Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS TAX AMNESTY SEBAGAI UPAYA MEMPERKUAT PENERIMAAN

NEGARA DI SEKTOR PAJAK

Iqbal Maulana1, Imahda Khoiri Furqon2


IAIN Pekalongan
1,2,3

E-mail: Iqbalmaulan799@gmail.com1, imahdaaljihat@gmail.com2

Abstract
In an effort increasing the state revenues from the tax sector and increasing the tax ratio by 16
percent through the intensification and extensification of taxation, one of which is an alternative
implementation of the remission of tax (tax amnesty). Application of tax amnesties in Indonesia is still a
discourse of the pros and cons. Basically, the application of this policy is expected to increase the amount of
the taxpayer, subject and object while increasing tax revenues from the funds in the "parked" outside of the
country. In fact, experience shows that the tax amnesty ever undertaken in Indonesia, but less effective results
because of unclear objectives and rules besides that it is not supported facilities and other infrastructur are
adequate. When applied to the remission of tax policy are expected to not only remove the right to bill for the
taxpayer but more importantly in the long run may improve compliance with the taxpayer, so as to increase
tax revenues in the future.
Keyword: Tax amnesty implementation, taxpayer increases, tax revenues increase

Abstrak
Dalam upaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak serta terus meningkatkan tax
ratio sebesar 16 persen melalui intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, salah satu diantaranya
adalah upaya alternatif implementasi pengampunan pajak (tax amnesty). Penerapan tax
amnesty di Indonesia masih merupakan wacana yang pro dan kontra. Pada dasarnya penerapan
kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah wajib pajak, subyek dan obyek pajak
sekaligus meningkatkan penerimaan negara dari dana-dana yang di “parkir” di luar negeri. Pada
kenyataannya, pengalaman menunjukkan bahwa tax amnesty pernah dilakukan di Indonesia
namun kurang efektif hasilnya karena ketidak jelasan tujuan dan aturannya disamping itu tidak
didukung pula dengan sarana dan prasarana yang memadai. Bila diterapkan kebijakan
pengampunan pajak diharapkan tidak hanya menghapus hak tagih atas wajib pajak (WP) tetapi
yang lebih penting lagi dalam jangka panjang dapat memperbaiki kepatuhan WP, sehingga dapat
meningkatkan penerimaan pajak di masa mendatang.
Kata kunci: Implementasi Tax amnesty, WP meningkat, penerimaan pajak meningkat

puas akan kebijakan pemerintah dalam hal


Pendahuluan pembangunan nasional. Kondisi tersebut
Ekonomi di Indonesia belum dapat dipengaruhi oleh ketidakpatuhan para wajib
mewujudkan masyarakat yang adil dan pajak yakni masyarakat itu sendiri dalam
makmur banyak pembangunan nasional yang membayar pajak.
masih kurang, bahkan fasilitas- fasilitas umum Pendapatan utama negara Indonesia
seperti jalan raya, puskesmas dan lembaga berasal dari Pajak. Menurut Mardiasmo
masyarakat lainnya yang perlu diperbaiki. (2016), pajak dapat diartikan sebagai
Masyarakat seringkali mengeluh dan tidak pungutan yang dilakukan oleh negara kepada
warga negaranya berdasarkan undang- penerimaan masih belum dapat terpenuhi.
undang, dimana atas pungutan tersebut Meski Indonesia menganut system self
negara tidak memberikan kontraprestasi assessment dalam penghitungan kewajiban
secara langsung kepada warga negaranya. perpajakannya, namun masih banyak wajib
Pajak sebagai penerimaan negara harus dinilai pajak yang tidak melakukan kewajiban
positif, karena melalui pajak kemandirian perpajakannya dengan benar. Hal ini terjadi
suatu negara dalam membiayai pembangunan karena karakteristik pajak itu sendiri. Pajak
dan pemerintahannya dapat tercapai. Suluruh merupakan pungutan kepada wajib pajak
biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan yang diwajibkan oleh negara melalui Undang-
dan pengembangan negara berasal dari Undang. Pungutan yang memaksa tersebut
masyarakat sendiri, bukan dari bantuan juga tidak disertai dengan imbal hasil
negara lain. Keadaan yangseperti ini akan secara langsung kepada wajib pajak
berdampak pada kemandirian negara yang sehingga pajak tidak disukai oleh para wajib
lebih kuat sehingga negara tidak bergantung pajak.
pada negara lain dalam pembiayaan
pembangunan dalam negaranya. Oleh karena Karakterisktik pajak yang tidak disukai
itu, pajak yang memiliki peran strategis ini tersebut kemudian memunculkan praktik-
seharusnya mendapatkan perhatian penting praktik penghindaran pajak yang dilakukan
dari masyarakat dan pemerintah. oleh para wajib pajak. Praktik-praktik
Purnamawati (2014) menyatakan bahwa penghindaran pajak yang dilakukan wajib
sistem pajak yang ideal bagi suatu negara pajak merupakan salah satu contributor
harus mempunyai prinsip manfaat (benefit rendahnya penerimaan pajak. Salah satu
principle) yaitu diharapkan manfaat lebih contoh praktik penghindaran pajak adalah
tinggi dibandingkan pajak yang dibayar oleh kegiatan ekonomi bawah tanah (underground
Wajib Pajak serta pajak harus mempunyai economy). Para pelaku kegiatan ekonomi
prinsip keadilan (equity principle). bawah tanah ini tidak pernah melaporkan
Dalam Konferensi pers terkait hasil kegiatan ekonominya dalam formulir
perkembangn ekonomi makro realisasi APBN Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
Perubahan Tahun 2017 yang digelar di kantor sehingga dapat dikelompokkan dalam
Kementrian Keuangan pada 2 Januari 2018 kriteria penyelundupan pajak (tax evasion).
silam, Sri Mulyan menyebutkan . penerimaan Praktik penghindaran pajak juga dilakukan
perpajakan untuk tahun 2017 mencapai Rp dengan cara melakukan penyimpanan dana di
1.339 Trilliunatau sekitar 91 persen dari target luar negeri, terutama dilakukan oleh
APBN-P, angka trsebut meningkat dari golongan ekonomi kelas atas. Para orang
realisasi dua tahun sebelumnya yang hanya kaya yang notabene juga merupakan wajib
sekitar 83 persen. Jika dibandingkan tahun pajak, menyimpan dananya di luar negeri
2016 maka capaian tersebut tumbuh 4,3 karena adanya fasilitas yang lebih
persen. Apabila menghilangkan komponen menguntungkan yang diberikan oleh negara
tax amnesty, pertumbuhannya sekitar 12,4 lain sebagai upaya untuk menghindari pajak.
persen. Meningkatnya kegiatan penghindaran
Tidak terpenuhinya target pajak sangat merugikan negara karena
penerimaan perpajakan terjadi selama lima praktikpenghindaran pajak berakibat pada
tahun terakhir. Meski Direktorat Jenderal hilangnya uang pajak (tax revenue forgone)
Pajak (DJP) selaku institusi yang bertugas yang sangat dibutuhkan untuk membiayai
untuk memungut pajak menyatakan telah program kesejahteraan masyarakat,
melakukan extra effort, namun target

