Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN PAJAK 1

STRATEGI MENGHADAPI PEMERIKSAAN PAJAK LAPANGAN,


PRODUK HUKUM DAN HAK WAJIB PAJAK

NAMA : HENDRA HERMAWAN


PROGRAM STUDI : PROGRAM POFESI AKUNTANSI
NIM : 2250100042
MATA KULIAH : MANAJEMEN PERPAJAKAN
DOSEN : Bapak Irsan Lubis, S.E., Ak., M.Akt., BKP., CAP.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN......................................................................................................1
B. MENGENAL PEMERIKSAAN PAJAK.....................................................................2
C. JENIS-JENIS PEMERIKSAAN PAJAK....................................................................3
1. Pemeriksaan Rutin...............................................................................................3
2. Pemeriksaan Kriteria Seleksi...............................................................................4
3. Pemeriksaan Khusus...........................................................................................4
4. Pemeriksaan Lokasi.............................................................................................4
5. Pemeriksaan Tahun Berjalan...............................................................................5
6. Pemeriksaan Bukti Permulaan.............................................................................5
7. Pemeriksaan Terintegrasi....................................................................................5
8. Pemeriksaan untuk Tujuan Penagihan Pajak (Delinquency Audit).....................6
9. Pemeriksaan Lapangan.......................................................................................6
10. Pemeriksaan Kantor............................................................................................6
D. STRATEGI MENGHADAPI PEMERIKSAAN PAJAK LAPANGAN.........................7
E. PRODUK HUKUM ATAS PEMERIKSAAN PAJAK.................................................9
F. HAK WAJIB PAJAK...............................................................................................10
G. CONTOH SOAL.....................................................................................................11
H. KESIMPULAN........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13

ii
1. PENDAHULUAN

Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan suatu negara,


dana yang dibutuhkan pemerintah tidaklah sedikit. Dana diterima dari berbagai
sumber pendapatan antara lain kekayaan alam, hasil usaha BUMN, barang yang
dikuasai pemerintah, denda, harta atau warisan yang diwariskan yang diberikan
kepada negara, hibah, wasiat dan pajak. Pengertian pajak sendiri adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

Saat ini pemerintah masih mengandalkan Pajak sebagai pendapatan


utama negara, Seperti negara maju lainnya, seiring dengan menurunnya hasil
minyak dan gas bumi untuk penerimaan negara. Penerimaan negara dari pajak
berasal dari pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan barang mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Gedung (BPHTB), penerimaan cukai dan pajak
lainnya.

Kontribusi pajak terhadap penerimaan negara diharapkan meningkat dari


tahun ke tahun. Pemerintah mencatat realisasi penerimaan pajak telah mencapai
Rp.1.1716,8 triliun pada tahun 2022 atau setara 115,6% dari target yang tertuang
dalam Perpres 98/2022 senilai Rp.1.485 triliun.

Reformasi perpajakan tahun 1984 dengan mengganti sistem self


assessment terbatas (self assessment lump-sum) dengan sistem pemungutan
pajak self assessment telah memberikan konstribusi peningkatan pajak dari tahun
ke tahun. Dengan berlakunya sistem self assessment maka terjadi pengalihan
sebagian tugas pegawai pajak kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri jumlah
pajak yang terhutang. Sistem ini memberikan kepercayaan penuh kepada wajib
pajak untuk memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri kepada
Direktorat Jenderal Pajak jumlah pajak terutang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Keterlibatan wajib pajak dalam sistem pemungutan pajak self assessment


sangat menentukan tercapainya target penerimaan pajak. Penerimaan pajak yang
optimal dapat dilihat dari seimbangnya tingkat penerimaan pajak aktual dengan
penerimaan pajak potensial atau tidak terjadi tax gap. Menurut James yang dikutip
oleh Gunadi (2005) menyatakan bahwa “Besarnya tax gap mencerminkan tingkat
kepatuhan membayar pajak (tax compliance)”. Oleh sebab itu, kepatuhan wajib
pajak merupakan faktor utama yang mempengaruhi realisasi penerimaan pajak.
Kepatuhan yang dimaksud merupakan istilah tingkat sampai di mana wajib pajak
iii
mematuhi undang-undang perpajakan dan memenuhi kewajibannya di bidang
perpajakan. Sebagai contoh, jika wajib pajak membayar dan melaporkan pajak
terutang tepat waktu, maka wajib pajak tersebut dapat dianggap patuh.

