Disusun Oleh :
(12315)
(12315)
(12315)
(123150081)
???
3 fase
WP harus
mengetahui:
Keberatan
2. Aspek Administratif
Pajak
Manajemen
3. Aspek Material Pajak
Ketenangan
Kepatuhan
(Compliance)
Persiapan RikPa
1. Hak
2. Kewajiban
Proses RikPa
Pemeriksaan
Pajak
1. Tax
Planning
Tujuan:
Sebelum
Proses RikPa
?
Pada Saat
Proses RikPa
?
Setelah Saat
Proses RikPa
?
Setor
Formal
Lapor
Material
Perhitungan
Risiko
&
Konsekuensi
Cash Flow ?
Banding
Peninjauan
Kembali
Perhitungan
Bunga ?
Dasar Peraturan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor
184/PMK.03/2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.03/2013 Tentang Tata
Cara Pemeriksaan
Pendahuluan
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan
perundang-undangan
perpajakan
ditentukan
untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau
pemotong pajak tertentu. Dalam pelaksanaan kewajibannya, Wajib
Pajak terlebih dahulu harus memahami ketentuan-ketentuan umum
perpajakan, salah satunya adalah self assessment system, yaitu sistem
pemungutan pajak yang meliputi beberapa proses: menghitung dan
menetapkan besar pajak terutang, menyetor pajak terutang ke kas
negara,
melaporkan
perhitungan
dan
penyetoran,
dan
mempertanggungjawabkan semua kewajiban.
Sistem ini merupakan bentuk kepercayaan pemerintah kepada
masyarakat untuk menjalankan kewajiban pajak. Wajib Pajak harus aktif
menghitung dan melaporkan jumlah pajak terutangnya tanpa campur
tangan fiskus. Konsekuensi dari sistem ini adalah masyarakat harus
mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelunasan pajak, seperti waktu pembayaran dan
pelaporan, tujuan pembayaran, penghitungan pajak, dan sanksi yang
akan diterima oleh pelanggar Undang-undang (UU) Pajak.
Dalam hal pelaksanaan perpajakan, kepentingan Wajib Pajak akan
berbeda dengan pemerintah. Wajib Pajak berusaha membayar pajak
sekecil-kecilnya, karena akan mengurangi kemampuan ekonomisnya;
sedangkan
pemerintah
memerlukan
dana
untuk
membiayai
penyelenggaraan pemerintahan sebagian besar berasal dari pajak.
Perbedaan kepentingan ini menyebabkan Wajib Pajak cenderung untuk
mengurangi jumlah pembayaran, baik secara legal, maupun ilegal.
Wajib Pajak dapat menggunakan manajemen pajak untuk
menerapkan peraturan secara benar, mengefisienkan laba, dan
meminimalkan beban pajak. Manajemen pajak meliputi perencanaan,
1
Manajemen Pajak
Tujuan manajemen Pajak dapat dicapai melalui :
1. Perencanaan Pajak (tax planning), dalam hal :
a. Aspek Formal Pajak, meliputi memahami peraturan perpajakan
baik undang-undang sampai ke peraturan pelaksananya,
b. Aspek Administratif Pajak, meliputi kewajiban mendaftarkan diri
untuk mendapatkan Nomor ppokok Wajib Pajak (NPWP) dan
Nomor
Pegukuhan
Pengusaha
Kena
Pajak
(NPPKP),
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan, membayar
pajak, menyampaikan Surat Pemberitahuan, kewajiban
memotong, dll
c. Aspek Material Pajak, meliputi pengetahuan mengenai objek
pajak, sehingga pajak yang dibayarkan atas objek pajak tidak
lebih ataupun kurang. Untuk itu objek pajak harus dilaporkan
secara benar dan lengkap.
2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (tax implementation)
Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktorfaktor yang akan dimanfaatkan untuk melakukan penghematan
pajak,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mengimplementasikannya baik secara formal maupun material.
Harus dapat dipastikan bahwa manajemen pajak tidak
dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan jika dalam
pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka
praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.
3. Pengendalian Pajak (tax control)
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban
pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan
dan telah memenuhi persyaratan formal maupun material. Hal
terpenting dalam pengendalian pajak adalah pemeriksaan
pembayaran pajak. oleh sebab itu, pengendalian dan pengaturan
arus kas sangat penting dalam strategi penghematan pajak,
misalnya melakukan pembayaran pajak pada saat terakhir tentu
akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan membayar
lebih awal. Pengendalian pajak termasuk pemeriksaan jika
perusahaan telah membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak
terhutang.
Pemeriksaan Pajak
Sejak reformasi Undang-Undang Perpajakan pada tahun 1983, sistem
pemungutan pajak di Indonesia berubah menjadi sistem self assessment
yang sebelumnya menggunakan sistem official assessment. Sistem self
assessment ini mewajibkan Wajib Pajak untuk menghitung, membayar,
dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. .Sebagai konsekuensi penerapan
sistem self assessment ini maka diperlukan pengawasan dari
pemerintah terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan
oleh Wajib Pajak telah sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Pengawasan yang dimaksud salah satunya dapat berupa
pemeriksaan pajak.