Balanca 28
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
pendidikan, kesehatan, program-program Berdasarkan pemaparan tersebut di
pengentasan kemiskinan dan berbagai atas, penelitian ini bertujuan untuk
program pembangunan lainnya. Sebagai mengetahui implementasi kebijakan tax
upaya untuk mengenakan kembali pajak yang amnesty di Indonesia dan implikasi atas
belum dibayar baik dari kegiatan ekonomi implementasi kebijakan tax amnesty di
bawah tanah maupun dari harta kekayaan Indonesia terhadap penerimaan negara
yang disimpan di luar negeri, Pemerintah sektor perpajakan. Dalam penelitian ini,
menetapkan Undang-Undang Nomor 11 rumusan masalah yang diharapkan dapat
Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak terpecahkan dari penelitian ini adalah: 1)
(Tax amnesty). Menurut Undang-Undang Bagaimana implementasi kebijakan tax
Nomor 11 Tahun 2016, pengampunan amnesty di Indonesia, dan 2) Bagaimana
pajak adalah penghapusan pajak yang implikasi atas implementasi kebijakan tax
seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi amnesty di Indonesia terhadap penerimaan
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di negara sektor perpajakan. Kebijakan tax
bidang perpajakan, dengan cara amnesty di Indonesia telah dilaksanakan
mengungkap harta dan membayar uang sebanyak empat (4) kali yaitu tahun 1964,
tebusan sebagaimana diatur dalam undang- 1984, 2008 dan 2015. Namun mengingat
undang ini. keterbatasan data, penelitian ini hanya
Kebijakan tax amnesty tahun 2016 membatasi analisis implementasi kebijakan
dilakukan kembali dengan beberapa alasan, tax amnesty untuk tahun 2008 dan tahun 2015.
yaitu;1) banyaknya harta milik wajib pajak Penelitian ini merupakan penelitian
baik di dalam maupun luar negeri yang belum kualitatif dengan metode penulisan deskriptif
dilaporkan dalam surat pemberitahuan eksploratory. Metode ini hanya membahas
tahunan pajak penghasilan; 2) meningkatkan suatu topik dengan memberikan
penerimaan negara dan pertumbuhan penggambaran atas topik tersebut, implikasi
perekonomian serta kepatuhan dan kesadaran permasalahan yang timbul atas topik itu
wajib pajak; 3) kasus panama papers tentang dan tidak ditujukan untuk mencari atau
praktik tersembunyinya harta kekayaan serta menguji solusi terbaik atas permasalahan yang
penghindaran pembayaran pajak diluar ada. Analisis yang ada biasanya hanya
kelaziman. bersifat kualitatif yang ditujukan untuk
Kebijakan Tax amnesty merupakan mengeksplorasi konsekuensi permasalahan
salah satu terobosan yang dilakukan untuk yang muncul atas kondisi yang diterangkan
mendongkrak tingkat kepatuhan wajib pajak dalam topik.
dengan memberikan pengampunan pajak
kepada wajib pajak(taxpayers). Pendekatan eksploratif dapat
Pengampunan Pajak perlu dipertimbangkan didefinisikan sebagai metode penelitian
secara khusus oleh Pemerintah Indonesia yang bertujuan menghimpun informasi awal
untuk memberikan kesempatan terakhir (one yang akan membantu upaya menetapkan
shot opportunity) bagi wajib pajak yang masalah dan merumuskan hipotesis.
melakukan onshore maupun offshore tax Sedangkan pendekatan deskriptif adalah
evasion dengan tujuan utama sebagai metode penelitian yang bertujuan
wahana rekonsiliasi perpajakan nasional memaparkan (mendeskripsikan) sesuatu hal.
bagi seluruh potensi masyarakat pembayar Pendekatan eksploratif deskriptif dalam
pajak dan diharapkan akan meningkatkan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
penerimaan negara. gambaran dan mengeksplorasi berbagai
permasalahan yang muncul terkait
29 Balanca
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
implementasi kebijakan tax amnesty di dibandingkan dengan penerimaan negara dari
Indonesia sebagai upaya untuk memperkuat sektor pajak tahun 2004. Peningkata
penerimaan negara. penerimaan negara dari sektor perpajakan
Dalam penelitian ini, pembahasan ini tidak tumbuh paralel dengan
penelitian menggunakan studi literatur dan pertumbuhan penerimaan perpajakan.
pengumpulan data-data sekunder yang Peertumbuhan penerimaan negara dari
berasal dari berbagai sumber, antara lain: sektor perpajakan tertinggi terjadi pada
Direktorat Jenderal Pajak dan Badan tahun 2008 tumbuh sebesar 34,25%. Namun
Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan demikian pada tahun 2009, penerimaan
serta hasil-hasil pemikiran berbagai kalangan negara dari sektor pajak mengalami
yang berkaitan dengan topik artikel ini. penurunan sebesar -4,66%. Pada tahun
2010 dan 2011, penerimaan negara dari
Pembahasan sektor pajak mengalami kenaikan namun
Indonesia merupakan negara besar pertumbuhan penerimaan perpajakan secara
dengan sumber daya alam yang berlimpah, intensif mengalami penurunan hingga pada
salah satunya minyak dan gas bumi. Sejak tahun 2016 penerimaan perpajakan yang
tahun 1960 hingga 1980 produksi minyak hanya tumbuh 4,6%.
Indonesia berlimpah. Sumber penerimaan Sebagai negara yang menerapkan sistem
negara pada periode itu hampir seluruhnya self assessment, permasalahan mendasar dalam
ditopang oleh pendapatan negara dari upaya memungut pajakadalah tingkat
penjualan minyak dan sumber daya kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
lainnya. Namun sayang pada tahun kewajiban perpajakannya. Hal ni terlihat dari
1999/2000 produksi minyak Indonesia mulai realisasi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
menurun dan tidak lagi bisa diandalkan yang hanya mencapai 63 % dari seluruh wajib
sebagai sumber utama penerimaan negara. pajak yang terdaftar di Direktorat Jederal
Pada masa itu, penerimaan negara terbesar Pajak. Selain itu, kepatuhan material
saat itu bergeser ke penerimaan negara dari perpajakan akibat kegiatan shadow economy
sektor perpajakan. menimbulkan potensi penurunan penerimaan
Pada tahun 2000 Pemerintah Indonesia perpajakan sebesar 19,0 persen dari PDB.
mulai memerhatikan sektor pajak. Meski Kegiatan ekonomi bawah tanah ini tidak
pemerintah telah mencanangkan reformasi pernah dilaporkan sebagai penghasilan dalam
perpajakan sejak tahun 1983, namun karena formulir surat pemberitahuan tahunan
penerimaan negara sebagian besar dari sektor (SPT) Pajak Penghasilan, sehingga dapat
minyak, perhatian pemerintah terhadap dikelompokkan dalam kriteria penyelundupan
pengelolaan pemungutan pajak masih pajak (tax evasion)
rendah. Sejak tahun 2000, pemerintah
mulai memberikan perhatian yang serius atas Peningkatan kegiatan ekonomi bawah
pengelolaan penerimaan pajak. tanah yang dibarengi dengan penyelundupan
Penerimaan negara dari sektor pajak pajak atau pelaporan pajak yang tidak
dari tahun ke tahun selalu mengalami jujur sangat merugikan negara karena
peningkatan. Grafik 1. memerlihatkan tren berarti hilangnya uang pajak (tax revenue
peningkatan penerimaan negara dari sektor forgone) yang sangat dibutuhkan untuk
perpajakan dari tahun 2004 hingga tahun membiayai program kesejahteraan rakyat,
2016. Penerimaan negara pada tahun 2016 pendidikan, kesehatan, dan program-
naik lebih dari empat kali lipat apabila program pengentasan kemiskinan lainnya.
Kebijakan tax amnesty muncul sebagai alat

