Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH INSENTIF PAJAK DAN KUALITAS PELAYANAN PAJAK

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MASA PANDEMI

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian


Program Pendidikan Sarjana
Jurusan Akuntansi

Oleh:
DENNY FAHRIZAL PRASETYO
NIM : 2017310347

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2020
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Nama : Denny Fahrizal Prasetyo

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 13 Desember 1999

N.I.M : 2017310347

Program Studi : Akuntansi

Program Pendidikan : Sarjana

Konsentrasi : Audit dan Perpajakan

Judul : Pengaruh Insentif Pajak dan Kualitas Pelayanan Pajak

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Masa Pandemi

Disetujui dan diterima baik oleh :

Dosen Pembimbing,
Tanggal :

(Dr. Supriyati, S.E. M.Si., Ak., CA., CTA.)


NIDN: 0710107003

Ketua Program Studi Sarjana Akuntansi


Tanggal :

(Dr. Nanang Shonhadji, S.E., Ak., M.Si., CA., CIBA., CMA)


THE EFFECT OF TAX INCENTIVES AND QUALITY OF TAX SERVICES ON
TAXPAYER COMPLIANCE IN THE PANDEMIC

Denny Fahrizal Prasetyo


STIE Perbanas Surabaya
Email: prasetyofahrizal@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of tax incentives and the quality of tax services
on taxpayer compliance during a pandemic. This research is based on planned
behavior theory. This theory is able to explain the relationship between the independent
variable and the dependent variable. The dependent variable used in this study is
taxpayer compliance. While the independent variables used in this study are tax
incentives and the quality of tax services. The data analysis technique used in this study
is multiple regression and the sample was selected by purposive sampling method with
the following criteria: (1) Individual and SME Taxpayers, (2) Taxpayers have NPWP
and (3) Taxpayers who are domiciled in the city of Surabaya. The results of this study
indicate that tax incentives and tax service quality have a significant effect on taxpayer
compliance.
Keywords: Tax Incentives, Quality of Tax Services, Taxpayers Compliance,
Independent Taxpayers
PENDAHULUAN pengecualian atau wajar dengan
pengecualian (KMK Nmor
Kepatuhan Wajib Pajak adalah
235/KMK.03/2003 tanggal 3 Juni
karakter Wajib Pajak yang mampu
2003). Guna memenuhi kewajiban
memenuhi kriteria menjadi Wajib
perpajakan dan memenuhi sebagai
Pajak patuh meliputi: (1) tepat waktu
Wajib Pajak patuh, maka diperlukan
penyampaian SPT tahunan dalam 2
pemahaman tentang akuntansi dan
tahun terakhir, (2) penyampaian SPT
perpajakan, pemahaman tentang
masa tidak terlambat lebih dari 3 masa
kebijakan pajak seperti insentif pajak.
pajak untuk setiap jenis pajak, (3) tidak
Di samping itu, Wajib Pajak juga
mempunyai tunggakan pajak, (4) tidak
diperkenankan melakukan upaya
pernah dijatuhi hukuman pidana
penghindaran pajak karena itu legal dan
dibidang perpajakan dalam jangka
mampu menjamin dipatuhinya
waktu 10 tahun terakhir, (5) dalam hal
ketentuan perpajakan. Pandemi Covid-
laporan keuangan diaudit oleh KAP ata
19 yang terjadi sejak awal tahun 2020
BPKP mendapat pendapat wajar tanpa
telah memberikan tekanan besar pada

1
kondisi dunia khususnya pada sektor Bila kita kaji dari sisi Wajib
ekonomi dan kesehatan. Di Indonesia Pajak menunjukkan Wajib Pajak
sendiri, seluruh sektor perekonomian menghadapi ketidakpastian akan wabah
diprediksi mengalami penurunan. pandemi ini. Wajib Pajak perlu
Kementrian Keuangan membuat skema penanggulangan
memproyeksikan pertumbuhan PDB dampak risiko yang akan terjadi baik
akan turun 2,3%. Nilai tukar rupiah dari sesi operasional, supply chain,
terhadap dollar meningkat di angka Rp. marketing, distribusi, keuangan dan
17.500, inflasi mencapai 3,9%, sektor perpajakan. Walaupun pemerintah
ekspor di angka -14,00% dan impor - telah memberikan pembebasan mulai
14,50% (dikutip dari konferensi pers PPh 21 untuk karyawan, PPh 22 impor
Sri Mulyani tanggal 1 April 2020). untuk sektor tertentu selama 6 bulan,
Pemerintah telah mengeluarkan pengurangan angsuran PPh 25 sebesar
Peraturan Pemerintah Pengganti 30% untuk sektor tertentu, percepatan
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2020 restitusi pajak dan penurunan tarif PPh
tentang Kebijakan Keuangan Negara badan.
dan Stabilitas Sistem keuangan untuk Pemerintah telah memberikan
Penanganan Pandemi Corona Virus keringanan bagi pelaku usaha, namun
Disease 2019 dan atau dalam rangka karena dampak pandemi ini
menghadapi ancaman yang menyebabkan pelaku usaha belum
membahayakan perekonomian nasional mampu mematuhi kebijakan yang
dan atau stabilitas sistem keuangan. diberikan. Kondisi finansial perusahaan
Perppu ini memuat berbagai kebijakan masih dalam ketidakpastian.
keuangan negara termasuk bidang Konsekuensi yang dirasakan adalah
perpajakan dan sektor keuangan demi produktivitas menurun, laba
mencegah krisis akibat wabah virus perusahaan menurun dan tentunya
corona. kemampuan membayar pajak menurun.
Insentif pajak yang diberikan Dalam masa pandemi seperti
pemerintah mulai April sampai ini, pelayanan yang diberikan kepada
September 2020, saat ini hanya sekitar wajib pajak pun terganggu. Dilansir
12.000 Wajib Pajak di Jawa Timur dari DDTC, bahwa Dirjen Pajak (DJP)
yang baru memanfaatkan stimulus belum menetapkan respons kebijakan
pajak pandemi dari total 1.900.000 pelayanan tatap muka setelah ada
Wajib Pajak kurang dari 1% keputusan PSBB jilid 2 di wilayah DKI
(https://liputan6.com tanggal 22 Juli Jakarta. Belum ada keputusan dengan
2020). Salah satu faktor adalah penutupan pelayanan tatap muka DJP.
kurangnya sosialisasi kepada Wajib Dengan demikian, hingga saat ini,
Pajak tentang insentif pajak apalagi pelayanan tatap muka masih dibuka
yang menggunakan jasa konsultan dengan terbatas dengan protokol
pajak hanya 30%. Kepatuhan Wajib kesehatan yang ketat serta dengan
Pajak masih menjadi permasalahan pelayanan online. Wajib Pajak dengan
yang penting untuk dikaji lagi. kendala jaringan ataupun dengan

