Anda di halaman 1dari 114

Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan

Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Nama Mahasiswa : Danny Prasetya

No. Mahasiswa : 2017031028

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI Y.A.I

JAKARTA

2021
DAFTAR ISI

Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran

Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ............. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................ i

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ........................................................... 7

C. BATASAN MASALAH ................................................................. 8

D. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 8

E. TUJUAN PENELITIAN ...................................................................... 9

F. MANFAAT PENELITIAN ................................................................... 9

BAB II ...................................................................................................... 12

KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ................... 12

A. LANDASAN TEORI .................................................................... 12

1. Teori Atribusi ............................................................................ 12

2. Kepatuhan Wajib Pajak ............................................................... 15

3. Pengaruh Kualitas Pelayanan .................................................... 21

4. Sanksi Perpajakan ....................................................................... 25

i
5. Kesadaran Wajib Pajak ............................................................... 29

B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 33

C. Kerangka Pemikiran....................................................................... 35

D. Desain Penelitian ........................................................................... 39

E. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 39

Metodologi Penelitian......................................................................... 40

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 40

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasioan Variabel ........... 41

1. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)....................................................... 41

2. Kualitas Pelayanan (X1) ........................................................... 42

3. Sanksi Perpajakan (X2) ............................................................... 43

4. Kesadaran Wajib Pajak (X3) ....................................................... 44

C. Populasi dan Sampel ................................................................ 48

1. Populasi ..................................................................................... 48

2. Sampel ....................................................................................... 49

D. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 50

E. Teknik Analisis ............................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional harus berlangsung secara terus

menerus dan berkesinambungan agar mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Masalah pembiayaan menjadi sangat vital

karena pemerintah membutuhkan dana yang besar untuk

melaksanakan pembangunan nasional. Dana yang dibutuhkan tersebut

semakin meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan

pembangunan itu sendiri. Pajak merupakan penerimaan terbesar suatu

negara khususnya Negara Indonesia. Dominasi pajak sebagai sumber

penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, ketika sumber daya

alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan. Pajak

merupakan sumber pendanaan dalam melaksanakan tanggung jawab

negara untuk mengatasi masalah sosial antara warga negara dengan

pemerintah (Rusyadi, 2017). Untuk meningkatkan pendapatan pajak

setiap tahunnya, Direktorat Jendral Pajak pun melakukan reformasi

dalam sistem perpajakannya dari official assestment system menjadi

sistem self assessment system. Self assessment system mengharuskan

Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, yaitu mengisi

dan menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) di kantor pelayanan

pajak. Kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari Wajib Pajak

1
2

merupakan faktor penting dalam pelakasanaan sistem tersebut

(Priyantini, 2008).

Self assessment system didefinisikan oleh Waluyo (2008) adalah

sistem pemungutan pajak yang akan memberi wewenang,

kepercayaan, dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar, serta melaporkan sendiri

besarnya kewajiban pajak yang akan dibayar, semua itu untuk

memenuhi kebutuhan penyelenggaraan dan pelaksanaan

pembangunan suatu negara yang membutuhkan dana yang cukup

besar. Diharapkan dengan adanya sistem ini dapat memberi peran serta

dari masyarakat dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar

pajak, dan dibutuhkan pula kesesuaian dengan kebenarannya terhadap

kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.

Menurut Supadmi (2009), untuk meningkatkan kepatuhan wajib

pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas pelayanan

pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Kualitas pelayanan pajak

yang baik dapat menjadi modal utama dalam menarik perhatian wajib

pajak. Semakin tinggi kualitas pelayanan pajak akan semakin meningkat

kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian tersebut didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2018) bahwa kualitas

pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak. Dari hasil tersebut menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan

oleh petugas pajak telah dilakukan secara optimal yang bertujuan untuk
3

menumbuhkan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Pelayanan yang diberikan berupa fasilitas fisik dan

pelayanan yang berasal dari petugas pajak yang baik dan ramah,

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Upaya

peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara

meningkatkan kemampuan teknis pegawai dalam perpajakan,

perbaikan infrastruktur seperti perluasan tempat pelayanan terpadu

(TPT), penggunaan sistem informasi dan teknologi untuk memberikan

kemudahan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya (Supadmi, 2009).

Peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah

kepada wajib pajak, sanksi perpajakan juga diperlukan untuk

memberikan efek jera bagi wajib pajak yang kurang taat terhadap

Ketidakpatuhan wajib pajak dalam melaksanakan self assessment

system dapat berkembang apabila tidak adanya ketegasan dari instansi

perpajakan (Maria dan Afriyanti, 2012). Tindakan penegakan hukum

tersebut dilaksanakan melalui pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan

pajak. Upaya penegakan hukum tersebut salah satunya melalui

tindakan pemeriksaan pajak, maka sangat diperlukan tenaga pemeriksa

pajak dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Pada tahun 2016

terdapat program pengampunan atas kelalaian dalam melaporkan pajak

017seperti kurang bayar dan tidak bayar. Namun pada tahun 2017

program tersebut telah berakhir. Penelitian sebelumnya yang dilakukan


4

oleh Kusuma (2016) menyatakan bahwa sanksi pajak berpengaruh

signifikan dan positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian

tersebut didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Novitasari (2018)

yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut bisa

disimpulkan bahwa semakin berat sanksi yang diberikan kepada

pelanggar maka kepatuhan wajib akan meningkat pula.

Hak dan kewajiban wajib serta sanksi pelaksanaan kewajiban

perpajakan yang berlaku di Indonesia di atur dalam Undang-undang UU

Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan. Peraturan ini dibuat untuk meminimalisir tindakan

pelanggaran hukum yang dilakukan baik oleh wajib pajak maupun fiskus

yang menggambarkan kesetaraan hak dan kewajiban antara wajib pajak

dan fiskus. Upaya penegakan peraturan tersebut kepada wajib pajak

yang lalai dalam membayar pajak diharapkan mampu mendorong wajib

pajak untuk membayar pajak.

Pemungutan pajak merupakan pekerjaan yang tidak mudah

disamping peran aktif dari petugas perpajakan, juga dituntut kesadaran

dari wajib pajak sendiri. Kemauan wajib pajak dalam membayar pajak

adalah menjadi hal yang sangat penting, karena hal tersebut akan dapat

membantu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya (Verhorn, 1999). Meningkatnya kesadaran akan

menumbuhkan motivasi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban


5

perpajakannya (Alifia,2011). Namun menurut (Komalasari dan Nashih

2005) menyatakan bahwa masih banyak masyarakat yang belum sadar

atas kewajibannya sebagai wajib pajak dan masih banyak upaya-upaya

yang harus dilakukan agar pajak yang mereka tanggung tidak terlalu

besar. Upaya penyuluhan, pendidikan, dan sebagainya tidak akan

berarti banyak bagi masyarakat dalam membangun kesadaran wajib

pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya, jika masyarakat tidak

merasakan manfaat dari kepatuhan membayar pajak (Hardiningsih

Pancawati dan Yulianawati Nila 2011). Masyarakat akan membayar

pajak dari penghasilan yang diterimanya apabila mereka merasakan

pelayanan publik sebanding dengan pembayaran pajaknya, adanya

perlakuan yang adil dari pemerintah serta proses hukum yang jelas dari

pemerintah. Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai

pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan

wajib pajak.

Kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai suatu

perilaku dimana wajib pajak dapat memenuhi semua kewajiban

perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya (Nurmatu, 2000).

Kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk

memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan yang

berlaku tanpa diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama,

peringatan maupun ancaman dalam penerapan sanksi baik hukum

maupun administrasi (Simon James et al., dalam Gunadi:2005).


6

(James dan Nobes 1997) menyatakan bahwa tidak satupun

sistem perpajakan dapat berfungsi dengan efektif tanpa peran serta

sebagian besar wajib pajak, karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan pajak sangatlah penting. Beberapa faktor yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, yaitu

kualitas pelayanan, sanksi perpajakan, dan kesadaran wajib pajak

(James dan Alley, 2004), menyatakan kepatuhan wajib pajak yaitu wajib

pajak bersedia melakukan kewajibannya tanpa paksaan dalam

membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Wajib pajak

patuh akan kewajibannya karena menganggap kepatuhan terhadap

pajak adalah suatu norma (Laderman, 2003). Pembayaran pajak

diharapkan tidak dianggap sebagai beban melainkan menjadi kewajiban

setiap warga negara untuk bersama membangun daerah dan negara di

dalam mengatasi masalah sosial dan meningkatkan kesejahteraan serta

kemakmuran. Melaksanakan kewajiban perpajakan yang diimbangi

dengan kesadaran dan kejujuran serta mengikuti norma atau peraturan

yang berlaku akan membuat wajib [pajak terhindar dari sanksi

perpajakan.

Sehingga sangat menarik bagi penulis untuk mengkaji

bagaimana sebenarnya pengaruh kualitas pelayanan, sanksi

perpajakan, dan kesadaran wajib pajak yang nantinya akan berdampak

pada kepatuhan wajib pajak dan akan memberikan dampak positif

dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan akan memberikan


7

dampak positif dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak bagi Wajib

Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Jakarta Pusat.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang

menjadi permasalahan penelitian adalah “PENGARUH KUALITAS

PELAYANAN, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KESADARAN WAJIB

PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PADA KPP PRATAMA JAKARTA PUSAT”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasi

berbagai masalah berikut:

1. Adanya perubahan system pemungutan pajak di Indonesia yang

mempengaruhi kesadaran terhadap kepatuhan wajib pajak.

2. Adanya pengaruh positif kualitas pelayanan terhadap kepatuhan

wajib pajak.

3. Adanya pengaruh positif sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib

pajak.

4. Adanya pengaruh positif kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak.
8

C. BATASAN MASALAH

Dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan luasnya

ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini dibatasi dan difokuskan

pada tiga variable independen yaitu kualitas pelayanan, sanksi

perpajakan, dan kesadaran wajib pajak. Penelitian ini difokuskan

kepada wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Jakarta Pusat.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan

wajib pajak?

2. Apakah terdapat pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan

wajib pajak?

3. Apakah terdapat pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak?

4. Apakah terdapat pengaruh kualitas pelayanan, sanksi perpajakan,

dan kesadaran wajib pajak secara bersama-sama terhadap kepatuhan

wajib pajak?
9

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan

wajib pajak.

2. Untuk mengetahui pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan

wajib pajak.

3. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak.

4. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak.

5. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan, sanksi perpajakan,

dan kesadaran wajib pajak secara bersama-sama terhadap kepatuhan

wajib pajak.

F. MANFAAT PENELITIAN

Dengan melakukan penelitian dan mempelajari bagaimana

pengaruh kualitas pelayanan, sanksi perpajakan, dan kesadaran wajib

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis

maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

A. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menambah

wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang perpajakan terutama


10

masalah Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib

Pajak serta Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

B. Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis

a. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1),

Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Administrasi

Indonesia (STIE YAI).

b. Untuk meningkatkan ilmu yang didapatkan selama dalam

perkuliahan dan dapat menerapkannya secara langsung.

c. Untuk penambahan wawasan pengalaman dan pengetahuan yang

lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

wajib pajak.

2. Bagi Masyararakat

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau

masukkan yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak, supaya

masyarakat dapat menjadi wajib pajak yang baik.

b. Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat memberikan

kesadaran kepada masyarakat khususnya wajib pajak agar dapat

mengikuti kepatuhan wajib pajak sesuai dengan ketentuan

perpajakan yang ada di Indonesia.

c. Sebagai sumber informasi bagi wajib pajak sehingga dapat

menambah wawasan mengenai perpajakan dan dapat memberikan

penilaian mengenai kinerja KPP Pratama Jakarta Pusat


11

d. Sebagai ilmu pengetahuan seberapa pentingnya pajak untuk

pembangunan dan kemakmuran masyarakat.

3. Bagi KPP Pratama Jakarta Pusat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan atau

sumbangan pemikiran dan informasi yang bermanfaat dan bersifat

positif sebagai alat bantu dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban pajak.

4. Bagi Universitas

a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi

kuliah yang diperoleh dibangku kuliah dalam menerapkan ilmunya

sebagai bahan evaluasi.

b. Dapat dikenal di dunia kerja sebagai sekolah tinggi yang mampu

menghasilkan mahasiswa berkompeten dengan praktik dilapangan.


BAB II

KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

1. Teori Atribusi

Teori atribusi dikembangkan oleh Heider (1958), melalui

tulisannya yang berjudul “Native Theory of Action”, yaitu kerangka

kerja konseptual yang digunakan orang untuk menafsirkan,

menjelaskan, dan meramalkan tingkah laku seseorang. Heider

(1958) dalam Suartana (2010) menyatakan bahwa teori atribusi

mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan

suatu peristiwa dan mempelajari bagaimana seseorang

menginterpretasikan alasan atau sebab perilakunya. Teori atribusi

menyatakan bahwa bila individu-individu mengamati perilaku

seseorang, mereka mencoba untuk menentukan apakah itu

ditimbulkan secara internal atau eksternal (Robbins, 2008).

Kesadaran membayar pajak memiliki arti keadaan dimana

seseorang mengetahui, memahami, dan mengerti tentang cara

membayar pajak. Kesadaran membayar pajak dapat diartikan

sebagai suatu bentuk sikap moral yang memberikan sebuah

kontribusi kepada negara untuk menunjang pembangunan negara

dan berusaha untuk mentaati semua peraturan yang telah ditetapkan

oleh negara serta dapat dipaksakan kepada wajib pajak. Kesadaran

12
13

dalam memenuhi kewajiban perpajakan bukan hanya terdapat pada

hal-hal teknis saja seperti pemeriksaan tarif pajak, tetapi juga

tergantung pada kemauan wajib pajak untuk mentaati ketentuan

perundang-undangan perpajakan.

Penentu faktor perilaku bergantung pada tiga faktor, yaitu

kekhasan tertentu, kesepakatan bersama, dan konsistensi (Robbins,

2002;47-48).

1. Kekhasan mengacu pada apakah seorang individu

memperlihatkan perilaku yang berbeda dalam situasi berbeda. Saat

seseorang melakukan tindakan, tindakan tersebut dapat dilihat

sebagai atribusi internal apabila tindakan tersebut merupakan suatu

bentuk kebiasaan atau dilakukan secara terus-menerus. Apabila

tindakan yang dilakukan merupakan suatu hal yang tidak biasa,

maka individu lain yang bertindak sebagai pengamat akan

memberikan penilaian terhadap perilaku tersebut sebagai atribusi

eksternal.

2. Kesepakatan bersama, yaitu apabila setiap orang yang

dihadapkan pada situasi yang sama merespon dengan cara yang

sama, maka perilaku tersebut memperlihatkan suatu kesepakatan

bersama. Dari sudut pandang atribusi, kesepakatan bersama yang

tinggi merupakan suatu atribusi eksternal. Sebaliknya, atribusi

internal ditandai dengan adanya kesepakatan yang rendah.


14

3. Konsistensi lebih diartikan pada seberapa stabil seseorang

memberikan respon yang sama terhadap situasi dari waktu ke waktu.

Semakin biasa perilaku yang ditunjukkan maka pengamat

cenderung menghubungkan perilaku tersebut dihubungkan dengan

penyebab internal, dan sebaliknya. Jika perilaku yang ditunjukkan

tidak konsisten maka perilaku tersebut akan dikaitkan dengan

sebab-sebab eksternal.

Teori atribusi relevan untuk menjelaskan penelitian ini, karena

perilaku seseorang dalam memenuhi kewajiban perpajakan

disebabkan oleh berbagai faktor. Teori atribusi memiliki keterkaitan

dengan kesadaran wajib pajak yang merupakan faktor internal

seseorang, sedangkan yang memiliki keterkaitan dengan faktor

eksternal yaitu kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan. Tingkat

kesadaran wajib pajak yang tinggi dapat digunakan sebagai dasar

dalam memeprtimbangkan keputusan yang akan diambil terkait

dengan perilaku pemenuhan kewajiban perpajakan. Faktor internal

dan eksternal tersebut dapat mempengaruhi wajib pajak dalam

mengambilm keputusan untuk patuh atau tidak patuh. Persepsi

seseorang seseorang dalam menilai sesuatu berasal dari faktor

internal dan eksternal yang mendorong seseorang tersebut untuk

mengambil keputusan dalam bertindak. Hal tersebut berarti,

pemenuhan kewajiban perpajakan sangat bergantung dari

keputusan yang diambil oleh wajib pajak.


15

2. Kepatuhan Wajib Pajak

2.1 Definisi Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak yang dikemukakan oleh Nowak (dalam

Rahayu,2010 :138) sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran

pemenuhan kewajiban perpajakan yang tercermin dalam situasi :

a) Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua

ketentuan peraturan perundang-undangan.

b) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

c) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.

d) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Sedangkan menurut (Widodo, 2010:9) bahwa kepatuhan

wajib pajak dipelajari dengan melihat bagaimana seorang individu

membuat keputusan antara pilihan melakukan kewajibannya dalam

melaksanakan pajak atau justru melakukan penghindaran pajak. Hal

ini mencerminkan suatu hubungan antara individu sebagai wajib

pajak dengan negaranya. Hubungan ini akan mendorong wacana

tentang pentingnya norma dasar dan moral. Dalam melaksanakan

pemenuhan kewajiban perpajakannya dari tahun ketahun masih

menunjukan presentase yang tidak mengalami peningkatan. Hal ini

didasarkan jika kita melihat perbandingan jumlah wajib pajak yang

memenuhi syarat patuh di Indonesia sedikit sekali jika dibandingkan

dengan jumlah total wajib pajak yang terdaftar.


16

Kewajiban wajib pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007

terdiri atas :

1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak

dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah

memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.

2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan

pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan

menjadi Pengusaha Kena Pajak.

3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas,

dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka

Arab, satuan mata uang rupiah, serta menandatangani dan

menyampaikannya ke kantor Direktoral Jendral Pajak tempat Wajib

Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan

oleh kantor Direktorat Jendral Pajak.

4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia

dengan menggunakan satuan mata uang selain rupiah diizinkan,

yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan.

5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak ke aks negara melalui tempat


17

pembayaran yang diatur dengan berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan

pada adanya surat ketetapan pajak.

