Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ALUR ADMINISTRASI
PERPAJAKAN

OLEH:
MUHAMMAD AGUS DIRGA PRATAMA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….2

1.3 Manfaat dan Tujuan Penulisan………………………………………………………..3

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Administrasi Perpajakan………………………………………………………….4

2.2 Sistem Administrasi Perpajakan Modern………………………………………...4

2.3 Dimensi reformasi administrasi perpajakan……………………………………...5

2.4 Konsep modernisasi administrasi perpajakan……………………………………6

2.5.Karakteristik sistem administrasi perpajakan modern…………………………...7

2.6.Kepatuhan Pajak (Tax Compliance)……………………………………………...8

2.7. Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak……………….10

2.8. Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…………………10

2.9. Pengaruh Kode Etik Pegawai Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak………………11

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………12

3.2 Saran……………………………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan sumber penerimaan yang penting dalam menopang pembiayaan pembangunan yang
bersumber dari dalam negeri. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam
membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan
rutin.

Latar Belakang dibentuknya Sistem Administrasi Perpajakan Modern adalah keinginan untuk
membentuk paratur ( Pegawai ) yang bersih, professional dan bertanggung jawab, serta dapat
menciptakan birokrasi yang efektif dan efesien.Reformasi perpajakan melalui Sistem Administrasi
Perpajakan Modern dilakukan secarakonprehensif (menyeluruh) di segala bidang meliputi :

1. Bidang administrasi berupa modernisasi administrasi perpajakan.

2. Bidang Peraturan perpajakan berupa amandemen UU perpajakan yang mulai berlaku tahun 2008.

3. Bidang pengawasan melalui pembentukan bank data nasional (data procecing center ).

Administrasi perpajakan dituntut bersifat dinamis sebagai upaya peningkatan penerapakebijakan


perpajakan yang efektif. Kriteria fisibilitas administrasi menuntut agar sistem pajak baru meminimalisir
biaya administrasi (administrative cost) dan biaya kepatuhan (compliance cost) serta menjadikan
administrasi pajak sebagai bagian dari kebijakan pajak (Sofyan, 2005). Menurut Slemrod dan Blumenthal
(1996) dalam studi mereka di Amerika Serikat besaran compliance cost yang harus dikeluarkan oleh
wajib pajak relatif besar dibandingkan dengan penerimaan pajak oleh Internal Revenue Service (IRS).
Mereka juga berpendapat bahwa besaran biaya kepatuhan ini dapat diminimalisir melalui
penyederhanaan proses pajak meskipun masalah tersebut kadang-kadang tidak menjadi concern dalam
penetapan tax policy.

Wijayanti et al., (2004) mememukan bahwa modernisasi yang diharapkan meningkatkan


akuntabilitas aparatur pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Beberapa karateristik
modernisasi administrasi perpajakan adalah seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui sistem
administrasi yang berbasis teknologi terkini, seluruh wajib pajak diwajibkan membayar melalui kantor
penerimaan secara on-line, seluruh wajib pajak diwajibkan melaporkan kewajiban perpajakannya
dengan menggunakan media komputer (e-SPT) dan monitoring kepatuhan wajib pajak dilaksanakan
secara intensif

Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa tahun terakhir telah menimbulkan
skeptisisme wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sementara di sisi lain,negara
masih mengharapkan pajak sebagai sumber utama pendapatan. Saat ini sekitar 70%APBN Indonesia
dibiayai dari penerimaan pajak Peran serta Wajib Pajak dalam sistem pemungutan pajak sangat
menentukan tercapainya target penerimaan pajak. Penerimaan pajak yang optimal dapat dilihat dari
berimbangnya tingkat penerimaan pajak aktual dengan penerimaan pajak potensial atau tidak terjadi
tax gap. Oleh karena itu, kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor penting yang mempengaruhi realisasi
penerimaan pajak.