2
kendala PSBB akan merasa terganggu Teori ini menghubungkan
untuk mendapatkan pelayanan pajak. antara keyakinan dan perilaku dimana
sikap terhadap perilaku, norma
Kepatuhan Wajib Pajak dalam
subyektif dan persepsi pengendalian
masa pandemi diduga dipengaruhi oleh
perilaku bersama-sama membentuk
insentif pajak dan kualitas pelayanan
niat perilaku individu dan perilaku itu
aparat pajak. Penelitian tentang insentif
sendiri (Ajzen, 1985). Teori ini diduga
pajak yang dilakukan oleh Rachmawati
mampu memprediksi niat perilaku
& Ramayanti (2016); Latief & Zakaria
manusia. Teori ini juga menambahkan
(2020); Khairiyah & Akhmadi (2019);
persepsi pengendalian perilaku
Sinnasamy & Bidin (2017); Kihanga
sehingga mampu menjelaskan
(2014); Brockmann et al. (2016);
hubungan antara niat berperilaku dan
Azrinawati & Aliyah (2018)
perilaku aktual. Teori planned
menunjukkan insentif pajak
behaviour sebenarnya perluasan dari
penghasilan berpengaruh positif dalam
theory of reasoned action (Fishbein &
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Ajzen, 1975). Teori ini dikembangkan
Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Jogiyanto (2007) dengan
oleh Suhendri (2015); Sulistyoningrum
menambahkan konstruk kontrol
(2019); Fochmann & Kroll (2016);
perilaku persepsian yang digunakan
Kastlunger et al. (2011) menjelaskan
untuk mengontrol perilaku individual
bahwa insentif pajak tidak berpengaruh
yang dibatasi oleh kekurangan-
terhadap kepatuhan wajib pajak.
kekurangannya dan keterbatasan
Penelitian tentang kualitas sumberdaya yang digunakan untuk
pelayanan pajak yang dilakukan Juniati melakukan perilakunya.
(2017); Anam, Mohammad Choirul,
Ada tiga hal yang membentuk
Andini (2018); Inten (2016); A.
perilaku seseorang, yaitu sikap
Augustine et al. (2020); Kogler et al.
terhadap perilaku (attitude), persepsi
(2013) menunjukkan bahwa kualitas
kontrol perilaku (perceived behavioral
pelayanan berpengaruh signifikan
control) dan norma subyektif
terhadap kepatuhan wajib pajak.
(subjective norm). Individu melakukan
Sedangkan penelitian yang dilakukan
sesuatu sesuai sikap yang dimilikinya
oleh Ester et al. (2017); Siti Masruro
terhadap suatu perilaku. Individu
(2013); Kiow et al. (2019); Al-ttaffi &
melakukan suatu perilaku tertentu jika
Abdul-jabbar (2016) menjelaskan
perilakunya dapat diterima oleh orang
bahwa kualitas pelayanan tidak
yang dianggapnya penting dalam
berpengaruh signifikan terhadap
kehidupannya sehingga menghasilkan
kepatuhan wajib pajak.
kesadaran terhadap lingkungan
RERANGKA TEORITIS YANG sosialnya. Pengendalian individu
DIPAKAI DAN HIPOTESIS terhadap perilakunya perlu dilakukan
untuk mengerti perilakunya.
Planned Behaviour Theory (Teori
Perilaku Terencana) Kepatuhan Wajib Pajak

3
Kepatuhan dalam hal fraud diartikan sebagai tindakan dalam
perpajakan berarti merupakan suatu menggunakan posisi atau jabatan
ketaatan untuk melakukan ketentuan- seseorang untuk memperkaya dirinya
ketentuan atau aturan-aturan dengan sengaja memanfaatkan sumber
perpajakan yang diwajibkan atau daya milik organisasi di tempat
diharuskan dilaksanakan menurut kerjanya.
peraturan perundang-undangan
Kualitas Pelayanan Pajak
perpajakan. Tindakan berupa
pemberian sanksi kepada pelanggar Kualitas pelayanan dapat
ketentuan perpajakan sebagai upaya diartikan sebagai pembandingan antara
menciptakan kepatuhan wajib pajak. pelayanan yang dirasakan konsumen
Kepatuhan wajib pajak didefinisikan dengan kualitas pelayanan yang
sebagai tingkah laku wajib pajak yang diharapkan konsumen. Kualitas
memasukkan dan melaporkan pada pelayanan memiliki beberapa dimensi
waktunya informasi yang diperlukan, atau unsur kualitas pelayanan. Dimensi
mengisi secara benar jumlah pajak yang servqual yang diciptakan oleh A.
terutang, dan membayar pajak pada Pasuraman mampu dibuat untuk
waktunya, tanpa ada tindakan mengukur kualitas pelayanan dengan
pemaksaan. Ketidakpatuhan timbul menggunakan suatu kuesioner.
kalau salah satu syarat definisi tidak Servqual memiliki 5 dimensi yang
terpenuhi. meliputi tangibles, reliability,
responsiveness, assurance dan
Insentif Pajak emphaty.
Association of Certified Fraud Kualitas pelayanan pajak
Examinations (ACFE) mendefinisikan sendiri adalah pelayanan yang
kecurangan atau fraud sebagai diberikan kepada wajib pajak oleh
perbuatan yang melawan hukum yang Direktorat Jenderal Pajak untuk
sengaja dilakukan untuk tujuan tertentu membantu wajib pajak memenuhi
(manipulasi laporan dan memberikan kewajiban perpajakannya. Fakta bahwa
laporan yang keliru kepada pihak lain) saat penelitian ini berlangsung, terdapat
yang dilakukan oleh orang-orang di pandemi COVID-19. DJP melakukan
dalam maupun di luar organisasi untuk berbagi upaya agar wajib pajak mudah
memperoleh keuntungan pribadi atau dalam memenuhi kewajiban
kelompok yang akan merugikan pihak perpajakannya dengan memberikan
lain secara langsung ataupun tidak pelayanan online serta menyapa wajib
langsung. Menurut Albrecht et al. pajak agar melaporkan SPT sesuai
(2014), fraud adalah istilah secara waktu yang telah ditentukan dalam
umum yang mencakup berbagai macam PMK-86/PMK.03/2020, termasuk
arti, dimana kecerdikan manusia bisa penyuluhan secara kontinyu melalui
dijadikan alat untuk mendapat berbagai media dengan harapan
keuntungan dari pihak lain dengan masyarakat lebih mengetahui,
melakukan penyajian yang salah. mengakui, menghargai dan menaati
Sedangkan menurut Wilopo (2014), ketentuan pajak.

