Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK, PENYULUHAN PAJAK,

KUALITAS PELAYANAN PAJAK, DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP


KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DI KOTA PADANG

Oleh:

MUCHSIN IHSAN
NIM: 2009/13073

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
Wisuda Periode September 2013
PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK, PENYULUHAN PAJAK,
KUALITAS PELAYANAN PAJAK, DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DI KOTA PADANG

Muchsin Ihsan
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email: undergroendist@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukti empiris apakah terdapat
pengaruh pengetahuan Wajib Pajak, penyuluhan pajak, kualitas pelayanan
pajak, dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan di
Kota Padang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kausatif dengan
menggunakan pendekatan kuantitaif. Pemilihan sampel menggunakan
metode purposive sampling, sebanyak 370 responden Wajib Pajak Badan.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan Wajib Pajak,
penyuluhan pajak, kualitas pelayanan pajak, dan pemeriksaan pajak
berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan di
Kota Padang.

Kata Kunci: Kepatuhan Wajib Pajak Badan, Pengetahuan Wajib Pajak,


Penyuluhan Pajak, Kualitas Pelayanan Pajak, Pemeriksaan
Pajak

ABSTRACT
This study aims to investigate the influence of taxpayers knowledge, tax
counseling, quality of tax services, and tax investigation to Compliance of
Corporate Taxpayers. This research is a causative study using a
quantitative approach. Sample in this study was determined through
purposive sampling technique consisted of 370 respondents. Results of this
study demonstrate that there are positive significant influence of taxpayers
knowledge, tax counseling, quality of tax services, and tax investigation to
Compliance of Corporate Taxpayers in Padang.
Keywords: Taxpayer Compliance, Taxpayer Knowledge, Tax Counseling,
Quality of Tax Services, Tax Investigation.

1
I. PENDAHULUAN dalam perhitungan pajak penghasilan
badan bagi perusahaan di Indonesia.
Pajak merupakan tulang punggung
Salah satu perubahan yang paling
Anggaran Pendapatan dan Pembelanjaan
mendasar adalah adanya perubahan tarif
Negara (APBN). Tanpa pajak akan
yang digunakan dalam menghitung pajak
sangat mustahil negara ini dapat
bagi perusahaan, yang semula
melakukan pembangunan. Dalam
menggunakan tarif progresif (tarif
struktur APBN, kontribusi penerimaan
maksimal 30%) menjadi 28% pada tahun
dalam negeri dari sektor pajak cukup
2009, dan sudah menjadi 25% pada
signifikan secara nominal maupun
tahun 2010. Hal ini berarti, setelah
persentase. Peran pajak dalam Anggaran
berlakunya Undang-Undang Nomor 36
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Tahun 2008 ini, perusahaan akan
Indonesia terus meningkat terhadap
membayar pajak yang lebih kecil untuk
seluruh pendapatan negara.
jumlah penghasilan sama dengan periode
Berdasarkan keterangan Menteri
sebelumnya (Yulianti, 2010).
Keuangan, Agus Martowardojo, fakta
Untuk mencapai target pajak,
menunjukkan tingkat kepatuhan Wajib
perlu ditumbuhkan kesadaran dan
Pajak masih rendah. Pada tahun 2011,
kepatuhan masyarakat (Wajib Pajak)
tercatat Wajib Pajak Badan dari jumlah
untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai
Wajib Pajak berbentuk badan sekitar
dengan ketentuan yang berlaku.
12.000.000, hanya 466.000 badan usaha
Mengingat reformasi pajak yang telah
yang membayar pajak. Itu berarti hanya
dilaksanakan Ditjen Pajak masih belum
3,6% badan usaha yang membayar
memberikan hasil yang signifikan, maka
pajak. Sementara itu, target tambahan
kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak
pajak orang pribadi, diharapkan akan ada
merupakan faktor penting bagi
tambahan sebanyak 3.000.000 WP
peningkatan penerimaan pajak, maka
(www.tribunnews.com)
perlu secara intensif dikaji tentang
Langkah pemerintah untuk
faktor-faktor yang mempengaruhi
meningkatkan penerimaan dari sektor
kepatuhan wajib pajak, khususnya Wajib
perpajakan dimulai dengan melakukan
Pajak Badan.
reformasi perpajakan secara menyeluruh
Berdasarkan fakta yang
pada tahun 1983. Kenyataan yang ada di
dijelaskan Menteri Keuangan, kepatuhan
Indonesia menunjukkan tingkat
Wajib Pajak sangat perlu diperhatikan
kepatuhan masih rendah, hal ini bisa
karena seiring dengan meningkatnya
dilihat dari belum optimalnya
jumlah Wajib Pajak, maka kepatuhan
penerimaan pajak yang tercermin dari
Wajib Pajak tersebut juga harus
tax gap dan tax ratio. Sudah satu dekade
ditingkatkan agar fungsi pajak dapat
reformasi birokrasi di DJP telah berjalan
diwujudkan. Dengan menurunnya
yang dimulai sejak tahun 2002 yang
kepatuhan Wajib Pajak, negara juga
dilakukan secara bertahap sampai tahun
akan mengalami penurunan pada sumber
2008 diseluruh Indonesia. Dampak dari
penerimaan negara. Hal ini dapat
reformasi ini sendiri sangat berpengaruh
mengurangi kemampuan pemerintah
terhadap penerimaan negara dari sektor
dalam membiayai pengeluaran rutin dan
pajak (www.pajak.go.id). Reformasi
pembangunan. Menurut Siti (2009: 18-
Undang-Undang Pajak Penghasilan
19), kepatuhan Wajib Pajak sangat
terkini di Indonesia ditandai dengan
diperlukan sebagai sumber penerimaan
dikeluarkannya Undang-undang Nomor
Negara yang cukup besar selain migas
36 Tahun 2008. Undang-undang ini
karena sumber migas merupakan sumber
mengatur beberapa perubahan mendasar

2
yang tidak dapat diperbaharui. Thomas dapat bersifat langsung seperti seminar
(2012: 4) menjelaskan bahwa kepatuhan sosialisasi pengisian SPT, dapat pula
Wajib Pajak berperan penting dalam bersifat tidak langsung berupa buku
mewujudkan fungsi pajak sebagai petunjuk pengisian SPT. Namun sering
sumber dana dan sebagai pengatur bagi tidak relevannya buku petunjuk
sebuah negara. Kepatuhan Wajib Pajak pengisian SPT memang sering
perlu diperhatikan dan diawasi karena menimbulkan masalah antara Wajib
berkembangnya praktik penghindaran Pajak dan fiskus. Format dan buku
pajak (tax evasion) yang dapat petunjuk yang selalu berubah juga
menimbulkan kerugian pada negara memusingkan Wajib Pajak. (Hamdan,
(Fidel, 2010: 139). 2002: 36). Seminar sosialisasi juga
Pemahaman Wajib Pajak atas dirasa kurang efektif karena tidak
ketentuan maupun peraturan perpajakan menjangkau semua Wajib Pajak dan
yang berlaku sangat diperlukan, maka tidak semua Wajib Pajak yang diundang
Wajib Pajak akan lebih sadar dalam bersedia datang. KPP dinilai kurang
memenuhi kewajibannya untuk proaktif dalam melakukan penyuluhan
membayar pajak. Dalam prakteknya, kepada masyarakat (Ruston, 2002: 39)
peraturan perpajakan cukup sulit untuk karena penyuluhan dilakukan hanya di
dimengerti oleh Wajib Pajak, sehingga KPP sementara Wajib Pajak enggan
menimbulkan keengganan bagi Wajib datang ke kantor pajak.
Pajak untuk melaksanakan kewajiban Fungsi utama dari Ditjen Pajak
perpajakan. Sering terjadi Wajib Pajak adalah pelayanan. Hal ini tampak pada
mengeluh sulit dalam mengisi formulir penyebutan kantornya yaitu Kantor
SPT (Surat Pemberitahuan) pajak. Selain Pelayanan Pajak. Pelayanan adalah suatu
itu, peraturan perpajakan juga sering kali proses bantuan kepada orang lain dengan
berubah sehingga membingungkan cara-cara tertentu yang memerlukan
Wajib Pajak. Kondisi seperti ini akan kepekaan dan hubungan interpersonal
berpengaruh pada keinginan Wajib Pajak agar tercipta kepuasan dan keberhasilan
yang rendah dalam memenuhi kewajiban (Boediono, 2003 dalam Ni Luh, 2006).
perpajakan. Wajib Pajak sering kali Para Wajib Pajak akan patuh dalam
harus bersusah payah bertanya kepada memenuhi kewajiban perpajakannya
aparat pajak bahkan ada yang tergantung bagaimana petugas pajak
menggunakan jasa konsultan pajak untuk memberikan mutu pelayanan terbaik
mengisinya, sehingga harus keluar biaya kepada Wajib Pajaknya. Oleh karena itu,
dan memakan banyak waktu. aparat pajak harus senantiasa melakukan
Keengganan Wajib Pajak untuk perbaikan kualitas pelayanan pajak
membayar pajak bisa berkurang apabila dengan tujuan agar dapat meningkatkan
peraturan perpajakan dibuat sederhana kepatuhan Wajib Pajak dengan
mungkin sehingga Wajib Pajak tahu cara menempatkan masyarakat Wajib Pajak
mengisinya (Candra, 2013). Oleh karena sebagai pelanggan yang harus dilayani
itu, pemahaman atau pengetahuan dengan sebaik-baiknya, layaknya
mengenai perpajakan sangat diperlukan pelanggan dalam organisasi bisnis.
agar Wajib Pajak dapat memenuhi Namun yang terjadi bukannya petugas
kewajiban perpajakannya. pajak yang melayani, namun malah
Setiap tahun, Ditjen Pajak minta dilayani, mungkin karena masih
(Kantor Pelayanan Pajak/KPP) selalu kentalnya perasaan sebagai Pegawai
mengagendakan penyuluhan perpajakan. Negeri Sipil (PNS) (Fidel, 2010 : 22).
Menurut Vivien (2005), penyuluhan

