Anda di halaman 1dari 11

PAPER KEUANGAN NEGARA

“TAX AMNESTY SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL DI SEKTOR


PENERIMAAN NEGARA”

Dosen Pengampu: Dr. Kristina Setyowati, M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Alfin Anugrah PV D0118008

2. Dimas Oxa Setiyanto D0118026

3. Indra Putri Ardilla D0118054

4. Ivana Amelia H. P. D0118056

5. Javier Endri D0118058

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi makro yangt


otoritas utamanya berada di tangan pemerintah dan diwakili oleh kementerian
keuangan. Hal tersebut diatur dalam uu no 17 tahun 2003 tentang keuangan negara,
yang menyebutkan bahwa presiden memberikan kuasa pengelolaan negara dan
kekayaan negara kepada menteri keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil
pemerintah dalam pemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Kebijakan fiskal
umumnya merepresentasikan pilihan-pilihan pemrintah dalam menentukan besarnya
jumlah pengeluaran atau belanja dan jumlah pendapatan, yang secara eksplisit
digunakan untuk memperngaruhi perekonomian.

Di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, tekad dalam melakukan


reformasi fiskal terlihat dari beberapa terobosan berupa kebijakan fiskal baru yang
dibuat dalam rangka mengantisipasi situasi perekonomian global yang beberapa tahun
ini telah berdampak pada stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta memperkuat
fundamental ekonomi. Salah satu kebijakan baru tersebut adalah Tax amnesty.

Tax amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya dibayar dengan cara
mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam uu no 11
tahun 2016 tentang pengampunan pajak. Dalam uu tersebut juga diseutkan, wajib
pajak hanya perlu mengungkap harta dan membayar tebusan pajak sebagai pajak
pengampunan atas harta yang selama ini tidak pernah dilaporkan.

Di dunia, ada beberapa negara yang pernah menerapkan tax amnesty selain
Indonesia, diantaranya Australia, Canada, belgia, jerman, Yunani, italia, Portugal, dan
Amerika serikat. Tax amnesty dilakukan untuk menarik “uang” dari para wajib pajak
yang disinyalir menyimpan secara rahasia di negara bebas pajak. Dengan
tersimpannya, uang di negara bebas pajak tersebut, potensi penerimaan negara dari
pajak dapat hilang. Oleh karena itu, untuk menarik hati para wajib pajak, pemerintah
menerapkan program tax amnesty dengan harapan para wajib pajak yang menyimpan
uang mereka di luar negeri dapat mengalihkan simpanannya ke dalam negeri. Dengan
demikian, pemasukan negara dari pajak dapat meningkat dan dapat berkontribusi
secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi dalam negeri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa motif dan tujuan dari Tax Amnesty?

2. Bagaimana pelaksanaan Tax Amnesty?

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal biasa disebut dengan politik fiskal, dalam pengertian


kebijakan fiskal (fiskal policy) adalah implementasi dari bentuk operasional kebijakan
anggaran yang dilakukan pemerintah dalam mengatur keuangan negara. Arah
kebijakan ditekankan pengalokasian pengeluaran negara dan penerimaan negara
terkhusus pada perpajakan, contohnya saja tinggi rendahnya pajak, atau bahkan
pembebasan pajak dalam pengendalian perekonomian untuk mencapai tujuan
nasional.

Kebijakan fiskal ditentukan oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat


dengan cara mengubah besarnya penetapan pajak kepada para wajib pajak yang
pelaksanaannya dilakukan oleh seluruh wajib pajak dan pemungutan dan
pengawasannya dilakukan oleh aparat pemerintah. Oleh karena itu, kebijakan fiskal
adalah penyesuaian dalam pendapatan dan pengeluaran pemerintah sebagaimana
ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara yang disingkat APBN
untuk mencapai kestabilan ekonomi yang lebih baik dan laju pembangunan ekonomi
yang dikehendaki yang umumnya ditetapkan dalam rencana pembangunan. Dengan
pemahaman ini, menjadi wajar bahwa kebijakan fiskal mengalami perubahan dari
tahun ke tahun.
Adapun tujuan dilakukannya dan berlangsungnya kebijakan fiskal adalah
sebagai berikut; 1) Mencapai stabilitas perekonomian; 2) Memacu dan mendorong
terjadinya pertumbuhan ekonomi; 3) Memperluas dan menciptakan lapangan kerja.