4
Pengaruh Insentif Pajak Terhadap Kastlunger et al. (2011) menjelaskan
Kepatuhan Wajib Pajak bahwa insentif pajak tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Insentif pajak adalah insentif
yang diberikan oleh pemerintah untuk
Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak
wajib pajak – wajib pajak Indonesia di
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajakcc
dalam masa pandemi COVID-19 ini.
Kepatuhan wajib pajak dapat Insentif pajak adalah insentif
dipengaruhi oleh insentif pajak yang yang diberikan oleh pemerintah untuk
diberikan oleh pemerintah. Hubungan wajib pajak – wajib pajak Indonesia di
antara insentif pajak dengan kepatuhan dalam masa pandemi COVID-19 ini.
wajib pajak dapat dijelaskan dengan Kepatuhan wajib pajak dapat
Planned Behaviour Theory (Ajzen, dipengaruhi oleh insentif pajak yang
1985), sikap terhadap perilaku yang diberikan oleh pemerintah. Hubungan
dijelaskan dapat menghubungkan antara insentif pajak dengan kepatuhan
antara insentif pajak dengan kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan dengan
wajib pajak. Teori ini menjelaskan Planned Behaviour Theory (Ajzen,
bahwa hubungan ini dapat dibangun 1985), sikap terhadap perilaku yang
dengan adanya faktor internal dan dijelaskan dapat menghubungkan
eksternal. Insentif pajak yang diberikan antara insentif pajak dengan kepatuhan
pemerintah ini termasuk pada faktor wajib pajak. Teori ini menjelaskan
eksternal dari Wajib Pajak. Faktor bahwa hubungan ini dapat dibangun
Insentif pajak yang dimanfaatkan oleh dengan adanya faktor internal dan
Wajib Pajak dapat meringankan eksternal. Insentif pajak yang diberikan
pembayaran pajaknya karena pajak pemerintah ini termasuk pada faktor
yang seharusnya dibayar akan eksternal dari Wajib Pajak. Faktor
ditanggung pemerintah. Insentif hanya Insentif pajak yang dimanfaatkan oleh
mewajibkan Wajib Pajak untuk Wajib Pajak dapat meringankan
melaporkan SPT saja, berarti Wajib pembayaran pajaknya karena pajak
Pajak patuh memenuhi ketentuan yang seharusnya dibayar akan
perpajakan. ditanggung pemerintah. Insentif hanya
Penelitian yang dilakukan mewajibkan Wajib Pajak untuk
Rachmawati & Ramayanti (2016); melaporkan SPT saja, berarti Wajib
Latief & Zakaria (2020); Khairiyah & Pajak patuh memenuhi ketentuan
Akhmadi (2019); Sinnasamy & Bidin perpajakan.
(2017); Kihanga (2014); Brockmann et Penelitian yang dilakukan
al. (2016); Azrinawati & Aliyah (2018) Rachmawati & Ramayanti (2016);
menunjukkan bahwa insentif pajak Latief & Zakaria (2020); Khairiyah &
berpengaruh positif dan signifikan Akhmadi (2019); Sinnasamy & Bidin
terhadap kapatuhan wajib pajak. (2017); Kihanga (2014); Brockmann et
Sedangkan penelitian yang dilakukan al. (2016); Azrinawati & Aliyah (2018)
oleh Suhendri (2015); Sulistyoningrum menunjukkan bahwa insentif pajak
(2019); Fochmann & Kroll (2016); berpengaruh positif dan signifikan