Balanca 30
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
untuk mengenakan kembali pajak yang Tujuan peningkatan penerimaan negara
belum dibayar dari kegiatan ekonomi dalam jangka pendek melalui kebijakan tax
bawah tanah ataupun pelaporan pajak yang amnesty tidak serta merta dapat terpenuhi.
tidak jujur. Dalam penerapan kebijakan tax amnesty,
penerimaan negara dalam jangka pendek
A. Implementasi Kebijakan Tax amnesty sangat tergantung pada jumlah wajib pajak
Sebagai Upaya Memperkuat Penerimaan yang ikut dalam program tax amnesty. Jika
Negara kebijakan/program tax amnesty tidak dapat
menarik minat wajib pajak untuk
Secara umum kebijakan tax amnesty berpartisipasi dalam program ini maka
diterapkan oleh banyak negara dengan tujuan program menjadi tidak berhasil dilaksanakan.
untuk meningkatkan penerimaan negara. Rendahnya minat wajib pajak untuk
Kebijakan tax amnesty menjadi kebijakan berpartisipasi dalam program berakibat pada
yang. popular terutama bagi negara-negara rendahnya penerimaan negara yang
yang sedang mengalami krisis keuangan didapatkan dari program ini. Rendahnya
untuk menghimpun dana dalam jangka minat wajib pajak yang ikut dalam program
pendek ini secara otomatis juga berdampak pada tidak
Kebijakan tax amnesty dilaksanakan optimalnya penerimaan jangka panjang
dalam rangka meningkatkan penerimaan Partisipasi wajib pajak selain penting
negara dari sektor perpajakan dalam jangka untuk peningkatan penerimaan jangka pendek
pendek maupun jangka panjang. juga memiliki peran strategis untuk
Peningkatan penerimaan negara dalam jangka memperluas basis data sehingga dapat
pendek diperoleh melalui pembayaran denda, meningkatkan penerimaan perpajakan
penalty ataupun uang tebusan. Sementara dalam jangka panjang. Namun demikian,
peningkatan penerimaan perpajakan dalam perluasan basis data pajak yang diperoleh
jangka panjang diperoleh melalui Pemerintah melalui program tax amnesty
peningkatan kepatuhan wajib pajak dan harus disertai dengan penegakkan hukum
perluasan basis data perpajakan dan pengelolaan basis data yang
Peningkatan penerimaan negara dalam baik agar penagihan pajak menjadi lebih
jangka pendek dengan menerapkan optimal. Penegakan hukum setelah tax amnesty
kebijakan tax amnesty dimaksudkan untuk harus dilakukan untuk memberikan sanksi
mengenakan kembali pajak yang belum bagi masyarakat yang tidak berpartisipasi
dibayar dari kegiatan ekonomi bawah tanah dalam program tax amnesty untuk diperiksa
ataupun pelaporan pajak yang tidak jujur. oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Terkait
Dengan demikian kebijakan tax amnesty perlu pengelolaan basis data hasil tax amnesty, DJP
dipertimbangkan untuk diterapkan oleh diharapkan dapat menyediakan data yang
Pemerintah untuk memberikan kesempatan akurat mengenai kekayaan wajib pajak,
terakhir (one shot opportunity) bagi wajib sehingga meningkatkan kepatuhan wajib
pajak yang melakukan onshore maupun offshore pajak dalam jangka panjang.
tax evasion. Kebijakan tax amnesty juga
menjadi wahana rekonsiliasi perpajakan Sejak terbentuknya pemerintahan,
nasional bagi seluruh potensi masyarakat Pemerintah Indonesia telah melaksanakan 4
pembayar pajak dan diharapkan akan kali kebijakan tax amnesty. Kebijakan tax
meningkatkan penerimaan negara. amnesty pertama kali diperkenalkan kepada
masyarakat pada tahun 1964. Pemerintah
Indonesia kembali melaksanakan tax amnesty
31 Balanca
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
pada tahun 1984 sebagai sarana untuk Kebijakan ini dilakukan pemerintah untuk
memulai babak baru perhitungan kewajiban mengenalkan program tax amnesty dan
perpajakan seiring digulirkannya reformasi menarik wajib pajak untuk mengikuti program
perpajakan pada tahun 1983. Kebijakan tax tersebut.
amnesty kembali dilaksanakan oleh
Pemerintah Indonesia pada tahun 2008. Dan Pertimbangan utama dalam pelaksanaan
terakhir kali, kebijakan tax amnesty program ini adalah kesadaran pemerintah
dilaksanakan Pemerintah Indonesia pada bahwa aparatur pemungutan pajak yang
tahun 2016. Secara ringkas implementasi sedang dibangun untuk sementara tidak akan
kebijakan Tax amnesty dipaparkan sebagai mampumenghadapi pelanggaran-pelanggaran
berikut. fiskal yang dilakukan oleh wajib pajak. Pada
a. Implementasi Kebijakan periode pelaksanaan program ini,
Pengampunan Pajak Di Indonesia pemerintah memberikan kelonggaran-
kelonggaran fiskal dan kepidanaan kepada
Tahun 1964
warga negara Indonesia yang memiliki
Pada tahun 1964, Pemerintah Indonesia modal tetapi belum/tidak membayar pajak
melaksanakan kebijakan tax amnesty untuk dan telah merasa bersalah menurut
pertama kalinya. Program ini dilaksanakan petunjuk-petunjuk yang diperoleh. Sasaran
dari tanggal 9 September 1964 sampai utama program ini adalah warga negara
dengan 17 Agustus 1965. Pada program tax Indonesia yang memiliki modal untuk dapat
amnesty Tahun 1964 ini, subjek program berpartisipasi dalam pembangunan melalui
adalah orang pribadi dan badan, dan pembayaran pajak yang dapat dilakukan
diberikan atas Pajak Pendapatan, Pajak dengan mengikuti program tax amnesty yang
Kekayaan, dan Pajak Perseroan. Pada dilaksanakan pada tahun 1964.
pelaksanaan program ini, selama periode Namun sayangnya, penerapan Program
program, pemerintah memberikan insentif Pengampunan Pajak tahun 1964 belum
berupa pengenaan uang tebusan 5% atau cukup berhasil karena sistem administrasi
10% atas harta yang dimohonkan, dan perpajakan pada masa tersebut belum
pembebasan dari pidana fiskal dan pidana memadai dan sosialisasi atas program kepada
umum. Namun demikian melalui program ini masyarakat juga kurang intensif. Sebagai
pemerintah akan memberikan hukuman 400% program baru yang dilaksanakan
bagi yang melanggar ketentuan. pemerintah, sosialisasi program menjadi
Program Pengampunan Pajak tahun 1964 faktor penentu keberhasilan program
dilakukan berdasarkan Penetapan Presiden Program tax amnesty tahun 1984
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1964 dilaksanakan mulai tanggal 18 April 1984
tentang Peraturan Pengampunan Pajak. dan berakhir pada 31 Desember 1984.
Dalam ketentuan pelaksanaannya, program Subjeknya adalah seluruh wajib pajak, baik
ini memiliki pertimbangan bahwa ketentuan yang sudah terdaftar maupun belum terdaftar.
fiskal tidak membeda-bedakan apakah Objek program ini lebih luas daripada
tambahan harta itu disebabkan oleh usaha- program tax amnesty Tahun 1964, meliputi
usaha halal atau diperoleh dengan tindak Pajak Pendapatan, Pajak Kekayaan, Pajak
pidana umpama korupsi. Dengan demikian Perseroan, PDBR, Pajak Pendapatan Buruh,
maka kelonggaran-kelonggaran fiskal yang dan Pajak Penjualan. Dalam program ini,
diberikan sebagai akibat program ini juga Pemerintah memberikan insentif berupa
harus disertai pula dengan kelonggaran- pengenaan uang tebusan 1% atas harta
kelonggaran dibidang kepidanaan.

