NIM : 2301160315
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
satu tahun pajak. Penghasilan yang dimaksud adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun (Pasal 4 ayat (1) UU PPh). Jadi tidak terbatas dalam bentuk
uang saja tetapi juga yang dapat digunakan untuk konsumsi dan menambah
dikenakan untuk WP dalam negeri adalah semua penghasilan, baik dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia (world wide income). Sedangkan bagi wajib pajak
luar negeri, hanya dikenai pajak penghasilan jika menerima atau memperoleh
Sesuai dengan data yang diterbitkan oleh DJPBN dalam tabel Realisasi
APBN Tahun Anggaran 2016, realisasi pajak penghasilan migas dan non-migas
sebesar 36,1 triliun dan 630,1 triliun, sedangkan total realisasi penerimaan
1
perpajakan adalah sebesar 1.285 triliun. Dari data tersebut, dapat disimpulkan
penerimaan perpajakan pada tahun 2016 (per 31 Desember 2016). Tidak hanya
pada tahun 2016 saja tetapi juga pada tahun-tahun sebelumnya penerimaan pajak
Hal ini membuktikan bahwa pajak penghasilan memiliki peran yang sangat besar
penghasilan yang optimal dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menurut
pasal 1 ayat (1) UU KUP Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penerimaan pajak digunakan
meningkat.
buatan sendiri pada tahun 1983 yaitu UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
dan UU No. 8 tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM. Sebelum tahun 1983
sudah tidak sesuai dengan keadaan negara pada saat itu. Setelah tahun 1983
2
sampai sekarang UU PPh telah mengalami perubahan sebanyak 4 kali terakhir
dengan UU Nomor 36 Tahun 2008. Perubahan ini dilakukan agar dapat sesuai
pertama kali dikenal di New Plymouth pada tahun 1643, dimana dasar pengenaan
pajak adalah A persons faculty, personal faculties and abilitites. Pada tahun
gain. Jika dilihat dari sisi sejarah, Amerika tentu lebih unggul dan lebih matang
mereka telah menerapkan pajak penghasilan lebih dahulu daripada Indonesia yang
pada negara-negara belum maju seperti Indonesia yang masih bertumpu pada
penerimaan dari PPh Badan. PPh Orang Pribadi memiliki keunggulan lebih jika
dibandingkan dengan PPh Badan yaitu penerimaan negara tak banyak terpengaruh
3
Pada tahun 2016 persentase penerimaan perpajakan atau Tax Ratio
Indonesia hanya sebesar 10,35% atau 1.285 triliun dari Produk Domestik Bruto
(PDB) atas harga dasar berlaku yang mencapai 12.406 triliun. Padahal seperti
yang kita ketahui bahwa penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan yang
terhadap kinerja pemerintah. Oleh karena itu diperlukan kepatuhan dan kesadaran
Basis pembayar pajak atau tax base di Indonesia masih sangat rendah,
karena dari seluruh penduduk, jumlah penduduk yang memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) hanya 32 juta orang. Untuk mengatasinya, telah banyak
terutama pajak penghasilan antara lain dengan kebijakan amnesti pajak yang telah
sukses dilaksanakan selama tiga tahap walaupun target hasil uang tebusan tidak
tercapai yaitu 81,8% atau sebesar Rp135 triliun dari target 165 triliun. Kebijakan
tersebut diharapkan dapat memperkuat fondasi bagi perluasan basis pajak dan
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan pajaknya masih rendah, itu pun
masih didominasi oleh wajib pajak orang pribadi karyawan bukan wajib pajak
dilakukan dalam jangka pendek tapi upaya yang berkelanjutan, tidak akan
berhenti. Dengan semakin tingginya tingkat kepatuhan pajak, baik secara formal
4
atau material, maka akan memperbesar basis pemajakan. Hal ini juga akan
subjektif, pajak langsung, pajak pusat, system self-assesment & withholding, dan
dan kondisi subjek pajak. Kondisi subjek pajak yang menjadi pertimbangan
atas dirinya. Pajak penghasilan juga mengatur kapan saat mulai dan saat
hukum. Dengan kata lain gaya pikul subjek pajak menjadi landasan pemajakan.
Menurut teori gaya pikul, pajak yang harus dibayar diukur dari besarnya
konteks UU PPh, kebutuhan primer dianggap telah terpenuhi jika telah melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Jadi apabila penghasilan seseorang dalam
satu tahun berada di bawah PTKP berarti orang tersebut tidak perlu membayar
pajak atau nihil. Sebaliknya, jika penghasilannya melebihi PTKP barulah orang
langsung kepada WP dan tidak dapat dibebankan kepada orang lain. Di sini subjek
5
ekonomis, dan destinataris undang-undang. Pajak Penghasilan juga merupakan
pemerintah tentu saja akan berusaha keras untuk meningkatkan penerimaan pajak
melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang dan peran fiskus hanya sebatas
mereka. Sistem ini sebenarnya diterapkan agar wajib pajak menjadi mandiri. Perlu
perpajakan. Oleh karena itu banyak WP yang berkonsultasi kepada penyedia jasa
lebih besar maka persentase tarif pajak penghasilan juga semakin besar. Tarif
6
pajak penghasilan progresif ada pada pasal 17 UU PPh. Pengenaan pajak
penghasilan dengan tarif progresif ini merupakan wujud dari teori daya pikul di
jadi yang memiliki penghasilan kecil tidak hanya membayar pajak penghasilan
yang lebih sedikit tetapi juga persentase yang lebih kecil dari penghasilan mereka
semakin besar. Pajak penghasilan melalui penerapan tarif progresif dengan tujuan
penerimaan perpajakan Indonesia yang dapat kita lihat dari persentase penerimaan
dengan beralih untuk fokus pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi
bukan badan karena tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan ekonomi. Saat ini tax
rasio dan tax base Indonesia masih rendah, hal ini disebabkan karena kesadaran
mereka sendiri. Dan juga dari kelima karakteristik pajak penghasilan kita juga
7
memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya membayar pajak.
8
REFERENSI
Santosa, Wahyu dan Sadimin. 2013. BAHAN AJAR PAJAK PENGHASILAN (PPh).
http://www.djpbn.kemenkeu.go.id/portal/id/berita/lainnya/pengumuman/153-
realisasi-apbn/2599-realisasi-apbn-per-31-desember-2016.html
www.pajak.go.id/content/article/menakar-kadar-kepatuhan-wajib-pajak
LAMPIRAN
9
10