Di sisi lain, Direktorat Jenderal Pajak sebagai lembaga yang berwenang menangani masalah perpajakan
harus berbenah memberi pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak. Perbaikan pelayanan lewat
program perubahan (Change Program), penegakan hukum dan pelaksanaan kode etik yang lebih baik
harus diprioritaskan agar administrasi perpajakan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Tuntutan akan peningkatan penerimaan, peningkatan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak serta
perbaikan-perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan
dilakukannya reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan tersebut dapat berupa penyempurnaan
terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan sehingga bisa meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam mematuhi kewajiban perpajakannya, meningkatkan tanggung jawab
aparatur pemerintah agar tidak melakukan kecurangan dan melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya
dan dapat meningkatkan potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal. Kalau
ditinjau dari konsep produktivitas penerimaan pajak, jika organisasi ingin meningkatkan penerimaan
pajaknya, maka organisasi harus respon terhadap perubahan yang terjadi.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana sistem administrasi perpajakan modern?

2. Bagaimana Dimensi reformasi administrasi perpajakan?

3. Bagaimana Konsep modernisasi administrasi perpajakan?

4. Bagaimana Karakteristik sistem administrasi perpajakan modern?

5. Bagaimana pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan


Pengusaha Kena Pajak ?

6. Bagaimana Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?


7. Bagaimana Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ?

8. Bagaimana Pengaruh Kode Etik Pegawai Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?

1.3 Manfaat dan Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana sistem administrasi perpajakan modern.

2. Untuk mengetahui bagaimana Dimensi reformasi administrasi perpajakan.

3. Untuk mengetahui bagaimana Konsep modernisasi administrasi perpajakan.

4. Untuk mengetahui bagaimana Karakteristik sistem administrasi perpajakan modern.

5. Untuk menguji secara empiris pengaruh modernisasi sistem perpajakan terhadap kepatuhan
Pengusaha Kena Pajak.

6. Untuk mengethui bagaimana Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

7. Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

8. Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Kode Etik Pegawai Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Administrasi perpajakan


Menurut Lumbantoruan (1997) dalam Rapina, dkk. (2011), administrasi perpajakan ialah cara atau
prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Dalam arti sempit, administrasi perpajakan merupakan
penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayar pajak, baik
penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun di tempat wajib pajak. Dalam arti
luas, administrasi perpajakan dipandang sebagai: (1) fungsi, (2) sistem, dan (3) lembaga.

Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah dan pembangunan. Administrasi perpajakan diperlukanuntukprosespengenaan dan
pemungutan pajak. Penilaian keberhasilan penerimaan pajak menurut Nasucha (2004) dalam Rahayu
dan Lingga (2009) perlu memperhatikan pencapaian sasaranadministrasi perpajakan, antara lain:
peningkatan kepatuhan para pembayar pajak,pelaksanaan ketentuan perpajakan secara seragam untuk
mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal.

Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak sejaktahun 2001 telah menggulirkan Reformasi
Administrasi dengan tujuan tercapainya: (1) tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, (2) tingkat
kepercayaan terhadap administrasiperpajakan yang tinggi, dan (3) produktivitas pegawai perpajakan
yang tinggi.Pemerintah telah menyiapkan sarana untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
yaitudengan modernisasi sistem administrasi perpajakan. Namun, terdapat permasalahan
apakahmodernisasi ini mempengaruhi peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban.

2.2 Sistem administrasi perpajakan modern


Menurut Lumbantoruan (1997) dalam Rapina, dkk. (2011), administrasi perpajakan ialah cara atau
prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Dalam arti sempit, administrasi perpajakan merupakan
penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak dankewajiban-kewajiban pembayar pajak, baik
penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan dikantor pajak maupun di tempat wajib pajak. Dalam arti
luas, administrasi perpajakandipandang sebagai: (1) fungsi, (2) sistem, dan (3) lembaga.

Modernisasi sistem administrasi perpajakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kepatuhan pengusaha kena pajak. Hasil Pengujian dengan menggunakan koefisien determinasi
membuktikan bahwa pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan
pengusaha kena pajak tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak dapat dijelaskan oleh modernisasi
sistem administrasi perpajakan.