3
Pemeriksaan bertujuan untuk untuk Masa Pajak Januari
menguji kepatuhan pemenuhan sampai November tidak lebih
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan dari 3 (tiga) Masa Pajak untuk
lain dalam rangka melaksanakan setiap jenis pajak dan tidak
ketentuan peraturan perundang- berturut-turut; dan
undangan perpajakan (Waluyo, 2011: c) SPT Masa yang terlambat
64). Namun, seringkali pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi huruf b telah disampaikan tidak
Wajib Pajak karena kesan yang ada saat lewat dari batas waktu
ini adalah apabila diperiksa berarti penyampaian SPT Masa
konotasinya negatif (Hamdan, 2002 : Pajak berikutnya.
37). 2) tidak mempunyai tunggakan pajak
Penelitian ini menggunakan untuk semua jenis pajak, kecuali
variabel pengaruh pengetahuan Wajib tunggakan pajak yang
Pajak, penyuluhan pajak, kualitas telah memperoleh izin mengangsur
pelayanan pajak, dan pemeriksaan pajak atau menunda pembayaran pajak,
karena variabel tersebut telah terbukti meliputi keadaan pada tanggal 31
mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak. Desember tahun sebelum penetapan
Oleh karena itu, peneliti ingin sebagai Wajib Pajak Patuh dan tidak
mengetahui besar pengaruh faktor-faktor termasuk utang pajak yang belum
tersebut terhadap kepatuhan Wajib melewati batas akhir pelunasan.
Pajak, khususnya Wajib Pajak Badan 3) Laporan Keuangan diaudit oleh
karena masih rendahnya kepatuhan Akuntan Publik atau lembaga
Wajib Pajak Badan di kota Padang dan pengawasan keuangan pemerintah
penelitian yang serupa masih belum dengan pendapat Wajar Tanpa
pernah dilakukan di kota Padang. Pengecualian selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut dengan ketentuan:
II. TELAAH LITERATUR DAN a) Laporan Keuangan yang diaudit
PENGEMBANGAN HIPOTESIS harus disusun dalam bentuk
panjang (long form report) dan
1. Kepatuhan Wajib Pajak
menyajikan rekonsiliasi laba
rugi komersial dan fiskal bagi
Kepatuhan perpajakan diartikan sebagai
Wajib Pajak yang wajib
suatu keadaan dimana Wajib Pajak patuh
menyampaikan Surat
dan mempunyai kesadaran dalam
Pemberitahuan Tahunan; dan
Berdasarkan Peraturan Menteri
b) Pendapat Akuntan atas Laporan
Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007,
Keuangan yang diaudit
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak
ditandatangani oleh Akuntan
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Publik yang tidak sedang dalam
Pajak sebagai Wajib Pajak yang
pembinaan lembaga pemerintah
memenuhi kriteria tertentu. Kriteria
pengawas Akuntan Publik.
tersebut adalah sebagai berikut:
4) tidak pernah dipidana karena
1) tepat waktu dalam penyampaian
melakukan tindak pidana di bidang
Surat Pemberitahuan, meliputi:
perpajakan berdasarkan putusan
a) penyampaian SPT Tahunan
pengadilan yang telah mempunyai
tepat waktu dalam 3 (tiga) tahun
kekuatan hukum tetap dalam jangka
terakhir;
waktu 5 (lima) tahun terakhir.
b) Penyampaian SPT Masa yang
terlambat dalam tahun terakhir

4
Kepatuhan Wajib Pajak sebagai hubungan hukum antara pemerintah
landasan self-assessment dapat dicapai dan Wajib Pajak.
apabila elemen-elemen kunci telah
diterapkan secara efektif. Menurut 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ismawan (dalam Ni Luh 2006: 5), Kepatuhan Wajib Pajak
elemen-elemen kunci tersebut adalah: Faktor yang mendorong kepatuhan Wa-
1) program pelayanan yang baik jib Pajak terdiri dari faktor penge-
kepada Wajib Pajak, tahuan/pemahaman Wajib Pajak (Pa-
2) prosedur yang sederhana dan mungkas dalam Rika, 2007) dan faktor
memudahkan Wajib Pajak, psikologi Wajib Pajak (Chaizi dalam
3) program pemantauan kepatuhan dan Abdul 2009: 35). Faktor pengetahuan
verifikasi yang efektif, Wajib Pajak terdiri dari pengetahuan atas
4) pemantapan law enforcement secara hukum pajak materiil dan hukum pajak
tegas dan adil. formil, sedangkan faktor psikologi Wajib
Ada dua macam kepatuhan Pajak dipengaruhi oleh sosialisasi
menurut Nurmantu (dalam Abdul, 2009: (penyuluhan) perpajakan, pelayanan per-
35) yaitu: pajakan, dan pemeriksaan perpajakan.
1) Kepatuhan formal, adalah suatu Pengetahuan Wajib Pajak
keadaan di mana Wajib Pajak berhubungan erat dengan kepatuhan
memenuhi kewajiban secara formal pajak. Pengetahuan perpajakan
sesuai dengan ketentuan dalam merupakan pemahaman Wajib Pajak
undang-undang perpajakan. Misalnya mengenai hukum, undang-undang, tata
ketentuan batas waktu penyampaian cara perpajakan yang benar. Menurut
SPT PPh Tahunan tanggal 31 Maret. Nurmantu (dalam Lidya, 2010), semakin
Apabila Wajib Pajak telah tinggi tingkat pendidikan Wajib Pajak
melaporkan SPT PPh Tahunan maka semakin mudah bagi mereka untuk
sebelum atau pada tanggal 31 Maret memahami peraturan perpajakan,
maka Wajib Pajak telah memenuhi termasuk memahami sanksi administrasi
kepatuhan formal, akan tetapi isinya dan sanksi pidana perpajakan. Namun
belum tentu memenuhi kepatuhan rumitnya peraturan perpajakan
material. mengakibatkan tidak semua Wajib Pajak
2) Kepatuhan material, adalah suatu yang berpendidikan tinggi memahami
keadaan di mana Wajib Pajak dan mengetahui peraturan perpajakan,
memenuhi semua ketentuan material sehingga tingkat pengetahuan dan
perpajakan, yakni sesuai dengan isi pemahaman mengenai hukum dan
dan jiwa Undang-Undang tatacara perpajakan menjadi rendah
perpajakan. Kepatuhan material (Eriksen dan Fallan, 1996).
dapat juga meliputi kepatuhan Penyuluhan (counseling)
formal. Kepatuhan pajak material merupakan salah satu teknik yang sangat
memuat norma-norma yang penting di antara teknik-teknik
menerangkan antara lain keadaan, bimbingan lainnya, didefinisikan sebagai
perbuatan, peristiwa hukum yang proses menolong orang supaya dapat
dikenai pajak (objek pajak), siapa mengatasi persoalan-persoalannya dan
yang dikenakan pajak (sumber), menambah penyesuaian dirinya melalui
berapa besar pajak yang dikenakan wawancara (interview) serta sifat-sifat
(tarif), segala sesuatu tentang timbul hubungan yang lain antara orang dengan
dan hapusnya utang pajak, dan orang, misalnya dengan membuat orang
yang ditolong tadi dapat merasa bebas

5
dan senang (on his ease). Dengan adanya SPT menjadi obyek pemeriksaan.
penyuluhan, yang diharapkan dapat Pemeriksaan dilakukan atas SPT untuk
terjadi adalah perubahan dari diri memastikan bahwa jumlah pajak
manusia dari segi pengetahuan, dilaporkan sesuai dengan yang
keterampilan, dan sikapnya. Sasaran dari seharusnya dibayarkan dan dilaporkan.
penyuluhan adalah penyebaran informasi Sehingga dapat dirumuskan bahwa
yang bermanfaat dan praktis bagi tujuan dilakukannya pemeriksaan pajak
masyarakat tertentu (Vivien, 2005: 17- adalah sebagai pengawasan oleh DJP
18). terhadap Wajib Pajak dalam
Salah satu upaya dalam melaksanakan kewajiban perpajakan
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (Hardi, 2003). Pemeriksaan pajak
adalah memberikan pelayanan yang baik merupakan suatu alat yang ampuh untuk
kepada Wajib Pajak. Peningkatan memaksa Wajib Pajak taat dengan
kualitas dan kuantitas pelayanan kewajiban perpajakannya (Frey, 2003).
diharapkan dapat meningkatkan
kepuasan kepada Wajib Pajak sebagai Kerangka Konseptual
pelanggan sehingga meningkatkan Penelitian ini akan melihat
kepatuhan dalam bidang perpajakan. pengaruh pengetahuan Wajib Pajak,
Paradigma baru yang menempatkan
penyuluhan pajak, kualitas pelayanan
aparat pemerintah sebagai abdi negara pajak, dan pemeriksaan pajak terhadap
dan masyarakat (Wajib Pajak) harus kepatuhan Wajib Pajak Badan di kota
diutamakan agar dapat meningkatkan Padang. Sebagaimana telah dijelaskan
kinerja pelayanan publik. Pelayanan sebelumnya, berdasarkan penelitian yang
merupakan fungsi pertama dari Ditjen telah dilakukan, kepatuhan Wajib Pajak
Pajak. Pelayanan pajak terbagi tiga yaitu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
pelayanan NPWP, pelayanan keberatan lain: pengetahuan Wajib Pajak,
Wajib Pajak, dan pelayanan restitusi penyuluhan terhadap Wajib Pajak,
(Hamdan, 2002 : 36). kualitas pelayanan terhadap Wajib Pajak,
Pentingnya pemeriksaan pajak dan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak.
terkait dengan perubahan sistem Dalam penelitian ini akan diteliti
pemungutan pajak sejak Reformasi sejauhmana pengaruh yang signifikan
Perpajakan tahun 1983, dari official pengetahuan Wajib Pajak, penyuluhan
assessment system dimana pemerintah pajak, kualitas pelayanan pajak, dan
(fiskus) berperan aktif dalam pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan
pendaftaran, pemungutaan, dan Wajib Pajak Badan di kota Padang,
pelaporan pajak, menjadi self-assessment dilihat dari keempat faktor yang
system dimana Wajib Pajak yang diberi mempengaruhi kepatuhan tersebut, yaitu
kepercayaan untuk berperan aktif pengetahuan, penyuluhan, pelayanan,
melaksanakan kewajiban perpajakannya. dan pemeriksaan. Secara sederhana
Sarana untuk melaporkan jumlah kerangka konseptual penelitian ini dapat
penghasilan kena pajak dan jumlah pajak
digambarkan sebagai berikut. Gambar 1.
terutang adalah Surat Pemberitahuan Kerangka Konseptual (Lampiran)
Pajak (SPT). Dengan kata lain SPT juga
merupakan alat pertanggungjawaban
Hipotesis
Wajib Pajak terhadap pelaksanaan
kewajiban perpajakan sesuai dengan 1. Pengetahuan pajak dapat
peraturan perpajakan (Herlina, 2011). menumbuhkan sikap positif Wajib
Jumlah pajak yang dilaporkan dalam Pajak jika mereka paham betul atas