7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak

badan, dan melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi

yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

2.2 Faktor-Faktor Kepatuhan Wajib Pajak

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi wajib pajak dalam

mematuhi kewajiban perpajakannya. (Rahayu, 2013:112)

menjelaskan bahwakepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

a. Kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara

Administrasi perpajakan di Indonesia masih perlu diperbaiki,

dengan perbaikan diharapkan wajib pajak lebih termotivasi dalam

memenuhi kewajiban wajib pajaknya.

b. Pelayanan kepada wajib pajak

Pelayanan yang baik, cepat, dan menyenangkan akan tercipta

apabila instansi pajak, sumber daya aparat pajak, dan prosedur

perpajakannya baik. Kondisi yang demikian akan berdampak

pada kerelaan wajib pajak membayar pajak.


18

c. Penegakan hukum perpajakan

Pada dasarnya tidak ada seorangpun yang akan rela apabila

harta kekayaan yang dimilikinya berkurang tanpa mendapatkan

suatu imbalan secara langsung. Hal tersebut membuat wajib

pajak cenderung meloloskan diri dari kewajiban perpajakannya.

Sehingga perlu adanya penegakan peraturan perpajakan.

Tekanan yang diberikan melalui hukum akan membuat wajib

pajak berpikir bahwa tindakan ilegal dan pelanggaran perpajakan

yang mereka lakukan pasti ada sanksinya.

d. Pemeriksaan pajak

Direktorat Jendral Pajak memiliki kewenangan melakukan

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan untuk tujuan lain. Pemeriksaan bertujuan untuk

mendeteksi setiap bentuk penghindaran (tax avoidance) dan

kecurangan (tax evasion) yang dilakukan oleh wajib pajak.

e. Tarif pajak

Penurunan tarif pajak juga akan mempengaruhi motivasi wajib

pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dengan

tarif pajak yang rendah otomatis pajak yang dibayar pun tidak

banyak. Hal tersebut akan memberikan motivasi kepada wajib

pajak agar lebih patuh karena beban pajak yang ringan.


19

2.3 Jenis-Jenis Kepatuhan Wajib Pajak

Rahayu (2010:138) kepatuhan wajib pajak dapat dibedakan

menjadi dua yaitu :

a) Kepatuhan Formal adalah keadaan suatu dimana wajib pajak

memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam

undang-undang perpajakannya.

b) Kepatuhan Material adalah lebih menekankan pada aspek

substansinya yaitu jumlah pembayaran pajak telah sesuai dengan

ketentuan dalam arti perhitungan dan penyetoran dengan benar.

Berdasarkan 2 macam kepatuhan tersebut, menurut Rahayu

dan Lingga (2009), kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat

diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak yang mendaftarkan diri,

kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan

Tahunan (SPT), kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran

pajak terutang, serta kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

2.4 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor :

39/PMK.03/2018, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak adalah

sebagai berikut:

a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan

Tahunan (SPT).
20

b) Tidak memiliki tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

telah mempunyai izin menunda atau mengangsur pembayaran

pajak.

c) Laporan keuangan yang telah dilakukan audit oleh KAP atau

badan pengawasan keuangan dan pembangunan harus

mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 tahun

berturut-turut.

d) Tidak pernah dijatuhi hukuman yang disebabkan tindak pidana

dibidang perpajakan dalam kurun waktu 5 tahun.

e) Dalam tahun terakhir penyampaian Surat Pemberitahuan

Tahunan (SPT) masa yang terlambat tidak lebih 3 hari dari masa

pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut.

f) Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) masa yang terlambat tidak

boleh lewat dari batas waktu penyampaian SPT masa pajak

berikutnya.

2.5 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut (Rahayu, 2013:139) indikator kepatuhan wajib

pajak dapat didefinisikan dari :

1) Kewajiban Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri.

2) Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan.

3) Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang.

4) Kepatuhan dalam membayar tunggakan.


21

3. Pengaruh Kualitas Pelayanan

3.1 Definisi Kualitas Pelayanan

Mengacu pada teori atribusi, kualitas pelayanan dikatakan

sebagai penyebab eksternal karena hal ini dilakukan oleh aparat

pajak sehingga dapat mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam

bersikap.

Aparat pajak yang memberikan kualitas pelayanan yang baik

kepada wajib pajak berhubungan erat dengan wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya. Pelayanan yang berkualitas

yaitu pelayanan yang diberikan secara maksimal dan memperoleh

hasil kepuasan yang baik oleh wajib pajak dalam batas memenuhi

standar pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan serta harus

harus dilakukan secara terus-menerus (Supadmi, 2009). Pelayanan

tidak berkualitas bila aparat pajak tidak dapat memenuhi harapan

wajib pajak. Sehingga semakin baik kualitas pelayanan yang

diberikan oleh aparatur pajak sehingga mereka cenderung akan

mematuhi kewajiban perpajakannya.

Sebaliknya, jika kualitas yang diberikan buruk dan tidak maksimal

maka akan semakin tidak patuh pula wajib pajak dalam memenuhi

kewajiban pajaknya. Penelitian yang dilakukan (Arum, 2012) dan

(Fuadi, 2013) mendukung hal ini dimana mereka menemukan hasil

bahwa kualitas pelayanan sejalan dengan kepatuhan wajib pajak.


22

Dalam meningkatkan penerimaan negara, Direktorat Jendral

Pajak (DJP) harus memberikan pelayanan yang baik kepada Wajib

Pajaknya agar menumbuhkan rasa nyaman kepada Wajib Pajak

saat melaporkan pajaknya. Selain itu pelayanan yang baik akan

membuat wajib pajak mendapatkan kepuasan ketika ingin

melakukan konsultasi atau memiliki masalah lain dalam hal

kaitannya dengan pajak. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan

pelayanan kepada Wajib Pajak perlu ditetapkan suatu Tempat

Pelayanan Terpadu (TPT) di setiap kantor pelayanan pajak. Menurut

SE Direktur Jendral Pajak Nomor SE-09/PJ/2013 tentang Pedoman

Pelayanan Prima, TPT adalah suatu tempat pelayanan perpajakan

yang terintegrasi dengan sistem yang melekat pada KPP dalam

memberikan pelayanan perpajakan.

3.2 Tujuan Kualitas Pelayanan

Menurut (Boediono, 2013), pelayanan pajak merupakan proses

bantuan kepada wajib pajak dengan cara-cara tertentu yang

membutuhkan kepekaan dan hubungan interpersonal. Hal ini

dilakukan guna mencapai suatu kepuasan dan keberhasilan.

Menurut (Kusuma, 2016), pelayanan pajak bertujuan untuk

memberikan kenyamanan, keamanan, dan kepastian bagi wajib

pajak saat memenuhi kewajiban dan haknya pada bidang

perpajakan.
23

Kualitas pelayanan pajak merupakan salah satu cara yang

dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak

dalam memenuhi kewajibannya. Sehingga, petugas pajak

diharapkan memiliki kompetensi yang baik terkait dengan segala hal

yang berhubungan dengan perpajakan di Indonesia (Kusuma, 2016).

3.3 Nilai Kualitas Pelayanan

Menurut Parasuraman,et al. dalam (Nugroho dan Sumadi, 2005),

terdapat lima dimensi yang digunakan dalam menilai suatu kualitas

pelayanan yaitu:

a) Kehandalan (Reliability)

Kehandalan merupakan kemampuan untuk memberikan jasa

seperti yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya sesuai yang

diharapkan pelanggan yang tercermin dari ketepatan waktu, layanan

yang sama untuk semua orang dan tanpa kesalahan.

b) Ketanggapan (Responsivenness)

Instansi berupaya untuk membantu dan memberikan pelayanan

yang cepat. Jika mengalami kegagalan dengan cepat menangani

kegagalan tersebut secara profesional (responsif)

c) Jaminan (Assurance)

Assurance yaitu, pengetahuan, keramahan, dan kemampuan

para karyawan dalam melaksanakan tugas secara spontan yang

menjamin kinerja yang baik sehingga menimbulkan kepercayaan

dan keyakinan masyarakat.


24

d) Empati (Emphaty)

Empati yaitu, berusaha memahami keinginan pelanggan dengan

memberikan perhatian/sentuhan secara ikhlas kepada setiap

pelanggan.

e) Wujud Fisik (Tangibility)

Perusahaan harus bisa memberikan bukti awal kualitas

pelayanan yang tercermin dari penampilan fasilitas fisik yang dapat

diandalkan.

3.4 Konsep Pada Kualitas Pelayanan

Menurut (Barata 2004:205), terdapat tiga konsep yang harus

dijalankan oleh pihak yang melayani dalam memberikan pelayanan

yang prima yaitu :

a). Pelayanan prima berdasarkan konsep dan sikap (attitude), yaitu

suatu layanan kepada pelanggan dengan menonjolkan sikap yang baik

dan menarik antara lain melayani pelanggan dengan penampilan serasi,

berpikiran positif dan menghargai pelanggan.

b.) Pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian (attention), yaitu

suatu layanan kepada pelanggan yang memberikan perhatian kepada

pelanggan atas masalah yang sedang dialami oleh pelanggan.

c.) Pelayanan prima berdasarkan konsep tindakan (action), yaitu

serangkaian perbuatan nyata yang dilakukan untuk mewujudkan

pemberian layanan yang terbaik bagi pelanggan.


25

Dari ketiga konsep pelayanan tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa sikap (attitude), dan perhatian (action) dalam melakukan

pelayanan yang baik adalah dasar bagi pemberian layanan,

memberikan pelayanan yang secara nyata akan terwujud menjadi suatu

kesatuan dalam bentuk pelayanan yang baik ketika melakukan tindakan

(action) terbaik untuk melayani pelanggan.

4. Sanksi Perpajakan

4.1 Definisi Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan

peraturan perundang-undangan akan dituruti atau ditaati, dengan kata

lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak

melanggar norma perpajakan. Salah satu cara menghindari sanksi

pajak adalah dengan membayar pajak tepat pada waktu dan jangan

melewati waktu yang ditetapkan.

Hak dan kewajiban wajib serta sanksi pelaksanaan kewajiban

perpajakan yang berlaku di Indonesia di atur dalam Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan Tata Cara

Perpajakan. Peraturan ini dibuat untuk meminimalisir tindakan

pelanggaran hukum yang dilakukan baik oleh wajib pajak maupun fiskus

yang menggambarkan kesetaraan hak dan kewajiban antara wajib pajak

dan fiskus. Upaya penegakan peraturan tersebut kepada wajib pajak

yang lalai dalam membayar pajak diharapkan mampu mendorong wajib

pajak untuk membayar pajak. Menurut (Simon, 2004) dan (Doran, 2009)
26

sanksi hukum akan membuat wajib pajak memenuhi kewajiban mereka,

oleh sebab itu, ketegasan sanksi perpajakan sangat diperlukan agar

kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dapat meningkat.

4.2 Tujuan dan Jenis-jenis Sanksi Perpajakan

Kebijakan berupa pengenaan sanksi bertujuan untuk mendidik

dan menghukum. Tujuan mendidik agar wajib pajak yang dikenakan

sanksi berubah menjadi lebih baik dan lebih mengetahui hak dan

kewajibannya. Sehingga, adanya pengenaan sanksi diharapkan wajib

pajak tidak melakukan kesalahan yang berulang. Sedangkan,

menghukum dimaksudkan untuk menghukum. Oleh karena itu,

diharapkan wajib pajak yang terhukum mengetahui akibat dari

kesalahan yang dilakukan dan tidak lagi mengulangi kesalahannya

(Resmi, 2014). Sanksi perpajakan terdiri dari dua yaitu :

a) Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi dikenakan pada wajib pajak yang tidak

memenuhi peraturan perpajakan atau melakukan pelanggaran

terhadap aturan norma perpajakan yang berlaku. Sanksi

administrasi berupa pembayaran kerugian kepada negara yang

berupa bunga, denda, atau kenaikan.

Resmi, 2014,73) mengatakan bahwa sanksi administrasi

berupa denda dikenakan pada saat wajib pajak tidak menyampaikan

SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan) dalam jangka waktu yang telah

ditetapkan.
27

b) Sanksi Pidana

Sanksi Pidana berupa denda pidana, kurungan, dan penjara

(Mardiasmo, 2009); (Kusuma, 2016). Denda pidana merupakan

suatu alat terakhir yang akan digunakan fiskus agar norma

perpajakan dapat dipatuhi, yang terdiri dari denda pidana yang

dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun

kejahatan.

Pidana kurungan dapat ditujukan kepada pihak ketiga serta

wajib pajak, karena yang diancam kepada pelanggar norma

ketentuannya sama dengan yang diancam denda pidana, maka

masalahnya hanya dengan ketentuan tentang denda pidana sekian

dan diganti dengan kurungan selama-lamanya. Pidana penjara

adalah hukuman perampasan kemerdekaan, ancaman dalam

pidana penjara tidak ada yang dinyatakan kepada pihak ketiga

namun hanya kepada wajib pajak serta pejabat.

Salah satunya mencegah pelanggaran UU No. 16 Tahun

2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (Pasal 38)

adalah tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi

isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan

yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada

pendapatan negara. Setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun

terlampaui, sesuai Pasal 40 Undang-undang No.16 Tahun 2009

tentang ketentuan umum perpajakan, mengatur bahwa tindak pidana


28

di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu

sepuluh tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya masa

pajak, berakhirnya bagian tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak

yang bersangkutan. Jangka waktu sepluh tahun tersebut adalah

untuk menyesuaikan dengan daluarsa penyimpanan dokumen-

dokumen perpajakan yang dijadikan dasar perhitungan jumlah pajak

yang terhutang selama sepuluh tahun.

Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan

No. 16 Tahun 2009, terdapat 3 macam sanksi administrasi yaitu :

1. Denda Pidana

Denda pidana yaitu denda yang dikenakan kepada wajib

pajak karena melakukan tindak pidana yang bersifat pelanggaran

maupun bersifat kejahatan.

2. Pidana Kurungan

Pidana kurungan yaitu pidana yang ditujukan kepada wajib

pajak atau pihak ketiga karena melakukan tindak pidana yang

bersifat pelanggaran. Ketentuannya sama dengan yang

diancamkan dengan denda pidana.

3. Pidana Penjara

Pidana penjara yaitu pidana yang ditujukan kepada pejabat

dan kepada wajib pajak karena melakukan tindak pidana yang

bersifat kejahatan.
29

4.3 Indikator Sanksi Perpajakan

Indikator sanksi perpajakan menurut (Munari, 2005) yaitu :

1. Pengenaan sanksi yang berat untuk mendidik wajib pajak.

2. Sanksi pajak harus tegas tanpa toleransi.

3. Sanksi pajak harus sesuai dengan besar kecilnya

pelanggaran.

4. Penerapan sanksi harus sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

5. Kesadaran Wajib Pajak

5.1 Definisi Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak adalah kerelaan memenuhi

kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk

pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban

pajaknya. Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk wajib

pajak untuk wajib pajak, yaitu kerelaan wajib pajak memberikan

kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan, dengan cara

membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlah

(Wilda, 2015; Santi, 2012; Utomo, 2011). Semakin tinggi tingkat

kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan

kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan

kepatuhan wajib pajak (Irmawati, 2015; Muliari & Setiawan, 2011).

Kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia untuk

memahami realitas dan bagaimana mereka bertindak atau bersikap


30

terhadap realitas. (Jatmiko, 2006) menjelaskan bahwa kesadaran

adalah keadaan mengetahui atau mengerti. (Irianto, 2005)

menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang

mendorong wajib pajak untuk membayar pajak. Pertama, kesadaran

bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang

pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau

membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan

pajak yang dilakukan. Kedua, kesadaran bahwa penundaan

pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan

negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa

penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak

berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat

mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara. Ketiga,

kesadaran bahwa wajib pajak ditetapkan dengan undang-undang

dan dapat dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena

pembayaran pajak disadari memiliki landasan hukum yang kuat dan

merupakan kewajiban mutlak suatu warga negara.

Menurut (Asri, 2009) wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran

apabila:

1. Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan.

2. Mengetahui fungsi pajak untuk pembayaran negara.

3. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


31

4. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela.

5. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

5.2 Faktor-Faktor Kesadaran Wajib Pajak

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak

antara lain adalah dari hasil penelitian (Jatmiko, 2006) didapatkan

beberapa faktor internal yang dominan membentuk perilaku

kesadaran Wajib Pajak untuk patuh yaitu :

1. Persepsi Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya

akan semakin meningkat jika dalam masyarakat mucul persepsi

positif terhadap pajak. (Torgler, 2008) menyatakan bahwa

kesadaran pembayar pajak untuk patuh membayar pajak terkait

dengan persepsi yang meliputi paradigma akan fungsi pajak bagi

pembiayaan pembangunan, kegunaan pajak dalam penyediaan

barang publik, juga keadilan (fairness) dan kepastian hukum dalam

pemenuhan kewajiban perpajakan.

2. Tingkat Pengetahuan Dalam Kesadaran Membayar Pajak

Tingkat pengetahuan dan pemahaman permbayar pajak

terhadap ketentuan perpajakan yang berpengaruh pada perilaku

kesadaran pajak. Wajib pajak yang tidak memahami peraturan

perpajakan secara jelas cenderung akan menjadi wajib pajak yang

tidak taat, dan sebaliknya semakin paham wajib pajak terhadap

peraturan perpajakan, maka semakin paham pula wajib pajak


32

terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban

perpajakannya.

3. Kondisi Keuangan Wajib Pajak

Kondisi keuangan merupakan faktor ekonomi yang

berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak. Kondisi keuangan adalah

kemampuan keuangan perusahaan yang tercermin dari tingkat

profitabilitas dan arus kas. Profitabilitas perusahaan (firm

profitability) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kesadaran untuk mematuhi peraturan perpajakan. Perusahaan yang

mempunyai profitabilitas yang tinggi cenderung melaporkan

perpajakannya dengan jujur dari pada perusahaan yang mempunyai

profitabilitas rendah.

5.3 Indikator Kesadaran Wajib Pajak

Indikator kesadaran wajib pajak menurut (Widiyati dan Nurlis,

2010) yaitu :

1. Pajak merupakan sumber penerimaan negara.

2. Pajak yang dibayar dapat digunakan untuk menunjang

pembangunan negara.

3. Penundaan pajak dapat merugikan negara.

4. Membayar pajak yang tidak sesuai dengan jumlah yang

seharusnya dibayar sangat merugikan negara.


33

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori-

teori yang akan digunakan untuk menelaah penelitian yang akan

dilakukan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Topik Hasil

1. Putri (2017) Analisis Regresi Berganda. Kesadaran wajib pajak,

X = Kesadaran, pengetahuan, pengetahuan dan

dan pemahaman perpajakan, pemahaman peraturan

kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan, kualitas

perpajakan. pelayanan dan sanksi

Y = Kepatuhan Wajib Pajak perpajakan berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap kepatuhan

wajib pajak.

