Disusun Oleh:
1620103002 - Anggit Adhiya H
1620103021 - Oshi Adliana
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................7
TINJAUAN TEORITIS......................................................................................................................7
1.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak...........................................................................................7
BAB III...............................................................................................................................................11
TINJAUAN HUKUM........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Perpajakan di Indonesia yang menganut sistem self assessment dimana wajib pajak
menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri. Untuk itu Wajib
Pajak dituntut untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar sesuai dengan aturan
perundang-undangan perpajakan Bila kantor pajak menemukan indikasi bahwa Wajib Pajak
tidak menyampaikan jumlah pajak yang benar, maka akan dilakukan pemeriksaan pajak.
Pemeriksaan dilakukan di kantor pajak atas dokumen yang disampaikan oleh wajib pajak atau
Dasar hukum pemeriksaan adalah Pasal 29 UU KUP dan Peraturan Menteri Keuangan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka
kekurangan pembayaran pajak, kelebihan bayar. Untuk kekurangan bayar, kantor pajak akan
administrasi.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu negara dalam pembiayaan
pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak,
dimana pajak tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi
kepentingan rakyatnya. Setiap tahun target penerimaan pajak terus meningkat untuk
memenuhi kebutuhan APBN, namun pertumbuhan penerimaan pajak setiap tahunnya ternyata
tidak diimbangi dengan potensi pajak bila dilihat dari jumlah penduduk di Indonesia atau
dengan perkataan lain kinerja penerimaan pajak selama ini masih belum optimal. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan pajak (Tax Gap) antara pemerintah sebagai pemungut pajak
dengan masyarakat sebagai wajib pajak, hal ini dikarenakan lemahnya administrasi
Menurut Sinta Setiana ,Tan Kwang En dan Lidya Agustina dalam Jurnal Akuntansi
Vol.2 No.2 November 2010: 134-161 134 Universitas Krsiten Maranatha mengatakan bahwa
modernisasi sendiri meliputi 3 hal, yakni yang pertama reformasi kebijakan ditempuh melalui
amandemen UU Perpajakan yakni UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, UU Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung. Kedua reformasi administrasi terkait
organisasi, teknologi informasi dan sumber daya manusia. Dalam bidang organisasi, kini
telah dilakukan perubahan struktur organisasi dari berdasarkan per jenis pelayanan menjadi
organisasi dengan struktur berdasarkan fungsi dengan menggabungkan ketiga kantor (KPP,
KPPBB dan Karikpa) menjadi KPP Pratama. Selain KPP Pratama juga terdapat KPP Madya
di setiap kantor wilayah dan 2 KPP WP Besar yang hanya ada di Jakarta. Selain itu terdapat
petugas khusus yang disebut AR (account representative) yang bertugas mengawasi dan
melayani wajib pajak. Ketiga reformasi teknologi informasi. Konsepnya Konsepnya menuju
full automation, menuju administrasi internal yang paperless, efisiensi, customer oriented dan
fungsi built-in control. Adapun tujuannya untuk mengurangi kontak langsung dengan WP,
mudah, hemat dan cepat. Selain itu, akurat, efektif dan efisien dan pengawasan internal
Reformasi ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan dunia usaha dan
Keberhasilan Self Assessment System akan ditentukan antara lain oleh tindakan law
enforcement. Salah satu bentuk law enforcement ini diwujudkan dengan adanya pemeriksaan
pajak. Pemeriksaan pajak disamping untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak , bertujuan
pula meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah rasa ketidakadilan didalam perlakuan
administrasi perpajakan.
pemungutan pajak yang modern seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi,
antara lain menurut pajakonline.com dengan membentuk Bank Data Pajak, Kantor Pelayanan
Pajak Khusus Wajib Pajak Besar (Large Tax Office), dan yang akan dilakukan yaitu
Pengadaan Single Identity Number (SIN), akses langsung penerimaan pajak kepada Presiden,
modernisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Terjadi perubahan paradigma unit operasional
Direktorat Jenderal Pajak. Saat itu, dibentuk unit KPP Wajib Pajak Besar (Large Tax Office,
LTO), sebagai cikal bakalnya. Kemudian hal yang sama dikembangkan lagi pada tahun 2003
dan 2004 dengan model KPP Madya (Medium Taxpayer Office, MTO), yang diterapkan di
KPP khusus (BUMN, PMA, Badan dan Orang Asing, dan Perusahaan Masuk Bursa).
