adalah
pertumbuhan (growth) perusahaan, dimana growth merupakan seberapa jauh
perusahaan menempatkan diri dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau
sistem ekonomi untuk industri yang sama. Pada umumnya, perusahaan yang
tumbuh dengan cepat memperoleh hasil positif dalam artian pemantapan posisi di
era persaingan, menikmati penjualan yang meningkat secara signifikan dan
diiringi oleh adanya peningkatan pangsa pasar. Pertumbuhan cepat juga memaksa
sumber daya manusia yang dimiliki untuk secara optimal memberikan
kontribusinya. Growth dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total
aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan
pertumbuhan yang akan datang (Taswan, 2003). Pertumbuhan aset
menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi
profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva
merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan
(Putrakrisnanda, 2009)
Perbedaan tesis ini dengan penelitian sebelumnya, adalah peneliti
menggunakan variabel moderasi bid ask spread, untuk menguji memperkuat atau
tidak terhadap variabel likuiditas, leverage, price earning ratio (PER),
pertumbuhan aset terhadap return saham.
3
3. Bagaimana pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham?
4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan (growth) perusahaan terhadap return
saham?
5. Bagaimana bid ask spread perusahaan dapat memoderasi likuiditas terhadap
return saham?
6. Bagaiman bid ask spread perusahaan dapat memoderasi leverage terhadap
return saham?
7. Bagaimana bid ask spread perusahaan dapat memoderasi Price Earning Ratio
(PER) terhadap return saham?
8. Bagaimana bid ask spread perusahaan dapat memoderasi pertumbuhan
(growth) perusahaan terhadap return saham?
4
1.4.1. Manfaat untuk Akademik
Secara empiris, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan
menambah keilmuan khususnya dalam bidang perencanaan pajak dan cost
of capital (cost of debt dan cost of equity)
1.4.2. Manfaat untuk Manajemen Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
manajemen perusahaan dalam mengurangi biaya utang dan biaya ekuitas
dengan melaksanakan kebijakan perencanaan pajak yang tepat dan
menerapkan kebijakan kepemilikan saham secara proporsional sehingga
perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat
diminimalisir.
1.4.3. Manfaat untuk Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
investor dalam memutuskan pembelian saham dengan melakukan evaluasi
atas biaya modal dan biaya utang untuk dilihat pengaruhnya terhadap nilai
perusahaan.
5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Menerangkan uraian teori yang mendasari penelitian ini yang diambil
berbagai literatur terkait variabel yang di uji yaitu likuiditas, leverage,
Price Earning Ratio (PER), pertumbuhan aset, return saham, bid ask
spread perusahaan. Dibahas pula penelitian terdahulu, kerangka
konseptual, dan pengembangan hipotesis.
6
BAB II
7
berinvestasi. Jika laporan tersebut memberikan nilai yang positif, maka
diharapkan pasar dapat memberikan reaksi. Reaksi pasar ditunjukan dengan
adanya perubahan volume perdagangan saham yang dikarenakan investor
menggunakan informasi yang ada untuk dianalisis sehingga terjadi perubahan
volume dalam perdagangan saham (Sunardi 2010).
8
merupakan bagian laba perusahaan yang diterima investor baik berupa uang tunai,
saham, ataupun properti dan capital gain yang merupakan selisih antara harga
pembelian dengan harga jual (Alexander dan Destriana, 2013).
Tujuan utama pelaku pasar modal dalam melakukan investasi saham di
pasar modal adalah untuk memaksimalkan return. Return suatu saham biasanya
tercermin dari harga saham suatu perusahaan, dimana pengertian return adalah
hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return saham merupakan hasil
keseluruhan yang diperoleh dari investasi selama periode tertentu, dan dapat
digunakan sebagai salah satu tolak ukur kinerja perusahaan.
Jogiyanto (2011) membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu
return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return
realisasi adalah return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis.
Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar
penentuan return dan resiko di masa mendatang. Sedangkan return ekspektasi
adalah return yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang dan bersifat
tidak pasti.
Komponen return meliputi:
1. Capital Gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang
diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga jual)
yang keduanya terjadi dipasar sekunder.
2. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara
periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan dalam
presentase dari modal yang ditanamkan.
2.1.1.3 Kinerja Keuangan
Istilah kinerja dapat diartikan sebagai kondisi suatu perusahaan. Menurut
Islahuzzaman (2012:225), kinerja adalah perbandingan antara hasil nyata
(realisasi) dengan tolok ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja keuangan
suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi stakeholders. Pengukuran kinerja
merupakan suatu bentuk evaluasi atas aktivitas perusahaan yang telah dilakukan
selama periode tertentu (Marisa, 2010). Laporan keuangan yang berupa laporan
posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan
9
ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan dari suatu perusahaan
dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi
yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu.
Kinerja dipergunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara
periodik mengenai efektifitas operasional suatu perusahaan, bagian perusahaan
dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan
untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktifitas perusahaan yang telah
dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Kinerja keuangan adalah kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya
dengan kata lain, pengertian kinerja perusahaan terkait dengan tujuan laporan
keuangan, yaitu: “Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran
kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return
on investement) atau penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang
langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan
karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian pada konsep modal
dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan
keuangannya.” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012 : 17).
Laporan keuangan merupakan gambaran mengenai pos-pos keuangan
perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Secara umum, laporan keuangan
yang disajikan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan (Kasmir, 2010:67).
Menurut Irham Fahmi (2011:44), rasio disebut sebagai perbandingan
jumlah dari satu jumlah dengan jumlah lainnya dengan melihat perbandingannya,
dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban, yang selanjutnya itu dijadikan
bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan. Rasio keuangan dipergunakan oleh
pihak manajemen perusahaan untuk membandingkan rasio pada saat sekarang
dengan rasio pada saat yang akan datang. Adapun bagi investor adalah
membandingkan rasio keuangan satu perusahaan/ industri dengan perusahaan/
10
industri lain yang sejenis dengan maksud bisa memberikan suatu analisis
perbandingan yang memperlihatkan perbedaan dalam kinerja keuangan.
Salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah
dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Warsidi dan Bambang (dalam
Fahmi, 2011:45) mendefinisikan analisis rasio keuangan sebagai berikut: Analisis
rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang
menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk
menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa
lalu dan membantu menggambarkan trend/pola perubahan tersebut, untuk
kemudian menunjukkan rasio dan peluang yang melekat pada perusahaan yang
bersangkutan. Rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi ke
dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan kelemahan
keuangan perusahaan (Keown et al., 2011:74). Melalui rasio keuangan tersebut,
pemakai informasi keuangan akan dapat mengetahui kondisi suatu perusahaan.
Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan laba-rugi satu dengan lainnya dapat memberikan gambaran tentang
sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini.
Menurut Sawir (2012:6), rasio analisis keuangan meliputi dua jenis
perbandingan. Pertama, analisis dapat memperbandingkan rasio sekarang dengan
yang lalu untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal). Jika rasio
keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk beberapa periode/tahun,
dapat dipelajari komposisi perubahan-perubahan dan menetapkan apakah telah
terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaliknya di dalam kondisi keuangan
dan prestasi perusahaan selama jangka waktu tersebut. Kedua, perbandingan
meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang
sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama (perbandingan
eksternal). Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang
kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Hanya dengan cara membandingkan
rasio keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, dapat
memberikan pertimbangan yang realistis.
11
Sundjaja dan Barlian (2012:128) menyatakan analisis rasio sebagai suatu
metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan
status suatu perusahaan. Input dasar untuk analisis rasio adalah laporan laba rugi
dan neraca pada suatu periode tertentu yang akan dievaluasi. Karena itu, sebelum
menganalisis lebih lanjut, kita perlu menggambarkan berbagai kelompok dan jenis
rasio perbandingan (Sundjaja dan Barlian, 2012: 128).