2. Adiputra dan Analisis Regresi Berganda. Kualitas pelayanan,

Wirama (2017) X = Kualitas pelayanan, sanksi sanksi perpajakan, dan

perpajakan, dan kesadaran kesadaran wajib pajak

wajib pajak berpengaruh positif dan

Y = Kepatuhan Wajib Pajak Air signifikan pada

Tanah
34

kepatuhan wajib pajak

air tanah.

3. Adnyana (2018) Analisis Regresi Berganda. Sanksi perpajakan,

X = Sanksi perpajakan, penggunaan e-SPT, dan

penggunaan e-SPT, dan kualitas kualitas pelayanan

pelayanan fiskus fiskus berpengaruh

Y = Kepatuhan Wajib Pajak positif terhadap

Orang Pribadi kepatuhan wajib pajak

orang pribadi.

4. Pebrina dan Analisis Regresi Linier Berganda Sanksi perpajakan, dan

Hidayatulloh X = Penerapan e-SPT, kualitas pelayanan

(2020) pemahaman peraturan, sanksi berpengaruh terhadap

perpajakan, dan kualitas kepatuhan wajib pajak,

pelayanan namun penerapan e-

Y = Kepatuhan Wajib Pajak SPT dan pemahaman

wajib pajak tidak

mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak.

5. Wahyuni dan Analisis Regresi Berganda Karakteristik individu,

Amin (2021) X = Karakteristik personal, moral pajak dan sanksi

moralitas pajak dan sanksi pajak pajak memiliki pengaruh

Y = Kepatuhan wajib pajak positif dan signifikan


35

terhadap kepatuhan

wajib pajak.

C. Kerangka Pemikiran

Wajib pajak akan menaati peraturan perpajakan jika Wajib Pajak

jika wajib pajak mendapatkan pelayanan yang positif dan berkualitas

dari petugas pajak, wajib pajak mempunyai persepsi yang baik tentang

peraturan perpajakan yang berlaku, dan sanksi perpajakan oleh

Direktorat Jendral Pajak secara khusus menargetkan wajib pajak yang

tidak mematuhi undang-undang perpajakan di Indonesia. Dibawah ini

adalah penjelasan tentang kerangka penelitian yang akan penulis

jelaskan :

1. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Salah satu tujuan pelayanan adalah untuk meningkatkan

kepatuhan wajib pajak agar melakukan tanggung jawabnya dalam

melaporkan pajaknya. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan

sangat diharapkan dapat meningkatkan kepuasan wajib pajak sebagai

pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan

(Supadmi, 2009) dalam (Zulaikha, 2013).


36

Berdasarkan teori atribusi, kualitas pelayanan merupakan

penyebab eksternal yang mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam

membuat penilaian mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakan. Apabila pelayanan yang diberikan

oleh aparat tidak memenuhi atau melebihi harapan bagi wajib pajak,

berarti pelayanan yang diberikan kurang berkualitas sehingga membuat

wajib pajak cenderung tidak mematuhi kepatuhan wajib pajak, begitu

juga sebaliknya apabila pelayanan yang diberikan berkualitas

kemungkinan wajib pajak akan menjadi patuh dalam menjalani

kewajiban perpajakannya.

2. Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Sanksi merupakan wujud dari pelanggaran atas suatu pihak dan

tidak terpenuhinya kewajiban yang telah ditentukan berdasarkan

Undang-Undang maupun peraturan turunannya.

Dalam Undang-Undang perpajakan sebagaimana yang telah

disebutkan memiliki dua sanksi apabila wajib pajak tidak menjalani

kewajibannya sebagai wajib pajak yaitu sanksi administrasi dan sanksi

pidana. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan dapat

dikenakan sanksi administrasi saja, ataupun sanksi pidana saja dan

tidak menutup kemungkinan dikenakan keduanya.

Sanksi administrasi ditekankan kepada pelanggaran-

pelanggaran administrasi perpajakan yang tidak mengarah kepada

tindak pidana perpajakan. Sedangkan sanksi pidana merupakan upaya


37

terakhir dari pemerintah agar wajib pajak benar-benar patuh terhadap

peraturan perpajakan yang berlaku. Pada hakikatnya sanksi perpajakan

diberlakukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak

Kesadaran wajib pajak merupakan faktor terpenting dalam sistem

perpajakan modern (Harahap, 2004:43). Sehingga diperlukan

kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak kepada negara guna

membiayai pembangunan demi kepentingan dan kesejahteraan umum.

Kesadaran perpajakan seringkali menjadi kendala dalam masalah

pengumpulan pajak dari masyarakat. Kesadaran masyarakat sebagai

wajib pajak yang patuh sangat erat terkait persepsi masyarakat tentang

pajak. Persepsi memiliki hubungan dengan motivasi wajib pajak yang

pada akhirnya motivasi wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Secara empiris

juga telah dibuktikan bahwa semakin tinggi kesadaran perpajakan wajib

pajak maka akan makin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak (Suyatmin,

2004, dalam Jatmiko, 2006). Maka kesadaran wajib pajak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak. Selaras dengan penelitian

(Jotopurnomo dan Mangonting, 2013) menyimpulkan bahwa kesadaran

wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.


38

4. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan, dan

Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau

menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang) yang dapat

diartikan pelayanan pajak atau cara petugas pajak dalam membantu,

mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib

pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Semakin baik

pelayanan fiskus terhadap wajib pajak maka dapat meningkatkan

kepatuhan wajib pajak akan kesadarannya dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya.

Dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, wajib pajak juga

harus memahami sanksi-sanksi perpajakan. Sanksi yang dimaksud

adalah dalam bentuk pemberian sanksi administrasi/bunga maupun

sanksi pidana. Pada hakikatnya pengenaan sanksi perpajakan

diberlakukan untuk hal meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Wajib pajak juga harus sadar akan kewajiban membayar

perpajakan terhadap negara. Karena kesadaran wajib pajak dalam

membayar pajak merupakan perilaku wajib pajak berupa pandangan

atau perasaan yang melibatkan pengetahuan, keyakinan, dan

penalaran disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai stimulus yang

diberikan oleh sistem dan ketentuan pajak tersebut. Kesadaran


39

masyarakat yang tinggi akan mendorong semakin banyak masyarakat

yang akan memenuhi kewajiban perpajakannya.

D. Desain Penelitian

Gambar 2.1 Desain Penelitian

E. Hipotesis Penelitian

H1 : Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

H2 : Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

H3 : Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

H4 : Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


BAB III

Metodologi Penelitian

A. Jenis Penelitian

Menurut (Sugiyono, 2016:2) metode penelitian adalah cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif dengan

pendekatan penelitian deskriptif dan analisis verifikatif, karena adanya

variabel-variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya

untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual, mengenai fakta-

fakta hubungannya antara variabel yang akan diteliti.

Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk

mengetahui sifat-sifat serta hubungan yang lebih mendalam antara dua

variabel dengan cara mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih

spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada

dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah, dianalisis, dan

diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari

sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan.

Sedangkan metode dengan pendekatan verivikatif adalah

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas

(hubungan sebab akibat) antar variabel melalui suatu pengujian

hipotesis menggunakan suatu perhitungan statistik sehingga didapat

hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis ditolak atau diterima.

40
41

Penggunaan dua metode ini untuk mendeskripsikan Pengaruh

Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama

Jakarta Pusat.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasioan Variabel

Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan oleh penulis, maka

dalam penelitian ini terdapat empat variabel, diantaranya adalah tiga

variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah Kualitas Pelayanan (X1), Sanksi Perpajakan

(X2), dan Kesadaran Wajib Pajak (X3) dan satu variabel dependen

adalah Kepatuhan Wajib Pajak (Y).

Definisi operasional dari masing-masing variabel yang sudah

disebutkan akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Kepatuhan Wajib Pajak adalah perilaku wajib pajak yang taat

dan melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang sudah

ditetapkan. Hal ini mengacu pada kriteria wajib pajak patuh dalam

Surat Edaran Nomor SE-02/PJ/2008 Tentang Cara Perpajakan

Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu.

Berikut hal-hal yang digunakan sebagai pengukuran variabel

dependen Kepatuhan Wajib Pajak :

a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT dalam 3 tahun terakhir.


42

b. Mengisi SPT dengan benar, lengkap, jelas dan ditandatangani.

c. Menghitung pajak terutang dengan benar.

d. Tepat waktu membayar pajak.

e. Tidak memiliki tunggakan pajak.

f. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana dibidang perpajakan.

2. Kualitas Pelayanan (X1)

Dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak, kualitas

pelayanan juga berpengaruh penting. Apabila pelayanan yang

diberikan oleh aparat pajak terhadap wajib pajak memberikan

kepuasan terhadap wajib pajak maka boleh dibilang kualitas yang

diberikan oleh aparat pajak berkualitas. Hal-hal yang akan menjadi

ukuran dalam Kualitas Pelayanan sebagai berikut :

a. Kehandalan

1) Memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan.

2) Dapat diandalkan dalam menangani masalah wajib pajak.

3) Memberikan pelayanan secara benar sejak pertama kali.

4) Memberikan pelayanan sesuai dengan waktu yang dijanjikan.

5) Berusaha menghindari kesalahan dalam memberikan

pelayanan.

b. Daya Tanggap

1) Menginformasikan wajib pajak tentang kepastian waktu

penyampaian pelayanan.
43

2) Memberikan pelayanan yang cepat.

3) Bersedia untuk membantu wajib pajak.

4) Siap untuk merespon permintaan wajib pajak.

c. Jaminan

1) Mampu menanamkan rasa percaya kepada Wajib Pajak.

2) Membuat wajib pajak merasa aman dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya.

3) Ramah terhadap wajib pajak.

4) Dapat menjawab pertanyaan wajib pajak dengan baik.

d. Empati

1) Memberikan perhatian secara individual kepada wajib pajak.

2) Memperlakukan wajib pajak secara penuh perhatian.

3) Mengutamakan kepentingan wajib pajak.

4) Mampu memahami kebutuhan wajib pajak.

e) Bukti Fisik

1) Adanya peralatan yang modern.

2) Fasilitas yang menarik secara visual.

3) Aparat pajak berpenampilan rapih dan profesional.

3. Sanksi Perpajakan (X2)

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan)

akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan


44

merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma

perpajakan (Muliari dan Setiawan,2010) dalam (Zulaikha,2013).

Hal-hal yang akan menjadi ukuran dalam Sanksi Perpajakan sebagai

berikut :

a) Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak diberikan

cukup berat.

b) Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak

diberikan sangat ringan.

c) Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu cara

agar wajib pajak tidak melanggar aturan perpajakan dan dapat

mendidik wajib pajak agar taat dalam menjalankan kewajiban

sebagai wajib pajak.

4. Kesadaran Wajib Pajak (X3)

Kesadaran menurut (Jatmiko, 2006) kesadaran merupakan unsur

dalam` diri manusia untuk memahami realisasi dan bagaimana

mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas. (Jatmiko, 2006)

menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang

mendorong wajib pajak untuk membayar pajak.

Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi

dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini,

wajib pajak mau membayar pajak karena merasas tidak dirugikan

dari pemungutan pajak yang dilakukan. Kedua, kesadaran bahwa

penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak


45

sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena

memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan

beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial

yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara.

Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang

dan dapat dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena

pembayaran pajak disadari memiliki landasan hukum yang kuat dan

merupakan kewajiban mutlak setiap warga negara.

Wajib pajak bisa dikatakan memiliki kesadaran apabila sesuai

dengan hal-hal berikut :

a. Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan

perpajakan.

b. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

c. Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

d. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka

rela.

e. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator


46

Kepatuhan Perilaku wajib pajak yang 1. Tepat waktu dalam

Wajib Pajak taat dan melaksanakan menyampaikan SPT dalam

kewajiban perpajakannya 3 tahun terakhir.

sesuai dengan ketentuan 2. Mengisi SPT dengan

peraturan perundang- benar.

undangan perpajakan yang 3. Menghitung pajak

sudah ditetapkan terhutang dengan benar.

4, Tepat waktu membayar

pajak.

5. Tidak memiliki tunggakan

pajak.

6. Tidak pernah dijatuhi

hukuman pidana di bidang

perpajakan.

Kualitas Pelayanan yang diberikan 1. Kehandalan

Pelayanan oleh aparat pajak terhadap 2. Daya tanggap

wajib pajak memberikan 3. Jaminan

kepuasan terhadap wajib 4. Empati

pajak maka boleh dibilang 5. Bukti fisik

kualitas yang diberikan oleh

aparat pajak berkualitas


47

Sanksi Ketentuan peraturan 1. Sanksi pidana yang

Perpajakan perundang-undangan dikenakan bagi pelanggar

perpajakan (norma aturan pajak diberikan

perpajakan) akan cukup berat

dituruti/ditaati/dipatuhi 2. Sanksi administrasi yang

dikenakan bagi pelanggar

aturan pajak diberikan

sangat ringan

3. Pengenaan sanksi yang

cukup berat merupakan

salah satu cara agar wajib

pajak tidak melanggar

aturan perpajakan dan

dapat mendidik wajib pajak

agar taat dalam

menjalankan kewajiban

sebagai wajib pajak

Kesadaran Kesadaran merupakan unsur 1. Mengetahui adanya

Wajib Pajak dalam diri manusia untuk undang-undang dan

memahami realisasi dan ketentuan perpajakan

bagaimana mereka bertindak 2. Mengetahui fungsi pajak

atau bersikap terhadap untuk pembiayaan negara

realitas
48

3. Memahami fungsi pajak

untuk pembiayaan negara

4. Menghitung, membayar,

dan melaporkan pajak

dengan sukarela

5. Menghitung, membayar,

dan melaporkan pajak

dengan benar

Sumber : Data yang diolah penulis

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh penelitian untuk diperlajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dan penelitian ini

adalah Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Jakarta Pusat.

Tabel 3.2

Daftar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pusat

No Daftar KPP No Daftar KPP

1 KPP Pratama Jakarta 9 KPP Pratama Jakarta

Tanah Abang Tiga Gambir Tiga

2 KPP Pratama Jakarta 10 KPP Pratama Jakarta

Menteng Satu Cempaka Putih


49

3 KPP Pratama Jakarta 11 KPP Pratama Jakarta

Senen Gambir Satu

4 KPP Pratama Jakarta 12 KPP Pratama Jakarta

Menteng Dua Gambir Dua

5 KPP Pratama Jakarta 13 KPP Pratama Jakarta

Tanah Abang Dua Sawah Besar Satu

6 KPP Pratama Jakarta 14 KPP Pratama Jakarta

Tanah Abang Satu Sawah Besar Dua

7 KPP Pratama Jakarta 15 KPP Pratama Jakarta

Kemayoran

8 KPP Pratama Jakarta

Gambir Empat

2. Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan

objek yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmojo:2012). Metode pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

(convenience sampling) yaitu pengambilan sampel yang dilakukan

secara acak dengan pertimbangan kemudahan akses yang dapat

dijangkau oleh penulis.


50

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian

ini adalah metode survey. Metode survey dilakukan dengan

pendistribusian kuesioner yang akan diberikan secara langsung atau

tidak langsung melalui perantara responden, yaitu Wajib Pajak

Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Pusat.

Kuesioner yang diberikan berisi sejumlah pertanyaan yang harus

dijawab oleh responden untuk mengukur Kepatuhan Wajib Pajak,

Kualitas Pelayanan, Sanksi perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak.

E. Teknik Analisis

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan

setelah data dari seluruh responden yang terkumpul. Kegiatan dalam

analisis data menurut (Sugiyono,2009) adalah mengelompokkan

data berdasarkan variabel dan jenis respon, menstabulasi data

berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk

menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk

menguji hipotesis yang telah diajukan.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi. Statistik deskriptif adalah penyajian data melalui


51

perhitungan mean, media, modus, dan standar deviasi. Yang

termasuk dalam statistik deskriptif antara lain :

a. Mean (Rata-Rata Hitung)

Mean (rata-rata hitung) adalah suatu nilai yang diperoleh dengan

cara membagi seluruh nilai pengamatan dengan banyaknya

pengamatan. Mean (rata-rata hitung) da`pat dirumuskan sebagai

berikut :

𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = [ ] [1 − ]
𝑘−1 𝑉𝑡2

Keterangan

X̅ = Mean (Rata-rata)

Xn = Variabel ke-n

Xi = Nilai x ke i ke n

b. Standar Deviasi

Standar deviasi atau simpangan baku dari data yang telah

disusun dalam tabel distribusi frekuensi atau data bergolong,

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

∑ 𝑓𝑖±√(𝑋𝑖−𝑋)
𝑆=
(𝑛−1)

Keterangan

S = Simpangan Baku

𝑋𝑖 = Nilai X ke I sampai ke n

𝑋 = Rata-rata nilai
52

𝑁 = Jumlah Sampel

c. Range

Diantara ukuran varians yang paling sederhana dan paling

mudah dihitung adalah jarak (range). Jika suatu kelompok nilai

(data) sudah disusun menurut ukuran yang terkecil (X1) sampai

dengan yang terbesar (Xn), maka untuk menghitung nilai jarak

dipergunakan rumus sebagai berikut :

Nilai jarak (NJ) = Xn – X1 atau nilai Jarak = nilai maksimal – nilai

minimum

2. Uji Validitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya

suatu kuisioner (Ghozali, 2013). Suatu kuisioner dikatakan valid

jika pernyataan dalam kuisioner menggunakan sesuatu yang

akan diukur oleh kuisioner tersebut. Jadi validitas ingin mengukur

apakah pertanyaan dalam kuisioner yang sudah dibuat benar-

benar dapat mengukur apa yang hendak diukur oleh peneliti.

Dalam penelitian ini untuk mengukur validitas peneliti melakukan

korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan

total skor konstruk (construct). Jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,

maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator


53

pertanyaan dalam kuisioer adalah valid. Adapun rumus untuk

menghitung uji validitas adalah sebagai berikut :

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑𝑋)2 } {𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑𝑌)2 }

Keterangan:

rix = Koefisen atau korelasi suatu item

N = Jumlah subyek

x = Skor suatu butir/item

i = Skor total

b. Uji Realibitas

Realibitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali,2006).