Macam macam kebijakan fiskal yaitu;

1. Functional finance: Pembiayaan pemerintah yang bersifat fungsional

2. The managed budget approach : Pendekatan pengelolaan anggaran.

3. The stabilizing budget : Stabilisasi anggaran yang otomatis, apabila model ini
gagal, maka pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya seperti dengan
menaikkan gaji PNS atau subsidi.

4. Balance budget approach : Pendekatan Anggaran Belanja berimbang, namun


bila terlambat penyesuaian (Perubahan Anggaran Keuangan), maka kepercayaan
masyarakat akan hilang.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah


ynag berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak
yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka
kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat
meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya
beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

B. Penerimaan Negara

Pendapatan negara adalah pemasukan negara yang digunakan sebagai sumber


pendanaan kegiatan dan kebutuhan negara dalam rangka pembangunan negara. Yang
dimaksud dengan pendapatan negara atau penerimaan uang negara atau penerimaan
pemerintah yakni meliputi pajak, retribusi, keuntungan perusahaan negara, denda,
sumbangan masyarakat, dll. Dalam hal ini pendapatan negara yaitu berasal dari pajak
maupun non pajak.

Sumber-sumber pendapatan negara secara umum dibagi menjadi dua sumber yaitu
pendapatan pajak dan pendapatan non pajak :

a) Pendapatan Pajak
Pendapatan pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah
yang diatur dalam undang-undang tanpa balas jasa secara
langsung.Pendapatan negara berasal dari pajak. Secara garis besar berbagai
jenis pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan kepada dua golongan
yaitu pajak langsung dan pajak tak langsung.Pajak langsung berarti jenis
pungutan pemerintah yang secara langsung dikumpulkan dari pihak yang
wajib membayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yang
menjalankan kegiatan dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak.
Sedangkan, Pajak tak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindah-
pindahkan kepada pihak lain. Diantara jenis pajak tak langsung yang penting
adalah pajak impor dan pajak penjualan.
b) Pendapatan non pajak

Pendapatan non pajak adalah pendapatan negara selain dari pajak.

