Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KEBIJAKAN TAX AMNESTY DI INDONESIA

Di Susun Oleh :

Jeisika Antira Choserine


Ferdy pratama

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Lingga STIT-LG


Tahun 2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pemerintah Indonesia telah melakukan kebijakan pengampunan pajak (Tax Amnesty ) pada tahun
2016. Latar belakang dilakukannya kebijakan tax amnesty tersebut, antara lain adalah karena
banyaknya harta warga negara Indonesia yang belum atau belum semuanya dilaporkan dalam Surat
Pemeritahuan Tahunan. Beberapa tujuan tax amnesty, antara lain adalah dalam jangka pendeknya
meningkatkan penerimaan perpajakan, tujuan jangka panjangnya antara lain adalah memperkuat
likuiditas domestik, peningkatan investasi, mempercepat reformasi perpajakan dan meningkatkan
penerimaan pajak. Permasalahannya adalah apakah tax amnesty yang dilakukan pemerintah Indonesia
berhasil, apa saja yang menjadi sisi negatif dari pelaksanaan tax amnesty tersebut. Tax amnesty di
Indonesia dari penerimaan tebusan khususnya dari deklarasi dapat dikatakan berhasil, namun dari
repatriasinya gagal dan dari jumlah peserta yang mengikuti program tax amnesty tidak seperti yang
diharapkan. Sisi negatif dari tax amnesty adalah tax amnesty, menimbulkan rasa ketidakadilan
khususnya bagi wajib pajak yang patuh, tax amnesty dapat menimbulkan ketidakpatuhan wajib pajak
karena berharap ada tax amnesty di masa yang akan datang dan Tax amnesty tidak sesuai dengan
prinsip penegakan hukum.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas adalah : A


1. Apa kewajiban perpajakan Bapak Putu Arya selama ini ?
2. Bagaimana pelaporan Tax amnesty Bapak Putu Arya ?
3. Apa yang harus dilakukan Bapak Putu Arya setelah mengikuti Tax Amnesty?

C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

1.2 kebijakan tax amnesty di indonesia


Tax Amnesty merupakan bagian dari kebijakan pemerintah di bidang perpajakan untuk memberikan
pengampunan atau penghapusan pajak yang seharusnya terutang kepada Wajib Pajak dengan tidak
mengenakan sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana perpajakan bagi Wajib Pajak, dengan
syarat atau ketentuan bahwa Wajib Pajak diwajibkan untuk membuat surat pernyataan tentang
pengungkapan harta yang dimiliki serta membayar tebusan dalam jumlah nominal tertentu sebagai
bentuk tanggung jawab yang dilakukan Wajib Pajak dalam memberikan penerimaan pajak terhadap
negara.
Sejarah Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Pertama Tahun 1964
Dalam perjalanannya, Tax Amnesty ini diberlakukan pertama kali pada tahun 1964 dalam era
kepemimpinan Soekarno sebagai Kepala Negara di Indonesia. Dengan berlandaskan kebijakan
Undang-Undang pada zaman itu, yaitu Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1964 Tentang Peraturan Pengampunan Pajak. Pemberlakukan Tax Amnesty pada 1964 bertujuan
untuk mengembalikan dana revolusi melalui perangkat Keputusan Presiden Republik Indonesia
(Keppres). Namun, pada saat itu kebijakan yang diterapkan mengenai pengampunan pajak di
Indonesia ternyata memiliki jumlah yang dapat dikatakan sama dengan penerimaan Sumbangan Wajib
Pajak Istimewa (SWI) Dwikora, padahal seharusnya penerimaan dana dari Tax Amnesty dapat lebih
besar dibandingkan dengan dana pungutan Sumbangan Wajib Pajak Istimewa (SWI) Dwikora.
Berdasarkan dengan penyelidikan, hal ini dapat terjadi karena banyaknya pungutan-pungutan lain,
yaitu diantaranya Gekerev dan SWI Dwikora yang dapat mengurangi daya bayar pajak bagi para
Wajib Pajak. Dan pada zaman itu, penerapan kebijakan Tax Amnesty juga dapat dikatakan gagal
karena adanya Gerakan 30 September PKI.
Sejarah Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Kedua Tahun 1984
Tak hanya berhenti disitu, penerapan kebijakan mengenai Tax Amnesty kedua diberlakukan pada 1984
dalam era kepemimpinan Soeharto. Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 26
Tahun 1984 Tentang Pengampunan Pajak. Tax Amnesty pada 1984 ini diharapkan dapat menjadi titik
awal yang bersih mengenai kebijakan perpajakan di Indonesia karena pada saat itu serangkaian
Undang-Undang Perpajakan baru tengah diterapkan. Namun, penerapan kebijakan pada 1984 juga
tergolong gagal dilakukan karena memang pada saat itu sistem perpajakan belum terbangun.
Sejarah Kebijakan Pengampunan Pajak (Sunset Policy) Tahun 2008
Kemudian pada 2008, pemerintah menetapkan program kebijakan Sunset Policy yang dapat dikatakan
sebagai program kebijakan paripurna modernisasi bagi perpajakan pada periode 2001-2007 dan
menerapkan kebijakan mengenai pengampunan pajak. Berdasarkan dengan ketiga kebijakan yang
telah dijabarkan sebelumnya terkait pengampunan pajak, program kebijakan Sunset Policy 2008
inilah yang dianggap berhasil dalam penerapannya. Hal ini didasari pada realisasi penerimaan pajak
tahun 2008 yang telah mencapai taget sesuai dengan ketentuan dalam APBN, namun pada 2008 ini
kepatuhan bagi Wajib Pajak untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya masih dianggap
rendah.
 
