com
Ivan Yudianto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran
Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
Penelitian ini menggunakan kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, dan kualitas pelayanan perpajakan sebagai
faktor. Kuesioner digunakan sebagai instrumen penelitian dalam pengumpulan data. Responden dalam
penelitian ini adalah pelaku usaha e-Commerce yang menggunakan pasar online. Regresi linier berganda
dengan program SPSS versi 23 digunakan untuk analisis data. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, dan kualitas pelayanan perpajakan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian pengujian secara parsial menghasilkan kesadaran wajib
pajak, dan kualitas pelayanan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak,
sedangkan kewajiban moral tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Kata kunci:kesadaran wajib pajak; Kewajiban moral; Kualitas pelayanan perpajakan; kepatuhan
Wajib Pajak; pasar e-commerce online.
negara yaitu berkurangnya penerimaan pajak. Pembayaran menyatakan salah satu kriteria
(Fuadi dan Mangoting, 2013). seorang wajib pajak dapat dikatakan patuh;
Hal ini terlihat dari Peraturan yakni wajib pajak harus tepat waktu
Menteri Keuangan Nomor 74 Tahun menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
2012 tentang Tata Cara Penetapan dan Maka untuk mengetahui kepatuhan
Pencabutan Wajib Pajak Dengan Kriteria perpajakan salah satunya dilihat dari rasio
Tertentu Dalam Rangka Pengembalian kepatuhan dalam menyampaikan SPT.
Pendahuluan Kelebihan Bayar Pajak.
moral. Moral juga menjadi salah satu faktor yang kepatuhan. Kemudian hasil penelitian
dapat mempengaruhi kepatuhan pajak dimana Tambun dan Eko Witriyanto (2017)
moral dapat menyebabkan masyarakat menjadi menyatakan bahwa e-System berpengaruh
enggan (pasif) dalam membayar pajak. Adapun signifikan dan positif terhadap tingkat
Mardiasmo (2016:10) menjelaskan bahwa terdapat kepatuhan wajib pajak.
kendala dalam pemungutan pajak, salah satunya
adalah resistensi pasif dimana masyarakat enggan Hipotesis 3: Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh
(pasif) membayar pajak, dapat disebabkan antara positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
lain: perkembangan intelektual masyarakat dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
moral masyarakat, pajak sistem yang (mungkin)
sulit dipahami, dan sistem pengendalian yang tidak Konsep Pajak
dapat dilakukan atau dijalankan dengan baik. Hasil
penelitian Wanzel (2002) dalam Layata dan Setiawan Pengertian pajak menurut Undang-Undang
(2014) mengungkapkan bahwa wajib pajak Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat
mempunyai kewajiban moral yang baik sehingga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
wajib pajak akan cenderung berperilaku jujur dan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada
menaati aturan yang telah diberikan sehingga hal Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pajak adalah
ini berdampak pada kepatuhan wajib pajak dalam sumbangan wajib kepada negara yang dilakukan
memenuhi kewajibannya. pajak. Penelitian yang oleh orang pribadi atau suatu kesatuan yang
dilakukan oleh Artha dan Setiawan (2016) bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,
menyimpulkan bahwa variabel kewajiban moral dengan tidak memperoleh imbalan secara langsung
berpengaruh positif terhadap kepatuhan individu dan digunakan untuk keperluan negara demi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Fungsi pajak menurut Siti Resmi Sony dan Siti (2006:112) menyimpulkan
(2014:3) ada dua, yaitu fungsi anggaran pengertian kepatuhan pajak bahwa pada
dan fungsi reguler. Kemudian dalam prinsipnya kepatuhan pajak adalah tindakan
pemungutan pajak terdapat beberapa Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
sistem pemungutan pajak menurut Siti perpajakannya berdasarkan ketentuan peraturan
Resmi (2014:11), yaitu sistem penilaian perundang-undangan serta pelaksanaan
resmi, sistem penilaian mandiri, dan perpajakan yang berlaku di suatu negara.