5
terhadap kapatuhan wajib pajak. dan telah menyampaikan SPT Tahunan
Sedangkan penelitian yang dilakukan dan (2) Termasuk Wajib Pajak yang
oleh Suhendri (2015); Sulistyoningrum memiliki usaha, bekerja bebas dan
(2019); Fochmann & Kroll (2016); bekerja pada instansi tertentu.
Kastlunger et al. (2011) menjelaskan
Data Penelitian
bahwa insentif pajak tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Sumber data yang didapat
dalam penelitian ini adalah sumber data
primer. Data primer adalah jenis
sumber data yang diperoleh secara
Insentif Pajak
langsung oleh peneliti dengan cara
Kepatuhan Wajib
Pajak menuju tempat observasi penelitian.
Jenis data primer yang digunakan
Kualitas
Pelayanan Pajak
dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner ini diberikan kepada Wajib
Gambar 1 Pajak Orang Pribadi di Surabaya dan
KERANGKA PENELITIAN sekitarnya. Dalam penelitian ini
kuesioner menggunakan skala likert
dengan skala nilai 1 sampai 4. Skala
H1 : Insentif Pajak berpengaruh nilai 1 berarti sangat tidak setuju, skala
signifikan terhadap Kepatuhan Wajib nilai 2 berarti tidak setuju, skala nilai 3
Pajak UMKM berarti setuju dan skala nilai 4 berarti
sangat setuju.
H2: Kualitas Pelayanan Pajak
berpengaruh signifikan terhadap Variabel Penelitian
Kepatuhan Wajib Pajak Variabel dependen pada
penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib
METODE PENELITIAN
Pajak (Y). Sedangkan, variabel
Klasifikasi Sampel independen pada penelitian ini terdiri
Polulasi dalam penelitian ini dari dari Insentif Pajak (X1) dan
adalah Wajib Pajak Orang Pribadi, dan Kualitas Pelayanan Pajak (X2).
sampel yang dipilih dalam penelitian Definisi Operasional Variabel
ini Wajib Pajak Orang Pribadi di
Kepatuhan Wajib Pajak
Surabaya dan sekitarnya yang telah
menyampaikan laporan SPT. Variabel kepatuhan Wajib
Pengambilan sampel penelitian ini Pajak adalah persepsi Wajib Pajak
dilakukan dengan penyebaran Orang Pribadi terkait kriteria Wajib
kuesioner secara langsung dengan Pajak patuh. Variabel ini diukur
menggunakan google form. Adapun dengan beberapa indikator diantaranya
kriteria sampel yang dipilih kepatuhan wajib pajak melaporkan dan
menggunakan purposive sampling mendaftarkan diri ke kantor pajak,
dengan kriteria: (1) Memiliki NPWP kepatuhan dalam melaporkan SPT tepat

6
waktu, kepatuhan dalam menghitung regresi linier berganda. Sebelum
dan membayar pajak dengan benar, melakukan analisis regresi berganda,
kepatuhan dalam membayar tunggakan dilakukan teknis pengujian validitas
pajak dan kepatuhan atas peraturan dan reliabilitas untuk kuesioner
perpajakan (Panjaitan, 2018). penelitian. Setelah itu, dilakukan uji
asumsi klasik yang terdiri dari uji
Insentif Pajak
normalitas, uji multikolinieritas, uji
Defini operasional dari variabel heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
insentif pajak adalah persepsi Wajib Persamaan model regresi linier
Pajak Orang Pribadi terkait insentif berganda yang dilakukan dalam
pajak yang diberikan oleh pemerintah. penelitian ini adalah:
Insentif pajak dalam penelitian ini
adalah insentif pajak UMKM yang Persamaan: 𝑌 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 +
diberikan oleh pemerintah dalam 𝛽2𝑋2 + 𝐸
membangun ekonomi di masa pandemi Keterangan:
ini. Indikator yang digunakan untuk Y = Kepatuhan Wajib Pajak
mengukur adalah keadilan dalam α = Konstanta
pemberian insentif pajak dan dampak
β1, β2, β3 = Koefisien regresi
yang ditimbulkan dari insentif pajak
(Latief & Zakaria, 2020). X1 = Insentif Pajak
X2 = Kualitas Pelayanan Pajak
Kualitas Pelayanan Pajak E = Eror

Variabel kualitas pelayanan ANALISIS DATA DAN


pajak adalah persepsi Wajib Pajak PEMBAHASAN
Orang Pribadi terkait kualitas
pelayanan pajak. Pelayanan pajak pada Analisis Deskriptif
masa pandemi ada yang dilakukan Analisis deskriptif variabel ini
dengan secara online. Indikator yang dimaksudkan untuk menilai
digunakan untuk mengukur kualitas karakteristik dari data variabel.
pelayanan pajak adalah indikator yang Karakteristik dalam penelitian ini
telah dikembangkan oleh A. adalah nilai mean, median, standard
Pasuraman. Terdapat 5 indikator deviation, minimum dam maksimum.
menurut A. Pasuraman. Indikator Variabel yang ada dalam penelitian ini
tersebut adalah tangibles, reliability, adalah Insentif Pajak (X1), Kualitas
responsiveness, assurance dan Pelayanan Pajak (X2) dan Kepatuhan
empathy. Wajib Pajak (Y). Berikut adalah
analisis deskriptif item-item pernyataan
Teknik Analisis Data dari setiap variabel yang ada setelah
diolah.
Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis

7
Tabel 1
Hasil Statistik Deskriptif Insentif Pajak
Item Jumlah Std.
Total Mean Min. Maks.
Pernyataan 1 2 3 4 Deviation
X1.1 0 3 22 19 44 3,36 2 4 0,613
X1.2 0 2 28 14 44 3,27 2 4 0,544
X1.3 0 2 23 19 44 3,39 2 4 0,579
X1.4 1 10 19 14 44 3,05 1 4 0,806
X1.5 0 3 22 19 44 3,36 2 4 0,613
X1.6 0 14 13 17 44 3,07 2 4 0,846
X1.7 0 7 22 15 44 3,18 2 4 0,691