6
isi Undang-Undang perpajakan yang (AR) yang memberikan pengawasan
sering kali mengalami perubahan. dan konsultasi bagi Wajib Pajak,
Apabila Wajib Pajak memiliki proses penyuluhan, pembinaan, dan
pengetahuan yang cukup mengenai komunikasi dua arah dapat
pengisian Surat Pemberitahuan terwujud.
(SPT) secara benar; penghitungan H2: Penyuluhan Pajak berpengaruh
pajak sesuai dengan pajak terutang signifikan positif terhadap
yang ditanggung oleh Wajib Pajak; kepatuhan Wajib Pajak Badan.
penyetoran pajak (pembayaran)
secara tepat waktu sesuai yang 3. Pendapat mengenai kualitas
ditentukan; dan pelaporan atas pelayanan pajak terhadap kepatuhan
pajaknya ke kantor pajak setempat Wajib Pajak juga didukung oleh
oleh Wajib Pajak, maka semua penelitian yang dilakukan Resfianis
ketentuaan pemenuhan kewajiban (2009) tentang pengaruh kualitas
perpajakan dapat dilakukan dengan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan
baik oleh Wajib Pajak (Ekawati dan Wajib Pajak PPh badan dalam
Endro, 2008). Berdasarkan memenuhi kewajiban pajaknya,
penjelasan tersebut, dapat diambil hasilnya menunjukkan kualitas
kesimpulan bahwa pengetahuan pelayanan fiskus berpengaruh
Wajib Pajak berpengaruh signifikan signifikan positif terhadap tingkat
positif terhadap kepatuhan Wajib kepatuhan Wajib Pajak Badan
Pajak. dalam memenuhi kewajiban
H1: Pengetahuan Wajib Pajak perpajakannya.
berpengaruh signifikan positif H3: Kualitas pelayanan pajak
terhadap kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan positif
Badan. terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Badan.
2. Dengan semakin baik kualitas dalam
penyuluhan pajak, maka akan 4. Dalam praktiknya, sistem penetapan
meningkatkan kepatuhan Wajib pajak memerlukan tindakan
Pajak dalam pemenuhan pemeriksaan dalam peningkatan
kewajibannya terhadap aturan kepatuhan Wajib Pajak dalam
perpajakan, khususnya dalam memenuhi kewajibannya. Semakin
penyampaian SPT. Jadi, didapat baik pemeriksaan yang dilakukan,
hipotesis bahwa terdapat pengaruh maka akan semakin tinggi jumlah
signifikan positif penyuluhan Wajib Pajak yang menyampaikan
perpajakan terhadap kepatuhan SPT sesuai dengan ketentuan yang
wajib pajak. Hipotesis ini didukung berlaku. Berdasarkan penjelasan
oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapat hipotesis
Maria (2012) yang menjelaskan bahwa pemeriksaan pajak
bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai pengaruh signifikan
hendaknya lebih intensif dalam positif terhadap kepatuhan Wajib
mengadakan penyuluhan- Pajak.
penyuluhan pajak terpadu untuk
memberikan pemahaman yang luas H4: Pemeriksaan pajak berpengaruh
kepada Wajib Pajak tentang signifikan positif terhadap
pentingnya membayar pajak, seperti kepatuhan Wajib Pajak Badan.
adanya Account Representatives

7
III. METODE PENELITIAN dan literatur yang terkait dengan
perpajakan. Teknik pengumpulan data
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini
kausatif yang berguna untuk
adalah teknik survey dan teknik
menganalisis pengaruh antara satu
dokumentasi. Sementara instrumen
variabel dengan variabel lainnya. Dalam
penelitian yang digunakan adalah angket
hal ini melihat seberapa jauh pengaruh
yang dikembangkan dari teori-teori yang
pengetahuan wajib pajak, penyuluhan
telah dikemukakan sebelumnya dan dari
pajak, kualitas pelayanan pajak, dan
penelitian sebelumnya.
pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan
Sebelum penelitian sebenarnya
wajib pajak di kota Padang.
dilakukan, telah dilakukan uji validitas
Penelitian ini dilakukan di kota
dan uji coba (pilot test) terhadap 30
Padang dengan menjadikan Wajib Pajak
orang responden dari Wajib Pajak untuk
Badan sebagai objek penelitian, baik
melihat atau menguji validitas dan
Wajib Pajak Badan yang menggunakan
reliabilitas kuisioner. Sedangkan untuk
jasa konsultan maupun Wajib Pajak
pengujian hipotesis penelitian ini
Badan yang mengurus sendiri pajaknya.
digunakan uji t.
Sementara waktu pelaksanaan penelitian
ini berlangsung selama lebih kurang 3
IV. HASIL PENELITIAN DAN
bulan mulai bulan September sampai
PEMBAHASAN
bulan November 2012.
Populasi dalam penelitian ini Deskripsi Demografi Responden Pene-
adalah Wajib Pajak Badan (WP Badan) litian
di Kota Padang yang terdaftar di Kantor Dari hasil penelitian yang dilakukan,
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Padang dapat diketahui beberapa karakteristik
per tanggal 31 Desember 2011. Berda- responden yang menjadi sampel dalam
sarkan data yang diperoleh dari KPP, penelitian ini, berdasarkan beberapa
didapat jumlah populasi adalah sebanyak karakteristik responden Wajib Pajak
16.994 Wajib Pajak. Banyaknya sampel Badan di kota Padang, seperti diuraikan
yang diambil dihitung dengan rumus dalam sub-sub bab berikut ini.
Slovin (Nugraha, 2007: 6) yaitu seba-
nyak 360 orang. Namun jumlah sampel 1. Berdasarkan Umur Perusahaan
dalam penelitian ini mencapai 3740 Untuk melihat gambaran tentang
responden. Artinya, jumlah sampel komposisi Wajib Pajak Badan yang
dalam penelitian ini sudah melebihi menjadi responden dalam penelitian ini
kadar sampel minimal 360 Wajib Pajak. berdasarkan umur perusahaan dapat
Pemilihan responden sebanyak 374 dilihat pada Tabel 1 (Lampiran)
dalam penelitian ini dimaksudkan agar Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat
batas sampel tidak berada dalam batas diketahui bahwa dari seluruh Wajib
kritis. Pajak Badan yang menjadi responden
Sumber data penelitian ini adalah penelitian, yang menjawab kuisioner
sumber data primer dan sumber data paling banyak adalah responden yang
sekunder. Sumber data primer dalam umur perusahaannya 5-10 tahun yaitu
penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan sebanyak 54,9%, kemudian responden
yang menggunakan jasa konsultan dan yang umur perusahaannya di bawah 5
Wajib Pajak Badan yang mengurus tahun yaitu sebanyak 32,4%, dan
sendiri pajaknya di kota Padang. terakhir responden yang umur
Sementara sumber data sekunder antara
lain diperoleh dari dokumen-dokumen