Uji realibitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana butir-butir

pertanyaan atau pernyataan dalam kuisioner yang diajukan

dalam penelitian dapat dipercaya (handal). Jawaban responden

terhadap pertanyaan dikatakan reliable jika masing-masing

pertanyaan dijawab secara konsisten atau jawaban tidak boleh

acak oleh karena masing-masing pertanyaan hendak mengukur

hal yang sama. Untuk melakukan pengujian terhadap butir-butir

pertanyaan, peneliti menggunakan One Shot Method dengan uji

statistik Cronbach’s Alpha (α). Menurut (Nunnally, 1967) dalam

(Ghozali, 2006) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable


54

jika memberikan nilai Croanbroach Alpha ˃ 0.7. Sebaliknya jika

nilai Croanbach Alpha ˂ 0.7 maka instrumen penelitian dari

konstruk tersebut tidak reliable. Uji realibilitas diatas dapat

dihitung menggunakan rumus :

𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = [ ] [1 − 2 ]
𝑘 −1 𝑣𝑡

Dimana :

𝑟11 = 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑏𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑚𝑒𝑛

𝑘 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑜𝑎𝑙

∑ 𝜎𝑏2 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 / 𝑖𝑡𝑒𝑚

𝑣𝑡2 = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

3. Uji Normalitas Data

Sebelum melakukan uji statistik dilangkah awal yang harus

dilakukan adalah screening terhadap data yang akan diolah. Salah

satu asumsi yang penggunaan statistik parametrik adalah asumsi

multivariate normality. Multivariate normality merupakan asumsi

bahwa setiap variabel dan semua kombinasi linear dan variabel

berdistribusi normal. Jika asumsi ini terpenuhi, maka nilai residual

dari analisis juga berdistribusi normal dan independen. Asumsi

multivariate normality tidak dapat diuji langsung seketika oleh karena

itu tidaklah praktis menguji jumlah tak terhingga dari kombinasi linear

variabel-variabel untuk normalitasnya.


55

Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal

yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate, khususnya

jika tujuannya adalah inferansi. Yaitu dengan melihat distribusi dari

variabel-variabel yang akan diteliti. Walaupun normalitas suatu

variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji

statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Jika

tidak berdistribusi normal (menceng ke kiri atau ke kanan) maka hasil

uji statistik akan terdegradasi. Uji statistik yang dapat digunakan

untuk menguji normalitas data adalah uji nonparametik Komolgorov-

Smirnov. Uji K-S dapat dilakukan dengan membuat hipotesis :

H0 = data tidak berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi normal

Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut

mendekati atau merupakan distribusi normal yang dapat dilihat dari

a. Nilai sign. Atau nilai signifikan atau probabilitas ˂ 0,05 maka

distribusi data adalah tidak normal

b. Nilai sign. Atau nilai signifikan atau probabilitas ˃ 0,05 maka

distribusi data adalah normal

4. Analisis Regresi

Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi

linear berganda (multiple regression) untuk menguji variabel


56

independen yaitu variabel X terhadap variabel Y. Persamaan regresi

yang akan digunakan digunakan dalam penelitian yaitu :

𝑌 = 𝛽𝑜 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝑒

Dimana :

Y = Kepatuhan wajib pajak

βo = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien regresi

𝑋1 = Kualitas Pelayanan

𝑋2 = Sanksi Perpajakan

𝑋3 = Kesadaran Wajib Pajak

5. Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui bentuk model regresi yang dapat

ditanggungjawabkan, terdapat berberapa asumsi klasik yang harus

dipenuhi, yakni antar variabel dengan bebas saling berkorelasi tinggi

(bebas dari multikolinearitas), bersifat homokedasticity atau memiliki

variasi eror yang konstan untuk tiap-tiap variabel bebas, bebas dari

gangguan autokorelasi, berdistribusi normal.

Tetapi dalam praktiknya, bisa saja diketemukan suatu model

regresi yang tidak memenuhi satu atau beberapa asumsi di atas.

Apabila masalah di atas diketemukan maka perlu dilakukan suatu

generalisasi terhadap model regresi linear agar hasil estimasinya

dapat dipertanggungjawabkan secara statistik. Untuk menghasilkan


57

model yang baik, persamaan regresi linear harus dilakukan

beberapa asumsi klasik diantaranya :

a. Uji Normalitas Regresi

Uji normalitas dalam model regresi bertujuan menguji apakah

variabel residual berdistribusi normal. Hal ini didukung oleh asumsi

uji signifikansi regresi parsial (uji t) dan uji signifikan regresi berganda

(uji f) yaitu nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini

dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel

kecil.

Dalam menguji kenormalan data, ada dua pendekatan yang

dapat dilakukan. Bila konstalasi penelitian dalam bentuk korelasi

(hubungan) dan pengaruh antar variabel, maka kenormalan diuji

yaitu kenormalan galat data taksiran. Galat taksiran data merupakan

selisih skor idel dibentuk. Sedangkan untuk konstanta penelitian

komparasi (perbandingan), maka kenormalan yang diuji yaitu

kenormalan data amatan. Dalam hal ini terlebih dahulu dicari

persamaan regresi sederhana, yaitu :

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + 𝑏3 𝑋3 + 𝑒

Keterangan :

Y =Variabel terikat (endegonus)

X = Variabel bebas

a = Konstanta intersep

b = Koefiseien regresi Y atas X


58

Deteksi uji normalitas dalam model regresi dengan melihat

penyebaran titik-titik pada sumbu diagonal dalam grafik Normal P-P

Plot Regression Standardized dengan kriteria :

1) Jika data menyebar disektiar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal dan

memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti

arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal dan

tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikoliniearitas

Uji multikoliniaritas bertujuan untuk menguji apakah variabel

dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi,

maka variabel-variabel ini tidak otogonal. Variabel otogonal adalah

variabel bebas yang nilai korelasi sesama variabel bebas sama

dengan nol (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas dalam model regresi, digunakan (1) nilai tolerance

dan (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran tersebut

menunjukkan setiap variabel independen (bebas) menjadi variabel

dependen (terikat) dan diregres variabel bebas lainnya. Tolerance

mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dengan kriteria pengambilan


59

keputusan suatu model regresi bebas multikolinearitas adalah

sebagai berikut :

1) Mempunyai nilai VIF dibawah 10

2) Mempunyai nilai tolerance diatas 0,10

Jika variabel bebas dapat memenuhi kriteria tersebut maka

variabel bebas tersebut tidak mempunyai persoalan multikolinearitas

dengan variabel bebas lainnya. Uji multikolinearitas dapat dihitung

dengan rumus (Gujarati, 2003:328) sebagai berikut :

1
𝑉𝐼𝐹 = 2 )
(1 − 𝑟𝑥𝑦

Dimana :

VIF = Variance Inflation Factor

rxy = Besarnya korelasi antara variabel x dengan variabel y

Jika terdapat multikolinearitas sempurna maka akan berakibat

koefisien regresi tidak dapat ditentukan, serta standar deviasi akan

menjadi tak terhingga. Sedangkan jika multikolinearitas kurang

sempurna maka koefisien regresi meskipun berhingga akan

mempunyai standar deviasi yang besar, yang akan pula koefisien-

koefisiennya tidak dapat ditaksir dengan mudah. Untuk mengetahui

ada atau tidaknya multikolinearitas didalam suatu model regresi

adalah dilihat dari korelasi yang cukup tinggi (umumnya ˃ 0,80) antar

variabel independen, dimana hal ini mengidentifikasikan adanya

multikolinearitas.
60

C. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari suatu residual pengamatan

kepengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Jika variance dari residual

suatu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik s catter plot antara

lain prediksi variabel terikat (ZPREID) dengan residualnya

(ZRESID). Jika ada titik pola tertentu yang teratur (bergelombang,

melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2006). Uji Heteroskedastisitas

dapat dikaji dengan rumus (Gujarati, 2003) sebagai berikut :

𝛽
𝜎𝑖2 = ⨍(𝑥𝑖 ) = 𝜎 2 𝑥𝑖 𝑒 𝑣1

Kriteria pengujian :

Jika nilai sig > 𝛼 Varian tidak ada heteroskedastisitas

Jika nilai sig < 𝛼 Varian heteroskedastisitas

Apabila terdapat kasus heteroskedastisitas, maka langkah-langkah

dalam mengatasi masalah ini adalah sebagai berikut (Suprapto,

2007):

1. Jika 𝜎𝑖2 diketahui


61

Cara yang paling mudah untuk pemecahan persoalan

heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan metode


1
kuadrat tertimbang. Dimana timbangannya 𝑤𝑖 = 𝜎2 untuk
𝑖

mengurangi pengaruh dari nilai observasi yang ekstrem.

2. Jika 𝜎𝑖2 tidak diketahui

Sebelumnya dibuat berbagai asumsi tentang 𝜎𝑖2 dan berdasarkan

asumsi ini, kemudian membuat transformasi terhadap data yang

dipergunakan dalam model dengan maksud agar data yang

sudah dirubah bentuknya mempunyai kesalahan pengganggu

dengan varian yang tetap sehingga tercapai keaadaan

homokedastisitas.

Untuk mengetahui ada tidaknya hetersokedastisitas juga dapat

diketahui dengan menggunakan uji glejser. Jika variabel bebas

signifikan secara statisitik mempengaruhi variabel terikat maka

ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Uji

heteroskedastisitas dengan uji glejser bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi kitaksamaan varian dari

residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Model

regresi yang baik maka tidak akan terjadi heteroskedastisitas

dasar pengambilan keputusan :

1) Tidak terjadi heteroskedastisitas, jika nilai hitung lebih kecil dari

tabel dan nilai signifikan lebih besar dari 0.05


62

2) Terjadi heteroskedastisitas, jika nilai hitung lebih besar dari tabel

dan nilai signifikan lebih kecil dari 0.05

6. Uji Hipotesis

a. Uji Signifikansi Korelasi Parsial

Uji signifikansi korelasi parsial. Perumusan hipotesis :

𝐻𝑜 : 𝜌 = 0 ( tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel x

dengan variabel y)

𝐻𝑎 : 𝜌 ≠ 0 (ada hubungan yang signifikan antara variabel x

dengan variabel y)

1. Statistik uji

𝑟√𝑛 − 𝑘 − 1
𝑡0 =
√1 − 𝑟 2

Dimana :

r = Koefisien korelasi

k = Jumlah variabel independen

2. Kriterua uji
𝛼
𝑡0 > 𝑡 2 ; (𝑛 − 4); signifikansi 𝐻0 ditolak, 𝐻𝑎 diterima

𝛼
𝑡0 < −𝑡 2 ; (𝑛 − 4); signifikansi 𝐻0 diterima, 𝐻𝑎 ditolak

b. Uji Signifikansi Regresi Parsial

Regresi parsial digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independen mempengaruhi variabel dependen. Perumusan

hipotesis :
63

Ho : 𝛽1 = −00, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari 𝑋1, 𝑋2,

𝑋3 terhadap Y secara parsial

Ha : 𝛽1 ≠ 0. berarti ada pengaruh signifikan dari 𝑋1, 𝑋2, 𝑋3

terhadap Y secara parsial

1) Statistik uji :

𝒃𝒊
𝒕𝟎 =
𝒔𝒃𝒊

2) Kriteria uji :

𝒕𝒐 > 𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 : Signifikan, maka 𝐻0 ditolak, Ha diterima

𝑡𝑜 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : tidak signifikan, maka 𝐻0 diterima, Ha ditolak

c. Uji Signifikansi Berganda

Perumusan hipotesis :

𝐻0 : 𝛽 = 0 , tidak ada pengaruh yang signifikan antara 𝑋1, 𝑋2,

𝑋3 terhadap Y secara bersama-sama.

𝐻0 : 𝛽 ≠ 0 , ada pengaruh yang signifikan antara 𝑋1, 𝑋2, 𝑋3

terhadap Y secara bersama-sama.

d. Koefisien Determinasi (KD)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel-

variabel dependen

𝑹𝟐 = 𝒓𝟐𝒚𝒙 𝒙𝟏𝟎𝟎%

Dimana :

𝑅 2 = Koefisien determinasi untuk model regresi variabel x


64

𝑟𝑦 𝑥 = Koefisien korelasi variabel x dengan variabel y


DAFTAR PUSTAKA

Amran (2018), Pengaruh Sanksi Perpajakan, Tingkat Pendapatan dan

Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi. Studi Pada KPP Makasar Utara:Indonesia

Dwiyatmoko Pujiwidodo (2016), Persepsi Sanksi Perpajakan Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Program Studi

Manajemen Perpajakan; Akademi Manajemen Keuangan BSI

Jakarta:Indonesia

I Gede Adhi Adayana, I Ketut Jati (2018). Pengaruh Sanksi Perpajakan,

Penggunaan E_SPT, dan Kualitas Pelayanan Fiskus Pada Kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Udayana (Unud) Bali : Indonesia

I Putu Eka Adiputra, Dewa Gede Wirama (2017). Pengaruh Kualitas

Pelayanan, Sanksi Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak Pada

Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana (Unud) Bali: Indonesia

Kadek Juniati Putri, Putu Ery Setiawan (2017). Pengaruh Kesadaran,

Pengetahuan dan Pemahaman Perpajakan, Kualitas Pelayanan, dan

Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali : Indonesia

65
66

Lady Ayu Anggraeni (2017), Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Lingkungan

Wajib Pajak, Sikap Religiusitas, dan Kemanfaatan NPWP

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Studi Empiris Pada Wajib Pajak

Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Klaten:Indonesia

Ni Komang Ayu Juliantari, I Made Sudiartana, Ni Luh Gde Mahayu Dicriyani

(2021). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan,

Kewajiban Moral, Sanksi Pajak, dan Sosialisasi Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

Di Kantor Samsat Gianyar. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Maharasaraswati Denpasar:Indonesia

Rizki Dwi Prasetyo Sumarno, Anik Malikah, Junaidi (2020), Pengaruh

Persepsi Wajib Pajak Atas Penerapan Peraturan Pemerintah No. 23

Tahun 2018, Pemahaman Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil, dan Menengah

kota Malang. Jurnal Universitas Islam Malang:Indonesia.

Rizky Pebriana, Amir Hidayatulloh (2020). Pengaruh Penerapan E-SPT,

Pemahaman Peraturan Perpajakan, Sanksi Perpajakan, dan Kualitas

Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta :

Indonesia
67

Rosita Niken Prihastini, Fidiana (2019), Pengaruh Kualitas Pelayanan,

Pemeriksaan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak. Jurnal (STIESIA) Surabaya:Indonesia

Supadmi (2009), Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas

Pelayanan. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Denpasar

Syamsul Bahri Arifin, Aulia Arief Nasution (2017), Pengaruh Pelayanan dan

Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP

Pratama Medan Belawan. Jurnal Fakultas Ekonomi STIE Harapan

Medan:Indonesia

Viega Ayu Permata Sari (2017), Pengaruh Tax Amnesty, Pengetahuan

Perpajakan, dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya:Indonesia.

Wahyuni, Asbi Amin,(2021), Karakteristik Personal, Moralitas Pajak, dan

Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal STIEM

Bongaya Makasar:Indonesia.
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, SANKSI PERPAJAKAN DAN


KESADARAN WAJIB PAJAK PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK

I Putu Eka Adiputra1


Dewa Gede Wirama2
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
e-mail: ekajamboel@gmail.com /telp: +62 81999943205
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan, sanksi
perpajakan, dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan wajib pajak air tanah di
Dinas Pendapatan Kabupaten Badung. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 92 wajib pajak air tanah aktif yang terdaftar di Dinas Pendapatan
Kabupaten Badung periode 2011 sampai 2015 dengan penentuan sampel
menggunakan rumus Slovin. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran
kuesioner dan alat analisis data yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif pada
kepatuhan wajib pajak air tanah, sanksi perpajakan berpengaruh positif pada
kepatuhan wajib pajak air tanah, dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada
kepatuhan wajib pajak air tanah.
Kata Kunci: kepatuhan wajib pajak, kualitas pelayanan, sanksi perpajakan,
kesadaran wajib pajak

ABSTRACT
The aim of this study is to determine the influences of the service quality, tax
penalties, and the consciousness of taxpayers toward the compliance of
groundwater taxpayers in the Regional Revenue Bureau of Badung Regency. The
sample used in this study were 92 active groundwater taxpayers who have been
registered in the bureau during 2011 – 2015, the number of which was determined
by the Slovin Formula. The data collection was conducted through questionnaires
and the data analysis was undertaken based on regression analysis. The result of
this study shows that the service quality influences positively the compliance of
groundwater taxpayers, that the tax penalties also affects the compliance of
groundwater taxpayers positively, and that the consciousness of taxpayers affects
the compliance of groundwater taxpayers as well.
Keywords: compliance of taxpayers, service quality, tax penalties, consciousness of
taxpayers

PENDAHULUAN
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, daerah provinsi terdiri atas daerah-

daerah kabupaten atau kota dalam penyelenggaran pemerintahannya. Masing-

588
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

masing daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahannya dan setiap daerah juga memerlukan pembangunan

infrastruktur untuk mendukung pelayanan publik. Penyelenggaraan pembangunan

membutuhkan pembiayaan untuk menyokong pembangunan itu sendiri, baik yang

bersumber dari penerimaan dalam negeri maupun pinjaman dari luar negeri. Salah

satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam negeri tersebut adalah dari sektor

pajak (Andreoni, 1998).

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontrapretasi) yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum (Mardiasmo, 2011:1). Judisseno (1997:7) menyatakan bahwa timbulnya

pungutan pajak merupakan suatu hal yang logis dalam hidup bermasyarakat dan

bernegara. Semakin besar jumlah pajak yang diterima, maka akan semakin

menguntungkan bagi negara (Alim, 2005). Tabel 1 memperlihatkan laporan

penerimaan pendapatan negara berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) tahun 2015.

Tabel 1.
Laporan Penerimaan Pendapatan Negara Berdasarkan APBN Tahun 2015

Nilai Pendapatan
Keterangan
(dalam triliun rupiah)
Penerimaan dari sektor pajak 1.235,8
Penerimaan dari sektor bukan pajak 252,4
Pendapatan Negara 1.488,2
Sumber: www.pajak.go.id

Tabel 1 menunjukkan penerimaan negara tahun 2015 sebesar Rp 1.488,2

triliun yang berasal dari penerimaan sektor pajak sebesar Rp 1.235,8 triliun dan

589
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

penerimaan sektor bukan pajak sebesar Rp 252,4 triliun. Besarnya penerimaan

dari sektor pajak menunjukkan bahwa pajak masih tetap menjadi sumber

penerimaan terbesar bagi negara. Hasil penerimaan dari sektor pajak nantinya

digunakan dalam melaksanakan tanggung jawab negara untuk mengatasi masalah

sosial, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran serta menjadi kontrak sosial

antara warga negara dengan pemerintah (Rusyadi, 2009).