Analisis Deskriptif Insentif Pajak melakukan pengajuan permhononan


insentif.
Berdasarkan pada tabel 1
karakteristik pernyataan variabel
Analisis Deskriptif Kualitas
insentif pajak, menunjukkan bahwa
Pelayanan Pajak
terdapat nilai mean tertinggi pada item
pernyataan X1.3 sebesar 3,39. Hal ini Berdasarkan pada tabel 2
menunjukkan bahwa sebagian besar karakteristik pernyataan variabel
responden dalam penelitian ini sangat kualitas pelayanan pajak, menunjukkan
setuju dengan item pernyataan tersebut. bahwa terdapat nilai mean tertinggi
Item pernyataan tersebut menjelaskan pada item pernyataan X2.1 dan X2.2
tentang permohonan insentif pajak sebesar 3,45. Hal ini menunjukkan
mudah diikuti oleh responden. Berarti bahwa sebagian besar responden dalam
sebagian besar responden memiliki penelitian ini sangat setuju dengan item
persepsi yang sama bahwa permohonan pernyataan tersebut. Item pernyataan
untuk mengajukan insentif pajak tersebut menjelaskan tentang petugas
mudah bagi responden. pajak bekerja secara profesional dan
Sedangkan nilai mean terendah petugas pajak tanggap menyelesaikan
terletak pada item pernyataan X1.6 persoalan yang dihadapi responden.
sebesar 3,07. Item pernyataan tersebut Berarti sebagian besar responden
menjelaskan tentang insentif pajak memiliki persepsi yang sama bahwa
mengurangi efektifitas layanan petugas petugas pajak melakukan pekerjaannya
pajak. Hal ini menjelaskan bahwa secara profesional dan tanggap
sebagian responden memiliki persepsi menyelesaikan persoalan yang dihadapi
bahwa insentif pajak tidak mengurangi Wajib Pajak. Sedangkan nilai mean
layanan yang diberikan petugas pajak. terendah terletak pada item pernyataan
Hal ini menunjukkan insentif pajak X2.5 sebesar 3,27. Item pernyataan
memudahkan Wajib Pajak dalam tersebut menjelaskan tentang petugas

8
Tabel 2
Hasil Analisis Deskriptif Kualitas Pelayanan Pajak
Item Jumlah Std.
Total Mean Min. Maks.
Pernyataan 1 2 3 4 Deviation
X2.1 0 0 24 20 44 3,45 3 4 0,504
X2.2 0 1 22 21 44 3,45 2 4 0,548
X2.3 0 3 21 20 44 3,39 2 4 0,618
X2.4 0 2 21 21 44 3,43 2 4 0,587
X2.5 1 2 25 16 44 3,27 1 4 0,660

Tabel 3
Hasil Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak
Item Jumlah Std.
Total Mean Min. Maks.
Pernyataan 1 2 3 4 Deviation
Y1.1 0 5 20 19 44 3,32 2 4 0,674
Y1.2 0 2 18 24 44 3,50 2 4 0,591
Y1.3 0 1 18 25 44 3,55 2 4 0,548
Y1.4 0 5 19 20 44 3,34 2 4 0,680
Y1.5 2 13 9 20 44 3,07 1 4 0,974
Y1.6 0 0 19 25 44 3,57 3 4 0,501
Y1.7 0 1 14 29 44 3,64 2 4 0,532

sebagian besar responden dalam


pajak memberikan perhatian terhadap
penelitian ini sangat setuju dengan item
masalah yang dialami responden. Hal
pernyataan tersebut. Item pernyataan
ini menjelaskan bahwa sebagian
tersebut menjelaskan tentang pelaporan
responden tidak diberi perhatian
pajak secara tepat waktu. Berarti
terhadap masalah yang dimiliki oleh
sebagian besar responden memiliki
petugas pajak. Hal ini menunjukkan
persepsi yang sama tentang pelaporan
kualitas pelayanan pajak masih tidak
pajak yang harus dilakukan secara tepat
konsisten dalam memberikan perhatian
waktu.
ke semua Wajib Pajak.
Sedangkan nilai mean terendah
Analisis Deskriptif Kepatuhan terletak pada item pernyataan Y1.5
Wajib Pajak sebesar 3,07. Item pernyataan tersebut
menjelaskan tentang tunggakan pajak
Berdasarkan pada tabel 3 bukanlah prioritas utama. Hal ini
karakteristik pernyataan variabel menjelaskan bahwa sebagian besar
kepatuhan wajib pajak, menunjukkan responden masih terkena dampak dari
bahwa terdapat nilai mean tertinggi ketidakpastian ekonomi, sehingga
pada item pernyataan Y1.7 sebesar sebagian besar responden memilih
3,64. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menunggakan pajaknya di masa

9
pandemi ini. Hal ini menunjukkan VIF < 10, maka tidak terdapat gejala
sebagian besar responden masih multikolinieritas pada masing-masing
mencerminkan tindakan variabel independen dan juga
ketidakpatuhan dalam memenuhi sebaliknya. Berdasarkan pada tabel 5,
kewajiban perpajakannya. menunjukkan nilai VIF pada masing-
masing variabel independen sebesar
Uji Normalitas 1,776. Dimana nilai VIF masing-
Tabel 4 masing variabel independen pada
Hasil Uji Normalitas penelitian ini lebih kecil dari 10. Dilihat
Asymp. Sig (2- Nilai Alpha dari dasar pengambilan keputusan pada
Tailed) pengujian ini, maka kesimpulan yang
0,200 0,05 didapat adalah tidak terdapat gejala
multikolinieritas pada masing-masing
Pengujian ini dilakukan untuk variabel independen yang digunakan di
menguji data yang digunakan apakah penelitian ini.
berdistibusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini, data yang digunakan Uji Heteroskedastisitas
berjumlah 44. Uji normalitas pada Tabel 6
penelitian ini menggunakan metode Hasil Uji Heteroskedatisitas
Kolmogrov Smirnov dengan tingkat Spearman Unstandardiz
Variabel
alpha 5% atau 0,05. Berdasarkan pada ’s Rho ed Residual
tabel 4, menunjukkan bahwa nilai Insentif
signifikan atau asymp. sig (2-tailed) 0,978
Pajak
sebesar 0,200. Nilai ini lebih besar dari Sig (2-
Kualitas
0,05 atau 5% (nilai α). Dilihat dari dasar Tailed)
Pelayan 0,789
pengambilan keputusan, an Pajak
kesimpulannya H0 diterima atau data
yang digunakan pada penelitian ini Uji heteroskedastisitas pada
berdistribusi normal. penelitian ini menggunakan Rank
Spearman. Dengan kriteria
Uji Multikolonieritas pengambilan keputusan, nilai
Tabel 5 signifikan > α (α = 5%), maka tidak
Hasil Uji Normalitas terjadi gejala heteroskedastisitas dan
Variabel Nilai VIF juga sebaliknya. Berdasarkan pada
Insentif Pajak 1,776 tabel 6, menunjukkan nilai signifikan
Kualitas Pelayanan atau sig (2-tailed) pada masing-masing
1,776 nilai unstandardized residual dari
Pajak
variabel independen adalah 0,978 dan
Uji multikolinieritas pada 0,789. Kedua nilai signifikan tersebut
penelitian ini dengan melihat nilai VIF lebih besar dari nilai α (0,05 atau 5%).
(Variance Inflation Factor). Dengan Dilihat dari dasar pengambilan
dasar pengambilan keputusan, jika nilai keputusan pada pengujian ini, maka