Sedangkan Husnan dan Pudjiastuti (2002:76) menjelaskan untuk
melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan
yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin
dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada di dalam neraca saja, dalam
laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan laba rugi. Setiap analisis keuangan
bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu.
Karena itu pernyataan pertama yang perlu dijawab adalah aspek-aspek apa yang
akan dinilai. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai perlu dikaitkan dengan
tujuan analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditur, aspek yang dinilai
akan berbeda dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban finansial tepat
pada waktunya, sedangkan pemodal akan lebih berkepentingan dengan
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Secara keseluruhan, aspek-
aspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan menjadi aspek likuiditas, aspek
profitabilitas atau efisiensi, dan rasio-rasio nilai pasar.
Rasio keuangan, berguna untuk mengidentifikasikan beberapa kelemahan
dan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara,
bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti:
(1) dapat meneliti rasio antar-waktu (katakanlah, untuk 5 tahun terakhir) untuk
meneliti arah pergerakannya; dan (2) dapat membandingkan rasio perusahaan
dengan perusahaan lainnya (Keown et al, 2011: 70).
Beberapa ahli keuangan menjelaskan rasio keuangan sebagai berikut:
1) Analisis Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan
yang dilakukan oleh perusahaan, menurut J. Fred Weston and Eugene F. Brigham
12
(2011). Rasio profitabilitas (profitability ratio) akan menunjukkan kombinasi
efek dari likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil-hasil operasi.
Menurut Drs. R. Agus Sartono MBA (1995), profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aset maupun modal sendiri.
Menurut Golin (2013), secara umum terdapat dua jenis pengukuran
profitabilitas yaitu return on equity, dan return on assets. Return on equity diukur
dengan membandingkan antara laba bersih dengan ekuitas yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut, dan return on asset diukur dengan membandingkan
laba bersih yang diperoleh dengan total aset yang digunakan. Rasio pengukuran
masing-masing adalah:
Net Profit
Return on Equity =
Total Equity
Net Profit
Return on Assets =
Total Assets
13
b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume
penjualan bersih. Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Laba bersih
Return on Equity =
Total Ekuitas
14
yang cepat dan mudah digunakan. Dua rasio likuiditas yang lazim digunakan
adalah (Sundjaja dan Barlian, 2003: 134):
a) Rasio Lancar, rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan
kewajiban lancar:
Aset lancar
Rasio lancar =
Kewajiban lancar
(Sundjaja dan Berlian, 2012:134)
Aset lancar biasanya terdiri dari kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan.
Kewajiban lancar terdiri dari utang usaha, wesel bayar jangka pendek, utang
jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam setahun, pajak penghasilan
akrual, dan beban akrual atau beban terutang (terutama upah). Apabila suatu
perusahaan mengalami kesulitan keuangan, pembayaran utang usahanya akan
menjadi lambat, pinjamannya ke bank akan lebih banyak, dan sebagainya. Jika
kewajiban lancar ini tumbuh lebih cepat daripada aset lancar, rasio lancar akan
merosot, dan hal ini dapat membahayakan. Karena rasio lancar merupakan
satu-satunya indikator terbaik yang menunjukkan sejauh mana kewajiban
lancar dapat diperbaharui dengan aset lancar, maka rasio ini paling lazim
digunakan sebagai ukuran dari solvensi jangka pendek.
Alasannya adalah karena rasio tersebut menunjukkan seberapa besar aset yang
dapat dikonversi menjadi kas pada saat kewajiban lancar jatuh tempo.
b) Rasio cepat, rasio cepat dihitung dengan jalan mengurangi aset lancar dengan
persediaan dan kemudian membagi sisanya dengan kewajiban lancar:
Aset lancar - persediaan
Rasio cepat =
Kewajiban lancar
(Sundjaja dan Berlian, 2012:134)
Persediaan lazimnya merupakan aset lancar yang paling tidak likuid,
karena itu, apabila terjadi likuidasi, maka aset ini mungkin akan menderita
kerugian yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset lancar lainnya. Karena
itu, mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek
tanpa dikaitkan dengan penjualan persediaan adalah sangat penting.
15
3) Analisis Rasio Utang
Pada umumnya seorang analis keuangan berkepentingan dengan utang
jangka panjang sebab perusahaan harus membayar bunga dalam jangka panjang
dan pokok pinjamannya. Demikian pula tuntutan terhadap kreditur harus
didahulukan dibandingkan dengan pembagian hasil kepada pemegang saham.
Pemberi pinjaman juga berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk
membayar utang sebab semakin banyak utang perusahaan, semakin tinggi
kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur.
Manajemen jelas berkepentingan terhadap utang perusahaan agar dapat membayar
kewajibannya (Sundjaja dan Barlian, 2012: 139).
Menurut Wild et. al (2005; 213) financial leverage adalah menggunakan
utang untuk meningkatkan laba bagi perusahaan. Utang terlalu besar bisa
menghambat inisiatif dan fleksibilitas untuk memperoleh laba. Hal ini
menunjukkan risiko suatu permasalahan sehingga berdampak pada ketidakpastian
suatu harga saham.
Menurut teori struktur modal dari Modigliani Miller, perusahaan yang
menggunakan utang akan membayar bunga atas utang tersebut, sehingga bunga
yang dibayarkan mampu mengurangi biaya pajak yang dibayarkan oleh
perusahaan. Penghematan pada pajak ini memberikan keuntungan pada
perusahaan karena penggunaaan utang yang lebih besar akan mengurangi beban
pajak yang dibayarkan oleh perusahaan, dengan berkurangnya biaya pajak yang
dibayarkan maka kinerja perusahaan yang menggunakan utang akan lebih baik
daripada perusahaan yang tidak menggunakan utang. Berdasarkan pendapat
Modigliani Miller tersebut dapat disimpulkan, bahwa perusahaan yang
menggunakan utang semakin besar maka nilai perusahaan yang tercermin dari
harga saham juga akan meningkat. Hal ini dapat dikatakan bahwa DER dapat
berpengaruh terhadap harga saham.
Debt to Equity Ratio dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan
utang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Total debt
merupakan total liabilities (jangka pendek/jangka panjang), sedangkan total
shareholder equity menunjukkan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
16
Perusahaan yang sedang berkembang dan tumbuh hampir pasti akan
memerlukan sumber pendanaan untuk mendanai operasional perusahaan.
Perusahaan tersebut memerlukan banyak dana operasional yang tidak mungkin
dapat dipenuhi hanya dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Sumber
pendanaan bagi perusahaan diantaranya berasal dari utang karena mempunyai
kelebihan diantaranya;
1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya utang rendah,
2) kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu
berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju,
3) kreditur tidak memliki hak suara sehingga pemegang saham dapat
mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil.
Umumnya, lebih banyak utang perusahaan yang digunakan dalam
kaitannya dengan total aset, lebih besar lagi pengaruh keuangan yaitu sejumlah
hasil dan resiko yang ditimbulkan melalui penggunaan beban tetap keuangan
seperti utang dan saham preferen. Dengan perkataan lain semakin besar pengaruh
keuangan yang digunakan perusahaan maka semakin besar hasil dan resiko yang
diharapkan.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2012:155) ada dua bentuk umum
pengukuran utang, yaitu :
1) Tingkat jumlah utang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Dua ukuran
yang biasa digunakan, yaitu :
a) Rasio utang, mengukur besarnya total aset yang dibiayai oleh kreditur
perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur
yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba.
b) Rasio utang terhadap ekuitas, perbandingan antara utang jangka panjang
dengan modal pemegang saham perusahaan.