8
perusahaannya di atas 10 tahun yaitu responden yang berumur di atas 45 tahun
sebanyak 12,7%. hanya sebanyak 8,9%.
2. Berdasarkan Jenis Usaha 5. Berdasarkan Agama
Deskripsi mengenai Wajib Pajak Badan Deskripsi mengenai Wajib Pajak Badan
yang menjadi responden penelitian yang menjadi responden penelitian
berdasarkan kategori jenis usaha dapat berdasarkan kategori agama dapat dilihat
dilihat dalam Tabel 2 (Lampiran). Kategori dalam Tabel 5 (Lampiran). Kategori agama
jenis usaha responden dalam penelitian responden dalam penelitian dibagi ke
dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu dagang, dalam 5 kategori, yaitu Islam, Katolik,
industri, dan jasa. Kristen, Budha, dan Hindu.
Berdasarkan Tabel tersebut dapat
Berdasarkan Tabel 5 dapat
diketahui bahwa dari seluruh Wajib diketahui bahwa dari seluruh Wajib
Pajak Badan yang menjadi responden Pajak Badan yang menjadi responden
dalam penelitian ini, ternyata mereka dalam penelitian ini, ternyata mereka
yang menjawab kuisioner lebih banyak yang menjawab kuisioner lebih banyak
adalah responden yang mempunyai jenis adalah responden yang beragama Islam,
usaha jasa yaitu sebanyak 54,6%, jenis yaitu sebanyak 88,4%, beragama Katolik
usaha dagang sebanyak 42,2%, dan sebanyak 7,0%, beragama Kristen
responden yang mempunyai jenis usaha sebanyak 4,1%, beragama Budha dan
jasa hanya sebanyak 3,2%. Hindu sebanyak 0,3%.
3. Berdasarkan Jenis Kelamin 6. Berdasarkan Suku
Gambaran tentang komposisi Wajib Gambaran mengenai Wajib Pajak Badan
Pajak Badan yang menjadi responden yang menjadi responden penelitian
penelitian ini berdasarkan jenis kelamin berdasarkan kategori suku dapat dilihat
dapat pula dilihat dalam Tabel 3 dalam Tabel 6. Kategori suku responden
(Lampiran). dalam penelitian dibagi ke dalam 3
Berdasarkan Tabel 3 tersebut kategori, yaitu Minang, Tionghoa, dan lain-
dapat pula diketahui bahwa dari seluruh lain.
Wajib Pajak Badan yang menjadi
responden penelitian, yang menjawab Berdasarkan Tabel 6 diketahui
kuisioner lebih banyak adalah laki-laki bahwa dari seluruh Wajib Pajak Badan
yaitu sebanyak 57% dan dari perempuan yang menjadi responden dalam
sebanyak 43%. penelitian ini, ternyata mereka yang
menjawab kuisioner lebih banyak adalah
4. Berdasarkan Umur Responden responden yang bersuku Minang yaitu
Deskripsi mengenai Wajib Pajak Badan sebanyak 88,6%, bersuku Tionghoa
yang menjadi responden penelitian sebanyak 5,9%, dan responden yang
berdasarkan kategori umur dapat pula bersuku selain dari suku Minang dan
dilihat dalam Tabel 4 (Lampiran). Tionghoa sebanyak 5,4%.
Berdasarkan Tabel 4 dapat
7. Berdasarkan Status SPT (2011)
diketahui bahwa dari seluruh Wajib
Pajak Badan yang menjadi responden Untuk mendapatkan gambaran mengenai
dalam penelitian ini, ternyata mereka komposisi Wajib Pajak Badan yang
yang menjawab kuisioner lebih banyak menjadi responden berdasarkan status
adalah responden yang berumur 25-45 SPT tahun 2011 dapat pula dilihat dalam
tahun yaitu sebanyak 91,1% dan Tabel 7 (Lampiran). Kategori status SPT
responden Wajib Pajak Badan dalam

9
penelitian dibagi ke dalam 3 kategori, rata tingkat capaian responden variabel
yaitu kategori nihil, kategori kurang ini adalah 64,58%. Oleh karena itu,
bayar, dan kategori lebih bayar. dapat dipahami bahwa total capaian
responden untuk variabel kepatuhan
Berdasarkan Tabel 7 diketahui
Wajib Pajak Badan adalah cukup baik.
bahwa dari seluruh Wajib Pajak Badan
yang menjadi responden penelitian, yang 2. Pengetahuan Wajib Pajak
menjawab kuisioner paling banyak Pengetahuan Wajib Pajak terdiri dari dua
adalah responden yang status SPT-nya indikator yaitu pengetahuan hukum
nihil, yaitu sebanyak 49,5%, kemudian pajak materil dan hukum pajak formil.
responden yang status SPT-nya kurang Indikator pengetahuan hukum pajak
bayar sebanyak 47,3%, dan responden materil dikembangkan dalam 1
yang status SPT-nya di tahun 2011 pernyataan, sedangkan indikator
adalah lebih bayar sebanyak 3,2%. pengetahuan hukum pajak formil
dikembangkan ke dalam 8 pernyataan,
Deskripsi Hasil Penelitian
seperti terlihat dalam Tabel 9
Berikut ini merupakan deskripsi hasil (Lampiran).
penelitian tentang pengaruh pengetahuan
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat
Wajib Pajak, penyuluhan pajak, kualitas
bahwa variabel pengetahuan Wajib
pelayanan pajak, dan pemeriksaan pajak
Pajak Badan memiliki tingkat capaian
terhadap kepatuhan Wajib Pajak badan
tertinggi pada item nomor 8 (sikap
di kota Padang. Deskripsi masing-
kooperatif Wajib Pajak Badan terhadap
masing pernyataan tersebut adalah
pemeriksa pajak), yaitu 79,68% dengan
sebagai berikut:
kategori baik. Hal ini menunjukkan
1. Kepatuhan Wajib Pajak bahwa sikap kooperatif Wajib Pajak
adalah cukup dominan dalam
Kepatuhan Wajib Pajak terdiri dari 2 mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak
indikator, yaitu kepatuhan formal dan Badan, sedangkan tingkat capaian
kepatuhan material. Indikator kepatuhan terendah yaitu item nomor lima
formal dikembangkan dalam 2 (ketepatwaktuan Wajib Pajak Badan
pernyataan, sedangkan indikator material dalam melaporkan SPT), yaitu sebesar
dikembangkan ke dalam 3 pernyataan, 67,73% dengan kategori cukup baik.
seperti terlihat dalam Tabel 8 Untuk rata-rata tingkat capaian
(Lampiran). responden variabel ini adalah 74,19%.
Berdasarkan tabel distribusi Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa
frekuensi variabel kepatuhan Wajib total capaian responden untuk variabel
Pajak Badan di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan Wajib Pajak Badan adalah
variabel kepatuhan Wajib Pajak Badan cukup baik.
memiliki tingkat capaian tertinggi pada
item nomor tiga (kejujuran pengisian 3. Penyuluhan Pajak
SPT), yaitu 66,54%. Hal ini Penyuluhan pajak terdiri dari dua
menunjukkan bahwa faktor kejujuran indikator yaitu penyuluhan langsung dan
pengisian SPT oleh Wajib Pajak adalah penyuluhan tidak langsung. Penyuluhan
cukup dominan dalam mempengaruhi langsung dikebangkan menjadi 2
kepatuhan Wajib Pajak Badan, pernyataan, sedangkan penyuluhan tidak
sedangkan tingkat capaian terendah yaitu langsung dikembangkan ke dalam 4
item nomor lima (kebenaran pengisian pernyataan, seperti terlihat dalam Tabel
SPT), yaitu sebesar 62,27%. Untuk rata- 10 (Lampiran).

10
Berdasarkan tabel 10 dapat 5. Pemeriksaan Pajak
dilihat bahwa variabel penyuluhan pajak Pemeriksaan pajak terdiri dari tiga
memiliki tingkat capaian tertinggi pada indikator yaitu objektivitas pemeriksaan,
item nomor empat (kemampuan Wajib edukasi dalam pemeriksaan, dan tindak
Pajak Badan mengisi SPT Tahunan lanjut pemeriksaan. Ketiga indikator
dengan mengikuti sosialisasi), yaitu tesebut dikembangkan menjadi 4, seperti
72,97% dengan kategori cukup baik. Hal terlihat dalam Tabel 12 (Lampiran).
ini menunjukkan bahwa sosialisasi Berdasarkan tabel 12 dapat
terhadap Wajib Pajak Badan adalah dilihat bahwa variabel pemeriksaan
cukup dominan dalam mempengaruhi pajak memiliki tingkat capaian tertinggi
kepatuhan Wajib Pajak Badan, pada item nomor tiga (persepsi Wajib
sedangkan tingkat capaian terendah yaitu
Pajak Badan bahwa pemeriksaan pajak
item nomor tiga (partisipasi Wajib Pajak memberikan manfaat bagi penerimaan
Badan untuk mengikuti sosialisasi negara), yaitu 74% dengan kategori
pengisian SPT Tahunan yang diadakan cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa
oleh pihak di luar kantor pajak), yaitu pemeriksaan pajak adalah cukup
sebesar 66,76% dengan kategori cukup dominan dalam mempengaruhi
baik. Untuk rata-rata tingkat capaian kepatuhan Wajib Pajak Badan,
responden variabel ini adalah 68,56%.
sedangkan tingkat capaian terendah yaitu
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa item nomor satu (keengganan Wajib
total capaian responden untuk variabel Pajak Badan berurusan dengan
penyuluhan pajak adalah cukup baik. pemeriksa pajak) yaitu sebesar 70,43%
4. Kualitas Pelayanan Pajak dengan kategori cukup baik. Untuk rata-
rata tingkat capaian responden variabel
Kualitas pelayanan pajak terdiri dari
ini adalah 72,23%. Oleh karena itu,
lima indikator yaitu wujud fisik,
dapat dipahami bahwa total capaian
keandalan, daya tanggap, jaminan, dan
responden untuk variabel penyuluhan
empati.. Kelima indikator tesebut
pajak adalah cukup baik.
dikembangkan menjadi 7 pernyataan,
seperti terlihat dalam Tabel 11
Hasil Uji Prasyarat Analisis
(Lampiran).
Berdasarkan tabel 11 dapat
1. Uji Normalitas Residual
dilihat bahwa variabel kualitas
pelayanan pajak memiliki tingkat Uji normalitas dalam penelitian ini
capaian tertinggi pada item nomor tujuh bertujuan untuk menguji apakah dalam
yaitu 72,49% dengan kategori cukup model regresi, variabel pengganggu atau
baik, sedangkan tingkat capaian terendah residual memiliki distribusi normal.
yaitu item nomor satu yaitu sebesar Pengujian normalitas dilakukan dengan
67,14% dengan kategori cukup baik. menggunakan model Kolmogorof
Untuk rata-rata tingkat capaian Smirnov (KS), dengan melihat
responden variabel ini adalah 70,42%.
perbandingan nilai signifikasi yang
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa dihasilkan > 0.05 maka distribusi
total capaian responden untuk variabel datanya dikatakan normal. Sebaliknya
kualitas pelayanan pajak adalah cukup jika signifikasi yang dihasilkan < 0.05
baik. maka data tidak terdistribusi secara
normal.
Setelah dilakukan pengolahan
data, didapat hasil yang menyatakan