10
kesimpulan yang didapat adalah tidak lebih kecil dari 0,05. Dilihat dari dasar
terjadi gejala heteroskedastisitas. pengambilan keputusan, maka
kesimpulan yang didapat adalah H0
Uji Autokorelasi ditolak atau model pada penelitian ini
Tabel 7 tidak fit. Sehingga variabel independen
Hasil Uji Autokorelasi yang terdiri dari insentif pajak (X1) dan
Model Durbin Watson kualitas pelayanan pajak (X2)
berpengaruh signifikan secara simultan
1 1,725
terhadap variabel dependen kepatuhan
wajib pajak (Y).
Tabel 8
Tabel Durbin Watson Uji Koefisien Determinasi
T K DL DU 4-DL 4-DU
Tabel 10
44 2 1,46920 1,56913 2,53080 2,43807
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Adjusted R
Pengujian ini dilakukan untuk
Square Square
mengetahui apakah residual periode t
dengan periode t-1 saling bebas atau 1 0,831 0,690 0,675
tidak ada korelasi yang tinggi. Uji
Berdasarkan pada tabel 10, R
autokorelasi pada penelitian ini
Square menunjukkan angka sebesar
menggunakan metode Durbin Watson.
0,690 (69%). Hal ini menunjukkan
Berdasarkan pada tabel 7,
bahwa variabel independen yang terdiri
menunjukkan nilai Durbin Watson
dari insentif pajak (X1) dan kualitas
pada model penelitian ini sebesar
pelayanan pajak (X2) dapat
1,725. Berdasarkan pada tabel 8 dan
menjelaskan sebesar 69% terhadap
dasar pengambilan keputusan, nilai
variabel dependen kepatuhan Wajib
Durbin Watson model penelitian ini
Pajak (Y). Sisanya dijelaskan oleh
berada di tengah nilai DU dan juga 4-
variabel independen lain yang tidak
DU (DU < D < 4-DU). Kesimpulan
dijelaskan dalam penelitian ini.
yang didapat adalah pada model
penelitian ini tidak terdapat gejala Uji Parsial (Uji t)
autokorelasi.
Tabel 11
Uji Signifikansi Model (Uji F) Hasil Uji t
Variabel Nilai Sig.
Tabel 9 Insentif Pajak 0,004
Hasil Uji F Kualitas Pelayanan 0,000
Model Sig. Pajak
1 Regression 0,000
Berdasarkan pada tabel 11,
Berdasarkan pada tabel 9, menunjukkan nilai signifikansi dari
menunjukkan bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel independen.
sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini Berikut penjelasan terkait hasil uji

11
parsial dari masing-masing variabel pertama (H1) dalam hipotesis
independen. penelitian ini. Hasil penelitian ini juga
Berdasarkan pada hipotesis sesuai dengan hasil penelitian yang
penelitian ini, hipotesis pertama (H1) dilakukan oleh Rachmawati &
adalah insentif pajak berpengaruh Ramayanti (2016); Latief & Zakaria
secara signifikan terhadap kepatuhan (2020); Khairiyah & Akhmadi (2019);
wajib pajak. Jika, dilihat dari tabel nilai Sinnasamy & Bidin (2017); Kihanga
signifikansi dari variabel insentif pajak (2014); Brockmann et al. (2016);
(X1) adalah sebesar 0,004. Nilai Azrinawati & Aliyah (2018) yang
signifikansi tersebut lebih kecil dari menyatakan bahwa insentif pajak
nilai α. Dilihat dari dasar pengambilan berpengaruh signifikan terhadap
keputusan, maka H0 ditolak. kewajiban Wajib Pajak.
Kesimpulan yang didapat adalah Hasil ini juga sesuai dengan
hipotesis pertama (H1) dalam Planned Behaviour Theory yang
penelitian ini diterima, variabel insentif digunakan pada penelitian ini. Sikap
pajak (X1) berpengaruh secara terhadap perilaku yang dijelaskan dapat
signifikan terhadap variabel kepatuhan menghubungkan antara insentif pajak
wajib pajak (Y). dengan kepatuhan wajib pajak. Teori
Berdasarkan pada hipotesis ini menjelaskan bahwa hubungan ini
penelitian ini, hipotesis kedua (H2) dapat dibangun dengan adanya faktor
adalah kualitas pelayanan pajak internal dan eksternal. Insentif pajak
berpengaruh secara signifikan terhadap yang diberikan pemerintah ini termasuk
kepatuhan wajib pajak. Jika, dilihat dari pada faktor eksternal dari Wajib Pajak.
tabel nilai signifikansi dari variabel Faktor Insentif pajak yang
kualitas pelayanan pajak (X2) adalah dimanfaatkan oleh Wajib Pajak dapat
sebesar 0,000. Nilai signifikansi meringankan pembayaran pajaknya
tersebut lebih kecil dari nilai α. Dilihat karena pajak yang seharusnya dibayar
dari dasar pengambilan keputusan, akan ditanggung pemerintah.
maka H0 ditolak. Kesimpulan yang Insentif pajak adalah insentif
didapat adalah hipotesis kedua (H2) yang diberikan oleh pemerintah untuk
dalam penelitian ini diterima, variabel wajib pajak – wajib pajak Indonesia di
kualitas pelayanan pajak (X2) dalam masa pandemi COVID-19 ini.
berpengaruh secara signifikan terhadap Kepatuhan wajib pajak dapat
variabel kepatuhan wajib pajak (Y). dipengaruhi oleh insentif pajak yang
diberikan oleh pemerintah. Insentif
Pengaruh Insentif Pajak Terhadap pajak yang dimanfaatkan oleh Wajib
Kepatuhan Wajib Pajak Pajak dapat meringankan pembayaran
Hasil analisis yang didapat pajaknya karena pajak yang seharusnya
terkait variabel insentif pajak adalah dibayar akan ditanggung pemerintah.
insentif pajak berpengaruh signifikan Insentif hanya mewajibkan Wajib
terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hasil Pajak untuk melaporkan SPT saja,
tersebut sejalan dengan hipotesis berarti Wajib Pajak patuh memenuhi
ketentuan perpajakan. Sehingga,

12
adanya insentif pajak akan dengan adanya faktor internal dan
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. eksternal. Pelayanan yang diberikan
Insentif yang diajukan oleh kepada Wajib Pajak adalah salah satu
responden pun ragam, terdapat insentif faktor eksternal dalam menetukan
PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPN, Badan, kepatuhan Wajib Pajak. Faktor
dan PPh 25. Namun yang paling banyak pelayanan yang baik dari aparat pajak
adalah insentif PPh 21 untuk akan membuat Wajib Pajak nyaman
pegawai/karyawan. Responden pun sehingga Wajib Pajak dengan sukarela
telah merasakan manfaat apa yang telah memenuhi ketentuan perpajakan.
diperoleh setelah mengajukan insentif Kualitas pelayanan pajak adalah
seperti efisiensi dalam pembayaran pelayanan yang diberikan kepada wajib
pajak terutama pada masa pandemi pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak
seperti ini. Selain itu, insentif pajak pun untuk membantu wajib pajak
menurut beberapa responden adalah memenuhi kewajiban perpajakannya
fasilitas pajak yang memang harus Faktor pelayanan yang baik dari aparat
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pajak akan membuat Wajib Pajak
Wajib Pajak. nyaman sehingga Wajib Pajak dengan
sukarela memenuhi ketentuan
Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak perpajakan. Wajib Pajak bersedia
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak membayar, melaporkan SPT secara
Hasil analisis yang didapat rutin dan sukarela. Sehingga, kualitas
terkait variabel kualitas pelayanan pelayanan pajak meningkatkan
pajak adalah kualitas pelayanan pajak kepatuhan Wajib Pajak.
berpengaruh signifikan terhadap Beberapa responden pun sudah
kepatuhan Wajib Pajak. Hasil tersebut merasakan pelayanan yang telah
sejalan dengan hipotesis kedua (H2) diberikan oleh aparat pajak terhadap
dalam hipotesis penelitian ini. Hasil mereka. Seperti ramah kepada Wajib
penelitian ini juga sesuai dengan hasil Pajak, memberikan arahan yang jelas
penelitian yang dilakukan oleh Juniati dan dapat dimengerti oleh Wajib Pajak
(2017); Anam, Mohammad Choirul, walaupun beberapa pelayanan
Andini (2018); Inten (2016); A. dilaksanakan secara online. Hal ini pun
Augustine et al. (2020); Kogler et al. memberikan dampak positif dan juga
(2013) yang menyatakan bahwa kemudahan bagi para Wajib Pajak
kualitas pelayanan pajak berpengaruh dalam melakukan urusan kewajiban
signifikan terhadap kewajiban Wajib pajaknya, sehingga Wajib Pajak merasa
Pajak. puas.
Hasil ini juga sesuai dengan
Planned Behaviour Theory yang KESIMPULAN, KETERBATASAN
digunakan pada penelitian ini. Sikap DAN SARAN
terhadap perilaku ikut andil dalam Berdasarkan pada hasil analisis
hubungan ini. Teori ini menjelaskan dan pembahasan olah data, peneliti
bahwa hubungan ini dapat dibangun telah mendapatkan kesimpulan yang

13
dapat diambil bahwa variabel insentif https://doi.org/10.20448/2002.82.
pajak dan kualitas pelayanan pajak 47.57
berpengaruh signifikan terhadap Ajzen, I. (1985). From Intentions to
kepatuhan Wajib Pajak.
Actions: A Theory of Planned
Keterbatasan dalam penelitian
ini adalah (1) sebagian responden Behavior. In Action Control.
menolak untuk mengisi karena sibuk https://doi.org/10.1007/978-3-
dalam melakukan audit di penghujung 642-69746-3_2
tahun, (2) sebagian responden menolak Al-ttaffi, L. A., & Abdul-jabbar, H.
untuk mengisi karena menerapkan (2016). Service Quality and
work from home dan (3) sebagian Income Tax Non-Compliance
responden menolak untuk mengisi
among Small and Medium
karena tidak cukup mengerti dalam
menjawab pertanyaan dari kuesioner Enterprises in Yemen Akademia
peneliti. Baru. Journal of Advanced
Berdasarkan kesimpulan dan Research in Business and
keterbatasan yang dipaparkan peneliti, Management Studies, 4(1), 12–
berikut beberapa saran untuk peneliti 21.
selanjutnya, yaitu: (1) diharapkan Anam, Mohammad Choirul, Andini,
peneliti selanjutnya membuat
rita dan H. (2018). Pengaruh
pertanyaan kuesioner yang lebih
dimengerti oleh responden pada kesadaran wajib pajak, pelayanan
umumnya, (2) diharapkan pada peneliti fiskus dan sanksi pajak terhadap
selanjutnya untuk menambah cakupan kepatuhan wajib pajak orang
responden yang lebih besar dan (3) pribadi yang melakukan kegiatan
diharapkan pada peneliti selanjutnya usaha dan pekerjaan bebas
untuk menambah variabel independen
sebagai variabel intervening
yang mampu menjelaskan kepatuhan
Wajib Pajak. (studi di kpp pratama salatiga).
Journal Of Accounting, 4, 3–15.
DAFTAR PUSTAKA Azrinawati Mohd Remali @ Abdul
A. Augustine, A., F. Folajimi, A., & L. Jalil, & ‘Aliyah Nur Satar Abdul
Ayodele, A. (2020). Quality of Satar. (2018). Tax Knowledge ,
Tax Services, Moderated by Trust Tax Penalty and Tax Rate on Tax
in State Internal Revenue Service Compliance among Small
and Voluntary Tax Compliance Medium Enterprise in Selangor.
Behaviour among Individual Global Business and
Taxpayers in South-West, Management Research, 10(3),
Nigeria. Journal of Accounting, 12–24. www.smecorp.gov.my
Business and Finance Research, Brockmann, H., Genschel, P., &
8(2), 47–57. Seelkopf, L. (2016). Happy