Balanca 32
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
yang sudah dilaporkan pada SPT dan 10% Perseroan tahun 1983 dan
atas harta yang belum dilaporkan Pajak Kekayaan tahun 1984;
Program tax amnesty tahun 1984
b) Sebesar 10% (sepuluh persen) dari
dilaksanakan melalui Keputusan Presiden
jumlah kekayaan yang dijadikan
Nomor 26 tahun 1984 tanggal 18 April
dasar untuk menghitung jumlah
1984. Dalam program ini, pemerintah
pajak yang dimintakan
memberikan kesempatan kepada wajib
pengampunan, bagi wajib pajak
pajak orang pribadi atau badan dengan
yang pada tanggal ditetapkannya
nama dan dalam bentuk apapun, baik yang
Keputusan Presiden ini belum
telah maupun yang belum terdaftar sebagai
memasukkan Surat Pemberitahuan
wajib pajak untuk mendapatkan
Pajak Pendapatan/Pajak Perseroan
pengampunan pajak. Progra tax amnesty
tahun 1983 dan Pajak Kekayaan tahun
tahun 1984 muncul setelah pemerintah
1984.
mulai melakukan reformasi perpajakan
pada tahun 1983. Reformasi perpajakan Meski telah diperpanjang hingga enam
tahun 1983 ditandai dengan ditetapkannya bulan, program tax amnesty ini dianggap
undang-undang perpajakan baru yang gagal. Hal ini sesuai pernyataan Gillis
menggantikan aturan perpajakan yang saat (1989) yang menyatakan bahwa Program
itu masih menggunakan aturan dari Pengampunan Pajak Tahun 1984 telah gagal
Pemerintah Belanda. Dengan dan tidak banyak wajib pajak yang tertarik
diberlakukannya undang-undang perpajakan untuk memanfaatkannya. Salah satu faktor
yang baru muncul perbedaan signifikan yang berperan dalam kegagalan program
dengan ketentuan yang sebelumnya ada. adalah kurangnya perhatian pemerintah atas
Dengan adanya perbedaan siginifikan pelaksanaan program ini. Hal ini terjadi
tersebut, pemerintah memandang perlu karena pada masa itu, penerimaan sektor
untuk menjembatani dengan memberikan pajak bukanlah penerimaan yang dominan.
suatu titk awal yang bersih bagi masyarakat Pada masa itu Pemerintah Indonesia masih
melalui program tax amnesty ini. Program tax menikmati besarnya penerimaan negara dari
amnesty ini diberikan atas pajak-pajak yang sektor migas. Selain itu pemerintah juga
belum pernah atau belum sepenuhnya mengandalkan penerimaan negara dari
dikenakan atau dipungut sesuai dengan perdagangan internasional dan utang luar
peraturan perundang-undangan yang negeri. Kurangnya perhatian Pemerintah juga
berlaku. Adapun bentuk pengampunan dapat dilihat dari sistem administrasi
pajak yang diberikan dalam program ini perpajakan yang belum memadai yang
adalah pengenaan tebusan dengan tarif: mengakibatkan kurangnya ketertarikan
masyarakat terhadap program sehingga
program ini gagal untuk mencapai tujuannya.
a) Sebesar 1% (satu persen) dari
jumlah kekayaan yang dijadikan b. Implementasi Kebijakan
dasar untuk menghitung jumlah
Pengampunan Pajak di Indonesia
pajak yang dimintakan
pengampunan, bagi wajib pajak Tahun 2008
yang pada tanggal ditetapkannya Pada tahun 2008, Pemerintah
Keputusan Presiden ini telah memperkenalkan Program Sunset policy.
memasukkan Surat Pemberitahuan Program ini dilaksanakan pada Tahun 2008
Pajak Pendapatan/Pajak sampai dengan 28 Februari 2009. Program ini