sistem pemotongan. Model Theory of Planned Behavior
(TPB) sering digunakan dalam penelitian
Perdagangan elektronik kepatuhan pajak. Model ini dapat
menjelaskan secara signifikan perilaku
Definisi dari perdagangan elektronik, ketidakpatuhan wajib pajak. Menurut model
menurut Carnaghan dan Klassen (2004) ini, wajib pajak sangat dipengaruhi oleh
adalah istilah umum yang digunakan dalam variabel sikap, norma subjektif, dan kontrol
transaksi atau fungsi organisasi bisnis perilaku yang dirasakan (Mustikasari, 2007).
daripada melalui tindakan manusia dalam Kepatuhan wajib pajak diukur dengan
struktur atau fungsi organisasi tradisional.” indikator yang diungkapkan oleh Norman D.
Nufransa (2014: 12) mendefinisikan istilah e- Nowak dalam Sony dan Siti (2006) serta
Commerce yang merupakan singkatan dari Muliarti dan Setiawan (2010).
perdagangan elektronik sebagai mekanisme
transaksi jual beli dengan menggunakan Kesadaran Wajib Pajak
fasilitas internet sebagai media
komunikasinya Surat Edaran Direktorat Muliarti dan Setiawan (2010)
Jenderal Pajak Nomor 62 Tahun 2013 mengartikan kesadaran wajib pajak sebagai
tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui,
Atas Transaksi E-Commerce, membagi e- memahami, dan melaksanakan ketentuan
Commerce menjadi empat jenis perpajakan dengan benar dan sukarela. Jadi jika
berdasarkan kategori transaksinya model tingkat kesadaran wajib pajak semakin tinggi
yaitu Online Marketplace, Iklan Baris, Daily maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban
Deals, dan Online Retail. perpajakan juga akan semakin baik sehingga
dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Kepatuhan Wajib Pajak Untuk menumbuhkan kesadaran perpajakan
pada wajib pajak diperlukan pengetahuan yang
Safri Nurmantu (2005) mengartikan memadai, dimana dengan pengetahuan perpajakan
kepatuhan pajak sebagai suatu keadaan dimana dapat memberikan persepsi yang positif bagi wajib
wajib pajak memenuhi seluruh kewajiban pajak. Rasmini dan Rohmawati (2012) mengungkapkan
perpajakannya dan melaksanakan hak bahwa dengan meningkatkan pengetahuan perpajakan
perpajakannya. Ada dua jenis kepatuhan, yaitu: di masyarakat melalui pengetahuan perpajakan baik
A. Kepatuhan formal merupakan suatu keadaan formal maupun informal akan berdampak positif
dimana Wajib Pajak memenuhi kewajibannya terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar
secara formal berdasarkan ketentuan Undang- pajak.
Undang Perpajakan. Dengan adanya sistem pemungutan pajak
B. Kepatuhan material adalah suatu yaitu sistem self assesment maka sangat diperlukan
keadaan dimana wajib pajak secara adanya kerelaan menaati diri masing-masing wajib
substansial atau pokok memenuhi pajak, untuk membangun kepatuhan kesukarelaan
seluruh ketentuan materi perpajakan, diperlukan kesadaran akan diri masing-masing wajib
yaitu sesuai isi dan jiwa Undang-Undang pajak. Kesadaran wajib pajak sangat penting karena
Perpajakan. Pemisahan materi juga dengan kesadaran wajib pajak akan kewajiban
dapat mencakup kepatuhan formal. perpajakannya, maka wajib pajak dapat terpacu untuk
melaksanakan kewajibannya mengenai pajak.
Kesadaran wajib pajak diukur dengan Supadmi (2009) menyatakan bahwa kualitas
indikator yang diungkapkan Muliarti dan pelayanan adalah pelayanan yang dapat
Setiawan (2010). memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap
dalam batas pemenuhan standar pelayanan yang
Kewajiban Moral dapat dipertanggungjawabkan dan harus dilakukan
secara terus menerus.