14
taxation: Increasing tax Wajib Pajak Restoran. E-Jurnal
compliance through positive Akuntansi, 16(2), 1210–1237.
rewards?. Journal of Public Juniati, K. P. dan P. E. S. (2017).
Policy, 36(3), 381–406. Pengaruh Kesadaran,
https://doi.org/10.1017/S0143814 Pengetahuan Dan Pemahaman
X15000331 Perpajakan, Kualitas Pelayanan
Priyono, M. (2544). (2016). Metode Dan Sanksi Perpajakan Terhadap
Penelitian Kuantitatif. Zifatama Kepatuhan Wajib Pajak. E-Jurnal
Publishing. Akuntansi, 18, 1112–1140.
Ester, K. G., Nangoi, G. B., & Kastlunger, B., Muehlbacher, S.,
Alexander, S. W. (2017). Kirchler, E., & Mittone, L.
Pengaruh Kualitas Pelayanan (2011). What goes around comes
Pajak Dan Pengetahuan Wajib around? Experimental evidence
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib of the effect of rewards on tax
Pajak Orang Pribadi Di compliance. Public Finance
Kelurahan Kleak Kecamatan Review, 39(1), 150–167.
Malalayang Kota Manado. Jurnal https://doi.org/10.1177/10911421
Riset Akuntansi, 12(2), 523–530. 10376518
https://doi.org/10.32400/gc.12.2.1 Khairiyah, Y. R., & Akhmadi, M. H.
7951.2017 (2019). Studi Kualitatif : Dampak
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Kebijakan Insentif Pajak Usaha
Beliefs, attitude, intention, and Kecil Dan Menengah Terhadap
behavior. In Strategies of Kepatuhan Pajak Dan Penerimaan
Change: Persuasive Negara. Jurnal Manajemen
Communication. Keuangan Publik, 3(2), 36.
Fochmann, M., & Kroll, E. B. (2016). https://doi.org/10.31092/jmkp.v3i
The effects of rewards on tax 2.620
compliance decisions. Journal of Kihanga, C. (2014). The Influence Of
Economic Psychology, Tax Rate And Income Level On
52(September), 38–55. Tax Non-Compliance In
https://doi.org/10.1016/j.joep.201 Tazmania. 1(August), 53–66.
5.09.009 International Journal of Social
Inten, L. K. P. S. dan N. L. S. (2016). Science and Management Review.
Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kiow, S., Fuad, M., Salleh, M., &
Pemeriksaan Pajak, Pengetahuan Azlina, A. (2019). The Mediating
Perpajakan Dan Sanksi Effect of Ethical Perception on
Perpajakan Pada Kepatuhan the Relationship between Tax

15
Service and Tax Compliance Manajemen Bisnis, 4(2), 176–
Behavior Using Baron and Kenny 185.
and Bootstrapping Method. https://jurnal.polibatam.ac.id/inde
Journal of Business Management x.php/JAEMB/article/view/75
and Accounting. 9(July), 41–49 Sinnasamy, P., & Bidin, Z. (2017). The
Kogler, C., Kirchler, E., Hofmann, E., Relationship between Tax Rate,
Antonides, G., Gangl, K., de Penalty Rate, Tax Fairness and
Groot, M., Goslinga, S., & Excise Duty Non-compliance.
Muehlbacher, S. (2013). »How SHS Web of Conferences, 34,
can I help you?« Perceived 11001.
Service Orientation of Tax https://doi.org/10.1051/shsconf/2
Authorities and Tax Compliance. 0173411001
FinanzArchiv, 69(4), 487. Siti Masruro, Z. (2013). Pengaruh
https://doi.org/10.1628/00152211 Kemanfaatan NPWP,
3x675683 Pemahaman Wajib Pajak,
Latief, S., & Zakaria, J. (2020). Kualitas Pelayanan, Sanksi
Pengaruh Kepercayaan Kepada Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Pemerintah , Kebijakan Insentif Wajib Pajak (Studi Empiris pada
Pajak dan Manfaat Pajak WP OP di Kabupaten Tegal).
Terhadap Kepatuhan Wajib Diponegoro Journal of
Pajak. Center of Economic Accounting. 2(2009), 435–449.
Student Journal, 3(3), 271-289. Suhendri, D. (2015). Pengaruh
Panjaitan, T. A. I. (2018). Perpajakan pengetahuan, tarif pajak, dan
Sebagai Pemoderasi, Program sanksi pajak terhadap kepatuhan
Studi Akuntansi Fakultas wajib pajak orang pribadi yang
Ekonomi dan Bisnis Universitas melakukan kegiatan usaha dan
17 Agustus 1945 Jakarta. Media pekerjaan bebas di Kota Padang
Akuntansi Perpajakan. 3(1), 58– (Studi empiris pada kantor
73 pelayanan pajak pratama Kota
Pessino, C., & Fenochietto, R. (2010). Padang). Publikasi Ilmiah
Determining countries’ tax effort. Universitas Negeri Padang, 3(1),
Hacienda Publica Espanola. 1–20.
Rachmawati, N., & Ramayanti, R. Sulistyoningrum, A. (2019). Pengaruh
(2016). Manfaat Pemberian Sosialisasi Perpajakan, Kualitas
Insentif Pajak Penghasilan dalam Pelayanan Petugas Pajak,
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Perubahan Tarif Pajak, Sanksi
Jurnal Akuntansi, Ekonomi, Dan Perpajakan Dan Kesadaran Wajib

16
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Umkm Di Klaten. Artikel
Ilmiah

17

Anda mungkin juga menyukai