Sistem self assessment memberikan kepercayaan penuh kepada wajib


pajak, maka seharusnya diimbangi dengan adanya pengawasan yang optimal agar
kepercayaan yang diberikan tidak disalahgunakan. Pada awalnya, fungsi Direktorat
Jenderal Pajak adalah melayani kebutuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
per-pajakannya. Akan tetapi mengingat tingkat kesadaran pajak, tingkat kejujuran
dan tingkat kedisiplinan bangsa Indonesia rata-rata masih rendah, maka Direktorat
Jenderal Pajak juga berfungsi mengawasi pelaksanaan perpajakan, memberikan
sanksi perpajakan, melaksanakan penagihan pajak dan membantu memberikan
penyuluhan kepada wajib pajak. Kegiatan dalam mengawasi pelaksanaan
perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya. Pada dasarnya
pemeriksaan pajak ditujukan untuk menguji kepatuhan wajib pajak, di mana
nantinya pemeriksaan pajak akan dapat meningkatkan optimalisasi penerimaan
pajak.

Bagaimana wajib pajak menyikapi hal ini? Sebagai wajib pajak, apalagi
yang sudah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tentu memerlukan
pemahaman tentang peraturan perpajakan secara tepat, agar terhindar dari
kesalahan dalam pelaksanaan administrasi perpajakannya. Dalam menghadapi
pemeriksaan, sebagai wajib pajak, kita perlu mengenal pemeriksaan itu sendiri, hak
dan kewajiban wajib pajak dan pemeriksa pajak serta strategi sebelum menghadapi
pemeriksaan, pada saat dilakukan pemeriksaan dan sesudah dilakukan
pemeriksaan.

2. MENGENAL PEMERIKSAAN PAJAK

Pemeriksaan pajak yaitu serangkaian kegiatan dengan tujuan mencari,


mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dasar hukum dilakukannya pemeriksaan pajak antara lain (1) Pasal 29


dan 44 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP; (2) KMK
Nomor 545/ KMK.04/2000 Tanggal 22 Desember 2000 Tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Perpajakan; (3) SE-01/PJ.7/2003 Tanggal 1 April 2003
Tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak (Seri Pemeriksaan 01- 03); (4)

iv
SE-05/PJ.7/2003 Tanggal 26 September 2003 Tentang Beberapa Penegasan
Kebijakan Pemeriksaan Pajak; (5) SE-02/PJ.7/2005 Tanggal 31 Maret 2005
Tentang Kebijakan Pemeriksaan Berdasar Kriteria Seleksi; (6)
KEP-142/PJ./2005 Tanggal 31 Agustus 2005 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Kantor.

Dasar atau alasan bagi petugas pajak untuk melakukan pemeriksaan


adalah adanya Surat Pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak,
temasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. Lalu
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukan rugi, surat
pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah
ditetapkan, surat pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan
oleh Dirjen Pajak, ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban
penyampaian surat pemberitahuan yang tidak dipenuhi, pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak secara jabatan, penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,
pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, wajib pajak
mengajukan keberatan, pengumpulan bahan guna penyusunan norma
penghitungan penghasilan neto, pencocokan data dan atau alat keterangan,
penentuan WP berlokasi di daerah terpencil, penentuan satu atau lebih tempat
terutang PPN dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan untuk tujuan lain selain yang telah disebutkan.