2) Kemampuan melunasi utang, kemampuan perusahaan untuk melakukan
pembayaran utang sesuai perjanjian berdasarkan jadual selama umur
utangnya. Dalam utang terdapat kewajiban tetap untuk membayar bunga dan
pokok pinjaman.
17
Kemampuan perusahaan untuk membayar biaya tetap diukur dengan
menggunakan rasio mampu. Rasio mampu yang tinggi lebih disukai, tetapi
terlalu tinggi rasio tersebut (di atas rata-rata industri) menunjukkan adanya
kewajiban tetap yang tidak digunakan dengan baik. Sebaliknya semakin
rendah rasio mampu maka perusahaan lebih beresiko untuk tidak dapat
membayar kewajiban tetapnya.
Dua rasio mampu yaitu:
1) Rasio mampu bayar bunga, rasio ini mengukur berapa kali kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban berupa bunga dari hasil laba
sebelum bunga dan pajak. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
kemampuan perusahaan membayar bunga.
2) Rasio mampu bayar kewajiban tetap, rasio ini mengukur berapa kali
kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban tetapnya
seperti bunga dan pokok pinjaman, pembayaran sewa guna usaha dan
dividen saham preferen dari hasil laba sebelum bunga dan pajak serta
pembayaran sewa guna usaha. Semakin tinggi rasio ini maka semakin
baik kemampuan perusahaan membayar kewajiban tetapnya.
Bentuk umum pengukuran utang, yaitu:
• Rasio utang, mengukur besarnya total aset yang dibiayai oleh kreditur
perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur yang
digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Total Kewajiban
Rasio Hutang =
Total Aset
(Sundjaja dan Berlian, 2012:155)
18
2.1.1.4 Pengaruh Likuiditas Terhadap Return Saham
Dalam penelitian ini return saham dihitung dengan cara mengurangkan
harga saham pada waktu tertentu dengan harga saham pada periode sebelumnya
serta memasukkan unsur dividen yang diterima para pemegang saham. Rasio
likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio lancar (current ratio).
Rasio ini memiliki fungsi untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mampu
membayar liabilitas jangka pendeknya yang segera jatuh tempo (Kasmir
2012:110). Dapat dikatakan bahwa semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen yang secara otomatis akan meningkatkan return saham
dipengaruhi oleh tingginya tingkat likuiditas. Sehingga dalam hal ini terjadi
hubungan yang signifikan antara likuiditas (current ratio) dengan return saham.
Penjelasan tersebut didukung oleh Limento dan Djuaeriah (2013) dari
hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi ditemukan current ratio
mempunyai arah searah serta signifikan terhadap return saham.
19
saham perusahaan. Sehingga dalam hal ini terjadi hubungan yang berlawanan arah
dan signifikan DER terhadap return saham.
Penjelasan tersebut didukung oleh Rafique (2012), Sugiarto (2011),
Yunanto dan Medyawati (2009), serta Gill et al. (2010) yang memperoleh hasil
penelitian dimana DER memiliki pengaruh yang berlawanan arah serta signifikan
terhadap return saham.
20
persentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam
mengukur pertumbuhan (growth) perusahaan (Putrakrisnanda, 2009). Ukuran
yang digunakan adalah dengan menghitung proporsi kenaikan atau penurunan
aktiva.
Pada penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diukur dari proporsi
perubahan aset, untuk membandingkan kenaikan atau penurunan atas total aset
yang dimiliki oleh perusahaan. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan
menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan utang sebagai
sumber pembiayaannya.
Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber
pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang
saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan utang sebagai sumber
pembiayaan karena penggunaan utang akan mengharuskan perusahaan tersebut
membayar bunga secara tetatur.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memilik
kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan
datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan
untuk memiliki biaya modal rendah, oleh sebab itu, leverage memiliki hubungan
negatif dengan tingkat pertumbuhan sehingga semakin tinggi pertumbuhan, maka
semakin rendah pula rasio utang terhadap ekuitas, dengan asumsi variabel yang
lain konstan.
21
highest bid dengan lower ask yang terjadi pada saat tertentu, sedangkan dealer
spread tidak digunakan yang karena tidak sesuai untuk diteliti.
Secara konseptual tawaran, meminta, menyebarkan adalah kompensasi
ekonomi yang diberikan kepada market maker atas pelayanan/jasanya
(Megginson,1997:51). Bid ask spread dibedakan menjadi 2 macam yaitu: quoted
spread, yang merupakan perbedaan antara harga, penawaran dan permintaan yang
ditawarkan oleh market maker kepada pelanggan potensial atau ada juga yang
mengatakan perbedaan antara permintaan dan penawaran oleh dealer pada waktu
tertentu dan effective spread/realized spread, yang merupakan perbedaan yang
terjadi ketika seorang market maker membayar dan menerima dengan
sekuritasnya atau perbedaan ratarata antara harga ketika dealer menjual pada
suatu waktu dan ketika dealer membeli pada suatu waktu lebih awal (Stoll,
1989:115; Megginson,1997:207). Biasanya effective spread hampir selalu lebih
sedikit daripada quoted spread. Bahkan di USA, effective spread cenderung hanya
setengah dari quoted spread (Megginson,1997:207). Quoted spread menunjukkan
perbedaan antara kutipan (quote) terendah untuk menjual (ask) dan kutipan
(quote) tertinggi untuk membeli (bid) (Coughenour dan Shastri,1999:2).
Teori spread merupakan teori quoted spread (Stoll,1989:115). Quoted
spread harus meliputi tiga macam jenis biaya yang dihadapi dealer
(Stoll,1989:115; Callahaneta, 1997:51; Coughenour dan Shastri, 1999: 2; Halim
dan Hidayat, 2000:70), yaitu: biaya pesanan (order processing cost), biaya
pemilikan (inventory holding cost), biaya informasi (information cost).
1. Biaya pesanan (order processing cost)
Merupakan biaya dealer dalam mengatur perdagangan dan menyiapkan
transaksi. Biaya pemrosesan pesanan ini antara lain administrasi, pelaporan,
proses komputer, telepon dan lainnya. Biaya pemrosesan pesanan ini semula
ditekankan oleh Demsetz (1968) dan Tinic (1972). Semua peneliti menyadari
pentingnya biaya ini dan jenis biaya ini dapat diobservasi secara langsung.
2. Biaya Pemilikan (inventory holding cost)
Merupakan biaya dealer ketika membeli persediaan sekuritas. Biaya
pemilikan saham ini juga menunjukan trade off antara memiliki terlalu
22
banyak saham dan memiliki terlalu sedikit saham. Banyak sedikitnya saham
yang dipegang juga dapat ditunjukkan oleh lama tidaknya trader memegang
saham tersebut. Opportunity cost merupakan bagian terbesar dari biaya
pemilikan saham. Biaya pemilikan ini muncul dari pengasumsian oleh dealer
Quoted spread terhadap risiko seperti dalam Stoll (1978), Ho dan Stoll
(1981), serta Amihud dan Mondelson (1980) yang meneliti dampak dari
terbatasnya persediaan.
3. Biaya informasi (information cost)
Biaya ini berhubungan erat dengan aliran informasi dalam pasar modal, oleh
karena itu hal ini menjadi perhatian para ahli keuangan. Biaya asimetri
informasi ini timbul karena adanya dua pihak trader yang tidak sama dalam
memiliki dan mengakses informasi. Pihak pertama adalah informed trader
yang memiliki informasi superior dan pihak lain adalah uninformed trader
yang inferior dalam informasi. Pihak uniformed trader akan berupaya
mengurangi risiko kerugian dalam perdagangan sahamnya yang tercermin
dengan mempertinggi nilai bid asks pread.
Asimetri informasi dibagi menjadi dua yaitu adverse selection, yang
lebih terkait pada tidak adanya pengungkapan (disclosure) yang harus
dipublikasikan oleh pihak manajemen perusahaan dan moral hazard, yang terletak
pada masalah motivasi dan usaha manajemen untuk bertindak yang lebih
mengutamakan kepentingannya sendiri (Scott, 1997 dalam Subekti dan Suprapti,
2002:360).
Pengaruh adanya asimetri informasi akibat adverse selection yang
dirasakan oleh investor adalah adanya nilai bid ask spread yang besar (Stoll,1989;
Conroyetal.,1990; Howe dan Lin, 1992; Greenstain dan Sami, 1994 dalam Subekti
dan Suprapti, 2002:360).
Biaya dalam melakukan transaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya menjadi topik berbagai penelitian. Ternyata terdapat perbedaan
antara biaya yang terjadi di dealer spread dan market spread. Dealer spread
didefinisikan sebagai perbedaan harga antara permintaan dan penawaran ketika
dealer akan berbelanja atau berdagang pada suatu waktu dengan menggunakan
23
asetnya sendiri. Market spread yaitu perbedaan antara penawaran tertinggi dan
permintaan terendah diantara dealer pada suatu waktu tertentu (Cohen, Maier,
Schwartz, dan Whitcomb, 1982 dalam Hamilton,1991:29). Costofim mediacy
kepada investor merupakan ukuran dari market spread, sedangkan kompetisi
antar dealer dan cost of market making merupakan ukuran dari dealer spread
(Hamilton,1991:129-130).
Berkaitan dengan ask price dan bid price yang sama-sama mewakili
daftar keterangan mengenai saham, maka Copeland dan Galai (1983) menyatakan
bahwa besar kecilnya spread ditentukan oleh harga, volume perdagangan dan
volume saham.
24
dapat mencerminkan nilai dan meningkatkan keuntungan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh nilai tambah ekonomi pada pelaporan
informasi keuangan. Sampel penelitian terdiri dari 71 perusahaan antara tahun
2008-2011 di Bursa Efek Teheran. Dalam penelitian ini, menggunakan laporan
keuangan yang telah diaudit, kinerja keuangan dianggap sebagai variabel
dependen, nilai tambah ekonomi sebagai variabel independen dan rasio utang
sebagai variabel kontrol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan economic value
added berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Kohansal (2013) menguji hubungan antara rasio keuangan dan harga
saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Iran khusus pada perusahaan
sektor makanan. Data penelitian dari tahun 1992-2010. Variabel rasio keuangan
menggunakan rasio likuiditas (current ratio), rasio aktivitas (asset turnover),
profitabilitas (tingkat return on asset dan return on equity) dan leverage keuangan
(utang) dan harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada respon positif
dan signifikan rasio lancar, ROE, ROE dengan harga saham, financial leverage
merupakan faktor yang dominan mempengaruhi harga saham pada saham
perusahaan makanan.
Karami (2013) menyatakan salah satu fenomena yang rumit dan menarik
bagi investor dan analis saham adalah return saham, dimana return saham selalu
menjadi sumber kontroversi di pasar keuangan. Penilaian korelasi antara rasio
keuangan dan dampaknya terhadap prediktabilitas return saham adalah salah satu
isu yang sering dibahas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara
rasio keuangan dan dampaknya terhadap return saham untuk perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Teheran. Untuk menguji hipotesis penelitian,
menggunakan data historis selama sepuluh tahun selama 1998-2007. Analisis data
dengan menggunakan e-views dengan regresi linier sederhana, hasil penelitian
menemukan bahwa book to market value and capital gain berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Martani (2009) menguji relevansi nilai informasi
akuntansi dalam menjelaskan return saham. Penelitian ini menggunakan
profitabilitas, likuiditas, leverage, rasio pasar, ukuran dan arus kas sebagai proksi
informasi akuntansi. Cumulative abnormal return and market adjusted return
25
digunakan sebagai pengukur variabel return saham. Sampel penelitian ini adalah
perusahaan pada industri manufaktur yang aktif diperdagangkan antara 2003-2006
di Bursa Efek Indonesia. Studi ini menemukan bahwa profitabilitas, turnover dan
rasio pasar memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Teknik Analisis
No Judul Penelitian Peneliti Variabel Kesimpulan
Data
1 The Relationship between Habibollah 1. Economic value Regresi Linear Hasil penelitian
Economic Value Added, Nakhaei (2013) added (EVA), Berganda (OLS) menunjukkan bahwa
Return on Assets, and 2. Return on assets EVA dan ROE
Return on Equity with (ROA), berhubungan signifikan
Market Value Added in 3. Return on equity dengan MVA, namun
Tehran Stock Exchange (ROE) ROA tidak berhubungan
(TSE) 4. Market value added signifikan dengan MVA
(MVA)
2 The relationship between Asadkhan 1. Stock Return Regresi Linear Hasil penelitian
stock Return and (2012) dalam 2. Net income (NI) Berganda (OLS menunjukkan operating
economic value added Mahnaz 3. Operating cash flow cash flow (OCF) lebih
(EVA) Hosseininasa (OCF) bisa menjelaskan stock
(2013) Return dibandingkan
EVA dan net income, dan
pengujian secara parsial
EVA berpengaruh negatif
terhadap stock return
3 Hubungan EVA dan Medeiros 1. EVA Regresi Linear Terdapat hubungan yang
harga saham di (2004) 2. Harga Saham Berganda (OLS) signifikan antara EVA
perusahaan-perusahaan di dan harga saham
Negara Brazil
4 The Investigation of the Saeid 1. EVA Regresi linear Terdapat hubungan yang
Relationship between Jabbarzadeh 2. ROA sederhana (OLS) signifikan antara EVA
Economic Value Added Kangarloei dan ROA
(EVA) and Return on (2012)
Assets (ROA) in Tehran
Stock Exchange (TSE)
5 The effect of financial Dwi Martani 1. Net Profit Margin Analisis Variabel NPM dan PBV
ratios, firm size, and cash dan Mulyono (NPM) Kuantitatif terbukti berpengaruh
flow from operating (2009) 2. ROE Dengan Meotde siginfikan terhadap
activities in the interim 3. Current ratio Regresi Cumulative abnormal
report to the stock Return 4. TATO Return and market
5. PBV adjusted Return
6. LOGTA
7. SALES
6 Relationship between Mohammad 1. Current Ratios Analisis Variabel current ratio,
Financial Ratios and Reza Kohansal 2. Assets Turnover Kuantitatif ROE ratio, Assets
Stock Prices for (2013) Ratio Dengan Var Turnover ratio, dan
the Food Industry Firms 3. Return on Equity Model (Vector Leverge Ratio berhu-
in Stock Exchange of Iran 4. Leverage Ratio Auto bungan signifikan dan
5. Debt Ratio Regression) positif dengan harga
saham
7. Predictability of stock Gholam Reza 1. Price-to-Earnings Analisis Variabel Price-to-
Returns using financial Karami dan (P/E) Ratios Kuantitatif Earnings (P/E) Ratios
ratios in the companies Leila Talaeei 2. Dividen Yield dengan metode dan Book Value of
listed in Tehran Stock (2013) 3. Book Value of korelasi Common Stock terbukti
Exchange Common Stock berhubungan signifikan
26
Teknik Analisis
No Judul Penelitian Peneliti Variabel Kesimpulan
Data
4. Market Value dan positif terhadap
5. Ratios of Book Value Return, sedangkan
to Market Value Price-to-Earnings (P/E)
6. Stock Return Ratios, Dividen Yield,
Market Value, Ratios of
Book Value to Market
Value terbukti tidak
berhubungan signifikan
terhadap Return saham
8 Financial Ratios and Ahmet 1. Liquidity Ratios Analisis Variabel debt to equity
Stock Returns: An Büyüksalvarc 2. Financial Structure Kuantitatif ratio dan working
Empirical Analysis of dan Hasan Ratios dengan metode capital terbukti
Istanbul Stock Exchange Abdioglu 3. Efficiency Ratios regresi berpengaruh signifikan
(ISE) (2010) 4. Profitability Ration terhadap stock Return
5. Stock Return
9 The Use of Financial Hulda h A. 1. Accounting Ratios Analisis Adanya hubungan ter-
Ratios as Measures of Ryan (1996) 2. Bid Ask Spread Kuantitatif balik antara bid-ask