11
bahwa data terdistribusi dengan normal heteroskedatisitas dapat dilihat pada
dan diperoleh hasil olahan data Tabel 15 (Lampiran).
Kolmogorof Smirnov dengan model Berdasarkan Tabel 15 dilihat
unstandardized yang terdapat pada Tabel bahwa hasil perhitungan masing-masing
13 (Lampiran). variabel menunjukkan bahwa level sig >
Hasil uji normalitas residual yang 0.05 yaitu 0.086 > 0.05 untuk variabel
diperoleh dari pengolahan data SPSS pengetahuan Wajib Pajak, 0.217 > 0,05
adalah sebesar 0.309 yang berarti lebih untuk variabel penyuluhan perpajakan,
besar dari α = 0.05. Dapat disimpulkan 0.324 > 0,05 untuk variabel kualitas
bahwa data yang digunakan berdistribusi pelayanan pajak, dan 0.101 > 0.05 untuk
secara normal dan dapat digunakan variabel pemeriksaan pajak. Sehingga
dalam penelitian ini. penelitian ini bebas dari gejala
heteroskedastisitas dan layak untuk
2. Uji Multikolinearitas
diteliti.
Untuk menguji adanya multikolinearitas
dapat dilihat melalui Variance Inflantion Pengujian Model Penelitian
Factor (VIF) < 10 dan tolerance > 0,1.
Variabel pengetahuan Wajib Pajak (X1) 1. Uji F (Goodness of Fit Model)
dengan VIF 1,533, variabel penyuluhan Uji F dilakukan untuk menguji secara
pajak (X2) dengan VIF 1,372, variabel keseluruhan pengaruh variabel bebas
kualitas pelayanan pajak (X3) dengan terhadap variabel terikat. Dengan kriteria
VIF 1,362 dan variabel pemeriksaan pengujiannya adalah: jika Fhitung > Ftabel
pajak (X4) dengan VIF 1,445 adalah nilai atau sig. < α (0,05), maka hal ini berarti
VIF yang kecil dari 10. Pada variabel variabel bebas mampu menjelaskan
pengetahuan Wajib Pajak (X1) dengan variabel terikat secara bersama-sama.
nilai tolerance 0,653, variabel Jika Fhitung < Ftabel atau sig. > α, maka hal
penyuluhan pajak (X2) dengan nilai ini berarti variabel bebas secara
tolerance 0,729, variabel kualitas bersama-sama tidak mampu menjelaskan
pelayanan pajak (X3) dengan nilai variabel terikatnya. Berikut perhitungan
tolerance 0,734, dan variabel hasil uji F-Statistik. (Lampiran)
pemeriksaan pajak (X4) dengan nilai Hasil pengolahan data
tolerance 0,692 adalah nilai tolerance > menunjukkan hasil sebesar 36.1991
0,1. Dengan demikian dapat dikatakan yang signifikan pada 0.000. Jadi F
bahwa tidak terdapat korelasi variabel- hitung > F tabel (sig 0.000 < 0,05). Hal
variabel bebas antara satu dengan yang ini berarti bahwa persamaan regresi yang
lainnya. Ini dapat dilihat pada tabel 14 diperoleh dapat diandalkan atau model
(Lampiran). yang digunakan sudah fix.
3. Uji Heteroskedastisitas 2. Uji Koefisien Determinasi (adjusted
Heteroskedastisitas digunakan untuk R square)
menguji apakah dalam sebuah model Uji ini bertujuan untuk mengukur
regresi terjadi ketidaksamaan varians seberapa besar kemampuan model
residual dari suatu pengamatan ke dalam menerangkan variabel-variabel
pengamatan lainnya. Untuk mendeteksi terikat. Koefisien determinasi (R2)
adanya gejala heteroskedastisitas menunjukkan proporsi yang diterangkan
digunakan uji Glejser. Apabila nilai sig oleh variabel independen dalam model
> 0,05, maka data tersebut bebas dari terhadap variabel terikatnya, sisanya
heteroskedastisitas. Hasil pengujian dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

12
dimasukkan dalam model, formulasi b. Koefisien Regresi (β) X1
model yang keliru dan kesalahan Nilai koefisien regresi variabel
eksperimen. Pada penelitian ini hasil uji pengetahuan Wajib Pajak (X1)
koefisien determinasi (R2) dapat dilihat sebesar 0.228. Hal ini menunjukkan
pada Tabel 17 (Lampiran). bahwa setiap kenaikan satu satuan
Berdasarkan tabel tersebut, nilai pengetahuan Wajib Pajak akan
adjusted R square menunjukkan 0.276. mengakibatkan kenaikan kepatuhan
Hal ini mengindikasikan bahwa Wajib Pajak Badan sebesar 0.228.
kontribusi variabel bebas yaitu
pengetahuan Wajib Pajak, penyuluhan c. Koefisien Regresi (β) X2
perpajakan, kualitas pelayanan pajak, Nilai koefisien regresi variabel
dan pemeriksaan pajak terhadap variabel penyuluhan pajak (X2) sebesar
terikat yaitu kepatuhan Wajib Pajak 0.245. Hal ini menandakan, setiap
Badan adalah 27.6 % dan sisanya 72.4 % kenaikan satu satuan penyuluhan
(100%-27.6%) dipengaruhi oleh varibel pajak akan mengakibatkan kenaikan
lain yang tidak diteliti dalam penelitian kepatuhan Wajib Pajak Badan
ini. Dapat disimpulkan bahwa variabel sebesar 0.245.
independen yang digunakan sudah cukup
d. Koefisien Regresi (β) X3
mampu menjelaskan variabel dependen.
Nilai koefisien regresi variabel
kualitas pelayanan pajak (X3)
3. Model Regresi Berganda
sebesar 0.154. Hal ini menandakan,
Model regresi berganda dalam penelitian setiap kenaikan satu satuan kualitas
ini digunakan untuk menyatakan pelayanan pajak akan
hubungan fungsional antara variabel mengakibatkan kenaikan kepatuhan
bebas dan variabel terikat. Analisis Wajib Pajak Badan sebesar 0.154.
regresi berganda dilakukan dengan
menggunakan program SPSS. e. Koefisien Regresi (β) X4
Dari pengolahan data statistik di Nilai koefisien regresi variabel
atas maka diperoleh persamaan regresi pemeriksaan pajak (X4) sebesar
linear berganda sebagai berikut: 0.321. Hal ini menandakan, setiap
Y = -0.159 + 0.228 (X1) + 0.245 kenaikan satu satuan pemeriksaan
(X2) + 0.154 (X3) + 0.321 (X4) pajak akan mengakibatkan kenaikan
kepatuhan Wajib Pajak Badan
Angka yang dihasilkan dari pengujian sebesar 0.321.
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Pengujian Hipotesis
a. Konstantan (α)
Nilai konstanta yang diperoleh 1. Pengujian hipotesis 1
sebesar -0.159. Hal ini berarti jika H1: pengetahuan Wajib Pajak
variabel independen (X1, X2, X3, dan berpengaruh signifikan positif terhadap
X4) tidak ada atau konstan, maka kepatuhan Wajab Pajak Badan.
kepatuhan Wajib Pajak Badan akan Hasil analisis pada tabel regresi
turun sebesar 0.159. Dapat berganda, nilai signifikansi pengetahuan
disimpulkan, bahwa keempat faktor Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib
tersebut cukup berpengaruh dalam Pajak Badan yang diperoleh lebih kecil
menentukan tingkat kepatuhan dari α yaitu 0.018 < 0.05 dan benilai
Wajib Pajak. koefisien 0.228. Dengan T hitung sebesar
2.379 sedangkan Ttabel sebesar 1.6490

13
Hasil penelitian tersebut membuktikan yaitu 0.000 < 0.05 dan benilai koefisien
bahwa pengetahuan Wajib Pajak 0.321. Dengan T hitung sebesar 4.325,
berpengaruh signifikan dan positif. sedangkan Ttabel sebesar 1.6490. Hasil
Dengan demikian hipotesis pertama penelitian tersebut membuktikan bahwa
diterima. Pemeriksaan pajak berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
2. Pengujian hipotesis 2
kepatuhan Wajib Pajak Badan. Dengan
H2: Penyuluhan Pajak berpengaruh demikian hipotesis keempat diterima.
signifikan positif terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Badan. Pembahasan
Hasil analisis pada tabel regresi
berganda, nilai signifikansi penyuluhan 1. Pengaruh pengetahuan Wajib
pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Pajak terhadap kepatuhan Wajab
Badan yang diperoleh lebih kecil dari α Pajak Badan
yaitu 0.000 < 0.05 dan benilai koefisien Dari hasil pengujian hipotesis,
0.245. Dengan T hitung sebesar 3.941, ditemukan adanya bukti yang
sedangkan Ttabel sebesar 1.6490. Hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
penelitian tersebut membuktikan bahwa yang signifikan dan positif antara
penyuluhan pajak berpengaruh pengetahuan Wajib Pajak terhadap
signifikan dan positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kota
kepatuhan Wajib Pajak Badan . Dengan Padang. Pengaruh antara pengetahuan
demikian hipotesis kedua diterima. Wajib Pajak dengan kepatuhan Wajib
Pajak Badan adalah semakin baik
3. Pengujian hipotesis 3
pengetahuan Wajib Pajak tersebut maka
H3: Kualitas pelayanan pajak kepatuhan Wajib Pajak Badan akan
berpengaruh signifikan positif terhadap semakin baik pula. Hasil penelitian ini
kepatuhan Wajib Pajak Badan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Hasil analisis pada tabel regresi oleh Supriyati (2008), bahwa
berganda, nilai signifikansi Kualitas pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh
pelayanan pajak terhadap kepatuhan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Wajib Pajak Badan yang diperoleh lebih Penelitian yang sama juga telah
kecil dari α yaitu 0.006 < 0.05 dan dilakukan oileh Romandana (2011),
benilai koefisien 0.154. Dengan T hitung hanya saja objek dari penelitian tersebut
sebesar 2.789, sedangkan Ttabel sebesar adalah Wajib Pajak Orang Pribadi.
1.6490. Hasil penelitian tersebut Disamping itu, hasil penelitian
membuktikan bahwa Kualitas pelayanan ini konsisten dengan hasil penelitian
pajak berpengaruh signifikan dan positif yang dilakukan oleh Gardina dan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan. Haryanto (2006) yang menyatakan
Dengan demikian hipotesis ketiga bahwa ada perbedaan tentang
diterima. pengetahuan antara Wajib Pajak patuh
4. Pengujian hipotesis 4 dan tidak patuh. Salah satu penyebab
berpengaruhnya pengetahuan pajak
H4: Pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak adalah
signifikan positif terhadap kepatuhan adanya sumber informasi perpajakan
Wajib Pajak Badan. yang didapat oleh setiap Wajib Pajak.
Hasil analisis pada tabel regresi Salah satu sumber pengetahuan tentang
berganda, nilai signifikansi Pemeriksaan pajak bagi para Wajib Pajak adalah dari
pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak petugas pajak, radio, televisi, majalah
Badan yang diperoleh lebih kecil dari α