Pajak merupakan kekayaan yang potensial yang dimiliki oleh setiap daerah

dan hampir seluruh daerah di Indonesia menggali potensi pendapatan daerahnya

dengan pajak daerah. Pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh

pemerintah daerah yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran

pembangunan. Daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat untuk

menyelenggarakan pemerintahan berdasarkan Undang-undang Dasar Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu

perwujudan kenegaraan. Undang-undang yang mengatur tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah adalah Undang-undang No. 28 Tahun 2009. Peraturan ini

menyatakan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat.

Pajak daerah yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah adalah salah satu

indikator kesiapan pemerintah daerah dalam berotonomi. Tingginya perolehan

atas pajak daerah diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah mengaskan

590
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

bahwa pajak daerah dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu Pajak Daerah

Tingkat I (Provinsi) dan Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota). Salah satu

jenis Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota) adalah pajak air tanah.

Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 1 Tahun 2011, menyatakan

bahwa pajak air tanah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat. Dalam mencapai hal tersebut perlu pengaturan berdasarkan

prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan

akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Pajak air tanah adalah salah

satu sumber dana yang memiliki peran penting dalam membiayai

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penerimaan pajak air tanah akan

memberikan tambahan penerimaan pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Badung.

Tabel 2 menunjukkan kontribusi pajak air tanah terhadap PAD Kabupaten

Badung dengan presentase yang berbeda di setiap tahunnya, tentunya tidak

terlepas dari jumlah wajib pajak air tanah yang memberikan kontribusi di dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya. Kontribusi yang diberikan dari pajak air

tanah terhadap PAD Kabupaten Badung memang masih rendah dibandingkan

dengan pajak lainnya seperti Pajak Hotel dan Restoran (PHR), Pajak Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Retribusi. Meskipun kontribusi

pajak air tanah masih rendah terhadap PAD Kabupaten Badung, akan tetapi

penerimaan pajak air tanah setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

591
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

Tabel 2.
Penerimaan Pajak Air Tanah serta Kontribusi terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Badung Tahun 2011-2015 (dalam rupiah)

Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kontribusi
Tahun Pajak Air Tanah
(Rupiah) (%)
(Rupiah)
2011 7,760,335,795.00 1,406,298,099,449.01 0,5%
2012 31,287,449,335.00 1,872,346,181,795.69 1,7%
2013 41,407,510,659.00 2,279,053,294,585.67 1,8%
2014 47,633,381,104.00 2,722,625,562,620.69 1,7%
2015 56,426,593,384.84 2,994,492,691,764.57 1,9%
Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Badung, 2016

Meningkatnya penerimaan pajak air tanah dikarenakan perkembangan

wajib pajak air tanah di Kabupaten Badung selalu meningkat. Perkembangan

jumlah wajib pajak air tanah yang aktif dan tidak aktif dari tahun 2011-2015 dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.
Perkembangan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten
Badung Tahun 2011-2015

Jumlah
Wajib Pajak Aktif Wajib Pajak Aktif Wajib Pajak Tidak
Tahun Wajib
Lama Baru Aktif
Pajak
2011 - 382 - 382
2012 382 62 - 444
2013 444 85 - 529
2014 529 311 2 838
2015 838 381 3 1216
Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Badung, 2016

Tabel 3 memperlihatkan perkembangan wajib pajak air tanah aktif dan

tidak aktif yang terdaftar di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung pada tahun

2011-2015. Jumlah wajib pajak air tanah terbesar terdapat pada tahun 2015.

Walaupun peningkatan penerimaan pajak air tanah dan jumlah wajib pajak air

tanah dari tahun 2011-2015 selalu mengalami peningkatan yang terdapat pada

Tabel 2 dan Tabel 3, namun Dinas Pendapatan Kabupaten Badung masih tetap

592
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

memiliki piutang pajak air tanah kepada wajib pajaknya. Hal ini disebabkan

karena tidak semua wajib pajak mau memenuhi kewajiban perpajakannya. Faktor

lain yang juga menjadi pemicu adanya piutang tersebut adalah karena tidak

adanya kesadaran pada beberapa wajib pajak dalam membayar pajak dan

kurangnya sanksi tegas kepada wajib pajak yang kurang/tidak membayar

pajaknya. Piutang pajak yang dimiliki Dinas Pendapatan Kabupaten Badung

adalah bukti dari kurang atau tidak patuhnya wajib pajak air Tanah dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Tabel 4 menyajikan data tunggakan

Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung.

Tabel 4.
Daftar Tunggakan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten
Badung Tahun 2011-2015 (dalam rupiah)

Jumlah Tunggakan
Tahun
Wajib Pajak Air Tanah
2011 4,194,436,038.00
2012 14,901,085,552.00
2013 14,487,956,840.00
2014 11,036,066,769.00
2015 12,073,033,416.60
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung, 2016

Tabel 4 memperlihatkan jumlah tunggakan wajib pajak air tanah di

Kabupaten Badung mengalami fluktuasi. Mulai dari tahun 2011 sebesar Rp

4,194,436,038.00, tahun 2012 naik secara drastis sebesar Rp 14,901,085,552.00,

untuk tahun 2013 serta tahun 2014 mengalami penurunan masing-masing sebesar

Rp 14,487,956,840.00 sampai dengan Rp 11,036,066,769.00, namun di tahun

2015 kembali mengalami kenaikan sebesar Rp 12,073,033,416.60. Tingginya

593
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

jumlah tunggakan wajib pajak air tanah ini mengindikasikan bahwa masih tinggi

pula tingkat ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

Menurut Torgler (2005) salah satu masalah yang paling serius bagi para

pembuat kebijakan ekonomi adalah mendorong tingkat kepatuhan wajib pajak.

Hal tersebut didukung oleh Simanjuntak (2009) yang di dalam penelitiannya

menjelaskan bahwa, kepatuhan pajak (tax compliance) sebagai indikator peran

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih rendah. Kepatuhan

pajak yang tidak meningkat akan mengancam upaya pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Chau, 2009).

Dinas Pendapatan Kabupaten Badung merupakan instansi yang menangani

pembayaran pajak air tanah di Kabupaten Badung. Peningkatan penerimaan pajak

air tanah sangat ditentukan oleh kesadaran dan kepatuhan wajib pajak air tanah itu

sendiri, sehingga peningkatan tersebut dapat membantu pemerintah dalam

meningkatkan penyelenggaraan pembangunan daerah di Kabupaten Badung.

Menurut Supadmi (2009), untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas pelayanan pajak harus ditingkatkan

oleh aparat pajak. Kemauan wajib pajak untuk membayar pajak dalam penelitian

Palda dan Hanousek (2002), menyatakan bahwa sebagian besar hal tersebut

dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Kualitas

pelayanan merupakan perbandingan antara harapan yang diinginkan oleh

pelanggan dengan penilaian mereka terhadap kinerja aktual dari suatu

penyediaan layanan (Cronin, 1992).

594
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

Pelayanan adalah sesuatu hal yang penting yang nantinya akan dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Baldry, 1987). Kualitas pelayanan inilah

yang harus selalu dibenahi dan ditingkatkan oleh pemerintah. Adanya perasaan

puas atau senang atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah diharapkan akan

dapat memberikan motivasi dan kepatuhan bagi wajib pajak yang nantinya dapat

meningkatkan penerimaan negara.

Peningkatan kualitas pelayanan pajak yang diberikan oleh pemerintah

kepada wajib pajak, sanksi perpajakan juga diperlukan untuk memberikan

memberikan efek jera bagi wajib pajak yang kurang taat terhadap kewajibannya

sebagai seorang wajib pajak (Frey, 2002). Sanksi perpajakan merupakan jaminan

bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang akan

dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat

pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan

(Mardiasmo, 2011:47). Sanksi perpajakan yang dikenakan kepada pelanggar dapat

berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Wajib pajak akan memenuhi

kewajiban perpajakan bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih

banyak merugikannya (Djatmikowati, 2009). Ali et al. (2001) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa audit dan sanksi merupakan kebijakan yang efektif untuk

mencegah ketidakpatuhan. Menurut Webley et al. (1991), untuk mencegah

ketidakpatuhan serta untuk mendorong wajib pajak untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya maka haruslah diberlakukan sanksi yang tegas dalam rangka untuk

memajukan keadilan dan efektivitas perpajakan.

595
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

Pemungutan pajak merupakan pekerjaan yang tidak mudah disamping

peran aktif dari petugas perpajakan, juga dituntut kesadaran dari wajib pajak itu

sendiri. Kemauan wajib pajak dalam membayar pajak adalah menjadi hal yang

sangat penting, karena hal tersebut akan dapat membantu upaya pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya (Verhorn, 1999). Meningkatnya

kesadaran akan menumbuhkan motivasi wajib pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya (Alifa, 2011). Namun menurut Komalasari dan Nashih

(2005) menyatakan bahwa masih banyak masyarakat yang belum sadar atas

kewajibannya sebagai wajib pajak dan masih banyak upaya-upaya yang harus

dilakukan agar pajak yang mereka tanggung tidak terlalu besar.

James dan Nobes (1997) menyatakan bahwa tidak satupun sistem

perpajakan dapat berfungsi dengan efektif tanpa peran serta sebagian besar wajib

pajak, karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak sangatlah

penting. Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak, yaitu kualitas pelayanan, sanksi perpajakan, dan kesadaran

wajib pajak. James dan Alley (2004), menyatakan kepatuhan wajib pjak yaitu

wajib pajak bersedia melakukan kewajibannya tanpa paksaan dalam membayar

pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Wajib pajak patuh akan

kewajibannya karena menganggap kepatuhan terhadap pajak adalah suatu norma

(Laderman, 2003). Pembayaran pajak diharapkan tidak dianggap sebagai beban

melainkan menjadi kewajiban setiap warga negara untuk bersama membangun

daerah dan negara di dalam mengatasi masalah sosial dan meningkatkan

kesejahteraan serta kemakmuran. Melaksanakan kewajiban perpajakan yang

596
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

diimbangi dengan kesadaran dan kejujuran serta mengikuti norma atau peraturan

yang berlaku akan membuat wajib pajak terhindar dari sanksi perpajakan. Tax

compliance adalah kunci dari keseluruhan sistem perpajakan dan dengan tingkat

kepatuhan pajak yang tinggi niscaya akan mendongkrak tingkat penerimaan pajak

yang tinggi pula.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepatuhan

(compliance theory). Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih

mematuhi peraturan yang berlaku, sama halnya dengan wajib pajak yang berusaha

untuk memenuhi kewajibannya yaitu membayar pajak secara tepat waktu.

Pembayaran pajak yang dilakukan dengan tepat waktu akan dapat menguntungkan

bagi wajib pajak sendiri karena tidak akan dikenakan sanksi akibat keterlambatan

membayar pajak dan juga akan dapat membantu negara didalam memenuhi

kewajibannya yaitu meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk mendukung

pelayanan publik. Menurut Tyler (dalam Saleh dan Susilowati, 2004) terdapat dua

perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan normatif.

Kepatuhan wajib pajak dapat ditingkatkan melalui kualitas pelayanan.

Menurut Supadmi (2009), dalam penelitiannya menyatakan bahwa pelayanan

yang berkualitas merupakan pelayanan yang memberikan kepuasan kepada

pelanggan dan dalam batas memenuhi standar pelayanan yang bisa

dipertanggungjawabkan serta dilakukan secara terus-menerus. Penelitian

mengenai kualitas pelayanan juga dilakukan oleh Sanjaya (2013) dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan

597
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

signifikan pada kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak hotel di Dinas

Pendapatan Kota Denpasar.

H1 : Kualitas Pelayanan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak air


tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung.

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/dipatuhi

(Mardiasmo, 2011:59). Muliari dan Ery (2011), meneliti pengaruh persepsi

tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan pelaporan

wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur

menggunakan teknik analisis linier berganda dengan hasil analisis persepsi wajib

pajak tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang

pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. Fuadi dan Yeni

(2013) meneliti pengaruh kualitas pelayanan petugas pajak, sanksi perpajakan dan

biaya kepatuhan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM menggunakan

teknik analisis linier berganda dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM.

H2 : Sanksi Perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak air


tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung.

Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka akan meningkatkan

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan tugasnya. Pratiwi (2013) meneliti

pengaruh kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, kondisi keuangan

perusahaan, dan persepsi tentang sanksi perpajakan pada kepatuhan wajib pajak

598
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

reklame di dinas pendapatan kota denpasar dengan menggunakan teknik analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kesadaran wajib

pajak, kualitas pelayanan, kondisi keuangan perusahaan, dan persepsi tentang

sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak reklame.

H3 : Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak air
tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian dengan

metode kuantitatif yang berbentuk asosiatif, yaitu digunakan untuk melihat

hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2013:55). Lokasi penelitian

adalah tempat melakukan kegiatan penelitian untuk memperoleh data yang berasal

dari responden. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung khususnya pada

perusahaan-perusahaan yang menggunakan air tanah dan terdaftar sebagai wajib

pajak air tanah aktif.

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepatuhan

wajib pajak air tanah (Y). Kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai

suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban dan hak

perpajakannya sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Pandangan tentang

kepatuhan wajib pajak tersebut diukur dengan indikator yaitu, 1) pemasangan

water meter dilakukan untuk mempermudah menghitung jumlah pemakaian air, 2)

pembayaran pajak dilakukan tepat waktu sesuai dengan Surat Ketetapan Pajak

Daerah (SKPD) yang diperoleh, 3) pembayaran pajak dilakukan tepat jumlah

599
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

sesuai dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang diperoleh, 4) wajib

pajak segera melakukan pembayaran tunggakan pajak jika mendapat surat

teguran.

Variabel independen pertama dalam penelitian ini Kualitas Pelayanan

(X1). Kualitas pelayanan adalah pemenuhan segala harapan dan keinginan

masyarakat selaku wajib pajak sesuai dengan standar yang telah ditentukan

sehingga terciptanya kepuasan masyarakat (Parasuraman et al., 1985). Menurut

Santika (2014) menyatakan ada lima dimensi yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi kualitas jasa pelayanan, yaitu 1) bukti langsung, yaitu meliputi

fasilitas fisik, pegawai, perlengkapan, dan komunikasi wajib pajak Air Tanah di

Kabupaten Badung, 2) keandalan (reliability) yaitu kemampuan karyawan Dinas

Pendapatan Kabupaten Badung dalam memberikan pelayanan yang menjanjikan

dengan segera dan memuaskan, 3) daya tanggap (responsiveness) merupakan

karakteristik kecocokan dalam pelayanan manusia yaitu keinginan para petugas

pajak untuk membantu wajib pajak dan memberikan pelayanan dengan tanggap,

4) empati adalah kondisi mental yang membuat seseorang merasa dirinya sama

dengan perasaan orang lain yang mencangkup kemudahan dalam melakukan

hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi wajib pajak, dan memahami

kebutuhan wajib pajak.

Variabel independen kedua dalam penelitian ini adalah sanksi perpajakan

(X2). Sanksi perpajakan adalah tindakan dan hukuman untuk memaksa wajib

pajak menaati ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Sanksi

perpajakan yang dapat dikenakan kepada pelanggarnya berupa sanksi adminitrasi

600
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

maupun sanksi pidana. Untuk mengukur variabel sanksi perpajakan digunakan 5

indikator (Santika, 2014) yaitu, 1) sanksi administrasi yang dikenakan bagi

pelanggar aturan pajak sangat ringan, 2) sanksi pidana yang dikenakan bagi

pelanggar aturan pajak cukup berat, 3) pengenaan sanksi yang cukup berat

merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak, 4) sanksi pajak harus

dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi, 5) pengenaan sanksi atas

pelanggaran pajak tidak dapat dinegosiasikan.

Variabel independen ketiga dalam penelitian ini adalah kesadaran wajib

pajak (X3). Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana Wajib Pajak

mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar

dan sukarela. Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dalam diri

wajib pajak di dalam membayar pajak secara sukarela tanpa adanya paksaan dari

pihak manapun. Menurut Santika (2014), pandangan tentang kesadaran wajib

pajak tersebut diukur dengan indikator yaitu, 1) pajak adalah iuran rakyat untuk

dana pembangunan, 2) pajak merupakan salah satu sumber dana pembiayaan

pelaksanaan fungsi dan tugas pemerintah, 3) anda sudah merasa yakin bahwa

pajak yang sudah anda bayar benar-benar digunakan untuk pembangunan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

jawaban wajib pajak air tanah yang ada di Kabupaten Badung, yaitu jawaban

terhadap serangkaian pertanyaan/pernyataan yang ada didalam kuesioner yang

diajukan dari peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

601
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

pajak. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data penerimaan pendapatan

negara, penerimaan pajak air tanah, pendapatan asli daerah (PAD), jumlah wajib

pajak air tanah dan tunggakan wajib pajak air tanah di Dinas Pendapatan

Kabupaten Badung.

Populasi dalam penelitian ini yaitu sejumlah 1.216 wajib pajak air tanah.

Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa wajib pajak air tanah aktif yang

terdaftar di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung selama periode 2011 sampai

dengan 2015. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 92 sampel yang diperoleh berdasarkan perhitungan penentuan sampel

dengan menggunakan rumus Slovin (Husein, 2004:78), yaitu :

N
n = ............................................................................................ (1)
(1  Ne 2 )

n = Jumlah anggota sampel


N = Jumlah anggota populasi
e = Nilai kritis (batas ketelitian 0,1)

Perhitungan sampel:

1.216
n =
(1  1.216(0,1) 2 )

n = 92,401

n = 92 (dibulatkan)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan wawancara, kuesioner dan observasi partisipan. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi

linear berganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

602
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

variabel terikat. Penelitian ini juga disertai dengan uji validitas, uji reliabilitas, uji

asumsi klasik, uji koefisien determinasi, uji signifikan F dan uji parsial (uji t).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing

butir pertanyaan dengan skor total.

Tabel 5.
Uji Validitas

Item Korelasi Item


Variabel Keterangan
Pernyataan Total
Kualitas Pelayanan (X1) X1.1 0,890 Valid
X1.2 0,900 Valid
X1.3 0,787 Valid
X1.4 0,888 Valid
X1.5 0,887 Valid
X1.6 0,881 Valid
X1.7 0,945 Valid
X1.8 0,888 Valid
X1.9 0,948 Valid
X1.10 0,889 Valid
X1.11 0,986 Valid
X1.12 0,872 Valid
X1.13 0,925 Valid
X1.14 0,956 Valid
Sanksi Perpajakan (X2) X2.1 0,897 Valid
X2.2 0,965 Valid
X2.3 0,971 Valid
X2.4 0,882 Valid
X2.5 0,834 Valid
Kesadaran Wajib Pajak X3.1 0,942 Valid
(X3) X3.2 0,958 Valid
X3.3 0,930 Valid
Kepatuhan Wajib Pajak Y1.1 0,976 Valid
(Y) Y1.2 0,903 Valid
Y1.3 0,795 Valid
Y1.4 0,941 Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2016

Tabel 5 menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah valid, hal ini dapat dilihat dari nilai masing-masing

603
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

item pertanyaan yang memiliki nilai Pearson Correlation positif dan besarnya

diatas 0,30 atau lebih besar dari 0,30 (PC > 0,30).