Risk In Determination of 3. Closing Price per dengan metode spread dan harga,
The Bid Ask Spread Share regresi volume, jumlah
4. Number of pemegang saham, dan
Shareholders jumlah dealer, serta
5. Number of Dealers hubungan positif antara
6. Trading Volume penyebaran dan risiko .
7. Market Value Dan menunjukkan
8. Dividend Payout hubungan yang
9. Asset Growth signifikan secara statistik
10. Leverage antara rasio tertentu
11. Asset Size akuntansi (ukuran aset
12. Liquidity dan pertumbuhan aset)
13. Earning Variability dan bid-ask spread.
14. Accounting Beta
15. Market Beta
16. Price Variability
Sumber: Hasil olahan penulis (2015)
27
spread akan mempengaruhi retun saham perusahaan, sehingga dapat dibuat
kerangka pemikiran sebagai berikut:
CR (X1)
GROWTH (X4)
BIDGambar 2.1
ASK SPREAD
VARIABEL PEMODERASI
Kerangka Pemikiran
28
H1: Likuditas (current ratio/CR) berpengaruh positif terhadap return
saham
29
price (EPP) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap return saham yang secara
logika seharusnya menghasilkan hubungan yang positif.
Hipotesis alternatif ketiga dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
H3: Price earning ratio (PER) berpengaruh positif terhadap return
saham
30
2.3.5 Bid Ask Spread dapat memoderasi likuiditas terhadap Return Saham
Bid ask spread merupakan selisih harga tertinggi yang ditawarkan
perantara untuk membeli saham dengan harga terendah yang diberikan perantara
untuk menjual saham, perbedaan antara penawaran penjualan dengan penawaran
pembeli pada saat transaksi saham disebut bis ask spread. Faktor Bid ask spread
ini dapat memoderasi pengaruh likuiditas terhadap return saham, dimana
perusahaan dengan likuiditas yang tinggi tentunya akan mampu memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan baik. Hal ini tentunya akan menurunkan
risiko yang dihadapi oleh investor. Oleh karena itu, likuiditas berpengaruh negatif
terhadap bid ask spread saham. Namun demikian, dengan adanya likuiditas
perusahaan yang terlalu tinggi, tentunya hal ini akan menyebabkan investor
menilai bahwa perusahaan tersebut terlalu liquid (kurang efisien) sehingga akan
menurunkan harga saham dan akan menaikan spread. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa bid ask spread dapat memoderasi pengaruh likuiditas terhadap
return saham. Dengan demikian, semakin rendah bid ask spread maka
menunjukkan semakin baik likuiditas dan hal ini membuat investor tertarik untuk
membeli saham dan berdampak terhadap kenaikan return saham (Ryan, 1996).
Hipotesis alternatif kelima dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
H5 : Bid ask spread memperkuat pengaruh positif kinerja keuangan
yang diproksikan dengan likuiditas terhadap return saham.
2.3.6 Bid Ask Spread dapat memoderasi leverage terhadap Return Saham
Bid ask spread juga memoderasi pengaruh kinerja keuangan yang
diproksikan dengan leverage terhadap return saham, leverage penting bagi
pemegang saham karena biaya bunga tetap atas pinjaman mempunyai pengaruh
dalam meningkatkan atau menurunkan keuntungan pemegang saham. Apabila
penghasilan dari total dana yang diinvestasikan melebihi bunga atas pinjaman
maka sisa surplus akan ditambahkan ke pemegang saham dan selanjutnya
meningkatkan penerimaan mereka. Di sisi lain bila penerimaan rata-rata dari total
dana yang diinvestasikan lebih rendah daripada tingkat bunga, sedangkan bunga
31
harus tetap dibayar, akan teljadi penurunan penerimaan pada pemegang saham.
Jadi penerimaan para pemegang saham akan lehih beragam bila leverage tinggi
(Pass et al., 1997:67). Namun demikian leverage juga terkait dengan risiko. Bila
tingkat leverage yang digunakan semakin tinggi maka risiko yang dihadapi oleh
investor akan semakin tinggi pula.
Oleh karena itu semakin tinggi leverage suatu perusahaan maka
risiko juga akan meningkat dan akan mengakibatkan spread yang besar, sehingga
dapat dikatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap bid ask spread
(Ryan, 1996:37). Dengan demikian, bid ask spread yang tinggi akan
mempengaruhi keputusan utang, karena tingkat likuiditas saham perusahaan yang
tercermin dari nilai bid ask spread akan mempengaruhi keyakinan manajer untuk
membayar utang, hal inilah yang menyebabkan bid ask spread memoderasi
pengaruh leverage terhadap return saham.
Hipotesis alternatif keenam dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
H6 : Bid ask spread memperkuat pengaruh positif kinerja keuangan
yang diproksikan dengan leverage terhadap return saham.
2.3.7 Bid Ask Spread dapat memoderasi Price Earning Ratio (PER) terhadap
Return Saham
Bid ask spread juga memoderasi pengaruh price earning ratio terhadap
return saham, dimana price earning ratio merupakan salah satu fungsi dari harga
saham, dimana bid ask spread berbanding lurus dengan harga saham. Bid ask
spread yang tinggi, menunjukkan harga saham perusahaan di pasar sedang turun,
sehingga price earning ratio juga akan menurun, hal ini akan membuat investor
tidak tertarik untuk membeli saham perusahaan jika price earning ratio terlalu
rendah dan berdampak terhadap penurunan harga saham dan return saham.
Dengan demikian, bid ask spread dapat memoderasi pengaruh PER terhadap
return saham.
Hipotesis alternatif ketujuh dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
32
H7 : Bid ask spread memperkuat pengaruh positif kinerja keuangan yang
diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
34
Pi t - Pi t-1 + D
R it =
Pi t-1
Catatan:
Rit = Tingkat keuntungan saham i periode t
Pit = Harga saham penutupan i pada periode t
P i t-1 = Harga saham penutupan i pada periode t-1
D = Dividen per lembar saham.
b. Curent Ratio (CR)
CR adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam melunasi liabilitas jangka pendek, pada perusahaan manufaktur di BEI
Tahun 2010-2013.
Aset Lancar
CR = x 100%
Liabilitas Lancar
c. Debt to Equity Ratio (DER)
DER merupakan rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan modal sendiri
perusahaan untuk dijadikan jaminan semua utang, pada perusahaan manufaktur
di BEI Tahun 2010-2013.
Total Hutang
DER =
Total Ekuitas
d. Price Earning Ratio (PER)
PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price)
dengan earning per share (EPS) dari saham yang bersangkutan, pada
perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2010-2013.
Ps
PER =
EPS
Catatan:
Ps = Harga saham suatu efek
EPS = Earning Per Share
35
e. Pertumbuhan perusahaan(Growth)
Pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan perubahan total aset.
Pertumbuhan aset adalah selisih total aktiva yang dimiliki perusahaan pada
periode sekarang dengan periode sebelumnya terhadap total aktiva periode
sebelumnya pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2010-2013. Satuan
pengukuran perubahan total aset dalam persentase.