33 Balanca
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
ditujukan untuk seluruh wajib pajak baik dengan wajib pajak yang menyampaikan SPT
orang pribadi maupun badan. Objek dalam tahunan. Dalam pelaksanaannya, program
program ini adalah sebagai berikut: sunset policy mengalami kendala antara lain:
1) Orang pribadi: (i) pengampunan hanya meliputi sanksi
x penghapusan sanksi administrasi administrasi; (ii) ketidaksiapan sistem
berupa bunga atas pajak yang tidak atau administrasi perpajakan; (iii) jangka waktu
kurang dibayar pelaksanaan terlalu pendek.
x penghapusan sanksi administrasi c. Implementasi Kebijakan
berupa bunga atas keterlambatan pelunasan
Pengampunan Pajak di Indonesia
kekurangan pembayaran pajak.
2) Badan: penghapusan sanksi Tahun 2016
administrasi berupa bunga atas Program tax amnesty tahun 2016
keterlambatan pelunasan kekurangan dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang
pembayaran pajak. Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak. Program ini dilaksanakan sejak tanggal
Program Sunset policy disebut sebagai 18 Juli 2016 hingga 31 Maret 2017. Latar
program paripurna modernisasi pajak pada belakang munculnya kebijakan ini berasal
periode 2001 - 2007. Program ini dianggap dari eksternal dan internal. Faktor eksternal
berhasil karena realisasi penerimaan pajak didominasi oleh kondisi perekonomian
pada tahun 2008 telah mencapai target yang melambat dan ketidakpastian
yang ditetapkan dalam APBN. kebijakan moneter. Dalam naskah akademik
Keberhasilan program juga terlihat dari rancangan undang-undang pengampunan
pertambahan jumlah Nomor Pokok Wajib pajak, pemerintah menyatakan bahwa
Pajak (NPWP) baru dan penerimaan Pajak faktor internal yang melatarbelakangi
Penghasilan (PPh). Pada tahun 2008 tersebut kebijakan tersebut adalah:
jumlah NPWP baru bertambah sebanyak
5.365.128 NPWP, Surat Pemberitahuan a) Keinginan menambah anggaran
Tahunan (SPT) bertambah sebanyak 804.814 pembangunan memerlukan
tambahan penerimaan negara
SPT dan penerimaan PPh meningkat sebesar
Rp7,46 triliun. b) Sektor migas yang menjadi
Namun demikian, data kepatuhan primadona di masa orde baru
wajib pajak pada tahun 2009 menunjukkan sudah semakin menurun
bahwa wajib Pajak yang tidak c) Pendanaan pembangunan lewat
menyampaikan SPT tahunan mencapai utang ataupun hibah dapat
47,39 persen dari total wajib pajak yang menciptakan kerawanan fiskal di
tercatat sebanyak 15.469.590. Hal ini masa mendatang serta
menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan memunculkan ketergantungan
wajib pajak masih rendah sehingga terhadap negara lain;
terdapat kemungkinan wajib pajak kembali d) Jumlah pembayar pajak di
pada perilaku tidak patuh pada aturan Indonesia tergolong masih rendah
perpajakan. Monitoring atas tingkat dibandingkan negara maju (rendahnya
kepatuhan wajib pajak yang mengikuti tax ratio);
program sunset policy juga sulit dilakukan. Hal e) Terbatasnya kapasitas otoritas
ini terjadi karena dari sisi administrasi perpajakan terutama dalam
perpajakan tidak dapat dibedakan antara mengawasi aktivitas perekonomian di
wajib pajak yang memanfaatkan sunset policy sektor informal (underground