Pengujian reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran dapat

memberikan hasil yang konsisten bila dilakukan pengukuran kembali dengan

gejala yang sama (Sugiyono, 2013:183). Instrumen yang digunakan disebut

reliabel jika koefisien Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60. Hasil pengujian

reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.
Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan


Kualitas Pelayanan 0,983 Reliabel
Sanksi Perpajakan 0,948 Reliabel
Kesadaran Wajib Pajak 0,937 Reliabel
Kepatuhan Wajib Pajak 0,927 Reliabel
Sumber: Data Primer Diolah, 2016

Tabel 6 menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah reliabel, karena masing-masing variabel memiliki nilai

Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60 yang artinya seluruh instrumen kuesioner

dalam penelitian ini layak digunakan menjadi alat ukur.

Sebelum dilakukan analisis regresi linier berganda, maka dilakukan uji

asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang terbebas

dalam masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, serta masalah normalitas

data. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai Sig.

(2-Tailed) adalah 0,200 dengan nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,077. Hal

604
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

tersebut menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-Tailed) lebih besar dari level of

significant 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas pelayanan,

sanksi perpajakan, dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan wajib pajak air

tanah berdistribusi normal.

Tabel 7.
Uji Normalitas

Keterangan Unstandardized Residual


N 92
Kolmogorov-Smirnov Z 0,077
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200
Sumber: Data Diolah, 2016

Uji asumsi yang kedua yang harus dipenuhi adalah uji multikolinearitas.

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Hasil uji

multikolinearitas pada Tabel 8 menunjukkan bahwa besarnya nilai Tolerance >0,1

dan nilai VIF pada masing-masing variabel lebih kecil dari 10. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami

gejala multikolinearitas.

Tabel 8.
Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan


Kualitas Pelayanan (X1) 0,373 2,677 Bebas multikolinearitas
Sanksi Perpajakan (X2) 0,466 2,147 Bebas multikolinearitas
Kesadaran Wajib Pajak (X3) 0,397 2,521 Bebas multikolinearitas
Sumber: Data Diolah, 2016

Uji heterokedastisitas adalah uji asumsi klasik ketiga yang harus dipenuhi.

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model regresi

terjadi ketidaksamaan varian.

605
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

Tabel 9.
Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig. Keterangan


Kualitas Pelayanan (X1) 0,138 Bebas Heteroskedastisitas
Sanksi Perpajakan (X2) 0,811 Bebas Heteroskedastisitas
Kesadaran Wajib Pajak (X3) 0,086 Bebas Heteroskedastisitas
Sumber: Data Diolah, 2016

Hasil uji heterokedastisitas pada Tabel 9 memperlihatkan tingkat

signifikansi tiap variabel bebas di atas 0,05 sehingga dapat disimpulkan model

regresi terbebas dari heteroskedastisitas. Oleh karena model telah memiliki data

yang terdistribusi normal, bebas dari gejala multikolinearitas dan

heterokedastisitas maka analisis berikutnya dapat dilanjutkan.

Analisis regresi linier berganda merupakan digunakan untuk mengetahui

pengaruh kualitas pelayanan (X1), sanksi perpajakan (X2), kesadaran wajib pajak

(X3) pada kepatuhan wajib pajak air tanah (Y) di Dinas Pendapatan Kabupaten

Badung. Sebagai dasar perhitungannya dapat dilihat dari Tabel 10.

Tabel 10.
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Koefisien Standar
Variabel Terikat Variabel Bebas t Sig. t
Regresi Error
Kepatuhan Wajib Kualitas Pelayanan (X1) 0,115 0,022 5,246 0,000
Pajak Air Tanah Sanksi Perpajakan (X2) 0,164 0,054 3,022 0,003
(Y) Kesadaran Wajib Pajak (X3) 0,427 0,096 4,439 0,000
Constant = 0,701
Adjusted R Square = 0,781
F-Hitung = 109,354
Sig = 0,000
Sumber: Data diolah, 2016

Berdasrakan Tabel 10, model regresi yang digunakan sebagai berikut.

Y = 0,701 + 0,115X1 + 0,164X2 + 0,427X3 + ε

606
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

Nilai 0,701 menunjukan bahwa apabila variabel kualitas pelayanan, sanksi

perpajakan, dan kesadaran wajib pajak sama dengan nol maka kepatuhan wajib

pajak air tanah meningkat sebesar 0,701 satuan. Nilai koefisien regresi kualitas

pelayanan (X1) = 0,115, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara

variabel kualitas pelayanan (X1) terhadap variabel kepatuhan wajib pajak air tanah

(Y) sebesar 0,115. Artinya adalah apabila kualitas pelayanan (X1) naik sebesar

satu satuan sementara sanksi perpajakan (X2) dan kesadaran wajib pajak (X3)

diasumsikan tetap, maka kepatuhan wajib pajak air tanah di Dinas Pendapatan

Kabupaten Badung akan meningkat sebesar 0,115 satuan.

Nilai koefisien regresi sanksi perpajakan (X2) = 0,164, menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel sanksi perpajakan (X2) terhadap

variabel kepatuhan wajib pajak air tanah (Y) sebesar 0,164. Artinya adalah apabila

sanksi perpajakan (X2) naik sebesar satu satuan sementara kualitas pelayanan (X1)

dan kesadaran wajib pajak (X3) diasumsikan tetap, maka kepatuhan wajib pajak

air tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung akan meningkat sebesar 0,164

satuan.

Nilai koefisien regresi kesadaran wajib pajak (X3) = 0,427, menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel kesadaran wajib pajak (X3)

terhadap variabel kepatuhan wajib pajak air tanah (Y) sebesar 0,427. Artinya

adalah apabila kesadaran wajib pajak (X3) naik sebesar satu satuan sementara

kualitas pelayanan (X1) dan sanksi perpajakan (X2) diasumsikan tetap, maka

607
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

kepatuhan wajib pajak air tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung akan

meningkat sebesar 0,427 satuan.

Pengujian selanjutnya adalah uji koefisien determinasi. Nilai koefisien

determinasi menunjukkan seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan Tabel 10 besarnya nilai

adjusted R square sebesar 0,781. Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel

kualitas pelayanan, sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan

wajib pajak air tanah sebesar 78,1 persen dan sisanya 21,9 persen dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian.

Uji statistik F digunakan untuk menguji kelayakan atau validitas dari suatu

model regresi berganda dan untuk mengetahui apakah model penelitian dapat

digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis pada

Tabel 10 nilai F hitung sebesar 109,354 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa kualitas pelayanan, sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak yang

merupakan variabel independen dalam penelitian ini layak digunakan untuk

memprediksi kepatuhan wajib pajak air tanah yang merupakan variabel dependen.

Tabel 10 hasil analisis menunjukkan β1 = 0,115 dengan tingkat

signifikansi thitung sebesar 0,000 yang menunjukkan angka lebih kecil daripada

tingkat signifikansi dalam penelitian ini yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan hipotesis

pertama (H1) dapat diterima yaitu kualitas pelayanan berpengaruh positif pada

kepatuhan wajib pajak air tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Santika (2014) dan

608
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

Sanjaya (2013) yang menunjukkan kualitas pelayanan berpengaruh positif pada

kepatuhan wajib pajak.

Kualitas pelayanan adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

oleh fiskus sebagai upaya pemenuhan kebutuhan wajib pajak, hal ini bertujuan

untuk menjaga kepuasan wajib pajak. Memberikan kualitas pelayanan yang baik

kepada wajib pajak dapat dilakukan dengan cara membantu wajib pajak yang

mengalami kesulitan ataupun permasalahan terkait perhitungan, penyetoran dan

pelaporan, sehingga wajib pajak mengerti dan paham akan kewajiban yang harus

dipenuhinya. Wajib pajak yang mendapatkan pelayanan dengan kualitas yang baik

akan senantiasa merasa senang dan merasa puas atas pelayanan yang diberikan

oleh fiskus atau petugas pajak, karena wajib pajak dapat memperoleh kemudahan

dalam menyelesaikan dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai wajib

pajak. Semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan semakin patuh wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Artinya apabila kualitas pelayanan

baik, maka kepatuhan wajib pajak air tanah akan meningkat dan tentunya dengan

memberikan pelayanan yang baik dapat meningkatkan penerimaan pajak

khususnya pajak pajak air tanah.

Tabel 10 menunjukkan nilai β2 = 0,164 dengan tingkat signifikansi thitung

sebesar 0,003 yang menunjukkan angka lebih kecil daripada tingkat signifikansi

dalam penelitian ini yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan hipotesis kedua (H2) dapat

diterima yaitu sanksi perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak

air tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung. Hasil penelitian ini konsisten

609
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

dengan penelitian yang dilakukan Pranata (2014) dan Pranadata (2014) yang

menyatakan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh secara positif terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata

lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak

melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011:47). Sanksi perpajakan yang

diterapkan secara tegas kepada wajib pajak akan meningkatkan kepatuhan wajib

pajak. Bentuk dari sanksi perpajakan dapat dilakukan dengan cara memberikan

sanksi administrasi maupun sanksi pidana dan sanksi ini harus dilaksanakan

secara konsisten kepada semua wajib pajak yang tidak memenuhi atau melanggar

kewajiban perpajakannya.

Tabel 10 hasil analisis menunjukkan β3 = 0,427 dengan tingkat

signifikansi thitung sebesar 0,000 yang menunjukkan angka lebih kecil daripada

tingkat signifikansi dalam penelitian ini yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan hipotesis

ketiga (H3) dapat diterima yaitu kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada

kepatuhan wajib pajak air tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian Pratiwi (2013) dimana hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif

pada kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi kesadaran wajib pajak maka semakin patuh wajib pajak tersebut pada

kewajiban perpajakan yang harus dibayarnya.

610
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

Kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya akan

meningkat apabila munculnya persepsi positif terhadap pajak di setiap wajib

pajak. Kesadaran wajib pajak adalah kesadaran yang dimiliki oleh wajib pajak

atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara, yang dimana kesadaran ini

sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Kesadaran wajib

pajak dapat dicapai dengan cara memberikan penyuluhan pajak secara intensif dan

berkelanjutan agar wajib pajak memahami tentang kewajibannya sebagai wajib

pajak, sehingga wajib pajak memahami jika pajak yang mereka bayarkan

digunakan untuk kepentingan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan

nasional.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis maka dapat diperoleh simpulan bahwa kualitas

pelayanan, sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada

kepatuhan wajib pajak air tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung. Artinya

semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan dan disertai dengan semakin

tegas dan semakin besar sanksi perpajakan yang dikenakan, maka kepatuhan

wajib pajak air tanah akan semakin patuh di dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Selain itu dengan semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak,

maka kepatuhan wajib pajak air tanah akan semakin patuh di dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya.

611
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah Dinas

Pendapatan Kabupaten Badung harus dapat meningkatkan kualitas pelayanan

yang diberikan kepada wajib pajak khususnya wajib pajak air tanah baik seperti

meningkatkan kualitas pegawai pajak dalam penanganan dan penjelasan tentang

pajak air tanah ataupun infrastruktur fisik pendukung kenyamanan wajib pajak.

Selain itu, petugas pajak Dinas Pendapatan Kabupaten Badung adalah

meningkatkan kesadaran wajib pajak air tanah yaitu dengan cara membantu

menumbuhkan rasa kesadaran wajib pajak melalui pemberian sosialisasi kepada

masyarakat khususnya kepada wajib pajak air tanah. Sosialisasi tersebut dapat

dilakukan melalui penyelenggaraan seminar secara gratis yang diselenggarakan

oleh petugas pajak Dinas Pendapatan Kabupaten Badung atau melakukan

sosialisasi melalui media elektronik dan media cetak seperti: melakukan talkshow

di radio atau televisi, rubrik tanya jawab di koran, tabloid atau majalah, banner,

papan iklan/billboard, spanduk, dan lain sebagainya.

DAFTAR REFERENSI

Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and


Human Decision Process, 50: 179-211.

Ali, M.M., H.W. Cecil, and J.A. Knoblett. 2001. The Effects of Tax Rates and
Enforcement Policies on Taxpayer Compliance: a study of Self-Employed
Taxpayers. Antlantic Economic Journal, 29 (2): 186-202.

Alifa, N.R. 2011. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Penyuluhan Perpajakan,


Kualitas Pelayanan, dan Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan pada
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Denpasar Barat. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana, Denpasar.

612
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

Alim, S. 2005. Perencanaan Pajak Penghasilan Yayasan yang Bergerak di Bidang


Pendidikan. Jurnal Akuntansi dan Tegnologi Informasi, IV (2).

Andreoni, J., B. Erard, and J. Feinstein. 1998. Tax Compliance. Journal of


Economic Literature, 36:818-60.
Baldry, J.C. 1987. Income Tax Evasion and the Tax Schedule: Some
Experimental Results. Public Finance, 42:357-83.

Chau dan Liung. 2009. A Critical Reviw of Fischer Tax Complience Model (A
Research Syntesis). Journal of Accounting and Taxation, 1 (2): 34-40.

Cronin, J., J. Joseph, and S.A. Taylor. 1992. Measuring Service Quality: a
Reexamination and Extention, Journal of Marketing, 56: 55-58.

Dinas Pendapatan Daerah/ Pasedahan Agung Kabupaten Badung. 2015. Profil


Dinas Pendapatan Daerah/ Pasedahan Agung Kabupaten Badung Tahun
2015. Badung.

Djatmikowati, S.H. 2009. Dimensi Rasionalitas Kualitas Pelayanan Publik Guna


Peningkatan Kepuasan Masyarakat di Era Otonomi Daerah. Telaah Bisnis,
10 (1): 43-60.

Elfers, H., R.H. Weigel, and D.J. Hessing. 1987. The Consequences of Different
Strategies for Measuring Tax Evasion Behavior. Journal of Economic
Psychology, 8:311-37.
Frey, B.S. and A. Stutzer. 2002. What Can Economists Learn from Happiness
Research?, Journal of Economic Literature 40: 401-435.

Fuadi, A.O. dan Y. Mangoting. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas


Pajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak UMKM. Tax & Accounting Review, 1 (1): 18-27.

Husein, U. 2004. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

James, S. and C. Nobes, 1997. The Economics of Taxation: Principle, Policy and
Practice, Europe: Prentice Hall.

James, S. and C. Alley. 2004. Tax Compliance, Self-Assessment and Tax


Administration. Journal Of Finance and Management In Public Services, 2:
27-42.

Judisseno, R K. 1997. Pajak dan strategis Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Umum.

613
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.18.1. Januari (2017): 588-615

Komalasari, P.T. dan M. Nashih. 2005. Degree of Tax Payer Compliance and Tax
Tariff. The Testing on The Impact of income Types. Simposium Nasional
Akuntansi, VIII: 554-564.

Laderman, L. 2003. The Interplay Between Norms and Enforcement in Tax


Compliance. Ohio State Law Journal, 64 (6): 1453-1514.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

Muliari, N.K. dan P.E. Setiawan. 2011. Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak Orang Pribadi di KPP Denpasar Timur. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Bisnis, 6 (1): 1-23.

Palda, F. dan J. Hanousek. 2002. Quality of Government Services and the Civic
Duty to Pay Taxes in the Czech and Slovak Republics, and other Transition
Countries. Journal of Accounting. 2(1), 1-39.

Parasuraman, A., V.A. Zeithaml, and L.L. Berry. 1985. A Conceptual Model of
Service Quality and Its Implication for Future Research. Journal of
Marketing, 49: 41-50.

Pranadata, G.P. (2014). Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan


Perpajakan, dan Pelaksanaan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi pada KPP Pratama Batu. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 2
(2): Semester Genap 2013/2014. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.

Pranata, P.A. 2014. Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan


Kewajiban Moral Pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak
Restoran di Dinas Pendapatan Kota Denpasar. Skripsi Sarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Denpasar.

Pratiwi, M.A. 2013.Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan,


Kondisi Keuangan Perusahaan, dan Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan
pada Kepatuhan Wajib Pajak Reklame di Dinas Pendapatan Kota Denpasar.
Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana, Denpasar.

Rusyadi, K. 2009. Dampak Persepsi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap


Manajemen Perpajakan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 9 (1): 61-70, Malang:
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

614
I Putu Eka Adiputra dan Dewa Gede Wirama. Pengaruh...

Saleh, R. dan Susilowati. 2004. Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan


Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis
Strategi, 13: 67-80.

Sanjaya, A.P. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kewajiban Moral dan Sanksi
Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Hotel di
Dinas Pendapatan Kota Denpasar. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.

Santika, K.A. 2014. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan
Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas
Pendapatan Kota Denpasar. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Denpasar.

Simanjuntak, T.H. 2009. Kepatuhan Pajak (Tax Complience) dan Bagi Hasil
Pajak dalam Perekonomian di Jawa Timur. JESP, 1 (2).

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D). Bandung: ALFABETA.

Supadmi, L. 2009. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas


Pelayanan. Audi Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 4 (2): 214-219, Denpasar:
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Torgler, B. 2005. Tax Morale and Direct Democracy. European Journal Of


Political Economy, 21 (2): 525-531.

Usshawanichakit, P. 2008. Effect of Organizational Learning Culture on Service


Quality and Performance of Thai Accounting Firms. International Journal
of Business Research. 8(1), pp: 202-211.

Verhorn, C.L. and J. Brondolo. 1999. Organizational Options for Tax


Administration, Bulletin for International Fiscal Documentation. 53: 499-
512.

Webley, P., H. Robben., H. Elffers and D. Hessing. 1991. Tax Evasion: An


Experimental Approach. Cambridge, United Kingdom: Cambridge
University Press.

615
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 17. No.1, Maret 2020 : 1-8
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822

PENGARUH PENERAPAN E-SPT, PEMAHAMAN PERATURAN


PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KUALITAS
PELAYANAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Rizky Pebrina1; Amir Hidayatulloh2


1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan1,2
Jalan Kapas No 9, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Emai: amir.hidayatulloh@act.uad.ac.id
diterima: 5/5/2019; direvisi: 10/5/2019; diterbitkan: 26/3/2020

Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of the application of e-SPT,
understanding tax regulation, taxation sanctions, and service quality on tax compliance. The
population in this study are taxpayers registered with pratama tax office throughout Indonesia.
The sampling technique in this study uses multiple linear regression. Respondents in the study
amounted to 64 respondents, consisting of 37 respondent male sex, and 27 respondent female
sex. The result obtained by this study are that tax compliance is influenced by tax sanction
and service quality. However, the application of e-SPT and understanding of taxpayer
regulation does not affect taxpayer compliance.

Keywords: Application of e-SPT, Understanding of Tax Regulations, Tax Sanction, Service


Quality,Taxpayer Compliance

PENDAHULUAN pajak, salah satunya yaitu dengan


Pajak merupakan suatu kontribusi mengembangkan SPT dalam bentuk
wajib kepada Negara yang aplikasi, atau yang dikenal dengan e-SPT.
pemungutannya dapat dipaksakan. Hal Sesuai dengan (Peraturan Direktur
ini karena pajak dipungut berdasarkan Jenderal Pajak Nomor PER-01, 2016),
undang-undang. Dengan membayar e-SPT tahunan merupakan SPT tahunan
pajak, wajib pajak tidak mendapatkan yang berupa dokumen elektronik beserta
jasa timbal balik secara langsung. Hal lampiran-lampirannya yang dilaporkan
ini karena hasil dari pemungutan pajak menggunakan media penyimpanan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan elektronik. Penerapan e-SPT ini termasuk
Negara dan kemakmuran rakyat sebesar- kedalam sistem pemungutan pajak yang
besarnya (Undang-undang Nomor 28, bersifat self assessment system, dimana
2007). wajib pajak menghitung dan melaporkan
Pajak bertujuan untuk sendiri pajak terutangnya kepada kantor
menyetarakan perekonomian dan pelayanan pajak.
pembangunan dari suatu Negara. Pada tahun 2018, minat
Penerimaan Negara sampai dengan saat masyarakat untuk menggunakan e-SPT
ini masih didominasi dari sektor pajak. mengalami peningkatan. Hal ini
Hal ini dapat dilihat dari penerimaan ditunjukan dengan pelaporan pajak yang
Negara pada tahun 2017 sebesar 85,6% menggunakan e-SPT mengalami
berasal dari sektor pajak (Kemenkeu, peningkatan 21,6 persen. Pelaporan
2017). menggunakan e-SPT mencapai 8,94 juta
Pemerintah telah melakukan atau sebesar 80,12 persen. Sedangkan,
beberapa cara untuk meningkatkan pelaporan pajak menggunakan SPT
kepatuhan pajak. salah satu cara tersebut manual mengalami penurunan sebesar 12
yaitu dengan mempermudah wajib pajak persen (Saksama, 2018). Hal ini didukung
saat melakukan pengisian atau pelaporan oleh hasil penelitian (Handayani &

1
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 17. No.1, Maret 2020 : 1-8
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Supadmi, 2013) yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan realisasi kepatuhan
efektivitas penerapan e-SPT masa PPn wajib pajak orang pribadi pada tahun
berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak 2017 persen. Salah satu yang
badan di KPP Denpasar Barat. Lebih memengaruhi peningkatan realisasi
lanjut (Handayani & Supadmi, 2013) kepatuhan wajib pajak orang pribadi
menjelaskan bahwa penerapan e-SPT adalah tingginya jumlah pelaporan yang
efektif untuk meningkat kepatuhan menggunakan elektronik (Putra, 2018).
pajak.
Wajib pajak dikatakan wajib TINJAUAN PUSTAKA
pajak patuh ketika wajib pajak tersebut Menurut (Undang-undang Nomor
memenuhi semua kewajiban 28, 2007), pajak merupakan kontribusi
perpajakannya. Menurut (Zuhdi, wajib pajak kepada Negara yang terutang
Topowijoyo, & Azizah, 2015), oleh orang pribadi maupun badan yang
kepatuhan perpajakan merupakan pemungutannya dapat dipaksakan
tindakan wajib pajak guna memenuhi berdasarkan undang-undang dengan tidak
kewajiban perpajakannya yang sesuai mendapatkan jasa timbal balik secara
dengan ketentuan peraturan peundang- langsung. Hasil pemungutan pajak
undangan dan peraturan pelaksanaan digunakan untuk memenuhi keperluan
perpajakannya yang berlaku dalam suatu Negara dan kemakmuran rakyat sebesar-
Negara. Kepatuhan wajib pajak meliputi besarnya. Lebih lanjut, (Undang-undang
kepatuhan wajib pajak dalam Nomor 28, 2007), wajib pajak adalah
mendaftarkan diri, kepatuhan orang pribadi atau badan usaha yang
menyetorkan kembali SPT, kepatuhan meliputi pembayar pajak, pemotong
dalam menghitung, melaporkan, dan pajak, dan pemungut pajak, serta pihak
membayar pajak terutang, serta yang memiliki hak dan kewajiban
kepatuhan dalam pelaporan dan perpajakan yang sesuai dengan ketentuan
pembayaran tunggakan pajak. peraturan perundang-undangan.
Selain penerapan e-SPT, faktor Menurut (Mardiasmo, 2009), surat
lain yang dapat memengaruhi kepatuhan pemberitahuan merupakan surat yang
wajib pajak adalah pemahaman digunakan wajib pajak untuk melaporkan
peraturan perpajakan (Siahaan, Basri, & perhitungan dan/atau pembayaran pajak,
Paulus, 2015), kualitas pelayanan yang objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
diberikan oleh petugas kantor pelayanan dan/atau harta dan kewajiban sesuai
pajak (Lubis, 2017), dan sanksi dengan ketentuan peraturan perundang-
perpajakan (Lubis, 2017). undangan. Sedangkan, e-SPT adalah SPT
Penelitian ini terinspirasi dari tahunan dalam bentuk dokumen
penelitian (Zuhdi et al., 2015). elektronik berserta lampiran-lampirannya
Perbedaan penelitian ini dengan yang dilaporkan menggunakan media
penelitian sebelumnya adalah dengan penyimpanan elektronik (Peraturan
menambah variabel yaitu kualitas Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01,
pelayanan dan sanksi perpajakan. Selain 2016).
menambah variabel, penelitian Pemahaman peraturan perpajakan
mengganti objek penelitian, yaitu wajib adalah suatu proses yang dilakukan oleh
pajak orang pribadi. wajib pajak untuk memahami dan
Hal ini didasarkan pada data mengetahui tentang peraturan, undang-
penerimaan pajak hingga maret 2018 undang serta tata cara perpajakan, serta
yaitu realisasi kepatuhan wajib pajak mengimplementasikan pada kegiatan
orang pribadi sebesar 63,9 persen. perpajakan. Kegiatan perpajakan meliputi
Angka ini mengalami kenaikan pembayaran pajak, pelaporan SPT, dan

2
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 17. No.1, Maret 2020 : 1-8
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
lain sebagainya. Jika individu telah Sehingga, adanya pengenaan sanksi
memahami dan mengerti mengenai diharapkan wajib pajak tidak melakukan
perpajakan maka tingkat kepatuhan kesalahan yang berulang. Sedangkan,
wajib pajak pun meningkat (Adiasa, menghukum dimaksudkan untuk
2013). menghukum. Oleh karena itu, diharapkan
Menurut (Boediono, 2013), wajib pajak yang terhukum mengetahui
pelayanan pajak merupakan proses akibat dari kesalahan yang dilakukan dan
bantuan kepada wajib pajak dengan tidak lagi mengulangi kesalahannya
cara-cara teretntu yang membutuhkan (Resmi, 2014).
kepekaan dan hubungan interpersonal. Sanksi perpajakan terdiri dari dua,
Hal ini dilakukan guna mencapai suatu yaitu sanksi administrasi dan sanksi
kepuasaan dan keberhasilan. Menurut pidana. Sanksi administrasi dikenakan
(Kusuma, 2016), pelayanan pajak pada wajib pajak yang tidak memenuhi
bertujuan untuk memberikan peraturan perpajakan atau melakukan
kenyamanan, keamanan, dan kepastian pelanggaran terhadap aturan perpajakan
bagi wajib pajak saat memenuhi yang berlaku. Sanksi administrasi berupa
kewajiban dan haknya pada bidang pembayaran kerugian kepada Negara yang
perpajakan. berupa bunga, denda, atau kenaikan.
Kualitas pelayanan pajak Sanksi pidana berupa denda pidana,
merupakan salah satu cara yang kurungan, dan penjara (Mardiasmo,
dilakukan pemerintah untuk 2009); (Kusuma, 2016).
meningkatkan kepatuhan wajib pajak Kepatuhan wajib pajak merupakan
dalam memenuhi kewajibannya. kesadaran diri wajib pajak untuk
Sehingga, petugas pajak diharapkan melaporkan dan menyetorkan pajak
memiliki kompetensi yang baik terkait terutangnya sesuai dengan peraturan yang
dengan segala hal yang berhubungan berlaku. Lebih lanjut, (Peraturan Menteri
dengan perpajakan di Indonesia Keuangan Nomor 192/PMK.03, 2007)
(Kusuma, 2016). pasal 1 menyatakan bahwa wajib pajak
Sanksi perpajakan merupakan dikatakan patuh ketika memiliki kriteria
jaminan bahwa ketentuan peraturan sebagai berikut (1) wajib pajak tepat
perundang-undangan perpajakan (norma waktu dalam menyampaikan surat
perpajakan) akan pemberitahuan, (2) wajib pajak tidak
dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain memiliki tunggakan pajak untuk semua
sanksi perpajakan merupakan alat jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang
pencegah agar wajib pajak tidak telah memeroleh izin mengangsur atau
melanggar norma perpajakan menunda pembayaran pajak, (3) laporan
(Mardiasmo, 2009). Sanksi perpajakan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau
terjadi karena adanya pelanggaran pada lembaga pengawasan keuangan
peraturan perundang-undangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa
perpajakan. Sehingga, apabila wajib pengecualian selama 3 (tiga) tahun
melakukan pelanggaran maka wajib berturut-turut, (4) tidak pernah dipidana
pajak dapat dikenai hukuman (Resmi, karena melakukan tindak pidana di bidang
2014). perpajakan berdasarkan putusan
Kebijakan berupa pengenaan pengadilan yang telah mempunyai
sanksi bertujuan untuk mendidik dan kekuatan hukum tetap dalam jangka
menghukum. Tujuan mendidik agar waktu 5 (lima) tahun terakhir.
wajib pajak yang dikenakan sanksi Berdasarkan uraian latar belakang,
berubah menjadi lebih baik dan lebih tinjauan pustaka, maka rerangka
mengetahui hak dan kewajibannya. penelitian ini disajikan sebagai berikut:

3
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 17. No.1, Maret 2020 : 1-8
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
pajak memahami dan mengetahui tentang
peraturan, undang-undang serta tata cara
Penerapan E- perpajakan, serta menerapkannya pada
SPT kegiatan perpajakan (Adiasa, 2013).
Lebih lanjut (Adiasa, 2013) menyatakan
bahwa adanya pemahaman mengenai tata
Pemahaman cara pemungutan pajak dan sistem yang
Peraturan digunakan pemerintah dalam pemungutan
Perpajakan Kepatuhan pajak memberikan gambaran yang jelas
Wajib kepada wajib pajak dalam pelaporan
Pajak
pajaknya. Oleh karena itu, pemahaman
Sanksi pajak dapat dikatakan sebagai salah satu
Perpajakan faktor penentu dalam keberhasilan
program-program pajak yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
Pernyataan ini didukung oleh hasil
Kualitas
Pelayanan penelitian (Siahaan et al., 2015),
pengetahuan peraturan perpajakan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
Gambar 1. Rerangka Penelitian pajak. Dari uraian sebelumnya, maka
hipotesis kedua penelitian ini adalah
Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap sebagai berikut.
Kepatuhan Wajib Pajak. H2 : Pemahaman perpajakan berpengaruh
Berdasarkan (Peraturan Direktur terhadap kepatuhan wajib pajak
Jenderal Pajak Nomor PER-01, 2016),
tujuan pemerintah mengembangkan e- Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap
SPT adalah untuk mempermudah wajib Kepatuhan Wajib Pajak
pajak dalam melaporkan pajaknya. Menurut (Resmi, 2014), tujuan
Sehingga, dengan adanya kemudahaan kebijakan berupa pemberian sanksi adalah
yang diberikan wajib pajak lebih mendidik dan menghukum. Mendidik
semakin termotivasi untuk membayar berarti bahwa pengenaan sanksi
pajak. diharapkan menjadikan wajib lebih baik
Penelitian (Zuhdi et al., 2015), dan lebih mengetahui hak dan
menyatakan bahwa salah satu faktor kewajibannya. Sedangkan, menghukum
yang dapat memengaruhi kepatuhan berarti pemberian sanksi bertujuan untuk
wajib adalah penerapan e-SPT. Hal ini menghukum. Hal ini dilakukan dengan
didukung oleh (Lingga, 2013), yang tujuan agar wajib pajak yang pernah
memperoleh hasil bahwa penerapan e- dihukum dapat mengetahui akibat dari
SPT berpengaruh terhadap kepatuhan kesalahnya. Sehingga, mendidik dan
wajib pajak. Dari uraian sebelumnya, menghukum memiliki tujuan untuk
maka hipotesis pertama penelitian ini membuat wajib pajak tidak mengulangi
adalah sebagai berikut. kesalahan yang sama.
H1 : Penerapan E-SPT berpengaruh Menurut (Lubis, 2017), pemerintah
terhadap kepatuhan wajib pajak menerapkan sanksi sebagai alat untuk
mengendalikan wajib pajak agar patuh
Pengaruh Pemahaman Perpajakan terhadap peraturan dan memiliki
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak keinginan untuk membayar pajak secara
Pemahaman peraturan perpajakan sukarela. Dari uraian sebelumnya, maka
merupakan suatu proses dimana wajib

4
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 17. No.1, Maret 2020 : 1-8
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
hipotesis ketiga penelitian ini adalah Data penelitian ini diperoleh
sebagai berikut: dengan menyebarkan kuesioner secara
H3 : Sanksi perpajakan berpengaruh langsung kepada responden. Variabel
terhadap kepatuhan wajib pajak kepatuhan pajak diukur menggunakan
empat pernyataan, variabel pemahaman
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap peraturan perpajakan diukur
Kepatuhan Wajib Pajak menggunakan tujuh item pernyataan,
Menurut (Kusuma, 2016) tujuan variabel sanksi pajak diukur dengan
pelayanan pajak adalah memberikan menggunakan enam item pernyataan,
kenyaman, keamanan, dan kepastian serta kualitas pelayanan diukur
bagi wajib pajak dalam pemenuhan menggunakan sebelas item pernyataan.
kewajiban dan haknya di bidang Pernyataan untuk variabel
perpajakan. Kualitas pelayanan pajak kepatuhan wajib pajak, pemahaman
merupakan salah satu faktor yang dapat peraturan perpajakan, sanksi perpajakan,
meningkatkan minat wajib pajak untuk dan kualitas pelayanan diadopsi dari
memenuhi kewajiban perpajakannya (Alfiah, 2014). Sedangkan, penerapan e-
(Kusuma, 2016). SPT diukur dengan menggunakan
Adanya pelayanan pajak yang sembilan item pernyataan yang diadopsi
berkualitas, maka wajib pajak akan dari (Abduh, 2015). Masing-masing
terdorong dengan sendirinya untuk variabel menggunakan skala likert lima
melaporkan pajaknya. Pelayanan yang point, 1 (sangat tidak setuju), 2 (sangat
berkualitas meliputi pemberian fasilitas setuju), 3 (ragu-ragu), 4 (setuju), dan 5
yang menunjang, mempermudah wajib (sangat setuju).
pajak, serta pelayanan dari pegawai. Peneliti menyebar kuesioner
Sehingga, dengan adanya pelayanan kepada responden secara langsung.
yang baik maka akan meningkatkan Kuesioner yang terkumpul berjumlah 70
kepatuhan wajib pajak (Lubis, 2017). kuesioner, akan tetapi hanya 64 kuesioner
Dari uraian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diolah lebih lanjut. Hal ini
keempat penelitian ini adalah sebagai karena enam kuesioner tidak diisi secara
berikut. lengkap oleh responden. Teknik analisis
H4 : Kualitas pelayanan berpengaruh data yang digunakan dalam penelitian ini
terhadap kepatuhan wajib pajak adalah analisis regresi berganda.

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis penelitian ini adalah Responden dalam penelitian ini
penelitian kuantitatif. Variabel dependen berjumlah 64 responden. Responden
dalam penelitian ini adalah kepatuhan dalam penelitian ini didominasi oleh
wajib pajak. Sedangkan, variabel responden berjenis kelamin laki-laki
independen dalam penelitian adalah sebanyak 37 responden (57,8%),
penerapan E-SPT, pemahaman peraturan sedangkan 27 responden berjenis kelamin
perpajakan, sanksi perpajak, dan kualitas perempuan.
pelayanan. Usia responden dalam penelitian
Populasi penelitian ini adalah ini didominasi oleh usia 18-25 tahun (30
wajib pajak orang pribadi yang terdaftar responden). Sedangkan, responden yang
di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) berusia 26-30 tahun sejumlah 16
diseluruh Indonesia. Teknik responden, usia 31-40 tahun berjumlah 8
pengambilan sampel dalam penelitian ini responden, sedangkan responden yang
menggunakan convience sampling. berusia diatas 40 tahun sejumlah 10
responden.