Artha dan Setiawan (2016) Kualitas pelayanan petugas pajak sangat
mendefinisikan kewajiban moral sebagai moral penting untuk ditingkatkan guna meningkatkan
individu yang dimiliki oleh seseorang tetapi tidak kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
boleh dimiliki oleh orang lain, seperti etika, kewajiban perpajakannya. Dalam penelitian yang
prinsip hidup, perasaan bersalah, kewajiban sama, Supadmi (2009) menyimpulkan bahwa
perpajakan secara sukarela dan benar yang akan pelayanan yang berkualitas harus diupayakan
dikaitkan dengan pemenuhan pajak. kewajiban. untuk memberikan keamanan, kenyamanan,
Salah satu teori yang menjadi acuan kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat
dalam menilai moral wajib pajak adalah teori dipertanggungjawabkan. Kualitas pelayanan
penalaran moral yang dikemukakan oleh petugas pajak diukur dengan menggunakan
Kolhberg. Dalam teori ini kaitannya dengan model SERVQUAL (Service Quality) yaitu bukti
konteks kepatuhan pajak menyatakan bahwa langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan,
keputusan moral dipengaruhi oleh penerapan dan empati.
sanksi pada tingkat penalaran moral rendah, Kualitas pelayanan perpajakan, selain dari
ekspektasi keadilan pada tingkat moderat, dan aspek petugas pajak, juga perlu diperhatikan
persoalan keadilan pada tingkat tertinggi. Jadi, dari aspek sistem perpajakan elektronik.
wajib pajak yang lebih banyak menggunakan Sistem perpajakan elektronik atau biasa
moral dalam mengambil keputusan pembayaran disebut esystem, memberikan beberapa
pajak akan lebih patuh dibandingkan wajib pajak fasilitas untuk mendukung wajib pajak dalam
lainnya. Wajib Pajak yang memiliki tingkat moral memenuhi kewajibannya. Pengertian e-system
yang sama namun mempunyai persepsi yang menurut Liberty Pandiangan (2008:35) dalam
berbeda akan mempunyai reaksi yang berbeda Masitoh dan Indrianti (2017) adalah suatu
terhadap kepatuhan pajak (Jayanto, 2011). sistem yang digunakan untuk menunjang
Kewajiban moral dalam penelitian ini diukur kelancaran administrasi melalui teknologi
dengan indikator etika, prinsip hidup, dan internet, sehingga diharapkan seluruh proses
perasaan bersalah. kerja dan pelayanan perpajakan dapat berjalan
dengan lancar, dengan cepat dan akurat.
Kualitas Pelayanan Pajak Kualitas sistem perpajakan elektronik (e-
system) diukur melalui lima dimensi yang
Lupiyoadi dan Hamdani (2009) digunakan Nelson et al. (2005:206) dalam
menjelaskan pengertian mutu menurut ISO Fendini (2013) yaitu keandalan sistem,
9000 yaitu suatu derajat yang dicapai fleksibilitas sistem, integrasi sistem,
berdasarkan karakteristik yang melekat pada aksesibilitas sistem dan waktu respon sistem.
pemenuhan persyaratan, dimana persyaratan
tersebut dinyatakan sebagai kebutuhan atau
harapan, biasanya tersirat atau wajib. Jadi Metodologi Penelitian
kualitas yang diartikan ISO 9000 merupakan
kombinasi sifat dan karakteristik yang Penelitian ini menggunakan jenis data
menentukan sejauh mana output dapat kuantitatif dengan metode pengumpulan data
memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. strategi penelitian survei dengan kuesioner.
