Anda di halaman 1dari 11

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak pada PT


Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Ayu Fuady Sania


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran

Ivan Yudianto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran

Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
Penelitian ini menggunakan kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, dan kualitas pelayanan perpajakan sebagai
faktor. Kuesioner digunakan sebagai instrumen penelitian dalam pengumpulan data. Responden dalam
penelitian ini adalah pelaku usaha e-Commerce yang menggunakan pasar online. Regresi linier berganda
dengan program SPSS versi 23 digunakan untuk analisis data. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, dan kualitas pelayanan perpajakan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian pengujian secara parsial menghasilkan kesadaran wajib
pajak, dan kualitas pelayanan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak,
sedangkan kewajiban moral tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Kata kunci:kesadaran wajib pajak; Kewajiban moral; Kualitas pelayanan perpajakan; kepatuhan
Wajib Pajak; pasar e-commerce online.

Perkenalan dan pajak bangunan (Hasan 2008). Dalam sistem


self-assessment, kepatuhan pajak diperlukan dari
Sumber penerimaan negara sebagian besar diri setiap wajib pajak karena kepatuhan pajak
bersumber dari penerimaan pajak, sesuai fungsinya ibarat tulang punggung dari sistem self-assessment
yaitu pajak mempunyai fungsi anggaran (budgetary) (Brotodihardjo, 1995 dalam Hasan, 2008). Menurut
dimana pajak merupakan salah satu sumber dana Siat dan Toly (2013) dengan sistem self assesment,
bagi pemerintah untuk membiayai pengeluarannya. fungsi pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal
Pajak merupakan suatu hal yang penting bagi Pajak hanya memfasilitasi sistem self assesment
negara karena dengan adanya pajak pemerintah agar dapat berjalan dengan baik, sedangkan
dapat memberikan pelayanan kepada rakyatnya pelaksanaannya sangat bergantung pada
yang tujuannya adalah sebesar-besarnya kepatuhan wajib pajak. Permasalahan kepatuhan
kemakmuran rakyat. Sejak reformasi perpajakan perpajakan telah menjadi isu penting di Indonesia
yang dilakukan pada tahun 1983, sistem karena apabila Wajib Pajak tidak patuh maka dapat
selfassessment menjadi salah satu sistem menimbulkan keinginan untuk mengambil tindakan
pemungutan pajak yang dianut di Indonesia, agar tidak terjadi penghindaran dan kelalaian pajak
dimana sistem selfassessment diterapkan pada yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan.
semua jenis pajak kecuali pajak tanah.

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 17


Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

negara yaitu berkurangnya penerimaan pajak. Pembayaran menyatakan salah satu kriteria
(Fuadi dan Mangoting, 2013). seorang wajib pajak dapat dikatakan patuh;
Hal ini terlihat dari Peraturan yakni wajib pajak harus tepat waktu
Menteri Keuangan Nomor 74 Tahun menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
2012 tentang Tata Cara Penetapan dan Maka untuk mengetahui kepatuhan
Pencabutan Wajib Pajak Dengan Kriteria perpajakan salah satunya dilihat dari rasio
Tertentu Dalam Rangka Pengembalian kepatuhan dalam menyampaikan SPT.
Pendahuluan Kelebihan Bayar Pajak.

Tabel 1.Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan PPh.


Deskripsi/Tahun 2016
Wajib Pajak Terdaftar 32.769.215
Wajib Pajak Terdaftar – Wajib SPT 20.165.718
Target Rasio Kepatuhan (%) 72,50%
Target Rasio Kepatuhan – SPT (3 X 2) 14.620.1
Realisasi SPT 12.735.463
Rasio Kepatuhan ( 5 : 2 ) 63,15%
Sumber:Laporan Kinerja Kementerian Keuangan (2016)
Direktorat Transformasi Nufransa Wira
Dari tabel di atas terlihat bahwa rasio Sakti mengatakan meski nilai transaksi
kepatuhan belum memenuhi target; Artinya e-commerce meningkat, masih banyak
penerapan sistem self-assessment belum pelaku e-commerce yang belum
sepenuhnya optimal. Terdapat potensi memiliki NPWP.
ketidakefektifan wajib pajak dalam menjalankan Banyak faktor yang mempengaruhi wajib
kewajiban perpajakannya melalui sistem self- pajak untuk patuh perpajakan dan melaksanakan
assessment ini, yang memungkinkan wajib pajak kewajiban perpajakannya dengan baik; tentunya
gagal dalam menjalankan kewajibannya, hal ini faktor kepatuhan pajak sangat beragam. Faktor-
menjadi salah satu permasalahan yang faktor tersebut dapat berasal dari internal Wajib
menyebabkan rendahnya rasio kepatuhan Pajak itu sendiri maupun eksternal atau lingkungan
sehingga tidak mencapai target. sekitar Wajib Pajak. Dalam penelitian ini, peneliti
Di era digitalisasi, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan teknologi semakin pesat. Seiring kepatuhan wajib pajak Pengusaha Kecil Menengah
dengan berkembangnya teknologi, muncullah (UKM) berbasis e-commerce, yaitu kesadaran wajib
teknologi berupa e-Commerce, dimana e- pajak dan moralitas wajib pajak sebagai faktor
Commerce dapat memudahkan transaksi internal, serta kualitas pelayanan perpajakan
perdagangan sehingga penjual dan pembeli sebagai faktor eksternal.
tidak harus bertatap muka secara langsung.
Pertumbuhan e-Commerce di Indonesia dari Tinjauan Pustaka dan
tahun ke tahun mengalami peningkatan; hal ini Pengembangan Hipotesis
membuktikan semakin banyak masyarakat yang
tertarik dengan e-Commerce.
Hubungan Kesadaran Wajib Pajak
Dalam Laporan Kinerja Kementerian
dengan Kepatuhan Wajib Pajak
Keuangan (2016) disebutkan bahwa nilai transaksi e-
commerce pada tahun 2013 adalah sebesar Rp.
Kesadaran wajib pajak menjadi penting dalam
1.800.000.000,00 kemudian dinaikkan menjadi Rp.
menjalankan sistem self-assessment. Jika kesadaran
2.600.000.000,00 pada tahun 2014, kemudian pada
wajib pajak meningkat maka akan menumbuhkan
tahun 2015 meningkat lagi menjadi Rp.
motivasi wajib pajak untuk melakukan hal tersebut
3.500.000.000,00. Kepala Sub-Manajemen