5
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 17. No.1, Maret 2020 : 1-8
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Tingkat pendidikan responden karena wajib pajak sulit memahami
dalam penelitian ini didominasi oleh penggunaan aplikasi e-spt. Selain itu,
tingkat pendidikan SMA (23 orang). masih terbatasnya akses internat di
Sedangkan 29 responden memiliki beberapa wilayah Indonesia. Pernyataan
tingkat pendidikan strata 1 (S1), strata ini didukung oleh hasil penelitian
dua atau strata 3 (S2/S3) berjumlah 4 (Azyarah, 2017), yang menyatakan bahwa
responden, sedangkan 8 responden sistem e-spt tidak berpengaruh terhadap
memiliki tingkat pendidikan diploma. kepatuhan wajib pajak.
Hasil pengujian hipotesis Pemahaman peraturan perpajakan
disajikan pada tabel 1. Tabel 1 tidak berpengaruh terhadap kepatuhan
menunjukan bahwa nilai adjusted R- wajib pajak. Atau dengan kata lain,
Square sebesar 0,22. Hal ini berarti hipotesis kedua (H2) penelitian ini tidak
bahwa variabilitas kepatuhan wajib terdukung. Hal ini dapat dilihat dari nilai
pajak sebesar 22% dapat dijelaskan oleh signifikasi 0,895 yang lebih besar
variabel penerapan e-spt, pemahaman dibandingkan dengan 0,05. Oleh karena
peraturan perpajakan, sanksi perpajakan, itu, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
dan kualitas pelayanan. semakin tinggi atau rendahnya
Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis pemahaman wajib pajak tidak akan
Variabel Koefisien Signifikasi Kesimpulan memengaruhi kepatuhan wajib pajak.
Independen Regresi
Penerapan 0,013 0,872 Tidak
Pernyataan ini didukung oleh hasil
E-SPT terdukung penelitian (Arisandy, 2017), menyatakan
Pemahanam 0,012 0,895 Tidak bahwa pemahaman perpajakan tidak
peraturan Terdukung
Perpajakan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
Sanski Pajak 0,191 0,008 Terdukung pajak.
Kualitas 0,137 0,028 Terdukung
Kepatuhan wajib pajak
Pelayanan dipengaruhi oleh sanksi perpajakan. Hal
Konstanta: 12,788 ini dapat dilihat dari nilai signifikasi
Variabel dependen: Kepatuhan Wajib pajak 0,008 yang lebih kecil dibandingkan
Adjusted R-Square: 0,220 dengan 0,05. Atau dengan kata lain,
F Statistik: 5,431
hipotesis ketiga (H3) penelitian ini
terdukung. Dengan keterdukungan
Signifikasi: 0,001
hipotesis ini menunjukan bahwa wajib
Sumber: data primer diolah (2018) pajak telah sadar dengan kewajibannya
Tabel 1 menunjukan hasil uji F untuk membayar pajak. Selain itu, dengan
diperoleh tingkat signifikasi 0,001 yang adanya sanksi yang dianggap merugikan
lebih kecil dibandingkan nilai alpha bagi wajib pajak apabila tidak membayar
0,05. Hal ini berarti bahwa minimal pajak atau membayar pajak namun tidak
terdapat satu variabel independen sesuai dengan seharusnya, maka wajib
(penerapan e-spt, pemahaman peraturan pajak dapat dikenakan sanksi baik sanksi
perpajakan, sanksi perpajakan, serta berupa denda maupun sanksi yang berupa
kualitas pelayanan) yang berpengaruh kurungan penjara. Hal ini didukung oleh
terhadap kepatuhan wajib pajak. hasil penelitian (Lubis, 2017); (Irmawati
Tabel 1 juga menunjukan bahwa & Hidayatulloh, 2019) yang menyatakan
penerapan e-SPT tidak berpengaruh bahwa sanksi perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini terhadap kepatuhan wajib pajak.
dapat dilihat dari nilai signifikasi 0,872 Selain sanksi perpajakan,
yang lebih besar dari 0,05. Atau dengan kepatuhan wajib pajak juga dipengaruhi
kata lain, hipotesis pertama (H1 ) oleh kualitas pelayanan. Hal ini dapat
penelitian ini tidak terdukung. Hal ini dilihat dari nilai signifikasi 0,028 yang

6
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 17. No.1, Maret 2020 : 1-8
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
lebih kecil dibandingkan dengan 0,05. penelitian selanjutnya dapat memiliki
Atau dengan kata lain, hipotesis keempat validitas yang tinggi.
(H4) penelitian ini terdukung. Dengan
keterdukungan hipotesis ini menunjukan DAFTAR PUSTAKA
bahwa ketika masyarakat merasa
nyaman dengan pelayanan yang Abduh, A. M. (2015). Kuesioner pengaruh
diberikan pemerintah, maka minat penerapan e-SPT terhadap
masyarakat untuk membayar pun akan efisiensi pengisian SPT.
meningkat. Pernyataan ini didukung oleh Universitas Hasannudin.
hasil penelitian (Lubis, 2017), yang
menyatakan bahwa kualitas pelayanan Adiasa, N. (2013). Pengaruh Pemahaman
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib Peraturan Pajak Terhadap
pajak. Kepatuhan Wajib Pajak Dengan
Preferensi Risiko Sebagai Variabel
KESIMPULAN DAN SARAN Moderating. Universitas Negeri
Faktor yang dapat memengaruhi Semarang.
kepatuhan wajib pajak antara lain sanksi Alfiah, I. (2014). Kesadaran Perpajakan,
perpajakan dan kualitas pelayanan. Sanksi Perpajakan, Sikap
Sehingga, dengan adanya sanksi yang Fiskus,Lingkunga Pajak,
dapat menimbulkan kerugian bagi wajib Pengetahuan Perpajakan
pajak yang tidak melaporkan atau Pajak,Persepsi Efektifitas Sistem
melaporkan pajak namun tidak sesuai Perpajakan, Kemauan Membayar
dengan seharusnya, maka wajib pajak Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
akan terdorong untuk membayar pajak. pajak Orang Pribadi di DPPKAD
Selain itu, ketika pihak pemerintah atau Grobogan-Purwodadi. Universitas
fiskus menyediakan pelayanan yang baik, Muria Kudus.
maka wajib pajak juga akan terdorong
untuk membayar pajak. Namun, Arisandy, N. (2017). Pengaruh Pemahaman
penerapan e-spt dan pemahaman peraturan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib
perpajakan tidak berpengaruh terhadap Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap
kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Penelitian ini tidak terlepas dari Pribadi Yang Melakukan Kegiatan
suatu keterbatasan. Keterbatasan yang Bisnis Online Di Pekanbaru.
melekat pada penelitian ini adalah (1) Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan
penelitian ini belum membedakan wajib Bisnis, 14(1).
pajak orang pribadi yang melakukan Azyarah, F. B. (2017). Pengaruh
pekerjaan bebas dengan pegawai negeri Penerapan Sistem e-Registration,
sipil maupun karyawan, dan (2) penelitian E-SPT, dan e-Filling Terhadap
ini menggunakan metode survei. Sehingga Kepatuhan Wajib Pajak Orang
penelitian ini memiliki validitas internal Pribadi. Universitas Dian
yang rendah. Nuswantoro.
Dari keterbatasan yang dimiliki
penelitian ini, maka penelitian selanjutnya Boediono, B. (2013). Pelayanan Prima
disarankan membedakan antara wajib Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta.
pajak yang menjalankan pekerjaan bebas, Handayani, K. P., & Supadmi, N. L. (2013).
pegawai negeri sipil, dan karyawan. Pengaruh Efektivitas E -Spt Masa
Penelitian selanjutnya juga dapat Ppn Pada Kepatuhan Wajib Pajak
menggunakan metode kualitatif atau Badan. 1, 19–38.
ekperimen. Hal ini dilakukan agar

7
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 17. No.1, Maret 2020 : 1-8
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Irmawati, J., & Hidayatulloh, A. (2019). Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Determinan Kepatuhan Wajib 192/PMK.03 Tahun 2007 Tentang
Pajak UMKM dI Kota Tata Cara Penetapan Wajib Pajak
Yogyakarta. Jurnal Sistem Dengan Kriteria Tertentu Dalam
Informasi, Keuangan, Auditing Rangka Pengembalian
dan Perpajakan, 3(2), 112–121. Pendahuluan Kelebihan
Pembayaran Pajak
Kemenkeu. (2017). Retrieved from
http://www.kemenkeu.go.id/apbn Putra, A. D. (2018). Rasio Kepatuhan
2017 Pelaporan SPT Wajib Pajak
Orang Pribadi Meningkat.
Kusuma, K. C. (2016). Pengaruh Kualitas
Retrieved from
Pelayanan Pajak, Pemahaman
https://ekonomi.kompas.com/read/
Peraturan Perpajakan Serta
2018/04/02/180752626/rasio-
Sanksi Perpajakan Terhadap
kepatuhan-pelaporan-spt-wajib-
Kepatuhan Wajib Pajak Orang
pajak-orang-pribadi-meningkat
Pribadi Dalam Membayar Pajak
Tahun 2014 (Studi Kasus pada Resmi, S. (2014). Perpajakan: Teori dan
Wajib Pajak yang Terdaftar di kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Kantor Pelayanan Penyuluhan Saksama. (2018). Retrieved from
danKonsultas. Universitas Negeri www.pajak.go.id
Yogyakarta.
Siahaan, M. E. U., Basri, Y. M., & Paulus,
Lingga, I. S. (2013). Pengaruh Penerapan S. (2015). Pengaruh Persepsi
e-SPT Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Sensus Pajak
Pajak : Studi Empiris Terhadap Nasional, Pengetahuan Dan
Pengusaha Kena Pajak di Pemahaman Peraturan Perpajakan,
Wilayah KPP Pratama “ X ” dan Kesadaran Perpajakan
Jawa Barat I Ita Salsalina Lingga Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pendahuluan. Jurnal AKuntansi, Orang Pribadi (WPOP) Pada KPP
5(1), 50–60. Pratama Pekanbaru Senapelan.
Lubis, R. H. (2017). Pengaruh Kualitas Jom Fekon, 2(2), 1–15.
Pelayanan Perpajakan, dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007
Sanksi Perpajakan Terhadap Tentang Ketentuan Umum dan
Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Tata Cara Perpajakan
Pratama Medan Belawan. Jurnal
Konsep Bisnis Dan Manajemen, Zuhdi, F. A., Topowijoyo, & Azizah, D. F.
4(1), 50–60. (2015). Pengaruh Penerapan E-
https://doi.org/10.1037/a0015270 SPT dan Pengetahuan Perpajakan
.Timeline Terhadap Kepatuhan Wajib pajak
(Studi Kasus Pengusaha Kena
Mardiasmo. (2009). Perpajakan, Edisi Pajak Yang Terdaftar di KPP
Revisi 2009. Yogyakarta: Andi Pratama Singosari). Jurnal
Offset. Perpajakan (JEJAK), 7(1), 193–
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 206. https://doi.org/10.1007/978-3-
PER-01 Tahun 2016 Tentang 531-92674-2_11
Tata Cara Penerimaan dan
Pengelolaan Surat Pemberitahuan
Tahunan

8
3/26/2021 SISKAMAYA MAHASISWA

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I


Fakultas :   Akuntansi
Jurusan :   Akuntansi

Kartu Jadwal Kuliah


Nama Mahasiswa   :   DANNY PRASETYA Tahun Akademik  :  2020/2021 Genap
Nim   :   2017031028 Periode/Semester  :  Genap/8

No Kode Matakuliah SKS Dosen Hari Ruang Waktu

1 114 Pengauditan Forensik 3 ADJI SURATMAN.,PROF.,Dr.,Ak.,M.M SENIN S8101 SENIN


17:00 -
19:30

2 115 Teori Portofolio & 3 ALI MUNAR, Drs., M.M SENIN S7100 SENIN
Analisis Pasar 19:30 -
22:00

3 103 Perpajakan II 3 DR. IRZAN SYAHRIAL, SE., Ak., M.M RABU S7101 RABU
17:00 -
19:30

4 127 Kewirausahaan 2 YUSUF MAURA, SE., M.M KAMIS S8101 KAMIS


19:30 -
21:10

5 54 Skripsi 6 WIWIK PRATIWI, SE., M.M., M.Akt., SABTU S4104 SABTU


Ak., CA., ACPA 07:50 -
12:50

Jakarta, 26 March 2021

Catatan
1. Jumlah Kehadiran Minimum dalam 1 semester untuk tiap mata kuliah : 75%. Kurang dari 75% mahasiswa tidak
diizinkan mengikuti UAS/UUPM.
2. Kuliah Aktif (termasuk UTS, UAS/UUPM).
3. Didalam lingkungan Kampus mahasiswa/i diwajibkan mentaati tata tertib mahasiswa/i.
4. Perubahan waktu kuliah diperbolehkan hanya bila bersamaan waktunya dengan mata kuliah lain.
5. Setiap perubahan KRS harus disetujui oleh Pimpinan/Ketua Jurusan masing-masing.
6. Bagi mahasiswa yang mempunyai kelebihan pembayaran harus segera melapor ke Bagian Keuangan dengan
membawa KJK asli, KRS dan Bukti Pembayaran Asli.
7. Tidak diperkenankan pindah kelas, dosen, jadwal kuliah sesuai dengan jadwal (KJK).

https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/index.php/jad/kuliah/20202 1/2
3/26/2021 SISKAMAYA MAHASISWA

Dicetak dari Siskamaya Tanggal cetak : 26 Mar 2021

https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/index.php/jad/kuliah/20202 2/2
3/26/2021 SISKAMAYA MAHASISWA

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I

Program Studi : Akuntansi

KARTU HASIL STUDI (KHS)

Nama Mahasiswa : DANNY PRASETYA Tahun Akademik  : 2020/2021 Ganjil


NIM  : 2017031028 Periode/Semester : Ganjil/7

No Kode Matakuliah SKS Nilai Mutu Keterangan

1 AK415 Perekonomian Indonesia 3 B 9

2 AK480 Akuntansi Perbankan 2 A 8

3 AK485 Analisa Laporan Keuangan 3 A 12

4 AK4111 Pengauditan III 3 A 12

5 AK4112 Pengauditan Internal 3 B 9

6 AK4113 Etika Bisnis & Profesi 3 B 9

7 AK4146 Bank & Lembaga Keu. Lainnya 2 A 8

8 AK4150 Manajemen Pemasaran 2 B 6

   
Jumlah 21 73

 
Indeks Prestasi Semester (IPS) 3.48

Kumulatif SKS Yang Telah Diambil  134


Kumulatif SKS Lulus   134
Indeks Prestasi Kumulatif   3.22

Catatan
1. I = Nilai Incomplete (Salah satu komponen nilai belum lengkap)
2. * = Mata Kuliah Ujian Utama
3. KHS dengan coretan apapun dinyatakan tidak sah dan tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun
4. Kartu Hasil Studi (KHS) ini dapat digunakan untuk proses Da ar Ulang semester selanjutnya

Dicetak dari Siskamaya Tanggal cetak 26 March 2021

https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/index.php/nilai/khs/20201 1/1
3/26/2021 SISKAMAYA MAHASISWA

Nama Mahasiswa : DANNY PRASETYA


NIM  : 2017031028

Prestasi

No Kode Matakuliah HM AM K M Keterangan

1 AK4118 Pendidikan Agama B 3 3 9 Lulus

2 AK4117 Pend. Kewarganegaraan & Pancasila A 4 3 12 Lulus

3 AK47 Pengantar Ekonomi Mikro B 3 3 9 Lulus

4 AK46 Pengantar Ekonomi Makro C 2 3 6 Lulus

5 AK411 Pengantar Akuntansi I B 3 3 9 Lulus

6 AK412 Pengantar Akuntansi II B 3 3 9 Lulus

7 AK410 Pengantar Bisnis A 4 3 12 Lulus

8 AK422 Matematika Ekonomi C 2 3 6 Lulus

9 AK4104 Hukum Bisnis B 3 2 6 Lulus

10 AK493 Manajemen B 3 3 9 Lulus

11 AK494 Statistika B 3 3 9 Lulus

12 AK4119 Bahasa Indonesia B 3 3 9 Lulus

13 AK420 Bahasa Inggris I B 3 2 6 Lulus

14 AK421 Bahasa Inggris II C 2 2 4 Lulus

15 AK495 Manajemen Keuangan I A 4 3 12 Lulus

16 AK499 Manajemen Keuangan II B 3 3 9 Lulus

17 AK432 Akuntansi Biaya B 3 3 9 Lulus

18 AK426 Pengantar Aplikasi Komputer A 4 3 12 Lulus

19 AK496 Perpajakan I A 4 3 12 Lulus

20 AK4103 Perpajakan II C 2 3 6 Lulus

21 AK4146 Bank & Lembaga Keu. Lainnya A 4 2 8 Lulus

22 AK497 Akuntansi Keuangan Menengah I A 4 3 12 Lulus

23 AK4101 Akuntansi Keuangan Menengah II B 3 3 9 Lulus

24 AK498 Ilmu Kealaman Dasar A 4 3 12 Lulus

25 AK433 Akuntansi Manajemen B 3 3 9 Lulus

https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/index.php/nilai/transkrip 1/3
3/26/2021 SISKAMAYA MAHASISWA

Prestasi

No Kode Matakuliah HM AM K M Keterangan

26 AK4125 Ekonomi Koperasi/Manajemen Koperasi A 4 2 8 Lulus

27 AK4102 Sistem Informasi Manajemen C 2 3 6 Lulus

28 AK4123 Sosiologi & Politik B 3 2 6 Lulus

29 AK492 Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar B 3 3 9 Lulus

30 AK4105 Sistem Informasi Akuntansi I C 2 3 6 Lulus

31 AK4107 Sistem Informasi Akuntansi II B 3 3 9 Lulus

32 AK4106 Pengauditan I A 4 3 12 Lulus

33 AK4108 Pengauditan II A 4 3 12 Lulus

34 AK4111 Pengauditan III A 4 3 12 Lulus

35 AK430 Akuntansi Keuangan Lanjutan I B 3 3 9 Lulus

36 AK431 Akuntansi Keuangan Lanjutan II B 3 3 9 Lulus

37 AK434 Sistem Pengendalian Manajemen B 3 3 9 Lulus

38 AK487 Akuntansi Sektor Publik B 3 3 9 Lulus

39 AK415 Perekonomian Indonesia B 3 3 9 Lulus

40 AK449 Teori Akuntansi A 4 3 12 Lulus

41 AK4109 Metodologi Penelitian Akuntansi B 3 3 9 Lulus

42 AK4110 Komunikasi Bisnis A 4 2 8 Lulus

43 AK481 Akuntansi Perpajakan A 4 2 8 Lulus

44 AK485 Analisa Laporan Keuangan A 4 3 12 Lulus

45 AK4112 Pengauditan Internal B 3 3 9 Lulus

46 AK4113 Etika Bisnis & Profesi B 3 3 9 Lulus

47 AK480 Akuntansi Perbankan A 4 2 8 Lulus

48 AK4150 Manajemen Pemasaran B 3 2 6 Lulus

Jumlah 134 431

Kumulatif SKS Lulus : 134

Index Prestasi Kumulatif : 3.22

https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/index.php/nilai/transkrip 2/3
3/26/2021 SISKAMAYA MAHASISWA

HM = Huruf Mutu (A,B,C,D,E), AM = Angka Mutu (4,3,2,1,0), M= Mutu (AM*K), K = Kredit (sks), * = Mata Kuliah Ujian Utama

https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/index.php/nilai/transkrip 3/3

Anda mungkin juga menyukai