Asset ti - Asset ti-1
Growth =
Asset ti-1
36
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-variabel dalam
penelitian ini. Uji statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
umum atau karakteristik data yang digunakan dalam penelitian ini. Alat
analisis yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), distribusi frekuensi,
nilai minimum dan maksimum serta deviasi standar.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asusmsi klasik dilakukan untuk mengetahui keberartian hubungan
antar variabel independen dengan variable dependen (Ghozali, 2009). Uji
Asumsi klasik meliputi uji normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas
dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk memastikan bahwa variabel terikat dan
variabel bebas dalam persamaan regresi sudah berdistribusi normal atau
tidak (Ghozali 2009). Untuk menguji normalitas data digunakan uji
Kolmogorov-smirnov. Residual berdistribusi normal apabila tingkat
signifikansi menunjukkan nilai lebih besar dari 0,05 (5%).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak (Ghozali, 2009). Untuk
menguji multikolonieritas dilakukan analisis korelasi antar variable
independen dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor
(VIF). Multikolonieritas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1
(10%) atau nilai VIF lebih besar dari 10. Apabila nilai tolerance lebih dari
10 % atau VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan bahwa variabel
independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan
objektif (tidak ada multikolonieritas).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
37
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau yang tidak
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Uji statistik yang digunakan adalah uji
Glejser supaya hasil yang diperoleh akurat. Uji Glejser mengusulkan
untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen
(Ghozali, 2009). Jika dari uji Glejser di dapat bahwa tidak ada satupun
variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen nilai absolute Ut (AbsUt) dan probabilitas signifikansi
di atas tingkat kepercayaan 5 persen maka dapat diambil kesimpulan
model regresi tersebut tidak mengandung heteroskedastisitas
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode
sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang datanya adalah
time series atau korelasi antara tempat yang berdekatan bila cross
sectional. Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi
adalah uji Durbin Watson yang dihitung berdasarkan selisih kuadrat nilai-
nilai taksiran faktor pengganggu yang berurutan. Nilai Durbin Watson
dapat dihitung menggunakan Statistical Package for Social Sciences
(SPSS). Nilai dari Uji Durbin Watson dibandingkan dengan nilai tabel
dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen untuk dapat diambil
keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1. Bila dU < dW < (4-dU), maka tidak terjadi autokorelasi.
2. Bila dW < d1, maka terjadi autokorelasi positif
3. Bila dW > (4-dt), maka terjadi autokorelasi negatif.
4. Bila d1 < dW < dU atau (4-dU) < dW < (4-dt), maka tidak dapat
ditarik kesimpulan mengenai ada tidaknya autokorelasi.
38
3. Persamaan Regresi
Dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi liner
berganda.
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X1*M + β6 X2*M + β7
X3*M + β8 X4*M + ε
Y = return saham
α = konstanta
β = koefisien regresi
X1 = CR
X2 = DER
X3 = PER
X4 = pertumbuhan perusahaan (growth)
ε = residual (variabel kesalahan)
M = Bid Ask Spread (variabel moderasi)
4. Uji Regresi
Menurut Ghozali (2009) ketepatan fungsi regresi sampel dalam
menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai
statistik F dan nilai statistik t.
a. Analisis Determinasi (R2)
Analisis determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan variable independen dalam menjelaskan variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel independen memberikan semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali,
2009:83).
b. Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F)
Uji Statistik F digunakan untuk menguji apakah model regresi yang
digunakan sudah tepat. Ketentuan yang digunakan dalam uji F adalah
sebagai berikut:
39
1. Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih kecil dari
tingkat signifikansi (Sig. < 0,05), maka model penelitian dapat
digunakan atau model tersebut sudah tepat.
2. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih besar dari
tingkat signifikansi (Sig. > 0,05), maka model penelitian tidak dapat
digunakan atau model tersebut tidak tepat.
3. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut
tabel. Jika nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka
model penelitian sudah tepat.
Selain untuk mengetahui ketepatan suatu model regresi, uji F juga
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan > 0,05 berarti
secara bersama-sama variabel independen tidak mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan < 0,05 berarti secara
bersama-sama variabel dependen mempunyai pengaruh terhadap variabel
independen
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah
a. Jika Fhitung > Ftabel , maka Ho ditolak (ada pengaruh yang signifikan)
b. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima (tidak ada pengaruh)
c. Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2009). Apabila nilai probabilitas signifikansi
< 0.025, maka suatu variabel independen merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
d. Analisis Regresi Moderasi (Moderate Analysis Regretion)
Analisis regresi moderasi digunakan untuk menaksir nilai
variabel Y berdasarkan nilai variabel X dikalikan dengan variable Z,
serta taksiran perubahan variabel Y untuk setiap satuan perubahan
variabel X yang dikalikan dengan variable Z. Uji interaksi atau sering
disebut dengan Moderated Regresion Analysis (MRA) merupakan
40
aplikasi khusus dimana dalam persamaan regresinya mengandung
unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen)
(Ghozali : 2009).
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1
Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2013
No Kriteria Jumlah Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI
1 136 Perusahaan
periode 2010-2013
Perusahaan yang tidak memenuhi
2 kriteria/tidak konsisten mempublikasi 10 Perusahaan
laporan keuangan periode 2010-2013
Total Sampel/ Perusahaan yang konsisten
3 mempublikasi laporan keuanga periode 126 Perusahaan
2010-2013 (lihat lampiran I)
42
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 sebanyak 136 perusahaan.
Sementara itu, perusahaan yang tidak memenuhi kriteria atau tidak melakukan
publikasi laporan keuangan secara konsisten selama periode 2010-2013 yaitu
sebanyak 10 perusahaan, dan perusahaan yang memenuhi kriteria atau melakukan
publikasi dan memiliki laporan keuangan yang lengkap selama tahun 2010 sampai
tahun 2013 yaitu sebanyak 126 perusahaan. Dengan demikian, diketahui bahwa
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 126 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dibuat data statistik deskriptif.
Deskripsi data dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran data
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum.
Hasil pengujian statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Statistik Deskriptif
Berdasarkan pada tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa variabel Current
Ratio (CR) memperoleh nilai minimum sebesar 0,03, nilai maksimum sebesar
1.005,18, nilai rata-rata (mean) sebesar 6,93 dengan nilai standar deviasi sebesar
64,05. Variabel Leverage (LEV) memperoleh nilai minimum sebesar -0,80, nilai
43
maksimum sebesar 246,32, nilai rata-rata (mean) sebesar 2,6283 dengan nilai
standar deviasi sebesar 13,27.
Kemudian, pada variabel Price Earning Ratio (PER) memperoleh nilai
minimum sebesar -115,67, nilai maksimum sebesar 580,14, nilai rata-rata (mean)
sebesar 15,97 dengan nilai standar deviasi sebesar 51,58. Pada variabel
Pertumbuhan (Growth) memperoleh nilai minimum sebesar -0,92, nilai
maksimum sebesar 40,68, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,35 dengan nilai standar
deviasi sebesar 2,25. Pada variabel Return Saham (RS) memperoleh nilai
minimum sebesar -0,87, nilai maksimum sebesar 14, nilai rata-rata (mean) sebesar
0,34 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,027.
44
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogrov-Smirnov
Unstandardized
Residual
N 504
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b Std.
,96647277
Deviation
Absolute ,192
Most Extreme Differences Positive ,192
Negative -,177
Kolmogorov-Smirnov Z 4,305
Asymp. Sig. (2-tailed) ,348
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikan untuk
unstandardized residual sebesar 0,348. Nilai ini signifikan untuk unstandardized
residual variabel tersebut lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
data pada model regresi dalam penelitian sudah berdistribusi normal.
45
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
CR 0,985 1,016
LEV 0,979 1,021
PER 0,999 1,001
GROWTH 0,994 1,006
Sumber: Output hasil pengolahan data dengan SPSS
Variabel Signifikansi
CR 0,942
LEV 0,523
PER 0,054
GROWTH 0,861
Sumber: Output hasil pengolahan data dengan SPSS
Berdasarkan pada tabel hasil pengujian heteroskedastisitas di atas, dapat
diperoleh nilai signifikansi dari model tersebut memperoleh nilai signifikansi >
dari alpha 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa data dalam model regresi tersebut
tidak mengalami heterokedastisitas.
46
4.2.1.4 Uji Autokorelasi
Uji ini dimaksudkan untuk menguji terdapatnya korelasi diantara
kesalahan pengganggu (ei) dari satu observasi ke observasi lainnya. Tidak
terjadinya autokorelasi dapat dideteksi Supranto (2001:270) apabila:
1. DW hitung atau d > 4-dL (d lower) = ada autokorelasi negatif
2. DW hitung atau d < 4 –dU (d upper)= tidak ada autokorelasi negatif
3. 4-dU ≤ d ≤ 4 - dL = pengujian tidak meyakinkan
Hasil perhitungan uji autokorelasi dari masing-masing variabel bebas
menunjukkan sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Tabel Tabel
Dw DW
N DW
4-dU 4-dL Batas batas Kesimpulan
K=5 hitung
bawah atas
(dl) (du)
504 2,080 2,180 2,282 1,718 1,820 Tdk terjadi Autokorelasi
47
Tabel 4.7
Koefisen Determinasi
Tabel 4.8
Uji F
48
manufaktur yang terdaftar di BEI dengan bid ask spread sebagai variabel
moderasi dilihat dari hasil uji t. Hasil hipotesis tersebut akan di jelaskan pada
tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) ,256 ,046 5,541 ,000
a. Dependent Variable: RS
Berdasarkan hasil tabel 4.9 di atas, dapat dibuatkan persamaan regresi
seperti yang terlihat di bawah ini:
RS = 0,256 – 0,001CR + 0,030LEV + 0,003PER + 0,025GROWTH + ,162CR_BAS
+ 0,484LEV_BAS + 0,042PER_BAS – 0,753GROWTH_BAS + e
Berdasarkan pada tabel 4.9, maka dapat dibuatkan pembahasan hasil
penelitian yang dijelaskan lebih lanjut pada sub bab berikut.
49
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Pertama (H1)
Hipotesis pertama menguji adanya pengaruh Current Ratio (CR)
berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2010-2013 dan hipotesis yang diajukan dalam hal ini adalah
sebagai berikut:
H1 : Likuiditas (Current Ratio) berpengaruh positif terhadap return saham
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 nilai signifikansi yang
diperoleh sebesar 0,2035 > 0,025, dan nilai thitung sebesar -0,4145 < ttabel 1,965
dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel Current Ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Nilai
koefisien regresi sebesar -0,001, dapat diartikan bahwa apabila Current Ratio
mengalami peningkatan sebesar 1%, maka return saham (RS) perusahaan akan
mengalami penurunan sebesar 0,1%. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Rahayu (2003) yang menemukan bahwa CR tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham, namun tidak sejalan dengan penelitian Aida dan
Indriantoro (1999) yang menemukan bahwa CR memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return saham. Dengan demikian, hasil ini menjelaskan bahwa
perusahaan yang memiliki likuiditas terlalu tinggi, tidak menggunakan
kesempatan untuk melakukan ekspansi dan investasi sehingga dana perusahaan
menjadi tidak produktif sehingga menyebabkan performa bisnis perusahaan
menjadi menurun.
50
variabel Leverage berpengaruh positif terhadap return saham. Nilai koefisien
regresi sebesar 0,030, dapat diartikan bahwa apabila Leverage mengalami
peningkatan sebesar 1%, maka return saham (RS) perusahaan akan mengalami
peningkatan sebesar 3%. Hasil penelitian ini sejalan dengan Chan et al (1996)
dengan menggunakan metode regresi cross section pada return saham di Jepang
menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara return saham
dengan book to market ratio Penelitian yang sama dilakukan oleh Mukherji et al
(1997) di Korea, hasilnya menyebutkan bahwa book-market ratio (B/M), dan
debt-equity ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham.
51
H4 : Pertumbuhan (Growth) berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 nilai signifikansi yang
diperoleh sebesar 0,223 > 0,025, dan nilai thitung sebesar 0,3815 < ttabel 1,965
dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,025. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel Growth berpengaruh positif terhadap return saham. Nilai
koefisien regresi sebesar 0,025, dapat diartikan bahwa apabila Growth mengalami
peningkatan sebesar 1%, maka return saham (RS) perusahaan akan mengalami
peningkatan sebesar 2,5%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sriwardany (2006) membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan
mempunyai pengaruh positif terhadap harga perubahan saham, hal ini berarti
bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan akan direspon positif
oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham.
52
perusahaan, dimana kondisi likuiditas lebih ditentukan oleh kebijakan manajemen
perusahaan dalam membelajakan atau mengalokasikan dananya sehingga tidak
dipengaruhi oleh kondisi bid ask spread atas perusahaan tersebut di pasar..
53
H7: bid ask spread memperkuat pengaruh Price Earning Ratio terhadap return
saham
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 nilai signifikansi yang
diperoleh sebesar 0,0125 < 0,025, dan nilai thitung sebesar 2,254 > ttabel 1,965
dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,042. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa bid ask spread memperkuat pengaruh Price Earning Ratio terhadap return
saham, hal ini menunjukkan bahwa tinggi/rendahnya bid ask spread, maka akan
mempengaruhi harga saham dan laba persaham (PER) terhadap return saham.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ryan (1996) bahwa bid ask spread
berpengaruh langsung terhadap harga saham, PER merupakan salah satu fungsi
dari harga saham, sehingga jika terjadi perubahan harga saham maka aan diikuti
oleh perubahan PER. Dengan demikian, menjadi rasional jika bid ask spread
dapat memperkuat pengaruh PER terhadap return saham.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, kesimpulan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Kinerja Keuangan yang diproksikan dengan likuiditas (Current Ratio) terbukti
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
2. Kinerja Keuangan yang diproksikan dengan Leverage (Debt to Equity Ratio)
terbukti memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
3. Kinerja Keuangan yang diproksikan dengan Price Earning Ratio terbukti
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
4. Pertumbuhan (Growth) terbukti tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-
2013.
5. Bid ask spread tebukti tidak memperkuat pengaruh Kinerja Keuangan Yang
Diproksikan dengan Likuiditas (Current Ratio) terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
6. Bid ask spread terbukti tidak memperkuat pengaruh Kinerja Keuangan Yang
Diproksikan dengan leverage (Debt to Equity Ratio) terhadap return saham
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
7. Bid ask spread terbukti memperkuat pengaruh Kinerja Keuangan Yang
Diproksikan dengan Price Earning Ratio terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
8. Bid ask spread terbukti tidak memperkuat pengaruh Pertumbuhan (Growth)
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2010-2013.
55
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain:
1. Data sampel terbatas karena tidak semua perusahaan yang menjadi sampel
memiliki laporan keuangan yang lengkap dan konsisten dari tahun 2010-
2013.
2. Adanya data yang terlalu bervariasi atau gap data terlalu besar antar sektor
atau antar perusahaan memungkinkan hasil pengujian kurang optimal
56
3. Memperpanjang waktu pengamatan sampai 10 tahun agar menghasilkan
kajian yang lebih valid.