Beberapa implikasi dari penelitian ini adalah tinggi-rendahnya anggapan wajib pajak terhadap proses
reformasi dan modernisasi di kantor pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mereka dan oleh
karenanya aparatur perlu untuk tetap menjaga integritas dan nama baik mereka dan instansi untuk
menciptakan wajib pajak yang patuh. Implikasi lain adalah fiskus harus lebih kuat dalam pengawasan
karena temuan penelitian ini menunjukkan bahwa patuh dalam mendaftar sebagai wajib
pajak/pengusaha kena pajak tidaklah jaminan bahwa wajib pajak juga akan patuh dalam perhitungan,
pembayaran dan pelaporan pajak.

Sistem ini mempunyai beberapa keterbatasan, diantaranya penelitian ini terbatas hanya pada
pengusaha kena pajak yang ditemui oleh peneliti di KPP Pratama Padang dan juga pengusaha kena pajak
yang berada hanya di Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman saja, jumlah sampel dalam
penelitian yang masih relatif sedikit, sulitnya mendapatkan karena faktor keengganan wajib pajak dan
sensitivitas mereka terhadap masalah perpajakan. Kemudian penelitian ini hanya mengkaji pengaruh
modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak tanpa
mengukur tingkat kepatuhan sebelum dan sesudah diterapkannya modernisasi sistem administrasi
perpajakan.

2.3 Dimensi reformasi administrasi perpajakan.


Dukungan teknologi informasi dapat mempercepat proses pelayanan dan pemeriksaan. Dengan
pengembangan basis data dalam jaringan online memungkinkan kecepatan akses informasi dan
pelayanan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran pajak secara online yang menjadikan
proses administrasinya menjadi jauh lebih sederhana.

Menurut Nasucha dalam Rahayu dan Lingga (2009), bahwa ada empat dimensi reformasi administrasi
perpajakan, yaitu:

1. Struktur Organisasi.

Struktur organisasi adalah unsur yang berkaitan dengan pola-pola peran yang sudah ditentukan dan
hubungan antar peran, alokasi kegiatan kepada sub unit-sub unit terpisah, pendistribusian wewenang di
antara posisi administratif, dan jaringan komunikasi formal.

2. Prosedur Organisasi.

Prosedur organisasi berkaitan dengan proses komunikasi, pengambilan keputusan, pemilihan prestasi,
sosialisasi dan karier. Pembahasan dan pemahaman prosedur organisasi berpijak pada aktivitas
organisasi yang dilakukan secara teratur.

3. Strategi Organisasi

Strategi organisasi dipandang sebagai siasat, sikap pandangan dan tindakan yang bertujuan
memanfaatkan segala keadaan, faktor, peluang, dan sumber daya yang ada sedemikian rupa sehingga
tujuan organisasi dapat dicapai dengan berhasil dan selamat. Strategi berkembang dari waktu ke waktu
sebagai pola arus keputusan yang bermakna.

4. Budaya Organisasi

Budaya organisasi didefinisikan sebagai sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang
dalam organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Budaya organisasi mewakili persepsi
umum yang dimiliki oleh anggota organisasi.

2.4 Konsep modernisasi administrasi perpajakan


Konsep modernisasi administrasi perpajakan pada prinsipnya adalah merupakan perubahan pada sistem
administrasi perpajakan yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku aparat serta tata nilai organisasi
sehingga dapat menjadikan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menjadi suatu institusi yang profesional
dengan citra yang baik di masyarakat.

Menurut Rahayu dan Lingga (2009), program reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam
penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur
organisasi yang dirancang berdasarkan fungsi, tidak lagi menurut seksi-seksi berdasarkan jenis pajak,
perbaikan pelayanan bagi setiap wajib pajak melalui pembentukan account representative dan
compliant center untuk menampung keberatan Wajib Pajak. Sistem administrasi perpajakan modern
juga mengikuti kemajuan teknologi dengan pelayanan yang berbasis e-system seperti e-SPT, e-Filing, e-
Payment, dan e-Registration yang diharapkan meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif yang
ditunjang dengan penerapan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku
pegawai dalam melaksanakan tugas dan pelaksanaan good governance.

2.5 Karakteristik sistem administrasi perpajakan modern


Karakteristik sistem administrasi perpajakan modern adalah:

1. Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui sistem administrasi yang berbasis teknologi
terkini

2. Seluruh Wajib Pajak diwajibkan membayar melalui kantor penerima pembayaran secara on-line

3. Seluruh Wajib Pajak diwajibkan melaporkan kewajiban perpajakannya dengan menggunakan media
komputer (e-SPT).

4. Monitoring kepatuhan Wajib Pajak dilaksanakan secara intensif dengan pemanfaatan profit Wajib
Pajak

5. Wajib Pajak yang diadministrasikan di KPP Madya hanya wajib pajak tertentu saja, yaitu sekitar 500
WP.

Sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menjalankan pemerintahan yang bersih dan berwibawa,
Direktorat Jenderal Pajak berikut unit-unit dibawahnya akan menerapkan perangkat dan sistem untuk
mendukung terciptanya Good Corporate Governance. Perangkat yang tersedia yaitu Kode Etik Pegawai
DJP, Komite Kode Etik untuk mengawasi pelaksanaan kode etik, kerja sama dengan Inspektorat Jenderal
Departemen Keuangan untuk meningkatkan intensitas dan efektifitas pengawasan, konsolidasi internal
secara berkesinambungan. Pegawai yang ditempatkan di lingkungan KPP Madya telah memenuhi
standar atau kualifikasi tertentu berdasarkan beberapa tahapan seleksi yang dilakukan secara ketal.

Dengan reformasi administrasi perpajakan, diharapkan Wajib Pajak dapat memperoleh manfaat antara
lain:

1. Wajib Pajak akan memperoleh pelayanan yang lebih baik karena didukung oleh pegawai yang
profesional. Permasalahan perpajakan yang dihadapi Wajib Pajak dapat diselesaikan secara lebih cepat
sehingga kepastian hukum lebih terjamin. Hak dan Kewajiban perpajakan Wajib Pajak dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Kantor Pelayanan Pajak Madya dilengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan
sistem dan prosedur yang modern. Dengan dikembangkannya praktek-praktek Good Corporate
Governance secara sungguh-sungguh, diharapkan dapat meningkatkan citra Direktorat Jenderal Pajak
serta menghindarkan terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh aparat perpajakan.
2.6 Kepatuhan Pajak (Tax Compliance)
Menurut Nurmantu dalam Sofyan (2005), kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Terdapat dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material (Syofyan, 2005).
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara
formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Misalnya ketentuan batas Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum batas waktu maka dapat dikatakan
bahwa wajib pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi
ketentuan material.

Kepatuhan material yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif memenuhi semua
ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Wajib pajak yang
memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat
Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir.

Menurut Eliyani dalam Jatmiko (2006), kepatuhan Wajib Pajak didefinisikan sebagai memasukkan dan
melaporkan tepat waktu informasi yang diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak terutang dan
membayar pajak pada waktunya tanpa tindakan pemaksaan. Ketidak patuhan timbul kalau salah satu
syarat defenisi tidak terpenuhi.

Tingkat kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu
negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, Pemeriksaan pajak dan tarif pajak.
Kesadaran dan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan juga tergantung pada kemauan wajib pajak,
sampai sejauh mana wajib pajak tersebut akan mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Hanggana (2008), penelitian tentang kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak belum
banyak dilakukan, hal ini disebabkan kesulitan mendapatkan responden. Secara intuitif, dapat diduga
tidak seorangpun suka membayar pajak, ketidaksukaan membayar pajak akan dilakukan dengan tidak
mentaati peraturan perpajakan, khususnya besarnya pajak yang dibayarkan. Wajib Pajak memiliki naluri
alamiah menyembunyikan informasi perilaku ketidakpatuhan mereka dan berusaha menyembunyikan
kejahatan perpajakan yang dilakukan kepada siapapun juga.

Dari berbagai penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkanbahwa kepatuhan
Pengusaha kena pajak adalah kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi semua peraturan perundang-
undangan perpajakan, baik kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk
melaporkan, kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang maupun kepatuhan wajib
pajak dalam pembayaran tunggakan pajak terutangnya.

Kriteria pengusaha pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No.235/KMK.03/2003 adalah:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak atau untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin
untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bagian perpajakan dalam jangka
waktu 10 tahun terakhir.

4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah
dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang
terutang paling banyak 5%.

5. Wajib pajak yang laporan keuangan untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak memengaruhi
laba fiskal.”

2.7 Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Struktur organisasi yang telah berubah berdasarkan fungsi merupakan salah satu cara untuk penerapan
sistem administrasi modern. Modernisasi struktur organisasi menurut Nasucha (2004) dalam Rahayu
dan Lingga (2009) adalah pendekatan modernisasi administrasi yang berusaha untuk mengatasi
masalah-masalah organisasi yang berskala besar, guna mengatasi biropatologi dan disfungsi organisasi.
Hasil penelitian Rahayu dan Lingga (2009) tidak dapat membuktikan adanya pengaruh yang signifikan
variabel perubahan struktur organisasi terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hasil yang berbeda dibuktikan oleh penelitian Sofyan (2005) menunjukan pengaruh positif signifikan
antara modernisasi struktur organisasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil
yang sama juga dibuktikan Rapina, dkk (2011) bahwa modernisasi struktur organisasi berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan adanya modernisasi struktur organisasi kerja yang lebih baik
seperti pembentukan organisasi berdasarkan fungsi dan bukan lagi pada jenis pajak, spesifikasi tugas
dan tanggung jawab seperti adanya bagian pengawasan, penagihan, pemeriksaan. Jalur pengawasan
tugas pelayanan dan pemeriksaan akan memudahkan wajib pajak dalam melaporkan pajaknya sehingga
kepatuhan wajib pajak akan meningkat. H1: struktur organisasi berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak.

2.8 Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Menurut Zeithmal (1990) dalam Prastyo (2006) kualitas layanan merupakan tingkat keunggulan untuk
memenuhi harapan konsumen dan kualitas layanan dibentuk oleh perbandingan ideal dan persepsi dari
kinerja kualitas. untuk mencapai target penerimaan pajak yang dibebankan kepada Direktorat Jenderal
Pajak, tentu harus didukung oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang memiliki kualitas baik. Kualitas
pelayanan yang baik dapat di dilihat dari kecepatan dalam melayani wajib pajak dalam hal pembuatan
NPWP, SPT, dan pembayaran pajak. Hasil penelitian Rahayu dan Lingga (2009) tidak dapat membuktikan
adanya pengaruh antara perubahan implementasi pelayanan yang dilihat dari kualitas layanan terhadap
wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil yang berbeda ditunjukan pada penelitian yang
dilakukan oleh Handarani (2009) membuktikan bahwa kualitas pelayanan berpengaruhterhadap
kepatuhan wajib pajak.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Rajif (2010) juga membuktikan adanya pengaruh kualitas palayanan
terhadap kepatuhan wajib pajak.Perbaikan kualitas layanan merupakan salah satu bentuk modernisasi
sistemadministrasi paerpajakan. Maka, dengan ditingkatkannya kecepatan dalam pelayanan pajakdalam
mengurus barbagai keperluan parpajakan akan membuat wajib pajak merasa nyaman dan tidak banyak
waktu yang terbuang sia-sia. Oleh sebab itu kualitas layanan dapat meningkatkan kepatuhan wajib
pajak.