Balanca 34
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
economy) dan mencegah larinya Namun demikian, dalam program ini
modal (capital flight) ke luar negeri; terdapat pengecualian subjek pengampunan
f) Terdapat banyak pihak yang pajak yaitu wajib pajak yang sedang
mempunyai kekayaan yang dilakukan penyidikan dan berkas
berdasarkan penghindaran atau penyidikannya telah dinyatakan lengkap
penggelapan pajak, baik yang oleh kejaksaan, dalam proses peradilan,
tersimpan di dalam maupun luar dan menjalani hukuman pidana atas tindak
negeri; pidana di bidang perpajakan.
g) Terdapat lebih dari Keseriusan pemerintah dalam
Rp3.000.000.000.000,- kekayaan meluncurkan program ini terlihat dari
WNI yang tersimpan di Singapura. mekanisme pelaksanaan program. Dalam
Ini tidak berarti semua kekayaan pelaksanaannya, pengampunan pajak dalam
tersebut terkait penggelapan; program tax amnesty tahun 2016, dibagi
Program tax amnesty Tahun 2016 dalam tiga periode waktu yang berbeda
mempunyai tiga tujuan sebagaimana dengan masing-masing periode memiliki
disebutkan dalam Pasal 2 ayat (2) Undang- perbedaan besarnya persentase perhitungan
Undang Nomor 11 Tahun 2016 yaitu: uang tebusan yang harus dibayarkan.
Persentase perhitungan uang tebusan yang
harus dibayarkan berdasrkan periode
a) Mempercepat pertumbuhan dan
waktunya sebagaimana dapat dilihat pada
restrukturisasi ekonomi melalui
Tabel 1. wajib pajak dapat memanfaatkan
pengalihan harta yang berakibat pada
peningkatan likuiditas domestik dan pengampunan pajak dengan cara
investasi, perbaikan nilai tukar Rupiah mengungkap harta yang belum diungkapkan
dan penurunan tingkat suku bunga dalam lampiran harta pada SPT Tahunan
yang atas sumber perolehan harta tersebut
b) Mendorong reformasi perpajakan
belum menyelesaikan ketentuan
menuju sistem perpajakan yang lebih
perpajakannya selama ini. Setelah wajib pajak
berkeadilan serta perluasan basis data
perpajakan yang lebih valid, mengungkap harta, wajib pajak harus
komprehensif, dan terintegrasi; dan membayar uang tebusan. Besarnya uang
tebusan dibedakan besarannya sesuai
c) Meningkatkan penerimaan pajak,
kriteria deklarasi atau repatriasi dalam tiga
yang antara lain akan digunakan
Uang tebusan dihitung dengan cara
unutuk pembiayaan pembangunan.
mengalikan tarif dengan harta bersih,
Definisi pengampunan pajak dengan tarif sebagaimana disajikan pada
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Tabel 1 dan harta bersih yang ditaksir sendiri
Nomor 11 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) yaitu oleh wajib pajak nilainya, dengan ketentuan
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, dapat dikurangkan dengan hutang
tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan terkaitperolehannya paling banyak 75% dari
dan saksi pidana di bidang perpajakan harta untuk wajib pajak badan dan 50% dari
dengan cara mengungkap harta dan harta untuk wajib pajak orang pribadi.
membayar uang tebusan. Subjek dalam Wajib pajak dapat melakukan repatriasi
program ini adalah wajib pajak orang pribadi dengan menginvestasikan hartanya di dalam
atau badan yang dibedakan menjadi empat negeri dalam waktu paling singkat tiga tahun.
kategori: badan, orang pribadi, pengusaha Bagi wajib pajak dengan peredaran usaha
omset tertentu, dan orang pribadi atau sampai dengan Rp4.800.000.000,- pada
badan yang belum memiliki NPWP. tahun pajak terakhir akan mendapatkan tarif
35 Balanca
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
khusus 0,5% jika harta yang diungkapkan untuk mempertahankan dana-dana tersebut
sampai dengan Rp10.000.000.000,- dan 2% untuk tidak kembali ke Indonesia dalam
jika harta yang diungkapkan lebih dari kebijakan pengampunan pajak ini.
Rp10.000.000.000,- Kebijakan tax amnesty hanya menjadi salah
Program ini telah berakhir pada tanggal satu daya tarik namun belum cukup kuat
31 Maret 2017 lalu. Sebagaimana poin bagi wajib pajak yang menyimpan hartanya
pertama tujuan dilaksanakannya program di luar negeri untuk melakukan repatriasi.
tax amnesty yang disebutkan dalam Pasal 2 Di sisi lain, deklarasi harta dalam
ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun negeri mendapatkan angka yang signifikan.
2016, selama periode pelaksanaan, Direktorat Meski belum tentu keseluruhan harta yang
Jenderal Pajak telah menerima deklarasi dideklarasikan tersebut merupakan data
harta dari wajib pajak sebesar baru yang diterima Direktorat Jenderal Pajak,
Rp4.884.252.000.000.000,-. Dari jumlah namun jumlah tersebut dapat memperkuat
tersebut sebesar 75% merupakan deklarasi basis data Direktorat Jenderal Pajak.
harta dalam negeri. Sedangkan deklarasi Perkuatan basis data Direktorat Jenderal
harta luar negeri, selama periode program, Pajak dapat menjadi trigger untuk
Direktorat Jenderal Pajak hanya mencatat meningkatkan penerimaan pajak dan
sebesar Rp147 triliun atau kurang dari 15% kepatuhan sukarela wajib pajak. Selama
dari target yang ditetapkan pemerintah. periode program, peningkatan kepatuhan
Rendahnya repatriasi ini merupakan salah wajib pajak juga sudah terlihat dengan
satu kegagalan program tax amnesty tahun adanya peningkatan pelaporan SPT Tahunan
2016 dalam mewujudkan percepatan sebesar 36%. Peningkatan ini menjadi sinyal
pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi positif bagi Direktorat Jenderal Pajak
melalui pengalihan harta. untuk bisa mengoptimalkan penerimaan dari
Pengalihan harta merupakan salah satu wajib pajak yang sudah melaporkan hartanya
isu penting dalam mewujudkan dan menegakkan hukum wajib pajak yang
pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. belum melaporkan.
Pengalihan harta diharapkan dapat Tujuan kedua yang ingin dicapai dalam
meningkatkan perputaran ekonomi di program tax amnesty adalah mendorong
dalam negeri sehingga perekonomian akan reformasi perpajakan menuju sistem
tumbuh lebih cepat dan secara tidak perpajakan yang lebih berkeadilan serta
langsung dapat berdampak pada perluasan basis data perpajakan yang lebih
peningkatan penerimaan perpajakan. valid, komprehensif, dan terintegrasi.
Kegagalan pemerintah dalam melaksanakan Reformasi perpajakan dalam upaya untuk
repatriasi/pengalihan harta luar negeri mewujudkan perluasan basis data telah
melalui program tax amnesty juga dimulai ketika Direktorat Jenderal Pajak
dipengaruhi oleh kondisi/iklim investasi mencanangkan tahun 2016 sebagai tahun
sebagai inti dari repatriasi. Selama penegakkan hukum dengan pertimbangan
pemerintah belum menjamin keamanan bahwa Automatic Exchange of Information
negara terutama keamanan investasi dan (AEOI) atau pertukaran informasi secara
belum adanya infrastruktur yang memadai, otomatis antar negara akan mulai
proses pengalihan harta luar negeri akan diberlakukan paling lambat akhir tahun
menjadi sulit. Selain iklim investasi, 2018. Jaringan informasi perpajakan
kegagalan repatriasi dalam program tax Indonesia dalam pelaksanaan AEOI ini
amnesty ini juga dipengaruhi oleh upaya- sangat luas karena Indonesia telah memiliki
upaya yang dilakukan oleh negara tetangga Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

Balanca 36
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
(P3B) dengan sejumlah negara/yuridiksi. tebusan. Dari total penerimaan uang tebusan
Kebijakan tax amnesty tahun 2016 menjadi tersebut sebesar Rp91,3 triliun berasal dari
salah satu awal untuk melakukan penegakan pembayaran oleh orang pribadi non Usaha
hukum secara lebih adil dan merata Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan Selama periode program, UMKM hanya
lanjutan dalam rangka reformasi perpajakan. memberikan konribusi sebesar 5,81% dari
Sebagai tindak lanjut dalam memulai orang pribadi dan 0,61% dari badan.
AEOI dalam rangka menegakkan hukum Rendahnya partisipasi UMKM dalam
pasca. dilaksanakannya tax amnesty tahun memanfaatkan pengampunan pajak
2016, pada tanggal 8 Mei 2017, merupakan indikasi kurangnya kerjasama
pemerintah menetapkan Peraturan pemerintah pusat dengan pemerintah
Pemerintah Pengganti Undang-Undang daerah dalam meningkatkan partisipasi
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 UMKM.
tentang Akses Informasi Keuangan untuk Kebijakan tax amnesty tahun 2016 secara
Kepentingan Perpajakan. Selain itu, umum dapat memenuhi kriteria program tax
Direktorat Jenderal Pajak juga mengeluarkan amnesty yang berhasil. Kebijakan tax amnesty
berbagai kebijakan teknis dalam rangka tahun 2016 dilaksanakan sebagai sebuah
melaksanakan arah kebijakan perpajakan kejadian unik karena dilaksanakan setelah
pada tahun 2017 antara lain: (a) 8 tahun dan dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan pelayanan dan kemudahan meningkatkan perluasan basis data. Namun
pembayaran dan pelaporan pajak seperti demikian, diharapkan program tax amnesty
melalui e-filing, e-payment, dan e-materai; (b) tidak dilaksanakan dalam waktu yang dekat.
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Pengulangan program dalam waktu dekat
wajib pajak seperti melalui call center, akan mengurangi kepercayaan masyarakat
website, mobile tax unit, dan kampanye untuk segera mematuhi ketentuan
´bangga bayar pajakµ serta memasukkan perpajakan. Program tax amnesty yang
perpajakan dalam kurikulum pendidikan berulang juga akan meningkatkan frekuensi
nasional; (c) meningkatkan ekstensifikasi penggelapan pajak.
dan intensifikasi perpajakan melalui Dari sisi tindaklanjut pasca pelaksanaan
pengawasan yang lebih optimal, penggalian program, kebijakan tax amnesty juga lebih
potensi berbasis sektoral, optimalisasi basis tertata apabila dibandingkan dengan
data perpajakan hasil tax amnesty, kebijakan tax amnesty sebelumnya. Berbagai
memanfaatkan data pihak ketiga dan kebijakan dilakukan oleh Direktorat Jenderal
pengawasan kawasan berikat dan kawasan Pajak dalam rangka meningkatkan kinerja
bebas;(d) meningkatkan efektivitas para fiskus. Pemerintah juga melakukan
penegakan hukum melalui peningkatan pembentukan Tim Reformasi Perpajakan
SDM penegakan hukum dan kerja sama Tahun 2017 yang bertujuan lebih
kelembagaan dengan penegak hukum lain;(e) mengarahkan pembentukan fundamental
menindaklanjuti hasil program tax amnesty sistem administrasi perpajakan.
tahun 2016-2017; dan (f) meningkatkan Capaian yang diperoleh Pemerintah
kapasitas aparatur dan kelembagaan pajak dalam program tax amnesty Tahun 2016
Dalam memenuhi tujuan ketiga, mencerminkan adanya kepercayaan
selama periode pelaksanaan program tax masyarakat terhadap pemerintah.
amnesty, Direktorat Jenderal Pajak telah Kepercayaan masyarakat dibangun dengan
menghimpun dana Rp114 triliun bagi terus menerus melakukan perbaikan kinerja
penerimaan negara yang berasal dari uang pemerintah terutama aparatur para
37 Balanca
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
pemungut pajak. Sistem administrasi pajak sangat rendah. Hal yang sama terjadi pada
yang baik dan memudahkan wajib pajak pelaksanaan Kebijakan tax amnesty tahun
dalam melaksanakan kewajibannya juga 1984. Pada tahun ini, partisipasi
menjadi bukti keseriusan Pemerintah untuk masyarakat untuk mengikuti program ini
melayani para wajib pajak. juga sangat rendah. Kegagalan pelaksanaan
kebijakan tax amnesty tahun 1964 dan 1984
Kesimpulan terutama disebabkan oleh kurangnya
Lebih dari 80% penerimaan negara sosialisasi dan sistem administrasi perpajakan
berasal dari sektor perpajakan. Sistem yang belum memadai. Dalam pelaksanaan
perpajakan di Indonesia menggunakan self dua program tersebut, pemerintah tidak
assessment dalam perhitungan kewajiban secara serius memerhatikan pelaksanaannya
perpajakannya. Sistem self assessment sehingga program ini tidak berhasil
mendasarkan pada kepatuhan wajib pajak meningkatkan penerimaan negara baik dalam
dalam melakukan kewajiban perpajakannya. jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam sistem self assessment, wajib pajak Kebijakan tax amnesty yang
diberi kepercayaan untuk menghitung, dilaksanakan pada tahun 2008 pada
membayar dan melaporkan jumlah pajak yang dasarnya merupakan program paripurna atas
terutang. Minimnya pengawasan membuka pelaksanaan program reformasi perpajakan
peluang bagi wajib pajak untuk tidak patuh tahun 2001-2007. Dalam pelaksanaan
terhadap peraturan perpajakan dengan Kebijakan tax amnesty Tahun 2008 yang
melakukan penghindaran pajak (tax disebut sebagai Sunset policy. Program ini
evasion). Penghindaran pajak dilakukan dinilai cukup berhasil karena peningkatan
dengan tidak melaporkan sebagian atau penerimaan PPh sebesar Rp7,46 triliun.
seluruh kewajiban perpajakannya. Hal ini Selain itu dalam jangka panjang, program
dapat menimbulkan hilangnya potensi ini mampu meningkatkan penerimaan jangka
penerimaan pajak. Kebijakan tax amnesty pendek berupa penambahan NPWP baru
muncul sebagai alat untuk mengenakan bertambah sebanyak 5.365.128 NPWP,
kembali pajak yang belum dibayar dari Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
kegiatan ekonomi bawah tanah ataupun bertambah sebanyak 804.814 SPT. Belajar
pelaporan pajak yang tidak jujur dari pelaksanaan Tax manesty tahun 2008,
. Kebijakan tax amnesty merupakan pelaksanaan tax amnesty tahun 2016 lebih
praktik umum yang secara luas diterapkan dipersiapkan secara matang. Pada
di berbagai negara untuk meningkatkan pelaksanaan tax amnesty tahun 2016,
penerimaan negara. Kebijakan tax amnesty pemerintah berhasil menerima deklarasi
meningkatkan penerimaan negara jangka harta wajib pajak sebesar
pendek melalui sanksi, denda, maupun Rp4.884.252.000.000.000,-. Deklarasi harta
penalti. Sedangkan dalam jangka panjang, ini merupakan modal bagi Direktorat Jenderal
penerimaan negara dapat ditingkatkan Pajak untuk melakukan perluasan basis
melalui peningkatan kepatuhan wajib pajak data untuk meningkatkan penerimaan
dan perluasan basis data perpajakan. jangka panjang. Selain itu, dalam
Pemerintah Indonesia telah pelaksanaan kebijakan tax amnesty tahun
melaksanakan empat kali kebijakan tax 2016, Pemerintah berhasil meningkatkan
amnesty. Pada pelaksanaan kebijakan tax penerimaan jangka pendek sebesar Rp114
amnesty pertama kali tahun 1964, tingkat triliun yang berasal dari pembayaran uang
partisipasi masyarakat dalam program ini tebusan. Namun demikian, pelaksanaan
kebijakan tax amnesty tahun 2016 memiliki