Selanjutnya pada tahun 2005 dengan model KPP Pratama (Small Taxpayer Office, STO).
Dengan demikian, keberadaan Kantor Pajak Modern tersebut akan membawa perubahan
paradigma terhadap semua pihak yang berkepentingan antara lain yaitu Wajib Pajak, Fiskus,
Konsultan Pajak, Akuntan Pajak, Dan Penilai menuju ke kondisi yang lebih baik (good
Berbeda dengan model Kantor Pajak paripurna, Kantor Pajak modern memiliki
beberapa karakteristik. Menerapkan kode etik pegawai, ada complaint center, help desk
dengan teknologi knowladge base di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Selain sumber daya
manusianya berkualitas tinggi, juga sarana dan prasarana serta sistem penggajian yang lebih
baik, serta adanya taxpayer’s bill of rights. Dengan adanya pelaksanaan administrasi
perpajakan dalam organisasi modern ini juga diharapkan mampu memberikan kemudahan
tercermin tersedianya data yang semula belum terungkap dan data baru yang terungkap yang
akhirnya berimplikasi pada meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk
pelaksanaan self assesment system yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan berpegang teguh
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan dan
sebagai bentuk pengawasan pelaksanaan self assesment system untuk menguji kepatuhan
Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang berpegang teguh pada Undang-
Undang Perpajakan.
Menurut Hardi (2003:18), secara garis besar pemeriksaan dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
tahapan
Persiapan pemeriksaan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu yang dikutip oleh Hardi
wajib pajak berkas data, menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak,
buku-buku dan doku men yang akan dipinjam, dan menyediakan sarana
pemeriksaan pajak yaitu mempelajari berkas wajib pajak atau berkas data,
Rahayu yang dikutip oleh Hardi (2003;18) adalah : “Pelaksanaan pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilaku kan pemeriksa dan meliputi: Memeriksa ditempat
wajib pajak, Melakukan penilaian atas sistem pengendalian intern, Memutakhir kan
(bila dianggap perlu), memberitahuka, hasil pemeriksaan kepada wajib pajak yang
menurut Siti Kurnia Rahayu yang dikutip oleh Hardi (2003;18) adalah “Laporan yang
dibuat oleh pemeriksa pada akhir tahun Laporan Pemeriksaan pelaksa naan yang
merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemerik saan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan“. Laporan pemeriksaan pajak di susun
oleh pemeriksa pada akhir pelaksanaan pemeriksaan yang merupa kan ikhtisar dan
penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Jadi di dalam pemeriksaan terdapat 3 tahapan pemeriksaan yang harus dilakukan oleh
aparat pajak dalam menjalani pemeriksaan atas pajak. 3 tahapan itu adalah persiapan,
Tujuan pemeriksaan pajak menurut Erly Suandy (2011:204) adalah sebagai berikut:
perpajakan
tempat Wajib Pajak yang meliputi seluruh jenis pajak atau tujuan lain baik tahun
untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data atau kegiatan lainnya dengan
banyak memerlukan waktu, biaya dan pengorbana sumber daya lainnya, baik dari
Administrasi 31 Pajak maupun oleh Wajib Pajak itu sendiri. Sehingga kurang dapat
(2017:96), yaitu:
1. Memperlihatkan data atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh
2. Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu oleh pemeriksa dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
3. Memberi keterangan yang diperlukan selain buku,catata, dan dokumen lain, Wajib
pajak harus memberikan keterangan yang dapat berupa keterangan tertulis dan/atau
keterangan lisan.