Sejarah Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Ketiga Tahun 2016
Kemudian pada 2016 kembali diterapkan kebijakan terkait Tax Amnesty dengan berlandaskan
pada PER-11/PJ/2016 Tentang Pengaturan Lebih Lanjut Mengenai Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. Kebijakan ini dibuat bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan dan restrukturasi ekonomi, mendorong reformasi perpajakan menuju
sistem perpajakan yang lebih memiliki keadilan, memperluas basis data perpajakan yang lebih valid,
komprehensif, dan terintegrasi, serta bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak untuk
pembiayaan pembangunan.
Namun, baru-baru ini Joko Widodo selaku Pemerintah Republik Indonesia tengah mengirimkan surat
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk segera membahas kebijkan mengenai Tax
Amnesty Jilid II. Pembahasan rencana program Tax Amnesty Jilid II ini kabarnya termasuk ke dalam
materi revisi dari Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP).
Pentingnya Tax Amnesty
Dengan melihat adanya rencana atas pemberlakuan Tax Amnesty Jilid II ini, menimbulkan sebuah rasa
penasaran yang besar akan pentingnya Tax Amnesty sendiri untuk negara. Secara umum, dapat dilihat
dari sejarah kebijakan 
Tax Amnesty yang sempat diberlakukan sebelumnya, bahwa Tax Amnesty ini memiliki suatu
pencapaian untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Karena pada dasarnya banyak warga
negara Indonesia yang merupakan Wajib Pajak terdaftar belum melaporkan seluruh harta kekayaan
yang dimilikinya, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, sehingga dengan kasus tersebut
dapat menimbulkan status pajak yang semestinya terutang. Dengan adanya pengampunan atau
penghapusan pajak ini diharapkan dapat membantu meningkatkan penerimaan dan pertumbuhan
ekonomi negara, serta diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam
melaksanakan kewajiban membayar pajak.
Perbedaan Tax Amnesty dan Sunset Policy
Dalam perjalanannya, Tax Amnesty kerap kali disamakan dengan Sunset Policy. Namun secara
umum, bentuk kebijakan dari keduanya berbeda antara satu sama lain. Dalam kaitannya Tax
Amnesty, memiliki kebijakan memberikan pengampunan atas keringanan pokok pajak, yaitu berkaitan
dengan hutang pajak atau pokok pajak yang kurang ataupun belum dibayarkan dengan penerapan tarif
yang jauh lebih rendah dari tarif pajak yang berlaku secara umum. Selain itu, dalam Tax Amnesty juga
memiliki kebijakan dengan memberikan pembebasan atau penghapusan dari tuntutan pidana pajak.
Sedangkan untuk Sunset Policy, memiliki kebijakan menghapuskan sanksi denda administrasi dengan
tetap membayarkan pokok pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dan badan secara penuh sesuai
dengan tarif umum yang berlaku berdasarkan Undang-Undang. Dan dalam Sunset Policy¸ tidak
ditetapkan kebijakan mengenai pembebasan atas tuntutan pidana pajak.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa antara Tax Amnesty dan Sunset Policy berbeda dalam hal kebijakan
yang ditetapkan berdasarkan dengan Undang-Undang yang berlaku.

Adapun berikut tujuan amnesty antara lain adalah:


1. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta, yang antara
lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah,
penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi;
2. Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta
perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan
3. Meningkatkan penerimaan pajak, yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
4. Repatriasi atau menarik dana
5. warga negara Indonesia yang ada di luar negeri
6. Untuk meningkatkan pertumbuhan nasional
7. Meningkatkan basis perpajakan nasional
8. Tax amnesty untuk meningkatkan penerimaan pajak tahun ini

Contoh kasus tax amnesty sebagai berikut :

Dalam kasus tax amnesty negara Afrika Selatan, antusias masyarakat Afrika Selatan dengan adanya
fasilitas amnesti ini sangat besar, terlihat dari tren pendaftaran secara eksponal dimana proporsi
jumlah wajib pajak dan masyarakat yang mendaftar saat menjelang deadline melonjak secara drastis.
Dan bagi WP yang diterima permohonannya harus membayar uang tebusan dalam jangka waktu tiga
bulan terhitung sejak tanggal persetujuan aplikasi amnestinya.

Ada beberapa kondisi amnesti pajak sebagaimana yang Dijalankan pemerintah Afrika Selatan dapat
diterapkan di Indonesia, Setidaknya dijadikan bahan pertimbangan dan masukan informasi
Pengampunan pajak. Perlu diperhatikan ada beberapa persyaratan mendasar yang harus dipenuhi si
pemohon sebelum menjalankan Program tax amnesty di Afrika Selatan. Beberapa hal penting yang
Menjadi acuan atau langkah –langkah implementasi program tax amnesty, Antara lain :
1. Penelitian dan pengumpulan data sebelum pelaksanaan program Pengampunan pajak sangat
diperlukan.
2. Optimalisasi strategi ”pull and push”
3. Mendefinisikan dan mengkomunikasikan, maksud dan tujuan dari Program secara tepat
dengan baik.
4. Meminimalisasi persyaratan yang sifatnya kurang jelas.
BAB III
PENUTUP

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

Dari pembahasan di atas ada beberapa hal yang dapat di simpulkan antara lain sebagai berikut :
1. Tax amnesty dapat diimplementasikan di Indonesia, namun harus mempunyai payung hukum
sebagai dasar serta tujuan yang jelas dalam pelaksanaan tax amnesty.
2. Salah satu kelemahan Tax amnesty bila diterapkan di Indonesia adalah dapat mengakibatkan
berbagai penyelewengan dan moral hazard karena sarana dan prasarana, keterbukaan akses informasi
serta pendukung lainnya belum memadai sebagai prasyarat pemberlakuan tax amnesty tersebut.
3. Implementasi Tax amnesty dalam jangka pendek sebaiknya ditunda terlebih dahulu menunggu
kesiapan berbagai perangkat dan piranti hukum yang melandasi pelaksanaan kebijakan ini. Namun
dalam rangka meningkatkan penerimaan negara pemerintah (Dirjen Pajak) dapat menerapkan
kebijakan-kebijakan inovatif lainnya seperti Sunset Policy, tax holiday dan lain-lain yang dapat
menggantikan kebijakan tax amnesty yang masih mendapat pertentangan dari berbagai lapisan
masyarakat. Apalagi akhir-akhir ini ada kecenderungan tax avoidance sebagai efek kasus Gayus.
Saran
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan terkait implementasi
tax amnesty di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Penerapan Tax Amnesty harus dilandasi payung hukum berupa Undang-undang dan kejelasan
syarat dan tujuannya.
2. Pemberian kebijakan pengampunan pajak semestinya tidak hanya menghapus hak tagih atas wajib
pajak (WP) tetapi yang lebih penting lagi adalah memperbaiki kepatuhan WP, sehingga pada jangka
panjang dapat meningkatkan penerimaan pajak.

Anda mungkin juga menyukai