14
pajak, surat kabar, internet, buku Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang
perpajakan, seminar pajak, dan dari Pribadi.
pelatihan pajak. Bertambahnya wawasan Selama ini Pemerintah terus
Wajib Pajak mampu memberikan berupaya untuk meningkatkan kepatuhan
kesadaran akan pentingnya pajak bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
mereka, masyarakat, dan Negara. perpajakan baik dari segi penyampaian
Pengetahuan Wajib Pajak SPT, ketepatan pembayaran pajak, dan
memang berhubungan erat dengan perhitungan/pelaporan yang seharusnya.
kepatuhan pajak. Menurut Nurmantu Beberapa upaya yang dilakukan
(dalam Lidya, 2010), semakin tinggi pemerintah dalam peningkatkan
tingkat pendidikan Wajib Pajak maka kepatuhan Wajib Pajak menurut Sri
semakin mudah bagi mereka untuk (2009: 52) antara lain adalah dengan
memahami peraturan perpajakan, cara memberikan sosialisasi
termasuk memahami sanksi administrasi (penyuluhan) perpajakan yang
dan sanksi pidana perpajakan. menyangkut pelaksanaan hak dan
kewajiban perpajakan seperti
2.Pengaruh Penyuluhan Pajak
penyuluhan oleh petugas perpajakan,
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
sosialisasi melalui radio, iklan, pamflet,
Badan
majalah pajak, dan sebagainya.
Dari hasil pengujian hipotesis, Selanjutnya, menurut Sri (2009: 52),
ditemukan adanya bukti yang di antara upaya yang dapat dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemerintah untuk mewujudkan
yang signifikan dan positif antara kesadaran atau kepatuhan pajak dari
penyuluhan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak antara lain dapat dilakukan
Wajib Pajak Badan di Kota Padang. dengan cara memudahkan Wajib Oleh
Pengaruh antara penyuluhan pajak karena itu, peningkatan sosialisasi
dengan kepatuhan Wajib Pajak Badan (penyuluhan) perpajakan sangat
adalah semakin baik penyuluhan pajak diperlukan dan menjadi sangat strategis
tersebut maka kepatuhan Wajib Pajak dan penting peranannya dalam
Badan akan semakin baik pula. Hasil peningkatan kepatuhan Wajib Pajak,
penelitian ini didukung oleh penelitian termasuk Wajib Pajak Badan.
yang telah dilakukan Maria (2012) yang
menjelaskan bahwa Direktorat Jenderal 3. Pengaruh kualitas pelayanan pajak
Pajak hendaknya lebih intensif dalam terhadap kepatuhan Wajib Pajak
mengadakan penyuluhan-penyuluhan Badan
pajak terpadu untuk memberikan Dari hasil pengujian hipotesis,
pemahaman yang luas kepada Wajib ditemukan adanya bukti yang
Pajak tentang pentingnya membayar menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
pajak, seperti adanya Account yang signifikan dan positif antara
Representatives (AR) yang memberikan kualitas pelayanan pajak terhadap
pengawasan dan konsultasi bagi Wajib kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kota
Pajak, proses penyuluhan, pembinaan, Padang. Pengaruh antara kualitas
dan komunikasi dua arah. Hasil pelayanan pajak dengan kepatuhan
penelitian ini juga sejalan dengan Wajib Pajak Badan adalah semakin baik
penelitian yang dilakukan oleh Ivan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh
(2005) bahwa sosialisasi (penyuluhan) aparat pajak maka kepatuhan Wajib
mampu mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Badan diharapkan akan semakin
baik pula. Hasil penelitian ini didukung

15
oleh penelitian yang telah dilakukan nyaman, maka ia tidak enggan datang ke
Diana (2008) yang menjelaskan bahwa kantor pajak.
pelayanan berpengaruh dalam
4. Pengaruh pemeriksaan pajak
pemenuhan kewajiban perpajakan.
terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Penelitian Rahman (2012) juga
Badan
menjelaskan bahwa pelayanan fiskus
yang berkualitas akan meningkatkan Dari hasil pengujian hipotesis,
kesadaran membayar pajak. Penelitian ditemukan adanya bukti yang
ini mendukung penelitian Bei dan Chiao menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
(2001) serta Yu, Chang dan Huang yang signifikan dan positif antara
(2006) yang membuktikan bahwa pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan
kualitas layanan secara langsung Wajib Pajak Badan di Kota Padang.
maupun tidak langsung berhubungan Pengaruh antara pemeriksaan pajak
dengan loyalitas (kepatuhan dalam dengan kepatuhan Wajib Pajak Badan
konteks pembayaran pajak) melalui adalah semakin baik dan intensif
variabel antara kepuasan. pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat
Fungsi utama dari Ditjen Pajak pajak maka kepatuhan Wajib Pajak
adalah pelayanan. Pelayanan adalah Badan diharapkan akan semakin baik
suatu proses bantuan kepada orang lain pula. Hasil penelitian ini didukung oleh
dengan cara-cara tertentu yang penelitian yang telah dilakukan Diana
memerlukan kepekaan dan hubungan (2008) yang menjelaskan bahwa
interpersonal agar tercipta kepuasan dan pemeriksaan berpengaruh dalam
keberhasilan (Boediono, 2003 dalam Ni pemenuhan kewajiban perpajakan. Hasil
Luh, 2006). Para Wajib Pajak akan patuh penelitian yang dilakukan oleh Tulus
dalam memenuhi kewajiban (2007) menunjukkan bahwa terdapat
perpajakannya tergantung bagaimana pengaruh signifikan dari prosedur dalam
petugas pajak memberikan mutu pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan
pelayanan terbaik kepada Wajib Wajib Pajak Pribadi. Berdasarkan hasil
Pajaknya. Oleh karena itu, aparat pajak penelitian ini, menunjukkan responden
harus senantiasa melakukan perbaikan menilai bahwa pemeriksa pajak yang
kualitas pelayanan pajak dengan tujuan menjalankan tugas telah memiliki
agar dapat meningkatkan kepatuhan kemampuan memadai dan prosedur
Wajib Pajak dengan menempatkan pemeriksaan dinilai dapat mencapai
masyarakat Wajib Pajak sebagai tujuan pencegahan (preventive) terhadap
pelanggan yang harus dilayani dengan Wajib Pajak lain yang bermaksud
sebaik-baiknya, layaknya pelanggan melakukan pelanggaran.
dalam organisasi bisnis. Sarana untuk melaporkan jumlah
Pelayanan merupakan fungsi penghasilan kena pajak dan jumlah pajak
pertama dari Ditjen Pajak. Pelayanan terutang adalah Surat Pemberitahuan
pajak terbagi tiga yaitu pelayanan Pajak (SPT). Dengan kata lain SPT juga
NPWP, pelayanan keberatan Wajib merupakan alat pertanggungjawaban
Pajak, dan pelayanan restitusi (Hamdan, Wajib Pajak terhadap pelaksanaan
2002:36). Pelayanan akan kewajiban perpajakan sesuai dengan
mempengaruhi kepuasan Wajib Pajak. peraturan perpajakan (Herlina, 2011).
Semakin bagus kualitas pelayanan yang Jumlah pajak yang dilaporkan dalam
diberikan kantor/ petugas pajak, maka SPT menjadi obyek pemeriksaan.
Wajib Pajak akan merasa puas/senang. Pemeriksaan dilakukan atas SPT untuk
Jika Wajib Pajak merasa puas dan memastikan bahwa jumlah pajak