BAB III
TINJAUAN HUKUM
terakhir dengan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
menghimpun dan mengolah data, keterangan dan atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak tersebut diatur dalam
pasal 29 UU KUP.No.28 Tahun 2007. Meskipun Direktorat Jenderal Pajak diberi wewenang
untuk melakukan pemeriksaan, undang-undang ini juga membatasinya, ini dilakukan untuk
menghindarkan pemeriksaan yang sewenang-wenang. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 yang berisi Tata Cara
Pemeriksaan Pajak.
Adapun tujuan dari pemeriksaan pajak menurut PMK Nomor 199/PMK.03/2007 Pasal
2 adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan
perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu
atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun
KUP.
yang dapat dilakukan dalam hal Wajib Pajak tersebut menyampaikan Surat
huan tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran,
Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk
Pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh unit pelaksana Pemeriksaan Pajak menurut
Hardi (2003:15) dibagi dalam beberapa jenis yaitu pemeriksaan rutin, pemeriksaan kriteria
bukti permulaan, pemeriksaan terintegrasi dan pemeriksaan untuk tujuan penagihan pajak.
Dalam rangka kebijakan pemeriksaan pajak ruang lingkup pemeriksaan dibagi dalam 2 (dua)
bagian yaitu pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Pemeriksaan lapangan dapat
dibagi lagi menjadi 2 (dua) yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan sederhana lapangan
Kebijakan pemeriksaan pajak mengenai jangka waktu pemeriksaan diatur dalam Pasal 5
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 sebagai berikut yaitu ayat (1)
Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak
datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal
Laporan Hasil Pemeriksaan. Ayat (2) Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan
yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan
Hasil Pemeriksaan. Ayat (3) Apabila dalam Pemeriksaan Lapangan ditemukan indikasi
transaksi yang terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi
adanya rekayasa transaksi keuangan yang memerlukan pengujian yang lebih mendalam serta
memerlukan waktu yang lebih lama, Pemeriksaan lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) Tahun). Keempat, dalam hal Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) , jangka waktu Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) , ayat (2) , dan ayat (3), harus memperhatikan jangka waktu
11 ayat 1 PMK Nomor : 199/PMK.03/2007, dalam hal Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
Pemeriksa Pajak wajib untuk menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang akan
Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu melakukan
memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan tim pemeriksa Pajak
mengalami perubahan, menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib
Pajak, memberikan hak hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan dalam batas waktu yang telah ditetntukan, melakukan pembinaan kepada Wajib
dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak
paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan, dan merahasiakan
kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan
kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan. Sesuai dengan pasal 11 ayat 2 PMK
kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak wajib
untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan
kepada Wajib Pajak pada Pemeriksaan, menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada
Wajib Pajak yang akan diperiksa, memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila
susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan, memberitahukan secara tertulis hasil
Pemeriksaan kepada Wajib Pajak, melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan apabila
Wajib Pajak hadir dalam batas waktu yang telah ditetntukan, memberi petunjuk kepada
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya agar pemenuhan keajiban perpajajan
undangan perpajakan, mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling
lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan dan merahasiakan kepada pihak
lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh
Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
199/PMK.03/2007 juga di atur mengenai standar yang dilakukan dalam pelaksanaan
(a) Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan
(b) Luas pemeriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang
(c) Temuan pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan
(d) Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang
supervisor, seorang ketua tim dan seorang atau lebih anggota tim.
(e) Tim pemeriksa pajak sebagaimana dimaksud pada huruf (d) dapat dibantu oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan merupakan Pemeriksa
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), baik yang berasal dari Direktorat
Jenderal Pajak maupun yang berasal dari instansi di luar Direktorat Jenderal Pajak
yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai tanaga ahli seperti
perpajakan dapat dilakukan secara bersamasama dengan tim pemeriksa dari instansi
lain.
(g) Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal Wajib Pajak atau di tempat
(h) Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di
Huruf
(j) Laporan hasil pemeriksaan digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak
perundang-undangan perpajakan dilakukan dengan kriteria antara lain sebagai berikut (Pasal
atau
Pajak Berganda.