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 18


Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

patuh dalam melaksanakan kewajiban wajib pajak dalam skema Peraturan


perpajakannya. Menurut Suryadi dalam Rasmini Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.
dan Rohmawati (2012), kesadaran wajib pajak
akan meningkat jika masyarakat mempunyai Hipotesis 2=Kewajiban moral berpengaruh positif
persepsi positif terhadap pajak. Penelitian terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
Muliarti dan Setiawan (2010) menyimpulkan kewajiban perpajakannya.
bahwa variabel kesadaran wajib pajak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Hubungan Kualitas Pelayanan Pajak dengan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Kepatuhan Wajib Pajak
Pelayanan Pajak Denpasar Timur. Terdapat pula
penelitian kepatuhan wajib pajak terkait kegiatan Kualitas pelayanan perpajakan
e-Commerce yaitu penelitian yang dilakukan oleh merupakan salah satu faktor yang dapat
Arisandy (2017) yang menyimpulkan bahwa mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yang
kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan mana pelayanan perpajakan yang berkualitas
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi akan memberikan pandangan positif bagi wajib
yang melakukan kegiatan usaha online di pajak sehingga wajib pajak akan termotivasi
Pekanbaru. untuk mematuhi kewajibannya. Bentuk
pelayanan perpajakan dapat berupa pelayanan
Hipotesis 1: Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh yang diberikan oleh petugas pajak, maupun
positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam pelayanan yang berasal dari sistem perpajakan
memenuhi kewajiban perpajakannya. elektronik, mengingat sistem perpajakan di
Indonesia sudah menerapkan sistem perpajakan
Itu hubungan di antara Moral digital atau biasa disebut e-system. Penelitian
Kewajiban dan Kepatuhan Wajib Pajak Fuadi dan Mangoting (2013) menyatakan bahwa
kualitas pelayanan petugas pajak secara parsial
Selain kesadaran perpajakan, internal berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak adalah Pengusaha
Usaha Kecil Menengah pembayar pajak

moral. Moral juga menjadi salah satu faktor yang kepatuhan. Kemudian hasil penelitian
dapat mempengaruhi kepatuhan pajak dimana Tambun dan Eko Witriyanto (2017)
moral dapat menyebabkan masyarakat menjadi menyatakan bahwa e-System berpengaruh
enggan (pasif) dalam membayar pajak. Adapun signifikan dan positif terhadap tingkat
Mardiasmo (2016:10) menjelaskan bahwa terdapat kepatuhan wajib pajak.
kendala dalam pemungutan pajak, salah satunya
adalah resistensi pasif dimana masyarakat enggan Hipotesis 3: Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh
(pasif) membayar pajak, dapat disebabkan antara positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
lain: perkembangan intelektual masyarakat dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
moral masyarakat, pajak sistem yang (mungkin)
sulit dipahami, dan sistem pengendalian yang tidak Konsep Pajak
dapat dilakukan atau dijalankan dengan baik. Hasil
penelitian Wanzel (2002) dalam Layata dan Setiawan Pengertian pajak menurut Undang-Undang
(2014) mengungkapkan bahwa wajib pajak Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat
mempunyai kewajiban moral yang baik sehingga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
wajib pajak akan cenderung berperilaku jujur dan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada
menaati aturan yang telah diberikan sehingga hal Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pajak adalah
ini berdampak pada kepatuhan wajib pajak dalam sumbangan wajib kepada negara yang dilakukan
memenuhi kewajibannya. pajak. Penelitian yang oleh orang pribadi atau suatu kesatuan yang
dilakukan oleh Artha dan Setiawan (2016) bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,
menyimpulkan bahwa variabel kewajiban moral dengan tidak memperoleh imbalan secara langsung
berpengaruh positif terhadap kepatuhan individu dan digunakan untuk keperluan negara demi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 19


Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

Fungsi pajak menurut Siti Resmi Sony dan Siti (2006:112) menyimpulkan
(2014:3) ada dua, yaitu fungsi anggaran pengertian kepatuhan pajak bahwa pada
dan fungsi reguler. Kemudian dalam prinsipnya kepatuhan pajak adalah tindakan
pemungutan pajak terdapat beberapa Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
sistem pemungutan pajak menurut Siti perpajakannya berdasarkan ketentuan peraturan
Resmi (2014:11), yaitu sistem penilaian perundang-undangan serta pelaksanaan
resmi, sistem penilaian mandiri, dan perpajakan yang berlaku di suatu negara.
sistem pemotongan. Model Theory of Planned Behavior
(TPB) sering digunakan dalam penelitian
Perdagangan elektronik kepatuhan pajak. Model ini dapat
menjelaskan secara signifikan perilaku
Definisi dari perdagangan elektronik, ketidakpatuhan wajib pajak. Menurut model
menurut Carnaghan dan Klassen (2004) ini, wajib pajak sangat dipengaruhi oleh
adalah istilah umum yang digunakan dalam variabel sikap, norma subjektif, dan kontrol
transaksi atau fungsi organisasi bisnis perilaku yang dirasakan (Mustikasari, 2007).
daripada melalui tindakan manusia dalam Kepatuhan wajib pajak diukur dengan
struktur atau fungsi organisasi tradisional.” indikator yang diungkapkan oleh Norman D.
Nufransa (2014: 12) mendefinisikan istilah e- Nowak dalam Sony dan Siti (2006) serta
Commerce yang merupakan singkatan dari Muliarti dan Setiawan (2010).
perdagangan elektronik sebagai mekanisme
transaksi jual beli dengan menggunakan Kesadaran Wajib Pajak
fasilitas internet sebagai media
komunikasinya Surat Edaran Direktorat Muliarti dan Setiawan (2010)
Jenderal Pajak Nomor 62 Tahun 2013 mengartikan kesadaran wajib pajak sebagai
tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui,
Atas Transaksi E-Commerce, membagi e- memahami, dan melaksanakan ketentuan
Commerce menjadi empat jenis perpajakan dengan benar dan sukarela. Jadi jika
berdasarkan kategori transaksinya model tingkat kesadaran wajib pajak semakin tinggi
yaitu Online Marketplace, Iklan Baris, Daily maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban
Deals, dan Online Retail. perpajakan juga akan semakin baik sehingga
dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Kepatuhan Wajib Pajak Untuk menumbuhkan kesadaran perpajakan
pada wajib pajak diperlukan pengetahuan yang
Safri Nurmantu (2005) mengartikan memadai, dimana dengan pengetahuan perpajakan
kepatuhan pajak sebagai suatu keadaan dimana dapat memberikan persepsi yang positif bagi wajib
wajib pajak memenuhi seluruh kewajiban pajak. Rasmini dan Rohmawati (2012) mengungkapkan
perpajakannya dan melaksanakan hak bahwa dengan meningkatkan pengetahuan perpajakan
perpajakannya. Ada dua jenis kepatuhan, yaitu: di masyarakat melalui pengetahuan perpajakan baik
A. Kepatuhan formal merupakan suatu keadaan formal maupun informal akan berdampak positif
dimana Wajib Pajak memenuhi kewajibannya terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar
secara formal berdasarkan ketentuan Undang- pajak.
Undang Perpajakan. Dengan adanya sistem pemungutan pajak
B. Kepatuhan material adalah suatu yaitu sistem self assesment maka sangat diperlukan
keadaan dimana wajib pajak secara adanya kerelaan menaati diri masing-masing wajib
substansial atau pokok memenuhi pajak, untuk membangun kepatuhan kesukarelaan
seluruh ketentuan materi perpajakan, diperlukan kesadaran akan diri masing-masing wajib
yaitu sesuai isi dan jiwa Undang-Undang pajak. Kesadaran wajib pajak sangat penting karena
Perpajakan. Pemisahan materi juga dengan kesadaran wajib pajak akan kewajiban
dapat mencakup kepatuhan formal. perpajakannya, maka wajib pajak dapat terpacu untuk
melaksanakan kewajibannya mengenai pajak.