Balanca 38
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)
kekurangan karena rendahnya repatriasi Musgrave, Richard A. "Devolution, grants,
harta wajib pajak yang berada di luar negeri and fiskal competition." The Journal of
Economic Perspectives (1997): 65-72.
dan rendahnya tingkat partisipasi UMKM
dalam program ini. Irianto, Edi Slamet. "An Empirical Study of
Kegagalan pelaksanaan tax amnesty Tax as an Instrument of
pada tahun 1964 dan 1984 di Indonesia Democratization." Bisnis & Birokrasi
terjadi karena kurangnya perhatian Journal 19.3 (2013).
Pemerintah terhadap program ini. Begitu Jhingan, M. L. Monetary Economics.
Konark, 1994.
juga minimnya partisipasi UMKM dalam Yoingco, Angel Q. 1977. Taxation in the
program Tax amnesty Tahun 2016 terjadi Asia Pasicif Region: A Salute to the
karena kurangnya perhatian Pemerintah. years of Regional Cooperation in Tax
Hal ini dapat diatasi dengan melakukan Administration and research. Dalam
sosialisasi program secara masif kepada studi Group in Asian Tax Administrtion
& Research.Manila.
target. Namun demikian, Pemerintah harus
Schisler, Dan L. 1995. Equity,
membangun kepercayaan publik kepada Aggressiveness, Consensus: A
aparatur pemerintahan terlebih dahulu. Comparison of Tax Payers and Tax
Kepercayaan masyarakat sebagai dasar harus Preparers. Accounting Horizons. Vol 9.
diikuti dengan sosialisasi yang massif dan No 4. Desember. Hlm. 76-87.
intensif agar masyarakat memiliki Artikel Jurnal dengan No. Halaman
Bersambung:
pemahaman yang baik atas pelaksanaan Rahayu, Ning. 2007. Kebijakan Baru
program. Direktorat Jenderal Pajak Dalam
Kepercayaan masyarakat kepada Pengajuan Restitusi PPN dan
Pemerintah atas pelaksanaan program juga Perencanaan Pajak untuk
dapat dilakukan dengan tidak terlalu sering Menghadapinya. Jurnal Ilmu
Administrasi dan Organisasi, Bisnis &
mengulang program tax amnesty dan
Birokrasi, Vol. 15, No.1 (Januari).
melakukan penegakan hukum pasca Website:
pelaksanaan program. Langkah penegakkan https://www.irs.gov/Individuals/Internation
hukum selain dapat mendatangkan al-Taxpayers/Offshore-Voluntary
penerimaan dengan pemberlakuan sanksi Disclosure-Program
juga penting untuk memperluas basis pajak Dominika Langenmayr, ·Voluntary
Disclosure of Evaded Taxes † Increasing
yang dapat meningkatkan penerimaan
Revenues, or
negara dalam jangka panjang. Increasing Incentives to Evade?, CESifo Area
Conference on Publik Sektor Economics
16
Daftar Pustaka
Soemitro, Rochmat. "Asas dan Dasar
Perpajakan, Bandung: Eresco, 1990, hal 2
Mangkoesoebroto. Teori Ekonomi Makro.
STIE YKPN. (1998))
Franzoni, A. Luigi. 1999. Tax evasion
andTax Compliance. Italy: University of
Bologna.
Nurmantu, Safri. (2010) Pengantar Ilmu
Perpajakan. Jakarta: Granit.
Buku dengan dua pengarang:
Richard Burton dan Wirawan B. Ilyas,
Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat,
2004)
39 Balanca
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Volume 3 Nomor 1, Januari – Juni 2021 (27 – 40)

Anda mungkin juga menyukai