Pengertian Pemeriksaan :
Berdasarkan Pasal 1 angka 25 pada Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (KUP), dijelaskan bahwa pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka
melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Tujuan Pemeriksaan :
Direktur
Jenderal Pajak berwenang
melakukan
Pemeriksaan
dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
a. Menguji
kepatuhan
Wajib Pajak
pemenuhan
kewajiban
perpajakan
b.
c.
d.
e.
pengembalian
pendahuluan
f.
g.
h.
i.
Pemeriksaan
untuk
menguji
kepatuhan
harus
dilaksanakan
dengan jenis Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor.
b. Tujuan lain
dalam
rangka
melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
Ruang lingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi
yang berkaitan dengantujuan Pemeriksaan.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
kepatuhan
a. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor
Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan Kantor terkait dengan
pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama
paling lama 4 (empat) bulan, yang dihitung sejak tanggal
Wajib Pajak memenuhi
Surat
Panggilan
Dalam
Rangka
Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib Pajak. dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan,
kecuali untuk Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data
konkret yang dilakukan dengan Pemeriksaan Kantor tidak dapat
diperpanjang.
5
Ruang
lingkup
Pemeriksaan
Kantor
meliputi
seluruh jenis pajak dan/atau
Berdasarkan
pertimbangan
kepala
unit
pelaksana
Pemeriksaan.
b. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di
tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan dalam rangka
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, yang dihitung
sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan
kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal SPHP disampaikan
kepada WajibPajak.
Selanjutnya dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2
(dua) bulan. dilakukan dalam hal:
a. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak lainnya
b. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan
kepada pihak ketiga
c. ruang
lingkup
Pemeriksaan
Lapangan
meliputi
seluruh jenis pajak dan/atau
d. berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.
Sedangkan terkait dengan:
a.
Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi
b.
c.
dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan dan
dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali sesuai dengan kebutuhan
waktu
untuk
melakukan
pengujian.
6
tertulis
atas
Surat
10
tertulis
atas
Surat
11
menguji
apakah
kita
sudah
13
maka
perlu
Keberatan
Wajib Pajak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas suatu
ketetapan pajak dengan mengajukan keberatan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak paling lambat 3 bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan
kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
Atas keberatan tersebut Direktur Jenderal Pajak akan memberikan
keputusan paling lama dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak
surat keberatan diterima.
Syarat pengajuan keberatan adalah:
14
1. Mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Kepala Kantor
Pelayanan Pajak setempat atas SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, dan
Pemotongan dan Pemungutan oleh pihak ketiga.
2. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mengemukakan jumlah pajak terutang menurut perhitungan Wajib
Pajak dengan menyebutkan alasanalasan yang jelas.
3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
surat ketetapan pajak, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena di luar
kekuasaannya.
4. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak
dianggap
sebagai
Surat
Keberatan,
sehingga
tidak
dipertimbangkan.
5. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat
ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih
harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib
Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat
keberatan disampaikan.
Perlu diketahui bahwa apabila permohonan keberatan Wajib Pajak
ditolak dan Wajib Pajak tidak mengajukan banding maka Wajib Pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh
persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Banding
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan
Keberatan atas keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih
dapat mengajukan banding ke Badan Peradilan Pajak.
Syarat pengajuan banding adalah:
1. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dalam waktu
3 (tiga) bulan sejak keputusan keberatan diterima dilampiri surat Keputusan
Keberatan tersebut.
2. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
Pengadilan Pajak harus menetapkan putusan paling lambat 12 (dua
belas) bulan sejak Surat Banding diterima. Dalam hal permohonan
banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
15
Peninjauan Kembali
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Putusan Banding, maka
Wajib Pajak masih memiliki hak mengajukan Peninjauan Kembali kepada
Mahkamah Agung. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat
diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan
Pajak. Pengajuan permohonan PK dilakukan dalam jangka waktu paling
lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu
muslihat atau sejak putusan Hakim Pengadilan pidana memperoleh
kekuatan hukum tetap atau ditemukannya bukti tertulis baru atau sejak
putusan banding dikirim.
Mahkamah Agung mengambil keputusan dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak permohonan PK diterima.
Kesimpulan
Membuat perencanaan pajak tidak hanya dapat dilakukan setelah
terjadi pemeriksaan pajak melainkan sebelum dan sesudahnya, hal ini
perlu dilakukan oleh Wajib Pajak guna untuk memperkecil terjadinya
kesalahan yang berulang dan mengantisipasi pengeluaran dana yang
lebih besar untuk keperluan pajak.
16
Daftar Pustaka
Keberatan,
Banding,
dan
Peninjauan
Kembali,http://www.pajak.go.id/content/keberatan-banding-danpeninjauan-kembali
Pemeriksaan
Pajak
mod=studi&page=show&id=108
,http://www.ortax.org/ortax/?
17