2.9 Pengaruh Kode Etik Pegawai Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Kode Etik pegawai adalah aturan atau ketentuan yang mengikat pegawai sebagai landasan ukuran
tingkah laku dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan
Nomor 32/PMK.03/2007 tentang Kode Etik Pegawai diLingkungan Direktorat Jenderal Pajak Departemen
Keuangan. Kode etik pegawai diharapkan dapat mendukung penerapan atau praktik yang bersih dan
berwibawa.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Lingga (2009) tidak dapat membuktikan
adanya pengaruh antara kode etik pegawai terhadap kepatuahan wajib pajak.Hasil yang berbeda
dibuktikan oleh penelitian Ximenes (2010) membuktikan bahwa kinerja Account Representative yang
dilihat dari kode etik berpengaruh terhadap kepatuhan wajibpajak.

Dengan adanya kode etik pegawai yang dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu menjalankan
kode etik pegawai sesuai tujuan, melaksanakan kewajiban kode etik pegawai, dan dan tidak melanggar
larangan pada kode etik pegawai maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebab wajib pajak
akan merasa aman untuk melakukan pembayaran pajak tanpa harus takut pembayaran pajak disalah
gunakan untuk kepentingan pribadi. H4: kode etik berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pajak merupakan sumber penerimaan yang penting dalam menopang pembiayaan pembangunan yang
bersumber dari dalam negeri. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam
membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan
rutin.
Administrasi perpajakan dituntut bersifat dinamis sebagai upaya peningkatan penerapakebijakan
perpajakan yang efektif. Kriteria fisibilitas administrasi menuntut agar sistem pajak baru meminimalisir
biaya administrasi (administrative cost) dan biaya kepatuhan (compliance cost) serta menjadikan
administrasi pajak sebagai bagian dari kebijakan pajak.

Program reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan system administrasi


perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi yang dirancang berdasarkan
fungsi, tidak lagi menurut seksi-seksi berdasarkan jenis pajak, perbaikan pelayanan bagi setiap wajib
pajak melalui pembentukan account representative dan compliant center untuk menampung keberatan
Wajib Pajak.

Sistem administrasi perpajakan modern juga mengikuti kemajuan teknologi dengan pelayanan yang
berbasis e-system seperti e-SPT, e-Filing, e-Payment, dan e-Registration yang diharapkan meningkatkan
mekanisme kontrol yang lebih efektif yang ditunjang dengan penerapan Kode Etik Pegawai Direktorat
Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas dan pelaksanaan good
governance.

Modernisasi sistem administrasi perpajakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kepatuhan pengusaha kena pajak. Hasil Pengujian membuktikan bahwa pengaruh modernisasi sistem
administrasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak tingkat kepatuhan
pengusaha kena pajak dapat dijelaskan oleh modernisasi sistem administrasi perpajakan.

Konsep modernisasi administrasi perpajakan pada prinsipnya adalah merupakan perubahan pada sistem
administrasi perpajakan yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku aparat serta tata nilai organisasi
sehingga dapat menjadikan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menjadi suatu institusi yang profesional
dengan citra yang baik di masyarakat.

3.2. SARAN
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari
sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan
kelompok kami, karna kami manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa, kami juga butuh saran/
kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya. Kami
juga mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah Perpajakan. Yang telah memberi
kami tugas kelompok demi kebaikan diri kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Agung, Mulyo. 2009. Perpajakan Indonesia Seri PPN, PPnBM, Dan PPh Badan: Teori Dan Aplikasi. Jakarta:
Mitra Wacana Media
Palupi, Endah. 2010. “Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Empat”. Tesis Universitas

Indonesia, Depok.

Prastyo, Teguh. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Layanan

Relevansinya Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi pada PT. Bank Negara Indonesia

(Persero),Tbk Kanwil v Jawa Tengah dan DIY)”. Tesis Universitas Diponegoro,

Semarang.

Sofyan, Taufan Marcus. 2005. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Wajib Pajak Besar. Skripsi Sarjana Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat

Wijayanti, Riska; Hernik Dwi Kurniawati dan Dianty Febri. 2004. Menuju Good Governance melalui
Modernisasi Pajak (e-SPT). STIE-MCE ABIS.

BY DHIRGA
XI IPS 2

MAKALAH
ALUR ADMINISTRASI
PERPAJAKAN

OLEH:
MUHAMMAD SYAHRULLAH.

Anda mungkin juga menyukai