16
dilaporkan sesuai dengan yang memberikan makna bahwa semakin
seharusnya dibayarkan dan dilaporkan. baik penyuluhan Pajak maka
Sehingga dapat dirumuskan bahwa semakin tinggi kepatuhan Wajib
tujuan dilakukannya pemeriksaan pajak Pajak Badan, sebaliknya semakin
adalah sebagai pengawasan oleh DJP buruk penyuluhan Pajak maka
terhadap Wajib Pajak dalam semakin rendah pula kepatuhan
melaksanakan kewajiban perpajakan Wajib Pajak Badan.
(Hardi, 2003). Pemeriksaan pajak 3. Terdapat pengaruh positif dan
merupakan suatu alat yang ampuh untuk signifikan kualitas pelayanan Pajak
memaksa Wajib Pajak taat dengan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
kewajiban perpajakannya (Frey, 2003). Badan di Kota Padang. Hal ini
Menjaga agar Wajib Pajak tetap memberikan makna bahwa semakin
berada dalam koridor peraturan baik kualitas pelayanan pajak maka
perpajakan, maka diantisipasi dengan semakin tinggi kepatuhan Wajib
melakukan upaya intensifikasi Pajak Badan, sebaliknya semakin
pemeriksaan terhadap wajib pajak yang rendah kualitas pelayanan pajak
memenuhi kriteria untuk diperiksa. maka semakin rendah pula
Pemeriksaan pajak dapat berdampak kepatuhan Wajib Pajak Badan.
pada peningkatan penerimaan pajak pada 4. Terdapat pengaruh positif dan
Kantor Pelayanan Pajak yang pada signifikan pemeriksaan Pajak
akhirnya pajak yang dibayarkan Wajib terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Pajak akan masuk dalam kas Negara Badan di Kota Padang. Hal ini
(Maria, 2012). memberikan makna bahwa semakin
baik pemeriksaan pajak maka
V. PENUTUP semakin tinggi kepatuhan Wajib
Pajak Badan, sebaliknya semakin
Kesimpulan buruk pemeriksaan pelayanan pajak
maka semakin rendah pula
Berdasarkan hasil penelitian dan
kepatuhan Wajib Pajak Badan.
pembahasan yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya, maka dapat Keterbatasan Penelitian
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Karena keterbatasan waktu dan biaya
1. Terdapat pengaruh positif dan dalam penelitian ini maka ruang
signifikan pengetahuan Wajib Pajak lingkup atau fokus penelitian hanya
terhadap kepatuhan Wajib Pajak dibatasi pada empat faktor yang
Badan di Kota Padang. Hal ini mempengaruhi kepatuhan Wajib
memberikan makna bahwa semakin Pajak Badan. Pengaruh empat faktor
tinggi pengetahuan Wajib Pajak tersebut mungkin juga terjadi di
Badan maka semakin tinggi kalangan Wajib Pajak Orang
kepatuhan Wajib Pajak Badan, Pribadi, akan tetapi hal tersebut
sebaliknya semakin rendah tidak dikaji dalam penelitian ini.
pengetahuan Wajib Pajak Badan 2. Disamping itu, karena keterbatasan
maka semakin rendah pula waktu dan biaya penelitian, ruang
kepatuhan Wajib Pajak Badan lingkup atau fokus penelitian ini
2. Terdapat pengaruh positif dan juga dibatasi pada Wajib Pajak
signifikan penyuluhan pajak Badan yang berdomisili di Kota
terhadap kepatuhan Wajib Pajak Padang dan oleh sebab itu hasil
Badan di Kota Padang. Hal ini

17
penelitian ini tidak dimaksudkan Saran
untuk digeneralisasikan terhadap Berdasarkan temuan, pembahasan,
seluruh Wajib Pajak Badan yang kesimpulan, dan keterbatasan penelitian
terdapat di seluruh Sumatera Barat seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
ataupun Indonesia. maka dalam penulis mencoba untuk
3. Keterbatasan penelitian lainnya memberikan saran-saran sebagai berikut:
adalah bahwa pengukuran data dan
data yang diperoleh dari responden 1. Bagi pihak pengelola pajak,
dalam kajian ini adalah bersifat khususnya Ditjen (Kantor) Pajak,
persepsi (perceptual) dan tidak yang ingin meningkatkan kepatuhan
terlepas daripada bias subjektivitas Wajib Pajak, khususnya Wajib
individu, karena penelitian ini pada Pajak Badan, diharapkan bisa lebih
umumnya menggunakan kuisioner. mengoptimalkan usahanya untuk
Validitas yang baik dalam penelitian lebih meningkatkan kesadaran
ini sangat tergantung kepada membayar pajak. Usaha tersebut
kejujuran responden yang menjawab bisa dilakukan antara lain dengan
pernyataan yang diajukan melalui cara:
kuisioner. Selain itu jawaban yang a. meningkatkan pengetahuan dan
diberikan responden mungkin hanya pemahaman Wajib Pajak mengenai
tepat menurut persepsi responden peraturan perpajakan yang berlaku
saja. Namun demikian hal ini telah di Indonesia, baik melalui media
diantisipasi dengan cara melakukan informasi seperti internet, buletin
uji coba (pilot test) sebelum perpajakan, televisi, radio, dan
penelitian sebenarnya dilakukan. buku-buku perpajakan. Minimnya
4. Dari segi populasi penelitian, kepatuhan Wajib Pajak dapat
responden yang dipilih pada kajian dikarenakan oleh kurangnya
ini mungkin saja kurang pengetahuan pajak yang dimiliki
proporsional dalam keseluruhan oleh Wajib Pajak.
aspek demografi responden, b. mengoptimalkan penyuluhan pajak
sehingga dalam aspek-aspek secara langsung dengan melakukan
tersebut kesimpulan yang diambil sosialisasi kepada Wajib Pajak agar
mungkin kurang mencerminkan mereka lebih paham. antara lain
proporsionalitas yang sebenarnya. dengan cara memberikan sosialisasi
5. Dari segi pengambilan data, perpajakan yang menyangkut
penelitian ini memiliki keterbatasan pelaksanaan hak dan kewajiban
dalam hal masa berlakunya data. perpajakan. Upaya yang telah
Artinya, karena pengambilan data dilakukan pemerintah untuk
penelitian ini dilakukan pada bulan mewujudkan kesadaran atau
September sampai November 2012, kepatuhan pajak dari Wajib Pajak
maka berkemungkinan besar antara lain dapat dilakukan dengan
terdapat sebagian data yang kurang cara memudahkan Wajib Pajak
sesuai untuk diterapkan pada tahun memenuhi kewajiban administrasi
2013 ataupun masa-masa pada tahun perpajakan seperti layanan e-SPT
sesudahnya, atau dengan perkataan yang diharapkan bisa lebih
lain data ini berkemungkinan saja dioptimalkan lagi supaya Wajib
telah out-dated. Pajak tidak kebingungan ketika
ingin melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.

18
c. meningkatkan kualitas pelayanan pajak merupakan suatu alat yang
pajak yang baik agar Wajib Pajak ampuh untuk memaksa Wajib Pajak
tidak enggan berurusan dengan taat dengan kewajiban
pajak. Peningkatan kualitas dan perpajakannya.
kuantitas pelayanan diharapkan 2. Karena penelitian ini mempunyai
dapat meningkatkan kepuasan beberapa keterbatasan, antara lain
kepada Wajib Pajak sebagai berkaitan dengan ruang lingkup atau
pelanggan sehingga meningkatkan fokus kajian, maka bagi peneliti
kepatuhan dalam bidang perpajakan. selanjutnya disarankan untuk
Paradigma baru yang menempatkan melakukan penelitian yang serupa di
aparat pemerintah sebagai abdi berbagai kawasan dan dengan ruang
negara dan masyarakat (Wajib lingkup wilayah yang lebih luas dan
Pajak) harus diutamakan agar dapat dengan melibatkan lebih banyak
meningkatkan kinerja pelayanan variabel penelitian selain yang telah
publik. dikaji dalam penelitian ini.
d. melakukan pemeriksaan pajak
secara rutin karena pemeriksaan

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman. 2009. “Hubungan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dengan


Kepatuhan Wajib Pajak”. Jurnal Ilmu Administrasi Vol. VI No.1 Maret 2009.
Bei, L.T. and Chiao, Y.C. (2001). An Integrated Model for the Effects of Perceived
Product, Perceived Service Quality, and Perceived Price Fairness on Costumer
Satisfaction and Loyalty. Journal of Costumer Satisfaction, Dissatisfaction and
Complaining Behavior, 14, 125-140.
Candra Irawan. 2013. “Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan
Perpajakan, Penyelewengan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak atas Kinerja
Pelayanan Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak dalam Memenuhi
Kewajiban Perpajakan”. Jurnal. Universitas Riau.
Chang, C.H. and Tu, C.Y. (2005). Exploring Store Image, Customer Satisfaction and
Customer Loyalty Relationship: Evidence from Taiwanese Hypermarket
Industry. Journal of American Academy of Business, 7 (2), 197-202.
Diana Frederica. 2008. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Daerah Istimewa Yogyakarta
kecuali Gunung Kidul dan Kulon Progo)”. Jurnal Akuntansi Vol. 8 No. 3
September 2008: 261- 282.
Ekawati dan Endro, 2008. “Survey Pemahaman dan Kepatuhan Wajib Pajak Usaha
Kecil dan Menengah di Kota Yogyakarta”. Jurnal Teknologi dan Manajemen
Informatika. Vol. 6.
Eriksen, Knut., Fallan, Lars. 1996. “Tax Knowledge and Attitudes Towards
Taxation; A Report on Quasi-Experiment”. Journal of Economic Psychology
17, 387-402.

19
Fidel. 2010. Cara Mudah & Praktis Memahami Masalah-Masalah Perpajakan Mulai
dari Konsep Dasar sampai Aplikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Frey, Bruno S. 2003. “Detterence and Tax Morale in The European Union”.
European Review Vol. 11, No. 3, 385-406.
Gardina, Trisia, dan Dedi Haryanto. 2006. “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak”. MODUS, vol. 18, no. 1, Maret
2006.
Hamdan Ainie. 2002. “Tidak Relevannya Buku Petunjuk Pengisian dan Sering
Berubahnya Format SPT, Memusingkan Wajib Pajak”. Jurnal Perpajakan
Indonesia Volume 1 Nomor 8 hal 36-38.
Hardi. 2003. Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Kharisma.
Herlina Helmy. 2011. The Effect of Economic and Non Economic Motives On Tax
Compliance. Proceeding of International Conference Political Economy of
Trade Liberalization in Developing East Asia: Sustainability, Governance and
the Role of Small Business.
Lidya Isma Sanjaya. 2010. “Pengaruh Sistem Informasi Pajak dan Penyuluhan Pajak
terhadap Wajib Pajak untuk Melaporkan Pajak (SPT Tahunan)”. Skripsi.
Universitas Gunadarma Depok.
Maria M. Ratna Sari dan Ni Nyoman Afriyanti. 2012. “Pengaruh Kepatuhan Wajib
Pajak Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pph Pasal 25/29 Wajib
Pajak Badan Pada Kpp Pratama Denpasar Timur”. Jurnal. Universitas
Udayana.
Ni Luh Supadmi. 2006. “Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak melalui Kualitas
Pelayanan”. Jurusan Akuntansi Universitas Udayana.
Nugraha Setiawan. 2007. “Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan
Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya.” Makalah.
Universitas Padjajaran.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penetapan
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
Rahman Adi Nugroho. 2012. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk
Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel
Intervening.” Diponegoro Journal of Accounting Volume 1 Nomor 2.
Resfianis Menika. 2009. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak PPh Badan dalam Memenuhi Kewajiban
Pajaknya”. Skripsi: FE UNP.
Rika Anggraeni. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang
Pribadi di Sidoarjo Barat Tidak Mengisi Sendiri SPT Tahunannya”. Skripsi.
Universitas Kristen Petra Surabaya.