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 20


Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

Kesadaran wajib pajak diukur dengan Supadmi (2009) menyatakan bahwa kualitas
indikator yang diungkapkan Muliarti dan pelayanan adalah pelayanan yang dapat
Setiawan (2010). memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap
dalam batas pemenuhan standar pelayanan yang
Kewajiban Moral dapat dipertanggungjawabkan dan harus dilakukan
secara terus menerus.
Artha dan Setiawan (2016) Kualitas pelayanan petugas pajak sangat
mendefinisikan kewajiban moral sebagai moral penting untuk ditingkatkan guna meningkatkan
individu yang dimiliki oleh seseorang tetapi tidak kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
boleh dimiliki oleh orang lain, seperti etika, kewajiban perpajakannya. Dalam penelitian yang
prinsip hidup, perasaan bersalah, kewajiban sama, Supadmi (2009) menyimpulkan bahwa
perpajakan secara sukarela dan benar yang akan pelayanan yang berkualitas harus diupayakan
dikaitkan dengan pemenuhan pajak. kewajiban. untuk memberikan keamanan, kenyamanan,
Salah satu teori yang menjadi acuan kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat
dalam menilai moral wajib pajak adalah teori dipertanggungjawabkan. Kualitas pelayanan
penalaran moral yang dikemukakan oleh petugas pajak diukur dengan menggunakan
Kolhberg. Dalam teori ini kaitannya dengan model SERVQUAL (Service Quality) yaitu bukti
konteks kepatuhan pajak menyatakan bahwa langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan,
keputusan moral dipengaruhi oleh penerapan dan empati.
sanksi pada tingkat penalaran moral rendah, Kualitas pelayanan perpajakan, selain dari
ekspektasi keadilan pada tingkat moderat, dan aspek petugas pajak, juga perlu diperhatikan
persoalan keadilan pada tingkat tertinggi. Jadi, dari aspek sistem perpajakan elektronik.
wajib pajak yang lebih banyak menggunakan Sistem perpajakan elektronik atau biasa
moral dalam mengambil keputusan pembayaran disebut esystem, memberikan beberapa
pajak akan lebih patuh dibandingkan wajib pajak fasilitas untuk mendukung wajib pajak dalam
lainnya. Wajib Pajak yang memiliki tingkat moral memenuhi kewajibannya. Pengertian e-system
yang sama namun mempunyai persepsi yang menurut Liberty Pandiangan (2008:35) dalam
berbeda akan mempunyai reaksi yang berbeda Masitoh dan Indrianti (2017) adalah suatu
terhadap kepatuhan pajak (Jayanto, 2011). sistem yang digunakan untuk menunjang
Kewajiban moral dalam penelitian ini diukur kelancaran administrasi melalui teknologi
dengan indikator etika, prinsip hidup, dan internet, sehingga diharapkan seluruh proses
perasaan bersalah. kerja dan pelayanan perpajakan dapat berjalan
dengan lancar, dengan cepat dan akurat.
Kualitas Pelayanan Pajak Kualitas sistem perpajakan elektronik (e-
system) diukur melalui lima dimensi yang
Lupiyoadi dan Hamdani (2009) digunakan Nelson et al. (2005:206) dalam
menjelaskan pengertian mutu menurut ISO Fendini (2013) yaitu keandalan sistem,
9000 yaitu suatu derajat yang dicapai fleksibilitas sistem, integrasi sistem,
berdasarkan karakteristik yang melekat pada aksesibilitas sistem dan waktu respon sistem.
pemenuhan persyaratan, dimana persyaratan
tersebut dinyatakan sebagai kebutuhan atau
harapan, biasanya tersirat atau wajib. Jadi Metodologi Penelitian
kualitas yang diartikan ISO 9000 merupakan
kombinasi sifat dan karakteristik yang Penelitian ini menggunakan jenis data
menentukan sejauh mana output dapat kuantitatif dengan metode pengumpulan data
memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. strategi penelitian survei dengan kuesioner.
Pelanggan yang menentukan dan menilai Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah
sejauh mana karakteristik dan karakteristik seluruh UKM berbasis e-Commerce yang
tersebut memahami kebutuhannya. menjalankan aktivitas transaksi bisnis online
marketplace dan berperan sebagai penjual atau

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 21


Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

pedagang pasar online yang telah menjadi wajib Y = Kepatuhan Wajib Pajak
pajak. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini X1 = Kesadaran Wajib Pajak
menggunakan teknik sampling insidental yaitu X2 = Kewajiban Moral
teknik penentuan sampel berdasarkan peluang, X3 = Kualitas Pelayanan Pajak
yaitu siapa saja yang secara tidak sengaja/ α = Konstanta
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat β1-β3 = Koefisien Regresi =
dijadikan sampel apabila dipandang sebagai ε Variabel Pengganggu
orang yang kebetulan ditemukan cocok sebagai
sumber data. . Hasil dan Diskusi
Populasinya belum diketahui secara pasti,
sehingga dalam menentukan jumlah sampel yang Hasil
dibutuhkan, peneliti menggunakan metode
rumus yang dikembangkan oleh Rao Purba (1996). Penelitian ini dilakukan dengan
2 menyebarkan 100 kuesioner kepada
=
4( )2 pelaku usaha yang memenuhi kriteria
Informasi: responden yaitu pelaku usaha (private
n = jumlah sampel person) yang mempunyai usaha berbasis
Z = tingkat kepercayaan dalam menentukan e-Commerce dengan jenis model bisnis
sampel online marketplace, yang telah memiliki
moe = margin of error atau tingkat kesalahan NPWP, berdomisili di Bandung baik Kota
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel Bandung maupun Kabupaten Bandung
yang dihasilkan untuk penelitian ini adalah sebesar dan juga menggunakan sistem
100 responden yang diperoleh dari perhitungan perpajakan elektronik (e-System). Dari 100
sebagai berikut: kuesioner yang disebar, hanya terkumpul
(1,96)2 3,8416 78 kuesioner yang memenuhi kriteria
= = = 96,04 responden dan dapat diolah.
4(0,1)2 0,04
Dari hasil perhitungan tersebut, jumlah
sampel sebanyak 96 responden, namun Hasil Analisis Data
agar penelitian ini sesuai maka peneliti
membulatkan jumlah sampel menjadi Setelah dilakukan uji validitas dan
100 responden. reliabilitas, maka dapat disimpulkan bahwa
Mengingat pengumpulan datanya seluruh item pernyataan valid dan layak
menggunakan strategi penelitian survei digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian
dengan alat berupa kuesioner, maka untuk ini dan setiap item angket pada keempat
memperoleh hasil penelitian yang valid dan variabel penelitian ini dapat diandalkan untuk
reliabel maka diuji validitas dan reliabilitasnya. mengukurnya masing-masing. variabel.
Kemudian dilakukan uji asumsi klasik yang Kemudian dilakukan juga uji
meliputi uji multikolinearitas, uji asumsi klasik, hasil uji asumsi klasik
heteroskedastisitas, dan uji normalitas. penelitian ini menunjukkan bahwa model
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi yang digunakan telah memenuhi
regresi linier berganda karena penelitian ini ketiga uji asumsi klasik sehingga dapat
ingin mengetahui bagaimana pengaruh faktor dikatakan model regresi penelitian ini
kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, dan mencerminkan Blue Linear Unbiased
kualitas pelayanan perpajakan terhadap Estimator (BLUE ).
Analisis regresi linier berganda digunakan
kepatuhan wajib pajak. Bentuk persamaan
untuk mengetahui pengaruh Kesadaran Wajib Pajak
regresi linier berganda dengan tiga prediktor
(X1), Kewajiban Moral (X2), dan Kualitas Pelayanan
atau tiga variabel bebas untuk penelitian ini
Pajak (X3) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
adalah sebagai berikut:
Kemudian dengan menggunakan program SPSS
Y = α + β_1 X_1 + β_2 X_2 + β_3 X_3 + ε
versi 23, data primernya adalah
Informasi:

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 22


Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

diolah dan dianalisis, sehingga menampilkan


hasil sebagai berikut:

Meja 2. Hasil Regresi Linier Berganda


Kepatuhan Wajib Pajak
Variabel bebas
B T tanda tangan.

Konstanta - 3.144 - 1.332 0,187


Kesadaran Wajib Pajak (X1) 0,526 3.972 0,000
Kewajiban Moral (X2) 0,063 0,334 0,739
Kualitas Pelayanan Pajak (X3) 0,299 3.807 0,000
Koefisien determinasi 0,599
F-Hitung 36.809
tanda tangan. F 0,000
Regresi Linier Berganda Y = -3,144 + 0,526X1+ 0,063X2+ 0,299X3+ ℇ

Dari tabel diatas diketahui nilai F-


Pada tabel di atas terlihat bahwa Count sebesar 36,809 lebih besar dari nilai F-
besarnya koefisien determinasi (R kuadrat) Tabel 2,728 yang diperoleh dari df1 = 3, df2
sebesar 0,599 hal ini berarti 59,9% variasi = 74, dan alpha 5%. Maka nilai signifikansi
kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan oleh uji F sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha
variasi ketiga variabel independen yaitu 0,05. Jadi kesimpulannya adalah kesadaran
kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, dan wajib pajak, kewajiban moral, dan kualitas
kualitas pelayanan perpajakan serta besarnya pelayanan perpajakan secara simultan atau
koefisien determinasi (R kuadrat) sebesar bersama-sama berpengaruh signifikan
0,599. sisanya sebesar 40,1% dipengaruhi oleh terhadap kepatuhan wajib pajak.
faktor lain di luar model regresi ini.

Tabel 3. Hasil Uji Statistik t


Variabel t-statistik tanda tangan. t-tabel
Kesadaran Wajib Pajak (X1) 3.972 0,000 1.992
Kewajiban Moral (X2) Kualitas 0,334 0,739 1.992
Pelayanan Pajak (X3) 3.807 0,000 1.992
Sumber: Data yang Diolah
kepatuhan dalam kewajiban perpajakannya.
Dari tabel 3 terlihat thitung = 3,972 > Dari tabel 3 terlihat t-statistik = 3,807
ttabel = 1,992 dan taraf signifikansi 0,000 < > t-tabel = 1,992 dan taraf signifikansi 0,000 < 0,025
0,025 (α/2; 0,05/2 = 0,025 karena uji satu (α/2; 0,05/2 = 0,025 karena uji satu pihak) sehingga
pihak) sehingga H1diterima. Dapat diartikan H3diterima. Dapat diartikan secara parsial kualitas
bahwa secara parsial kesadaran wajib pajak pelayanan perpajakan berpengaruh positif terhadap
berpengaruh positif terhadap kepatuhan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
perpajakannya. Dari tabel 3 terlihat t hitung
= 0,334 < t-tabel = 1,992 dan taraf Diskusi
signifikansi 0,739 > 0,025 (α/2; 0,05/2 = 0,025
karena uji satu pihak) sehingga H2ditolak. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kewajiban
Dapat diartikan bahwa secara parsial Moral, dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap
kewajiban moral tidak berpengaruh positif Kepatuhan Wajib Pajak
terhadap wajib pajak

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 23


Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

Setelah dilakukan pengujian dengan Oleh karena itu, untuk meningkatkan


software SPSS ver. 23 diperoleh nilai F-hitung kepatuhan wajib pajak, diharapkan masyarakat
(36,809) lebih besar dari F-tabel (2,728) maka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) diputuskan kewajibannya sebagai wajib pajak, khususnya
untuk menolak Ho sehingga Ha diterima. pengetahuan tentang peraturan perpajakan
Artinya dengan tingkat kepercayaan sebesar yang berkaitan dengan pekerjaannya. Jika
95% dapat disimpulkan bahwa kesadaran dikaitkan dengan objek penelitian ini, maka
wajib pajak, kewajiban moral, dan kualitas diperlukan pengetahuan yang memadai
pelayanan perpajakan secara simultan atau mengenai ketentuan perpajakan atas transaksi e-
bersama-sama berpengaruh signifikan commerce; dengan demikian kesadaran wajib
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pajak akan meningkat karena ia akan semakin
memenuhi kewajiban perpajakan. memahami kewajibannya sebagai wajib pajak
Hasil koefisien determinasi hingga akhirnya menjadi wajib pajak yang patuh.
menyatakan besarnya pengaruh kesadaran
wajib pajak, kewajiban moral, dan kualitas Pengaruh Kewajiban Moral Terhadap Kepatuhan
pelayanan perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
wajib pajak mempunyai pengaruh sebesar
59,9%. Artinya kesadaran wajib pajak (X1), Hasil penelitian ini tidak mendukung
kewajiban moral (X2), dan kualitas pelayanan hasil penelitian sebelumnya mengenai kewajiban
perpajakan (X3) memberikan pengaruh secara moral mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
simultan atau bersama-sama sebesar 59,9% seperti yang telah dilakukan oleh Layata dan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak (Y), Setiawan (2014) dan Rahayu dan Satriawan
sedangkan sisanya sebesar 40,1% dipengaruhi (2016). Namun hasil penelitian ini sejalan dengan
faktor lain di luar variabel independen dalam hasil penelitian Salman dan Farid (2008) dimana
penelitian ini. Faktor lainnya dapat berupa penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
saksi perpajakan, pemeriksaan pajak, moralitas wajib pajak tidak berpengaruh
sosialisasi perpajakan, keadilan sistem signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil
perpajakan, dan lain sebagainya. ini dapat dimaklumi mengingat kewajiban moral
merupakan moral individu yang dimiliki oleh
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap seseorang namun kemungkinan besar tidak
Kepatuhan Wajib Pajak dimiliki oleh orang lain. Selain itu, walaupun
wajib pajak mempunyai tingkat moral yang sama
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa namun mempunyai persepsi yang berbeda,
kesadaran wajib pajak berpengaruh positif namun akan berbeda pula reaksinya terhadap
terhadap kepatuhan wajib pajak, hal ini sejalan kepatuhan pajak.
dengan hasil Muliarti dan Setiawan (2010) serta Secara umum responden dari
Arisandy (2017) yang menyimpulkan bahwa penelitian ini adalah pelaku UKM yang tingkat
kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan pendapatannya tergolong rendah hingga
signifikan terhadap wajib pajak. kepatuhan. sedang dan juga mayoritas berpendidikan
Selain itu temuan ini juga mendukung tamatan SMA dan S1 sehingga pemenuhan
pernyataan Suryadi dalam Rasmini dan kebutuhan fisik lebih penting dibandingkan
Rohmawati (2012) yang menyatakan bahwa kebutuhan sosial. Menurut Jayanto (2011) di
kesadaran wajib pajak akan meningkat jika negara-negara berkembang yang tingkat
masyarakat memiliki persepsi positif terhadap pendapatan per kapitanya rendah, penerapan
pajak, sehingga meningkatkan pengetahuan sanksi hukum lebih bermanfaat dibandingkan
perpajakan di masyarakat melalui pengetahuan sanksi moral dalam meningkatkan kepatuhan
perpajakan baik formal maupun informal akan pajak. Oleh karena itu, penerapan sanksi
mempunyai pengaruh. berdampak positif hukum akan lebih membawa kepatuhan wajib
terhadap kesadaran wajib pajak untuk pajak dibandingkan sanksi moral. Lalu jika
membayar pajak. dikaitkan dengan teori