57
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri Dwi Ari. (2008). “Pengaruh Return Saham, Volume Perdagangan
Saham, dan Varian Return Saham Terhadap Bid – Ask Spread Saham Pada
Perusahaan Manufaktur yang Tergabung Dalam Indeks LQ45 Periode
Tahun 2003 – 2005”. Jurnal Siasat Bisnis, Volume 12, Nomor 1, hal 27-38.
Ang, Robert. (1997). Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft
Indonesia.
Golin, Jonathan, dan Delhaise, Philippe. (2013). The Bank Credit Analysis
Handbook: a Guide for Analysts, Bankers and Investors. New York: John
Wiley & Sons.
58
Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 2007.
Jakarta: Salemba Empat.
Jogiyanto, Hartono. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua,
Yogyakarta: BPFE.
Karami, Gholam Reza., dan Talaeei, Leila. (2013). “Predictability of stock returns
using financial ratios in the companies listed in Tehran Stock Exchange”.
International Research Journal of Applied and Basic Sciences, Vol., 4 (12),
4261-4273.
Keown, A.J., Martin, J.D., William Petty, J., dan Scott, D.F. (2011). Prinsip dan
Penerapan Manajemen Keuangan, Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 2. Jakarta:
Indeks.
Limento, Andrew D., dan Neneng, Djuaeriah. (2013). “The Determinant of The
Stock Price In Indonesian Publicly Listed Transportation Industry”.
Bussiness and Information. Swiss German University.
Martalena, dan Malinda, Maya. (2011). Pengantar Pasar Modal. Edisi Pertama,
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Martani, Dwi., dan Khairurizka, Rahfiani. (2009). “The Effect of Financial Ratios,
Firm Size, and Cash Flow from Operating Activities in the Interim Report to
The Stock Return”. Chinese Business Review.Vol. 8 No.6.
Nakhaei, Habibollah, dan Norhan, Nik Intan. (2013). “The Relationship between
Economic Value Added, Return on Assets, and Return on Equity with
Market Value Added in Tehran Stock Exchange (TSE)”. Proceedings of
Global Business and Finance Research Conference, ISBN: 978-1-922069-
34-4.
59
Pass, Christopher, Lowes, Bryan., dan Davies, Lesile. (1997). K amus Lengkap
Ekonomi, Edisi II. Jakarta: Erlangga.
Ryan, Huldah A. (1996). "The Use of Financial Ratios As Measures of Risk in the
Determination of The Bid Ask Spread", Journal of Financial and Strategic
Decisions, vol 9 no 2.
Sambora, Mareta Nurjin., Handayani, Siti Ragil., dan Rahayu, Sri Mangesti.
(2014). “Pengaruh Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI periode
tahun 2009 – 2012)”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 8 No. 1.
Sartono, Agus, R.. (1995). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE.
Shin, H.H., dan Stulz, R.M. (2000). “Firm Value, Risk, and Growth
Opportunities”. Bangking and Monetory Economics at The Ohio State
University, and Reseach, hal 1-35. Or (online), (www.google.com).
Sunardi, Hardjono. (2010). “Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA
terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ
45 di BursaEfek Indonesia”. Jurnal Akuntansi, Vol.2 No.1 Mei 2010: 70-92.
Sundjaja, Ridwan S., dan Barlian, Inge. (2012). Manajemen Keuangan Satu, Edisi
Kelima. Jakarta: Literata Lintas Media.
60
Taswan. (2003). “Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Utang Dan
Deviden Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya”. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, Vol.10 No.2.
Weston, J.F., dan Brigham, E.F. (1984). Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid
I. Jakarta: Erlangga.
61
LAMPIRAN I
DAFTAR PERUSAHAAN MANUFAKTUR TAHUN 2010-2013
62
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
34 TPIA PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk.
35 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk.
36 AKKU PT. Alam Karya Unggul Tbk.
37 AKPI PT. Argha Karya Prima Industry Tbk.
38 APLI PT. Asiaplast Industries Tbk.
39 BRNA PT. Berlina Tbk.
40 IPOL PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk.
41 IGAR PT. Champion Pacific Indonesia Tbk.
42 SIAP PT. Sekawan Intipratama Tbk.
43 SIMA PT. Siwani Makmur Tbk.
44 FPNI PT. Titan Kimia Nusantara Tbk.
45 TRST PT. Trias Sentosa Tbk.
46 YPAS PT. Yanaprima Hastapersada Tbk.
47 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
48 JPFA PT. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk.
49 MAIN PT. Malindo Feedmill Tbk.
50 SIPD PT. Sierad Produce Tbk.
51 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk.
52 TIRT PT. Tirta Mahakam Resources Tbk.
53 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.
54 INKP PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.
55 KBRI PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk.
56 TKIM PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
57 SPMA PT. Suparma Tbk.
58 INRU PT. Toba Pulp Lestari Tbk.
59 ASII PT. Astra International Tbk.
60 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk.
61 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk.
62 GDYR PT. Goodyear Indonesia Tbk.
63 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk.
64 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk.
65 INDS PT. Indospring Tbk.
66 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Tbk.
63
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
67 MASA PT. Multistrada Arah Sarana Tbk.
68 NIPS PT. Nipress Tbk.
69 PRAS PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk.
70 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk.
71 MYTX PT. Apac Citra Centertex Tbk.
72 ARGO PT. Argo Pantes Tbk.
73 POLY PT. Asia Pacific Fibers Tbk.
74 CNTX PT. Century Textile Industry (PS) Tbk.
75 ERTX PT. Eratex Djaja Tbk.
76 ESTI PT. Ever Shine Textile Industry Tbk.
77 INDR PT. Indo-Rama Synthetics Tbk.
78 KARW PT. Karwell Indonesia Tbk.
79 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Tbk.
80 PBRX PT. Pan Brothers Tbk.
81 HDTX PT. Panasia Indosyntec Tbk.
82 ADMG PT. Polychem Indonesia Tbk.
83 RICY PT. Ricky Putra Globalindo Tbk.
84 SSTM PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk.
85 TFCO PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk.
86 UNTX PT. Unitex Tbk.
87 BIMA PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
88 BATA PT. Sepatu Bata Tbk.
89 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk.
90 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk.
91 KBLI PT. KMI Wire and Cable Tbk.
PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce
92 SCCO Tbk.
93 VOKS PT. Voksel Electric Tbk.
94 PTSN PT. Sat Nusapersada Tbk.
95 ADES PT. Akasha Wira International Tbk.
96 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk.
97 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk.
98 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk.
99 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
64
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
100 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
101 MYOR PT. Mayora Indah Tbk.
102 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
103 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.
104 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.
105 SKLT PT. Sekar Laut Tbk.
106 STTP PT. Siantar Top Tbk.
107 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
108 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
109 RMBA PT. Bentoel Internasional Investama Tbk.
110 GGRM PT. Gudang Garam Tbk.
111 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk.
112 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk.
113 INAF PT. Indofarma (Persero) Tbk.
114 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk.
115 KAEF PT. Kimia Farma Tbk.
116 MERK PT. Merck Tbk.
117 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk.
118 SCPI PT. Schering Plough Indonesia Tbk.
119 SQBB PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
120 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk.
121 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk.
122 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk.
123 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk.
124 KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk.
125 KDSI PT. Kedawung Setia Industrial Tbk.
126 LMPI PT. Langgeng Makmur Industri Tbk.
65
LAMPIRAN II
HASIL STATISTIK
66
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
CR 0,985 1,016
LEV 0,979 1,021
PER 0,999 1,001
GROWTH 0,994 1,006
Tabel Tabel
Dw DW
N DW
4-dU 4-dL Batas batas Kesimpulan
K=5 hitung
bawah atas
(dl) (du)
504 2,080 2,180 2,282 1,718 1,820 Tdk terjadi Autokorelasi
Koefisen Determinasi
67
Uji F
68