3. JENIS-JENIS PEMERIKSAAN PAJAK

Berikut ini jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh pegawai pajak


untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam pelaksanaan kewajiban
perpajakaannya:

4. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan yang sifatnya rutin, dilakukan terhadap Wajib Pajak


berkaitan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya. Pemeriksaan
pajak rutin dilaksanakan Ketika WP Orang Pribadi/Badan menyampaikan SPT
Tahunan Lebih Bayar, SPT Tahunan pada bagian tahun akibat Perubahan
Tahun Buku, SPT Tahunan pada tahun Penilaian Aktiva Tetap (Revaluasi), SPT
Tahunan pada tahun terjadi penggabungan, pemekaran, pengambil alihan dan
likuidasi, SPT Tahunan Rugi dikaitkan dengan pemeriksaan rutin lain, SPT Masa
PPN yang meminta restitusi, SPT Masa PPN masa terakhir dari suatu tahun
pajak yang menyatakan Lebih Bayar baik kompensasi maupun restitusi, SPT

v
yang menyalahi ketentuan norma penghasilan. Selanjutnya pemeriksaan juga
dilakukan untuk WP Orang Pribadi/Badan Tidak menyampaikan SPT Tahunan
meski telah ditegur secara tertulis, SPT Tahunan PPh 21 2 tahun berturut-turut
dan SPT Masa PPN 3 bulan berturut-turut.

Penyebab lain dilakukannya pemeriksaan rutin karena adanya WP


Orang Pribadi/Badan melakukan kegiatan membangun sendiri tidak dalam
lingkungan usahanya, mengajukan pencabutan NPWP, mengajukan
permohonan penetapan tempat terpencil, mengajukan pemusatan tempat
terutang PPN dan pemeriksaan dalam rangka ekstensifikasi.

5. Pemeriksaan Kriteria Seleksi

Pemeriksaan kriteria seleksi dilakukan jika SPT Tahunan PPh Wajib


Pajak Orang Pribadi atau Badan terpilih untuk diperiksa berdasarkan sistem
kriteria seleksi. Pemeriksaan kriteria seleksi difokuskan terhadap Wajib Pajak
yang dikategorikan sebagai Wajib Pajak Besar dan Menengah baik skala
nasional, regional maupun lokal. Adapun data yang dipergunakan sebagai dasar
penetapan adalah data yang terdapat dalam Sistem Informasi Perpajakan.

6. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan pajak khusus ini dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko


yang menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan. Pemeriksaan khusus dijalankan dengan mengacu pada beberapa
ketentuan, seperti:

a. Berdasarkan analisis risiko yang dibuat berdasarkan profil WP atau data


internal lainnya serta data eksternal secara manual ataupun komputerisasi.
b. Ruang lingkupnya dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak.
c. Pemeriksaannya menggunakan pemeriksaan lapangan.

7. Pemeriksaan Lokasi

vi
Pemeriksaan yang dilakukan atas cabang perwakilan, pabrik dan atau
tempat usaha dari lokasi Wajib Pajak. Kriteria pemeriksaan ini adalah Wajib
Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh Pasal 21 dan atau SPT Masa PPN
menyatakan Lebih Bayar, Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh
Pasal 21 selama dua tahun berturut-turut dan atau SPT Masa PPN selama tiga
bulan berturut-turut dalam suatu tahun pajak, Wajib Pajak mengajukan
permohonan pemusatan tempat terutang PPN dan Wajib Pajak bergerak dalam
bidang usaha tertentu yang ditentukan oleh Kepala Kanwil DJP khususnya atas
PPh Pasal 23, Pasal 26, PPN dan PPnBM.

8. Pemeriksaan Tahun Berjalan

Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terhadap Wajib Pajak


yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh
jenis pajak dan atau untuk mengumpulkan data dan atau keterangan untuk
tujuan tertentu. Pemeriksaan jenis ini dilakukan pada WP Badan yang dalam
tahun berjalan melakukan merger, likuidasi, pemekaran, pengambil alihan usaha
atau penilaian kembali aktiva, WP Pemotong / Pemungut yang terindikasi
adanya pembayaran PPh Pasal 21 yang berfluktuasi tinggi selama 6 bulan
berturut-turut atau adanya perbedaan yang signifikan antara pembayaran PPh
Pasal 26 terutama atas royalti dengan objek PPN Jasa Luar Negeri, Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang berdasarkan data intern yang ada menimbulkan
kecurigaan, WP yang menunggak dari Penagihan Pajak (Delinquency Audit) dan
Lain-lain sesuai instruksi Direktur P4

9. Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pemeriksaan yang dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan bukti


permulaan tentang adanya dugaan terjadinya tindak pidana di bidang
perpajakan. Bukti Permulaan adalah keadaan dan/atau bukti-bukti berupa
keterangan, tulisan, perbuatan, atau benda-benda yang dapat memberi petunjuk
bahwa suatu tindak pidana sedang atau telah terjadi yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang dapat menimbulkan kerugian pada negara.