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 24


Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

penalaran moral untuk menilai moralitas kesadaran, kewajiban moral, kualitas


wajib pajak, menurut kondisi responden pelayanan petugas pajak terhadap
penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak, UKM swasta
keputusan moral wajib pajak lebih berbasis ecommerce di wilayah bandung,
dipengaruhi oleh perlakuan terhadap disimpulkan sebagai berikut:
pengenaan sanksi dan harapan keadilan 1. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan
perpajakan. Oleh karena itu, dengan kondisi kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, dan
wajib pajak yang seperti ini, perlu kualitas pelayanan perpajakan berpengaruh
diterapkannya sanksi perpajakan yang tegas signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
baik kepada wajib pajak maupun petugas pada tingkat kepercayaan 95%. Besarnya
pajak yang dapat berupa sanksi hukum, pengaruh secara simultan sebesar 59,9%,
sanksi sosial, atau perasaan bersalah, selain sedangkan sisanya sebesar 40,1%
itu juga harus ada keadilan perpajakan. . dipengaruhi oleh faktor lain selain variabel
dalam penelitian ini.
Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap 2. Berdasarkan hasil analisis parsial
Kepatuhan Wajib Pajak diperoleh hasil sebagai berikut:
A. Kesadaran Wajib Pajak (X1)
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa berpengaruh positif terhadap
kualitas pelayanan perpajakan berpengaruh positif kepatuhan wajib pajak (Y).
terhadap kepatuhan wajib pajak. Rahayu dan B. Kewajiban moral (X2) tidak berpengaruh
Satriawan (2016) mengungkapkan bahwa semakin terhadap kepatuhan wajib pajak (Y).
baik pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak C. Kualitas Pelayanan Pajak (X3)
maka semakin tinggi pula semangat masyarakat berpengaruh positif terhadap
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh kepatuhan wajib pajak (Y).
karena itu, dengan meningkatnya kualitas
pelayanan perpajakan baik dari sisi kedinasan Saran
maupun dari sistem perpajakan elektronik (e-
system) dapat mempengaruhi wajib pajak untuk 1. Bagi para pelaku bisnis online agar dapat
meningkatkan kepatuhannya dalam memenuhi lebih memperhatikan kewajiban
kewajiban perpajakannya. perpajakan yang timbul dari kegiatan
Oleh karena itu tidak mengherankan jika usahanya, salah satunya adalah
hasil penelitian ini menyatakan bahwa kualitas timbulnya pajak penghasilan yang
pelayanan perpajakan berpengaruh positif dan terutang, sehingga alangkah baiknya jika
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil para pelaku bisnis online juga
penelitian ini mendukung hasil penelitian mengetahui dan memahami ketentuan
sebelumnya, dimana Fuadi dan Mangoting (2013) perpajakan terkait untuk bisnis online ini.
menyatakan bahwa kualitas pelayanan petugas 2. Bagi pemerintah khususnya bagi
pajak secara parsial berpengaruh signifikan Kantor Pajak dan Direktorat Jenderal
terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak. Pajak agar lebih memperhatikan
Selain itu penelitian Tambun dan Eko Witriyanto aspek perpajakan dalam bisnis
(2017) menyatakan bahwa sistem berpengaruh online ini, karena tidak dapat
signifikan dan positif terhadap tingkat kepatuhan dipungkiri masih banyak pelaku
wajib pajak. bisnis online yang lalai dalam
kewajiban perpajakannya.
Kesimpulan dan saran 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
melakukan penelitian serupa dengan
Kesimpulan metode yang berbeda yaitu menggunakan
metode kualitatif agar lebih detail dalam
Berdasarkan hasil penelitian data dan menjelaskan bagaimana faktor-faktor dalam
pembahasan mengenai pengaruh wajib pajak penelitian ini mempengaruhi wajib pajak.

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 25


Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

kepatuhan. Selain itu, perlu juga Persen.


mencantumkan pajak yang dikenakan https://databoks.katadata.co.id/datap
langsung atas transaksi e-Commerce, yaitu ublish/2017/11/11/2011-2015-
dengan memasukkan pajak penghasilan nilaitransaksi-e-Commerce-
sebesar 1% bagi UKM yang termasuk dalam indonesiamelonjak-250-persen,
usaha yang tentunya penghasilannya kurang diakses pada 15 Januari 2018.
dari Rp4,8 miliar selama setahun. Klassen, Kenneth J. dan Carnaghan, Carla,
e-Commerce dan Perencanaan Pajak
Referensi Internasional (Juni 2004). Tersedia di
SSRN:
Arisandy, N. (2017). Pengaruh Pemahaman https://ssrn.com/abstract=557124 atau
Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.55712 4
dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Lupiyoadi, Rambat Dan A.Hamdani. 2009.
Melakukan Kegiatan Bisnis Online di Manajemen Pemasaran Jasa.
Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Salemba Empat: Jakarta.
Bisnis, 14(1), 1. Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi
Artha, KGW, & Setiawan, PE (2016) Terbaru 2016. Andi: Yogyakarta.
Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Masitoh, E., & Indrianti, I. (2017).
Pelayanan, Dan Sanksi Perpajakan Pengaruh Penerapan E-Sistem
Pada Kepatuhan Wajib Pajak Di Kpp Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Badung Utara. E-Jurnal Akuntansi, Wajib Pajak Badan (Studi Kasus di
17(2), 913-937. KPP Pratama Surakarta).
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. Muliari, NK, & Ery Setiawan, P. (2010).
2006. Perpajakan Konsep, Teori Dan Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi
Isu. Kencana:Jakarta. Perpajakan Dan Kesadaran Wajib
Fenini, DS (2013). Pengaruh Kualitas Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan
Sistem dan Kualitas Informasi Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor
terhadap Kepuasan Pengguna Pelayanan Pajak Pratama Denpasar
(Survei Pada Karyawan Pengguna Timur. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan
Aplikasi Pelayanan Pelanggan Bisnis, 6(1).
Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) Mustikasari, E. (2007). Kajian Empiris
Area Malang). Jurnal Administrasi Tentang Kepatuhan Wajib Pajak
Bisnis, 4(1). Badan Di Perusahaan Industri
Fuadi, AO, & Mangoting, Y. (2013). Pengolahan Di Surabaya. Simposium
Pengaruh Kualitas Pelayanan Nasional Akuntansi X, 26.
Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar
Dan Biaya Kepatuhan Pajak Perpajakan Edisi 3. Granit: Jakarta.
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Nur Rohmawati, A., & Rasmini, NK
Umkm. Review Pajak & Akuntansi, (2012). Pengaruh Kesadaran,
1(1), 18. Hasan, D. (2008). Pelaksana Pajak Penyuluhan, Pelayanan, Dan
Kepatuhan Dalam Upaya Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan
Optimalisasi Penerimaan Wajib Pajak Orang Pribadi. E-Jurnal
Perpajakan Di Kota Yogyakarta. Akuntansi, 1(2).
Mimbar Hukum, 20(2), 307-320. Pajak. Masih Sedikit Pelaku e-Commerce
Jayanto, PY (2011). Faktor-Faktor Yang Memiliki NPWP.
Ketidakpatuhan Wajib Pajak. Jurnal http://www.pajak.go.id/content/masi
Dinamika Manajemen, 2(1). h-sedikit-pelaku-e-Commerce-
Katadata. 2011-2015, Nilai Transaksi e- yangmemiliki-npwp, di akses pada 22
Niaga Indonesia Melonjak 250 September 2017.

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 26


Jurnal Audit Akuntansi dan Bisnis –No.1, Vol.2, 2018 10.24198/jaab.v1i2.18270

Rahayu, P., & Satriawan, RA (2016). Dan Penerapan E-System Terhadap


Pengaruh Kualitas Pelayanan, Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Kewajiban Moral Dan Sanksi Dengan Preferensi Resiko Sebagai
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Variabel Moderating (Studi Empiris
Wajib Pajak Hotel Dalam Membayar Kepada Wajib Pajak Di Komplek
Pajak Hotel (Studi KasusPada Wajib Perumahan Sunter Agung Jakarta
Pajak Hotel di Kota pekanbaru). Utara). Media Akuntansi Perpajakan,
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) 1(2), 86-94.
Bidang Ilmu Ekonomi, 2(2), 1-14. Wira Sakti, Nufransa. 2014. Buku Pintar
Republik Indonesia, Undang-undang Pajak e-Commerce: Dari Mendaftar
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Sampai Membayar Pajak. Visimedia:
Ketentuan Umum dan Tata Cara Jakarta.
Perpajakan.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012
tentang Tata Cara Penetapan dan
Pencabutan dengan Kriteria
Tertentu dalam Rangka
Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pembayaran Pajak.
Republik Indonesia, Surat Edaran Nomor
SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan
Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi
e-Commerce.
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan: Teori dan
Kasus. Salemba Empat: Jakarta.
Salman, KR, & Farid, M. (2008).
Pengaruh Sikap Dan Moral Wajib
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Pada Industri Perbankan Di
Surabaya. Jurnal Stie Perbanas
Surabaya.
Setiawan, PE (2014). Pengaruh
Kewajiban Moral, Kualitas
Pelayanan, Pemeriksaan Pajak
Dan Sanksi Perpajakan Pada
Kepatuhan Wajib Pajak Badan. E-
Jurnal Akuntansi, 540-556.
Siat, CC, & Toly, AA (2013). Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Memenuhi Kewajiban Membayar
Pajak Di Surabaya. Tinjauan Pajak
& Akuntansi, 1(1), 41.
Supadmi, NL (2009). Meningkatkan
Kepatuhan Wajib Pajak Melalui
Kualitas Pelayanan. Jurnal Ilmiah
Akuntansi Dan Bisnis, 4(2).
Tambun, S., & Witriyanto, E. (2017).
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak

http://jurnal.unpad.ac.id/jaab – ISSN: 2614-3844 27

Anda mungkin juga menyukai