22
Ruston Tambunan. 2002. “Orang Mau Berhitung Pajak dengan Benar Saja Harus
Membayar Mahal!.” Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 1 Nomor 8
halaman 39-40.
Siti Resmi. 2011. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Sri Rustiyaningsih. 2011. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak”. Widya Warta No. 02 Tahun XXXV. ISSN 0854-1981. Universitas
Katolik Widya Mandala Madiun.
Supriyati dan Nur Hidayati. 2008. “Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Akuntansi Dan Teknologi
Informasi Volume 7 Nomor 1 Mei 2008.
Thomas Sumarsan. 2012. Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Jakarta:
Indeks.
Tulus Suparto. 2007. “Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi: Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta
Tebet”. Tesis. Universitas Indonesia.
Vivien. 2005. “Pengaruh Penyuluhan Perpajakan terhadap Jumlah Wajib Pajak,
Kepatuhan Wajib Pajak, dan Penerimaan Pajak”. Skripsi. Universitas Kristen
Petra Surabaya.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia Buku 1. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Yulianti dan Christine. 2010. “Pengaruh Reformasi Undang-Undang Pajak
Penghasilan Tahun 2008 Terhadap Kebijakan Penyusunan Laporan Keuangan
(Studi atas Perusahaan Manufaktur Publik dalam Masa Reformasi
Perpajakan)”. Makalah. Universitas Indonesia.

http://www.tribunnews.com
http://www.pajak.go.id

23
LAMPIRAN
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

Pengetahuan
Wajib Pajak

Penyuluhan
Pajak
Kepatuhan
Wajib Pajak
Kualitas
Pelayanan
Pajak

Pemeriksaan
Pajak

Tabel 1
Responden Berdasarkan Umur Perusahaan

No Umur perusahaan Jumlah %

1 < 5 tahun 120 32.4


2 5-10 tahun 203 54.9
3 >10 tahun 47 12.7
Jumlah 370 100

Tabel 2
Responden Berdasarkan Jenis Usaha

No Jenis Usaha Jumlah %


1 Dagang 156 42.2
2 Industri 12 3.2

3 Jasa 202 54.6

Jumlah 370 100

24
Tabel 3
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah %


1 Laki-laki 211 57
2 Perempuan 159 43
Jumlah 370 100

Tabel 4
Responden Berdasarkan Umur Responden

No Umur Jumlah %
1 25-45 tahun 337 91.1
2 > 45 tahun 33 8.9

Jumlah 370 100

Tabel 5
Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah %
1 Islam 327 88.4
2 Katolik 26 7.0

3 Kristen 15 4.1

4 Budha 1 0.3

5 Hindu 1 0.3

Jumlah 370 100

Tabel 6
Responden Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah %
1 Minang 328 88.6
2 Tionghoa 22 5.9

25
3 Lain-lain 20 5.4

Jumlah 370 100

Tabel 7
Responden Berdasarkan Status SPT (2011)

No Status SPT Jumlah %


1 Nihil 183 49.5
2 Kurang Bayar 175 47.3
3 Lebih Bayar 12 3.2
Jumlah 370 100

Tabel 8
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Wajib Pajak Badan

No. Item Pernyataan Rerata TCR Keterangan

1 Jika tidak diwajibkan maka saya tidak akan


mendaftarkan diri untuk memperoleh 3.20 64.00 Cukup baik
NPWP

2 Saya tidak akan melaporkan SPT tepat


3.21 64.16 Cukup baik
waktu jika tidak ada sanksi

3 Saya akan memanfaatkan setiap peluang


yang memungkinkan saya untuk tidak 3.33 66.54 Cukup baik
melaksanakan kewajiban perpajakan

4 Saya tidak akan melaporkan penghasilan


kena pajak saya dengan lengkap jika tidak 3.30 65.95 Cukup baik
ada pemeriksaan pajak oleh Ditjen Pajak

5 Saya akan melaporkan penghasilan kena


pajak saya yang sebenarnya jika ada 3.11 62.27 Cukup baik
sanksi.

Rerata 3.23 64.58 Cukup baik

26
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Wajib Pajak Badan

No. Item Pernyataan Rerata TCR Keterangan

1 Saya mampu mengisi SPT 3.68 73.68 Cukup baik

2 Saya tahu hak saya sebagai seorang WP 3.77 75.46 Cukup baik

3 Saya tahu kewajiban saya sebagai seorang


3.88 77.51 Baik
WP

4 Karena saya tahu tentang sanksi, maka


saya tidak akan terlambat membayar 3.76 75.30 Cukup baik
kurang bayar SPT

5 Saya selalu terlambat melaporkan SPT 3.39 67.73 Cukup baik

6 Saya membayar kurang bayar SPT di bank


3.48 69.51 Cukup baik
persepsi atau kantor pos

7 SPT yang saya laporkan selalu punya


3.59 71.89 Cukup baik
peluang untuk diperiksa

8 Saya harus bersikap kooperatif dengan


3.98 79.68 Baik
pemeriksa jika saya diperiksa

9 Saya paham tentang prosedur pemeriksaan 3.85 76.97 Baik

Rerata 3.71 74.19 Cukup baik

Tabel 10
Distribusi Frekuensi Penyuluhan Pajak
No. Item Pernyataan Rerata TCR Keterangan

1 Saya mendapatkan undangan dari kantor


Cukup
pajak untuk mengikuti sosialisasi pengisian 3.41 68.11
Baik
SPT Tahunan setiap tahunnya

2 Saya mengikuti sosialisasi pengisian SPT


Cukup
Tahunan yang diadakan kantor pajak setiap 3.39 67.73
Baik
tahunnya

3 Saya mengikuti sosialisasi pengisian SPT


Cukup
Tahunan yang diadakan oleh pihak di luar 3.34 66.76
Baik
kantor pajak

27
4 Saya bisa mengisi SPT Tahunan dengan Cukup
3.65 72.97
mengikuti sosialisasi Baik

5 Saya mendapatkan buku petunjuk pengisian


Cukup
SPT Tahunan yang dibagikan kantor pajak 3.39 67.73
Baik
setiap tahunnya

6 Saya membaca buku petunjuk pengisian SPT


Cukup
Tahunan yang dibagikan kantor pajak setiap 3.40 68.05
Baik
tahunnya

Rerata Cukup
3.43 68.56
Baik

Tabel 11
Distribusi Frekuensi Kualitas Pelayanan Pajak

No. Item Pernyataan Rerata TCR Keterangan

1 Citra kantor pajak selama ini baik 3.36 67.14 Cukup Baik

2 Pegawai kantor pajak tidak menerima suap


3.42 68.49 Cukup Baik
dan sejenisnya dari WP

3 Pelayanan yang diberikan oleh pegawai


3.54 70.86 Cukup Baik
kantor pajak memuaskan

4 Pegawai kantor pajak dapat diandalkan 3.56 71.14 Cukup Baik

5 Pegawai kantor pajak tanggap dalam


3.56 71.30 Cukup Baik
memberikan pelayanan

6 Setiap WP memiliki Account


3.58 71.51 Cukup Baik
Representative (AR) yang siap membantu

7 Jika mengalami kesulitan, WP bisa dengan


3.62 72.49 Cukup Baik
mudah menghubungi kantor pajak

Rerata 3.59 70.42 Cukup Baik

28
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Pajak
No. Item Pernyataan Rerata TCR Keterangan

1 Saya enggan berurusan dengan pemeriksa


3.52 70.43 Cukup Baik
pajak

2 Pemeriksaan pajak tidak memberikan


3.55 70.92 Cukup Baik
manfaat apapun untuk saya

3 Pemeriksaan pajak memberikan manfaat


3.70 74.00 Cukup Baik
bagi penerimaan negara

4 Jika SPT saya diperiksa, saya akan


mengurus sendiri karena saya melaporkan 3.68 73.57 Cukup Baik
SPT dengan benar

Rerata 3.61 72.23 Cukup Baik

Tabel 13
Hasil Uji Normalitas Residual
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 370
a,,b
Normal Parameters Mean .0000000

Std. Deviation .66011601

Most Extreme Differences Absolute .050

Positive .035

Negative -.050

Kolmogorov-Smirnov Z .966

Asymp. Sig. (2-tailed) .309

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

29
Tabel 14
Hasil Uji Multikolinearitas
a
Coefficients

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

1 Pengetahuan .653 1.533

Penyuluhan .729 1.372

Pelayanan .734 1.362

Pemeriksaan .692 1.445

a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak


Badan

Tabel 15
Hasil Uji Heterokedastisitas
a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .681 .171 3.977 .000

Pengetahuan -.092 .053 -.111 -1.722 .086

Penyuluhan -.043 .035 -.075 -1.238 .217

Pelayanan .030 .031 .060 .987 .324

Pemeriksaan .068 .041 .103 1.646 .101

a. Dependent Variable: Abresid

Tabel 16
Hasil Uji F Statistik
b
ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 63.772 4 15.943 36.191 .000

Residual 160.793 365 .441

Total 224.565 369

a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan, Pelayanan, Penyuluhan, Pengetahuan

b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak Badan

30
Tabel 17
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .533 .284 .276 .66372

a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan, Pelayanan, Penyuluhan,


Pengetahuan

b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Tabel 18
Hasil Uji Regresi Berganda

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -.159 .308 -.515 .607

Pengetahuan .228 .096 .130 2.379 .018

Penyuluhan .245 .062 .204 3.941 .000

Pelayanan .154 .055 .144 2.789 .006

Pemeriksaan .321 .074 .230 4.325 .000

a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak Badan

31

Anda mungkin juga menyukai