Pelanggan yang menentukan dan menilai Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah
sejauh mana karakteristik dan karakteristik seluruh UKM berbasis e-Commerce yang
tersebut memahami kebutuhannya. menjalankan aktivitas transaksi bisnis online
marketplace dan berperan sebagai penjual atau
pedagang pasar online yang telah menjadi wajib Y = Kepatuhan Wajib Pajak
pajak. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini X1 = Kesadaran Wajib Pajak
menggunakan teknik sampling insidental yaitu X2 = Kewajiban Moral
teknik penentuan sampel berdasarkan peluang, X3 = Kualitas Pelayanan Pajak
yaitu siapa saja yang secara tidak sengaja/ α = Konstanta
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat β1-β3 = Koefisien Regresi =
dijadikan sampel apabila dipandang sebagai ε Variabel Pengganggu
orang yang kebetulan ditemukan cocok sebagai
sumber data. . Hasil dan Diskusi
Populasinya belum diketahui secara pasti,
sehingga dalam menentukan jumlah sampel yang Hasil
dibutuhkan, peneliti menggunakan metode
rumus yang dikembangkan oleh Rao Purba (1996). Penelitian ini dilakukan dengan
2 menyebarkan 100 kuesioner kepada
=
4( )2 pelaku usaha yang memenuhi kriteria
Informasi: responden yaitu pelaku usaha (private
n = jumlah sampel person) yang mempunyai usaha berbasis
Z = tingkat kepercayaan dalam menentukan e-Commerce dengan jenis model bisnis
sampel online marketplace, yang telah memiliki
moe = margin of error atau tingkat kesalahan NPWP, berdomisili di Bandung baik Kota
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel Bandung maupun Kabupaten Bandung
yang dihasilkan untuk penelitian ini adalah sebesar dan juga menggunakan sistem
100 responden yang diperoleh dari perhitungan perpajakan elektronik (e-System). Dari 100
sebagai berikut: kuesioner yang disebar, hanya terkumpul
(1,96)2 3,8416 78 kuesioner yang memenuhi kriteria
= = = 96,04 responden dan dapat diolah.
4(0,1)2 0,04
Dari hasil perhitungan tersebut, jumlah
sampel sebanyak 96 responden, namun Hasil Analisis Data
agar penelitian ini sesuai maka peneliti
membulatkan jumlah sampel menjadi Setelah dilakukan uji validitas dan
100 responden. reliabilitas, maka dapat disimpulkan bahwa
Mengingat pengumpulan datanya seluruh item pernyataan valid dan layak
menggunakan strategi penelitian survei digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian
dengan alat berupa kuesioner, maka untuk ini dan setiap item angket pada keempat
memperoleh hasil penelitian yang valid dan variabel penelitian ini dapat diandalkan untuk
reliabel maka diuji validitas dan reliabilitasnya. mengukurnya masing-masing. variabel.
Kemudian dilakukan uji asumsi klasik yang Kemudian dilakukan juga uji
meliputi uji multikolinearitas, uji asumsi klasik, hasil uji asumsi klasik
heteroskedastisitas, dan uji normalitas. penelitian ini menunjukkan bahwa model
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi yang digunakan telah memenuhi
regresi linier berganda karena penelitian ini ketiga uji asumsi klasik sehingga dapat
ingin mengetahui bagaimana pengaruh faktor dikatakan model regresi penelitian ini
kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, dan mencerminkan Blue Linear Unbiased
kualitas pelayanan perpajakan terhadap Estimator (BLUE ).
Analisis regresi linier berganda digunakan
kepatuhan wajib pajak. Bentuk persamaan
untuk mengetahui pengaruh Kesadaran Wajib Pajak
regresi linier berganda dengan tiga prediktor
(X1), Kewajiban Moral (X2), dan Kualitas Pelayanan
atau tiga variabel bebas untuk penelitian ini
Pajak (X3) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
adalah sebagai berikut:
Kemudian dengan menggunakan program SPSS
Y = α + β_1 X_1 + β_2 X_2 + β_3 X_3 + ε
versi 23, data primernya adalah
Informasi: