Anda di halaman 1dari 19

PAPER PEMERIKSAAN PAJAK

MANAJEMEN PAJAK PADA PROSES


PEMERIKSAAN PAJAK (RikPa)

Disusun Oleh :

1. Andi Nur Aziz


2. Ferry Liusman
3. Hanggi Arinda
4. Julius Santoso

(12315)
(12315)
(12315)
(123150081)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


KONSENTRASI PERPAJAKAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2016

MANAJEMEN PAJAK PADA PROSES PEMERIKSAAN


PAJAK (RikPa)
Tujuan
Pemeriksaan

???
3 fase

WP harus
mengetahui:

SPHP, BA, SKP,


STP

Keberatan

2. Aspek Administratif
Pajak
Manajemen
3. Aspek Material Pajak
Ketenangan
Kepatuhan
(Compliance)
Persiapan RikPa

1. Hak
2. Kewajiban
Proses RikPa

Pemeriksaan
Pajak
1. Tax
Planning

Tujuan:

Sebelum
Proses RikPa
?
Pada Saat
Proses RikPa
?
Setelah Saat
Proses RikPa
?

Setor
Formal
Lapor
Material
Perhitungan

Risiko
&
Konsekuensi

Cash Flow ?
Banding
Peninjauan
Kembali

Perhitungan
Bunga ?

Dasar Peraturan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor
184/PMK.03/2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.03/2013 Tentang Tata
Cara Pemeriksaan

Pendahuluan
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan
perundang-undangan
perpajakan
ditentukan
untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau
pemotong pajak tertentu. Dalam pelaksanaan kewajibannya, Wajib
Pajak terlebih dahulu harus memahami ketentuan-ketentuan umum
perpajakan, salah satunya adalah self assessment system, yaitu sistem
pemungutan pajak yang meliputi beberapa proses: menghitung dan
menetapkan besar pajak terutang, menyetor pajak terutang ke kas
negara,
melaporkan
perhitungan
dan
penyetoran,
dan
mempertanggungjawabkan semua kewajiban.
Sistem ini merupakan bentuk kepercayaan pemerintah kepada
masyarakat untuk menjalankan kewajiban pajak. Wajib Pajak harus aktif
menghitung dan melaporkan jumlah pajak terutangnya tanpa campur
tangan fiskus. Konsekuensi dari sistem ini adalah masyarakat harus
mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelunasan pajak, seperti waktu pembayaran dan
pelaporan, tujuan pembayaran, penghitungan pajak, dan sanksi yang
akan diterima oleh pelanggar Undang-undang (UU) Pajak.
Dalam hal pelaksanaan perpajakan, kepentingan Wajib Pajak akan
berbeda dengan pemerintah. Wajib Pajak berusaha membayar pajak
sekecil-kecilnya, karena akan mengurangi kemampuan ekonomisnya;
sedangkan
pemerintah
memerlukan
dana
untuk
membiayai
penyelenggaraan pemerintahan sebagian besar berasal dari pajak.
Perbedaan kepentingan ini menyebabkan Wajib Pajak cenderung untuk
mengurangi jumlah pembayaran, baik secara legal, maupun ilegal.
Wajib Pajak dapat menggunakan manajemen pajak untuk
menerapkan peraturan secara benar, mengefisienkan laba, dan
meminimalkan beban pajak. Manajemen pajak meliputi perencanaan,
1

pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan. Hal


tersebut perlu dilakukan oleh Wajib Pajak dalam mengantisipasi
terjadinya pemeriksaan oleh fiskus selain juga untuk meminimalkan
pembayaran pajak dalam bingkai peraturan pajak.

Manajemen Pajak
Tujuan manajemen Pajak dapat dicapai melalui :
1. Perencanaan Pajak (tax planning), dalam hal :
a. Aspek Formal Pajak, meliputi memahami peraturan perpajakan
baik undang-undang sampai ke peraturan pelaksananya,
b. Aspek Administratif Pajak, meliputi kewajiban mendaftarkan diri
untuk mendapatkan Nomor ppokok Wajib Pajak (NPWP) dan
Nomor
Pegukuhan
Pengusaha
Kena
Pajak
(NPPKP),
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan, membayar
pajak, menyampaikan Surat Pemberitahuan, kewajiban
memotong, dll
c. Aspek Material Pajak, meliputi pengetahuan mengenai objek
pajak, sehingga pajak yang dibayarkan atas objek pajak tidak
lebih ataupun kurang. Untuk itu objek pajak harus dilaporkan
secara benar dan lengkap.
2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (tax implementation)
Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktorfaktor yang akan dimanfaatkan untuk melakukan penghematan
pajak,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mengimplementasikannya baik secara formal maupun material.
Harus dapat dipastikan bahwa manajemen pajak tidak
dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan jika dalam
pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka
praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.
3. Pengendalian Pajak (tax control)
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban
pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan
dan telah memenuhi persyaratan formal maupun material. Hal
terpenting dalam pengendalian pajak adalah pemeriksaan
pembayaran pajak. oleh sebab itu, pengendalian dan pengaturan
arus kas sangat penting dalam strategi penghematan pajak,
misalnya melakukan pembayaran pajak pada saat terakhir tentu
akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan membayar
lebih awal. Pengendalian pajak termasuk pemeriksaan jika
perusahaan telah membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak
terhutang.

Pemeriksaan Pajak
Sejak reformasi Undang-Undang Perpajakan pada tahun 1983, sistem
pemungutan pajak di Indonesia berubah menjadi sistem self assessment
yang sebelumnya menggunakan sistem official assessment. Sistem self
assessment ini mewajibkan Wajib Pajak untuk menghitung, membayar,
dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. .Sebagai konsekuensi penerapan
sistem self assessment ini maka diperlukan pengawasan dari
pemerintah terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan
oleh Wajib Pajak telah sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Pengawasan yang dimaksud salah satunya dapat berupa
pemeriksaan pajak.

Pengertian Pemeriksaan :
Berdasarkan Pasal 1 angka 25 pada Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (KUP), dijelaskan bahwa pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka
melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Tujuan Pemeriksaan :
Direktur
Jenderal Pajak berwenang
melakukan
Pemeriksaan
dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
a. Menguji
kepatuhan
Wajib Pajak

pemenuhan

kewajiban

perpajakan

Ruang lingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau
seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak atau TahunPajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun
berjalan
Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak dilakukan dengan menelusuri
kebenaran SPT, pembukuan atau pencatatan, dan pemenuhan

kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan keadaan atau


kegiatan usaha sebenarnya dari Wajib Pajak.
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a.

Wajib Pajak yang


mengajukan
permohonan
pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17B Undang-Undang KUP

b.

terdapat keterangan lain berupa data konkret sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a Undang-Undang KUP

c.

Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan lebih bayar,


selain yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a

d.

Wajib Pajak yang telah diberikan


kelebihan pembayaran pajak

e.

pengembalian

pendahuluan

Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan rugi

f.

Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,


likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya

g.

Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode


pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva
tetap

h.

Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT tetapi


melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat
teguran yang terpilih untuk dilakukan Pemeriksaan berdasarkan
Analisis Risiko atau

i.

Wajib Pajak menyampaikan SPT yang terpilih untuk dilakukan


Pemeriksaan berdasarkan Analisis Risiko.

Pemeriksaan
untuk
menguji
kepatuhan
harus
dilaksanakan
dengan jenis Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor.
b. Tujuan lain
dalam
rangka
melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
Ruang lingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi
yang berkaitan dengantujuan Pemeriksaan.
a.

pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan selain yang


dilakukan berdasarkan Verifikasi
4

b.

c.
d.

penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak selain yang dilakukan


berdasarkan Verifikasi pengukuhan atau pencabutan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak selain yang dilakukan berdasarkan Verifikasi
Wajib Pajak mengajukan keberatan
pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan
penghasilan neto

e.

pencocokan data dan/atau alat keterangan

f.

penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil

g.
h.
i.

penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan


Nilai
Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka
waktu kompensasi kerugian

j.

sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan dan/atau

k.

memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian


Penghindaran Pajak Berganda.

Pemeriksaan untuk tujuan lain dilaksanakan sesuai dengan standar


Pemeriksaan yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan
Pemeriksaan, dan standar pelaporan hasil Pemeriksaan. Standar umum
Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan
dengan persyaratan Pemeriksa Pajak dan mutu pekerjaannya.

Jenis Pemeriksaan dan Jangka Waktunya


Jenis Pemeriksaan
sehubungan
dengan
pengujian
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak :

kepatuhan

a. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor
Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan Kantor terkait dengan
pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama
paling lama 4 (empat) bulan, yang dihitung sejak tanggal
Wajib Pajak memenuhi
Surat
Panggilan
Dalam
Rangka
Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib Pajak. dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan,
kecuali untuk Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data
konkret yang dilakukan dengan Pemeriksaan Kantor tidak dapat
diperpanjang.
5

Perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor


dilakukan dalam hal :

Pemeriksaan Kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian


Tahun Pajak, atau Tahun Pajak lainnya

Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau


keterangan kepada pihak ketiga

Ruang
lingkup
Pemeriksaan
Kantor
meliputi
seluruh jenis pajak dan/atau

Berdasarkan
pertimbangan
kepala
unit
pelaksana
Pemeriksaan.
b. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di
tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan dalam rangka
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, yang dihitung
sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan
kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal SPHP disampaikan
kepada WajibPajak.
Selanjutnya dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2
(dua) bulan. dilakukan dalam hal:
a. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak lainnya
b. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan
kepada pihak ketiga
c. ruang
lingkup
Pemeriksaan
Lapangan
meliputi
seluruh jenis pajak dan/atau
d. berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.
Sedangkan terkait dengan:
a.

Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi

b.

Wajib Pajak dalam satu grup atau

c.

Wajib Pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing


dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa
transaksi keuangan

dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan dan
dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali sesuai dengan kebutuhan
waktu
untuk
melakukan
pengujian.
6

Jangka waktu untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan
pelaporan paling lama 2 (dua) bulan, yang dihitung sejak tanggal SPHP
disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal LHP.
Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan untuk tujuan lain
dilakukan paling lama 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada
Wajib Pajak sampai dengan tanggal LHP.
Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk terhadap
instansi pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau
pemotong pajak.

Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan


Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak
berhak:
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan
secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan
Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas
apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
5. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan;
7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim
Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib
7

Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil


Pemeriksaan; dan
8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner
Pemeriksaan;
9. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan
kepada pihak lain yang tidak berhak.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak
berhak :
1. Meminta Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan
Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas
apabila susunan Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;
4. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
5. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan;
6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim
Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib
Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan; dan
7. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis


Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak :
8

1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda


Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada
WP pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta
kepada
Pemeriksaan
Pajak
untuk
memberikan
pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan
Pemeriksaan Lapangan
3. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memperlihatkan Surat
Tugas apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan
atau;
5. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis
Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak :
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada
WP pada waktu Pemeriksaan
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas
apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan/ atau;
4. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner
Pemeriksa.

Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak
wajib :
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan
dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang
terutang pajak;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data
yang dikelola secara elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau
ruangan, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau
patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk
tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan
bebas WP, atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya
kepada Pemeriksaan Pajak;
4. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa :
a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP apabila
dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik
memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;
b. Memberikan kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk
membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan /atau
c. Menyediakan
ruangan
khusus
tempat
dilakukannya
Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, cacatan, dan
dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak;
5. Menyampaikan
tanggapan
secara
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; dan

tertulis

atas

Surat

6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

10

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak
wajib :
1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan
sesuai dengan waktu yang ditentukan;
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan,
dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik,
yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak;
3. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
4. Menyampaikan
tanggapan
secara
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

tertulis

atas

Surat

5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan


Publik; dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis


Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan,
dan dokumen lain yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh
data yang dikelola secara elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat
atau ruangan peyimpan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain,

11

dan/atau barang yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan serta


meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak; dan/atau
4. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis


Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan
dokumen lain yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan; dan
atau
2. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Hal Lainnya Yang Perlu Diketahui


1. Pemeriksaan Pajak dapat dilakukan Kelompok Pemeriksa.
2. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di Kantor (Pemeriksaan Kantor)
atau di tempat Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) meliputi
tahun-tahun yang lalu maupun tahun berjalan.
3. Apabila WP tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak
untuk memasuki tempat atau ruangan tertentu dan menolak
memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, maka pemeriksa
pajak berwenang melakukan penyegelan.

Perencanaan Pajak Sebelum Proses Pemeriksaan Pajak

Bila terjadi kelebihan pajak, agar diajukan klaim atau restitusi


pajak (pengembalian kelebihan bayar) dan jangan merasa takut
dengan pemeriksaan pajak, selama kita tidak berbuat curang dan
asalkan administrasi pembukuan kita dipelihara dengan rapi.

Pemeriksaan pajak tidak hanya didasarkan pada SPT. Walaupun


laporan audit memberikan opini wajar tanpa pengecualian, karena
12

setelah memasukan SPT dapat saja dilakukan pemeriksaan sederhana


kantor selama 2 bulan.

Persiapkan pembukuan atau laporan keuangan yang rapi. Lakukan


pembukuan dengan baik, benar dan jujur. Tutup celah celah
kelemahan dalam pembukuan yang bisa menimbulkan koreksi fiskal.

Melakukan penelitian kembali atas pemenuhan kewajiban


perpajakan yang selama ini telah dilaksanakan ( tax review ). Apabila
memang masih ditemukan adanya kesalahan dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan tersebut, maka segera lakukan pembetulan
sebelum dilakukan pemeriksaan.

Selalu taat pajak dalam memenuhi hak dan kewajiban perpajakan,


dengan cara menghindari penggelapan atau penghindaran pajak
dengan cara illegal (tax evasion). Tindakan ini merupakan perbuatan
kriminal karena menyalahi peraturan. Contoh kasus penggelapan
pajak seperti melaporkan omzet atau penjualan lebih kecil dari yang
seharusnya, pemalsuan dokumen perusahaan dan lain sebagainya.

Menyimpan semua dokumen perusahaan, minimal hingga masa


kadaluarsa pajak.

Melakukan tax review untuk


memenuhi kewajiban perpajakan.

menguji

apakah

kita

sudah

Perencanaan Pajak Dalam Proses Terjadi Pemeriksaan


Pajak

Gunakan konsultan pajak sebagai mitra diskusi seputar


perpajakan dan pada saat diperiksa, karena konsultan pajak yang
terdaftar dan bersertifikat dapat memberikan masukan dalam
menghadapi pemeriksaan pajak.

Menyiapkan sikap mental dan berpikir positif, bahwa pemeriksa


pajak juga manusia yang bisa berbuat salah dalam menjalankan
tugasnya, sehingga tidak perlu ditakuti. Jangan perlakukan pemeriksa
sebagai musuh, tetapi sebagai mitra dan terbuka untuk melakukan
kompromi ( dalam arti yang positif ).

Menguasai peraturan pajak dengan baik dengan cara mengupdate


aturan pajak dan aturan pemeriksaan pajak, terutama untuk
digunakan dalam berargumentasi dalam berkomunikasi dengan
pemeriksa pajak dalam rangka melaksanakan Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan (Closing Conference), untuk mempertahankan besarnya
pajak yang sudah kita bayar, agar tidak harus membayar tambahan
beban pajak lagi.

13

Merespon sikap dan perilaku pemeriksa pajak secara bijak agar


tidak salah ucap atau salah langkah, untuk menghindari sentiment
negative pada saat pemeriksaan berlangsung.

Jangan memberikan informasi secara sukarela (bila tidak diminta)


kepada pemeriksa pajak.

Perencanaan Pajak Setelah Proses Terjadi Pemeriksaan


Pajak

Perhatikan dan meneliti produk pemeriksaan

Apabila terjadi kurang bayar / lebih bayar


memperhatikan langkah administratif selanjutnya

Memperhatikan pengaruh dari produk yang dikeluarkan fiskus baik


apabila wajib pajak memilih setuju maupun tidak setuju

Mengidentifikasi masalah yang terjadi dan mencari solusi atas


permasalahan tersebut agar dikemudian hari tidak terulang.

maka

perlu

Keberatan, Banding, dan Peninjauan Kembali


Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang
dapat mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar,
atau nihil. Jika Wajib Pajak tidak sependapat maka dapat mengajukan
keberatan atas surat ketetapan tersebut. Selanjutnya apabila belum
puas dengan keputusan keberatan tersebut maka Wajib Pajak dapat
mengajukan banding. Langkah terakhir yang dapat dilakukan oleh Wajib
Pajak dalam sengketa pajak adalah peninjauan kembali ke Mahkamah
Agung.

Keberatan
Wajib Pajak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas suatu
ketetapan pajak dengan mengajukan keberatan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak paling lambat 3 bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan
kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
Atas keberatan tersebut Direktur Jenderal Pajak akan memberikan
keputusan paling lama dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak
surat keberatan diterima.
Syarat pengajuan keberatan adalah:
14

1. Mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Kepala Kantor
Pelayanan Pajak setempat atas SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, dan
Pemotongan dan Pemungutan oleh pihak ketiga.
2. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mengemukakan jumlah pajak terutang menurut perhitungan Wajib
Pajak dengan menyebutkan alasanalasan yang jelas.
3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
surat ketetapan pajak, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena di luar
kekuasaannya.
4. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak
dianggap
sebagai
Surat
Keberatan,
sehingga
tidak
dipertimbangkan.
5. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat
ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih
harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib
Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat
keberatan disampaikan.
Perlu diketahui bahwa apabila permohonan keberatan Wajib Pajak
ditolak dan Wajib Pajak tidak mengajukan banding maka Wajib Pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh
persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

Banding
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan
Keberatan atas keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih
dapat mengajukan banding ke Badan Peradilan Pajak.
Syarat pengajuan banding adalah:
1. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dalam waktu
3 (tiga) bulan sejak keputusan keberatan diterima dilampiri surat Keputusan
Keberatan tersebut.
2. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
Pengadilan Pajak harus menetapkan putusan paling lambat 12 (dua
belas) bulan sejak Surat Banding diterima. Dalam hal permohonan
banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

15

Peninjauan Kembali
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Putusan Banding, maka
Wajib Pajak masih memiliki hak mengajukan Peninjauan Kembali kepada
Mahkamah Agung. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat
diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan
Pajak. Pengajuan permohonan PK dilakukan dalam jangka waktu paling
lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu
muslihat atau sejak putusan Hakim Pengadilan pidana memperoleh
kekuatan hukum tetap atau ditemukannya bukti tertulis baru atau sejak
putusan banding dikirim.
Mahkamah Agung mengambil keputusan dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak permohonan PK diterima.

Kesimpulan
Membuat perencanaan pajak tidak hanya dapat dilakukan setelah
terjadi pemeriksaan pajak melainkan sebelum dan sesudahnya, hal ini
perlu dilakukan oleh Wajib Pajak guna untuk memperkecil terjadinya
kesalahan yang berulang dan mengantisipasi pengeluaran dana yang
lebih besar untuk keperluan pajak.

16

Daftar Pustaka
Keberatan,
Banding,
dan
Peninjauan
Kembali,http://www.pajak.go.id/content/keberatan-banding-danpeninjauan-kembali
Pemeriksaan
Pajak
mod=studi&page=show&id=108

,http://www.ortax.org/ortax/?

Pemeriksaan Pajak, http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak


Stategi
umum
dalam
menghadapi
Pemeriksaan
Pajak,
http://easyaccountingsystem.co.id/
artikel/strategi-menghadapipemeriksaan-pajak/
Suandy, Erly. Perencanaan Pajak, edisi revisi. Penerbit Salemba Empat,
2011
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata cara Perpajakan
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

17

Anda mungkin juga menyukai