10. Pemeriksaan Terintegrasi

vii
Pemeriksaan yang dilakukan dengan pertukaran data dan informasi dari
para wajib pajak terperiksa yang terdapat hubungan yang terintegrasi seperti
wajib pajak domisili dengan wajib pajak lokasi atau dari wajib-wajib pajak
terperiksa yang ada hubungan usaha dan finansial

11. Pemeriksaan untuk Tujuan Penagihan Pajak (Delinquency Audit)

Pemeriksaan yang dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai harta


wajib pajak/penanggung pajak yang merupakan objek sita sehubungan dengan
adanya tunggakan pajak sesuai dengan UU Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa. Tujuan pemeriksaan adalah untuk memperoleh data, keterangan dan
bukti yang berkaitan dengan Harta Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang pada
tahun berjalan, proses timbulnya tunggakan pajak berdasarkan Berita Acara
Hasil Pemeriksaan, kegiatan penagihan aktif yang dilakukan dan upaya hukum
dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak

12. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan Lapangan dilaksanakan di tempat Wajib Pajak atas satu,


beberapa atau seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun
sebelumnya. Pemeriksaan lapangan terbagi atas:
a. Pemeriksaan Lengkap, yaitu pemeriksaan lapangan yang dilaksanakan
terhadap Wajib Pajak, termasuk kerjasama operasi dan konsorsium, atas
seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya,
yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang
lazim digunakan untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
b. Pemeriksaan Sederhana Lapangan, pemeriksaan lapangan yang dilakukan
terhadap Wajib Pajak untuk satu, beberapa atau seluruh jenis pajak secara
terkoordinasi antar Seksi oleh Kepala Kantor, dalam tahun berjalan dan atau
tahun-tahun sebelumnya, yang dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik
pemeriksaan yang dipandang perlu menurut keadaan dalam rangka
mencapai tujuan pemeriksaan

13. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap Wajib Pajak di Kantor Unit


Pelaksana pemeriksaan Pajak yang meliputi satu jenis Pajak tertentu pada tahun
berjalan dan tahun-tahun sebelumnya yang dapat dilaksanakan melalui

viii
Pemeriksaan Sederhana Kantor atau Pemeriksaan dengan Korespondensi.
Pemeriksaan kantor terdiri dari:
a. Pemeriksaan Sederhana Kantor yaitu pemeriksaan yang dilaksanakan
dengan mengirimkan surat panggilan kepada Wajib Pajak untuk datang ke
Kantor Direktorat Jenderal Pajak dan meminjamkan buku-buku, catatan
catatan dan dakumen dokumen.
b. Pemeriksaan Korespondensi yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan surat
menyurat secara tertulis antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak melalui pos
atau jasa pengiriman lainnya dengan bukti Pengiriman dan tidak ada kontak
langsung dengan Wajib Pajak.

14. STRATEGI MENGHADAPI PEMERIKSAAN PAJAK LAPANGAN

Pemeriksaan pajak merupakan hal umum yang dilakukan oleh Dirjen


Pajak untuk memeriksa tingkat kepatuhan wajib pajak. Karena itu tidak perlu
bingung, berfikir negatif bahkan terlalu was-was yang berlebihan karena memikirkan
strategi menghadapi pemeriksaan pajak ketika perusahaan sedang atau akan
diperiksa pajak.
Faktanya, cukup banyak perusahaan yang khawatir setiap kali
menerima surat pemberitahuan audit atau pemeriksaan pajak. Kalau memang
perusahaan telah memenuhi kewajiban perpajakannya dengan benar, sesuai aturan
dan mengupayakan yang terbaik sesuai peraturan perpajakan yang berlaku maka
tidak perlu khawatir yang berlebih.
Dengan memahami bagaimana pemeriksaan atau audit pajak
berlangsung, perusahaan dapat mempersiapkan cara menghadapi pemeriksaan
pajak yang optimal.
Berikut adalah strategi dan langkah praktis menghadapi pemeriksaan
pajak yang dapat perusahaan terapkan:

1. Memastikan Keabsahan Pemeriksaan Pajak


Audit pajak resmi kepada badan usaha biasanya akan didahului oleh surat
pemberitahuan resmi terlebih dahulu. Kalaupun ada pemeriksaan tiba-tiba, pasti
akan disertai dengan surat tugas resmi untuk pemeriksaan pajak resmi dari
Dirjen Pajak.
Bukan berprasangka negatif, faktanya, penipuan mengatasnamakan Dirjen Pajak
bisa saja terjadi dan nyata adanya. Lagipula, surat resmi tersebut juga berfungsi
untuk memberitahukan apa tujuan dari pemeriksaan pajak yang dijalankan.

ix
Apakah terkait penyusunan data SPT yang rugi, lebih bayar, terlambat, atau
keliru dan perlu dibetulkan. Atau terkait dengan syarat dan ketentuan dari
dokumen lain yang belum dipenuhi oleh perusahaan.
Sehingga, perusahaan juga dapat menyiapkan dokumen pembukuan dan
laporan terkait tujuan dari audit pajak tersebut.
Karena itu, pastikan keabsahan dari audit pajak yang dilakukan untuk
menghindari hal-hal yang merugikan perusahaan.

2. Siapkan Dokumen Sesuai Tujuan Pemeriksaan Pajak


Langkah ini membutuhkan data dari surat pemberitahuan pemeriksaan pajak
yang diberikan kepada perusahaan sebelumnya.
Beberapa dokumen penting yang perlu disiapkan saat pemeriksaan pajak antara
lain:
 SPT Pajak Penghasilan Perusahaan terbaru, baik itu mengalami lebih
bayar, rugi, ataupun belum disampaikan

 Laporan keuangan

 Data transaksi yang menjadi dasar pembukuan

 Dokumen lain yang berhubungan dengan tujuan pemeriksaan pajak,


termasuk faktur pajak, dan sebagainya

3. Menyiapkan Ruangan Khusus


Ruangan khusus untuk petugas pemeriksaan pajak perlu disiapkan, karena
proses audit pajak ini bisa berjalan seharian atau bahkan beberapa minggu
kedepan. Petugas perlu memeriksa ke-valid-an dari data yang disampaikan
dalam dokumen yang perusahaan berikan.
Dengan adanya ruangan khusus, petugas dapat bekerja secara optimal, dan
operasional perusahaan pun tak akan terganggu.

4. Menyiapkan Akses ke Data Digital Perusahaan


Beberapa data mungkin tidak dapat disajikan dalam bentuk cetak dan
membutuhkan petugas untuk mengecek data digital.
Karena itu perusahaan yang diperiksa perlu menyiapkan akses ke data
elektronik tersebut. Termasuk akun guest khusus yang perlu disediakan dengan
batasan akses tertentu.
Begitu juga perangkat kerasnya (laptop atau pc yang terkoneksi jaringan internal)
perlu disiapkan di ruangan khusus yang telah disediakan. Sehingga petugas
audit pajak dapat mengakses data yang dibutuhkan dengan cepat dan mudah.

x
5. Review Kewajiban Pajak Perusahaan Sebelumnya
Cek lagi apakah perusahaan telah menunaikan kewajiban pajak di tahun-tahun
sebelumnya. Apakah ada kewajiban pajak yang terlewat namun perusahaan
tidak menyadari, baik terkait penghasilan ataupun pertambahan nilai?
Hal ini untuk menghindari adanya celah atau faktor yang dapat merugikan bagi
perusahaan.
Jika tidak ada, berarti aman dan dapat berfokus pada tujuan audit pajak sesuai di
surat pemberitahuan. Dan jika ada, perusahaan perlu mempersiapkan cara untuk
meminimalisir adanya sanksi atas kelalaian tersebut, tentunya dengan cara-cara
yang sesuai aturan perpajakan yang berlaku.

6. Sediakan Tenaga Pendamping dari Perusahaan


Selama proses audit, tentu akan ada pertanyaan-pertanyaan dari pihak auditor
pajak tersebut. Perusahaan perlu menyiapkan tenaga pendamping yang akan
mendampingi petugas selama proses pemeriksaan pajak berlangsung.
Pastikan tenaga pendamping ini mengerti tentang transaksi keuangan, pajak dan
pembukuan yang dilakukan perusahaan. Biasanya dari bagian keuangan
atau accounting serta manajer terkait.

7. Gunakan Konsultan Pajak Profesional


Konsultan pajak profesional akan membantu Anda untuk mempersiapkan dan
memeriksa semua transaksi serta dokumen yang akan diaudit. Apakah semua
dokumen tersedia dan data telah disiapkan dengan lengkap dan benar.
Selain itu, konsultan pajak dapat membantu mendampingi perwakilan
perusahaan selama proses pemeriksaan pajak. Sehingga kebutuhan
perusahaan untuk berhasil menghadapi audit pajak ini akan terpenuhi.

15. PRODUK HUKUM ATAS PEMERIKSAAN PAJAK

Setelah pemeriksaan pajak selesai dan sudah mencapai kesepakatan


oleh WP dan diakhir dengan pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), maka
diterbitkanlah produk hukum atas pemeriksaan yang disebut Surat Ketetapan Pajak
(SKP).
SKP merupakan sarana untuk :

xi
1. Melakukan koreksi fiskal WP berdasarkan hasil pemeriksaan yang
tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materiil dalam
memenuhi ketentuan perpajakan.
2. Mengenakan sanksi administrasi perpajakan
3. Melakukan penagihan pajak
4. Mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar
5. Memberitahukan jumlah pajak terutang

SKP terdiri dari :

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) jika dalam hal


pemeriksaan terbukti WP masih memiliki pajak terutang yang harus
dibayarkan.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKB) surat ini
diterbitkan jika dalam Pemeriksaan Ulang WP masih kurang bayar
dari yang sudah ditetapkan pada pemeriksaan sebelumnya.
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam pemeriksaan
pajak terbukti WP memiliki pajak lebih bayar yang perlu di restitusi.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) dalam hasil pemeriksaan pajak
terbukti WP tidak memiliki hutang pajak dan pajak yang perlu di
restitusi.

16. HAK WAJIB PAJAK

Pada dasarnya, ketentuan tentang hak dan kewajiban untuk wajib pajak
pada proses pemeriksaan tercantum dalam Pasal 13 dan 14 Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No.17/PMK.03/2013 mengenai Tata Cara Pemeriksaan yang
sudah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.18/PMK.03/2015 (PMK
184/2015). PMK 184/2015 ini lalu diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
18/PMK/03/2021 (PMK 18/2021) yang merupakan aturan pelaksana UU Cipta Kerja.

Pada proses pemeriksaan, wajib pajak memiliki hak terhadap hal-hal berikut :

1. Wajib pajak pajak memiliki hak meminta pemeriksa pajak untuk


memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan Surat Perintah
Pemeriksaan (SP2), memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan,
memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim pemeriksa apabila susunan
keanggotaan mengalami perubahan dan memberikan penjelasan tentang alasan
dan tujuan pemeriksaan.

xii
2. Wajib pajak memiliki hak menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
(SPHP).
3. Wajib pajak memiliki hak untuk menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan
bersama dengan pemeriksa pada waktu yang telah ditentukan.
4. Wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan permohonan quality assurance
pemeriksaan dalam hal belum disepakati dasar hukum koreksi pemeriksaan,
kecuali untuk pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret yang
dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor.
5. Wajib pajak memiliki hak untuk memberikan pendapat atau penilaian terhadap
pelaksanaan pemeriksaan melalui pemeriksaan kuesioner pemeriksaan.

17. CONTOH SOAL

PT ADIDAYA PLASTIK (selanjutnya disebut “Perusahaan”) adalah


perusahaan manufaktur yang memproduksi spare part kendaraan dari bahan plastik.
Berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak tanggal 10 Juni 2017, Kantor Pajak
melakukan pemeriksaan lapangan di bidang perpajakan terhadap Perusahaan untuk
tahun pajak 2015. Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, Pemeriksa
memberitahukan hasil pemeriksaannya kepada Perusahaan pada tanggal 4
November 2017 dalam bentuk Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP).
Dalam SPHP tersebut, Perusahaan dinyatakan Kurang Bayar PPh Badan sebesar
Rp 800 juta, yang disebabkan oleh adanya perbedaan perlakuan atas biaya-biaya
yang tidak boleh dikurangkan menurut ketentuan perpajakan.
Perusahaan menyampaikan tanggapan atas SPHP tersebut dan
setelah pembahasan akhir, Perusahaan hanya menyetujui Kurang Bayar PPh
Badan sebesar Rp 200 juta, sementara dari pihak Pemeriksa tetap pada keputusan
awal dan menerbitkan SKPKB pada tanggal 20 November 2017. Karena tidak setuju
dengan hal tersebut, Perusahaan mengajukan keberatan pada tanggal 15 Februari
2018. Adapun atas kekurangan pajak yang telah disepakati, Perusahaan telah
membayarnya pada tanggal 12 Februari 2018, yaitu sebesar Rp 200 juta.
Fiskus kemudian mengeluarkan Surat Keputusan Keberatan tanggal 2
Juni 2018 dan menyatakan bahwa keberatan Kurang Bayar PPh Badan diterima
sebagian, sehingga Kurang Bayar PPh Badan menjadi Rp 500 juta. Karena masih
belum puas dengan keputusan keberatan ini, Perusahaan memutuskan untuk
mengajukan Banding. Pada tanggal 15 November 2018, Pengadilan Pajak
menerbitkan Surat Keputusan Banding dengan hasil sebagai berikut: “menerima
sebagian banding yang diajukan sehingga Kurang Bayar PPh Badan menjadi Rp
300 juta”.

18. KESIMPULAN

xiii
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai wajib pajak, kita
harus siap diperiksa oleh petugas pajak sebagai bagian pengujian terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak. Ada beberapa hal yang perlu diketahui wajib pajak dalam
kaitannya dengan pemeriksaan pajak, di antaranya jangan mengubah Surat
Pemberitahuan/SPT agar menjadi tidak lebih bayar untuk menghindari pemeriksaan,
mengisi SPT dengan keadaan yang sebenarnya dan meminta bantuan pemeriksa
terkait dalam pelunasan hutang pajak.
Melaksanakan kegiatan administrasi perpajakan dengan benar dan tepat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta memahami hak
dan kewajiban wajib pajak dan petugas pajak dalam proses pemeriksaan pada
dasarnya merupakan strategi terbaik sebagai kesiapan kita sebagai wajib pajak
menghadapi pemeriksaan pajak.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Abdul. (2010). Strategi Menghadapi Pemeriksaan Pajak: Upaya Legal dalam
Kerangka Sistem Administrasi Perpajakan. Bandung: Jurnal Ilmu Administrasi.
Kurniati, Dian. (2023, Januari 3). Realisasi Pajak Sepanjang 2022 Tembus 115,6% dari
Target. Jakarta: DDTC News.
Tixtax.co.id. (2019, Desember 9). 7 (tujuh) Strategi Menghadapi Pemeriksaan Pajak.
Jakarta: tixtax.co.id.
Karina, Mahda. (2021, Desember 4). Produk Hukum atas Pemeriksaan Pajak. Jakarta:
Accounting Binus University.
Rizqullah Zulkarnain, Ridho. (2021, November 22). Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
dalam Proses Pemeriksaan. Jakarta: Pajak Online.

xv

Anda mungkin juga menyukai