C. Tax Amnesty

Tax amnesty merupakan suatu kebijakan pemerintah di bidang perpajakan


dengan melakukan penghapusan pajak yang seharusnya terutang dengan membayar
tebusan dalam jumlah tertentu dengan tujuan memberikan kesempatan kepada wajib
pajak yang tidak patuh terhadap pajak menjadi patuh, selain itu juga dapat menambah
penerimaan suatu negara. Kebijakan Tax Amnesty pertama kali berlaku di Indonesia
pada tahun 1964. Di Era pemerintahan Soekarno, kebijakan ini dikeluarkan untuk
mengembalikan dana revolusi pada saat itu. Tax Amnesty tidak berjalan dengan baik,
sehingga dilakukan kembali pada tahun 1984. Pada tahun 1984 ini, kebijakan Tax
Amnesty selain untuk memperoleh penerimaan pajak, juga mengubah sistem
perpajakan yang berlaku, yaitu dari Official Assesment System (perhitungan besarnya
jumlah pajak ditentukan oleh pemerintah) menjadi Self Assesment System
(perhitungan besar pajak dilakukan oleh wajib pajak sendiri).Namun tax amnesty
yang dilakukan pada tahun 1984, masih belum sempurna dikarenakan adanya dugaan
KKN, yaitu Pada tahun 2016, Presiden Joko Widodo mengesahkan UU Tax Amnesty
No. 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak.
Kebijakan tax amnesty tahun 2016 dilakukan kembali dengan beberapa
alasan, yaitu;1) banyaknya harta milik wajib pajak baik di dalam maupun luar negeri
yang belum dilaporkan dalam surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan; 2)
meningkatkan penerimaan negara dan pertumbuhan perekonomian serta kepatuhan
dan kesadaran wajib pajak; 3) kasus panama papers tentang praktik tersembunyinya
harta kekayaan serta penghindaran pembayaran pajak diluar kelaziman.
Implementasi perpajakan dalam pelaksanaannya di negara Indonesia masih
mempunyai permasalahan tersendiri. Pertama, kepatuhan wajib pajak di Indonesia
masih rendah. Kedua, kekuasaan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) masih besar
(mencakup fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif) sehingga menimbulkan
terjadinya ketidakadilan dalam melayani hak-hak wajib pajak yang berdampak pada
turunnya tingkat kepatuhan wajib pajak. Ketiga, masih rendahnya kepercayaan wajib
pajak kepada aparat pajak, serta berbagai aturan perpajakan yang dinilai rumit.
Implementasi kebijakan yang berkaitan dengan pengampunan pajak (tax
amnesty) merupakan salah satu agenda reformasi di bidang perpajakan di Indonesia
yang sudah dilakukan tahun 2016. Walaupun Tax amnesty ini sudah dilakukan
beberapa kali, namun keberhasilannya belum dirasakan ditahun-tahun sebelumnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis mencoba untuk meneliti dampak kebijakan tax
amnesty bagi perekonomian indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak kebijakan tax amnesty terhadap perekonomian Indonesia. Demikian juga
akan dapat diketahui keberhasilan kebijakan tax amnestyyang sudah dilakukan tahun
2016-2017.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Motif Tax Amnesty

Alasan diselenggarakannya Tax Amnesty atau mengapa Indonesia perlu


memberikan tax amnesty kepada para pembayar pajak (wajib pajak) diantaranya
adalah sebagai berikut :
a) Penyebab Pertama Indonesia memberlakukan Tax Amnesty adalah karena terdapat
Harta milik warga negara baik di dalam maupun di luar negeri yang belum atau
belum seluruhnya dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan.

b) Tax Amnesty adalah upaya untuk meningkatkan penerimaan negara dan


pertumbuhan perekonomian serta kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam
pelaksanaan kewajiban perpajakan, perlu menerbitkan kebijakan Pengampunan
Pajak.

c) Kasus Panama Pappers. Dari ketiga latar belakang tax amnesty tersebut maka
presiden republik Indonesia pada tanggal 1 Juli 2016 mengesahkan Undang Undang
Tax Amnesty Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. tar belakang

B. Tujuan tax amnesty

Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang No 11 Tahun 2016 tentang


Pengampunan Pajak bahwa pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun
terakhir cenderung mengalami perlambatan yang berdampak pada turunnya
penerimaan pajak dan juga telah mengurangi ketersediaan likuiditas dalam negeri
yang sangat diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di sisi
lain, Banyak harta warga negara Indonesia yang ditempatkan di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, baik dalam bentuk likuid maupun nonlikuid, yang
seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menambah likuiditas dalam negeri yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Namun tidak semua harta tersebut telah
dilaporkan di dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan oleh pemiliknya, bahkan
mungkin banyak yang belum terungkap. Apabila harta yang belum
diungkapkantersebut pada akhirnya di laporkan dalam SPT Tahunan atau terungkap
oleh Direktorat Jenderal Pajak maka berdasarkan ketentuan perpajakan secara umum
atas harta tersebut dapat dikenai Pajak Penghasilan (PPh) atau Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) kurang bayar atau dapat ditagih kembali pajak-pajaknya. Atas
konsekuensi adanya pajak yang masih haus dibayar inilah yang menjadikan mereka
tidak mau mengungkapkan hartanya yang ada di luar negeri dengan sukarela. Untuk
menjembatani antara kepentingan pemerintah dengan pemilik harta yang ada di luar
negeri agar mau mengungkapkan hartanya atau menarik hartanya ke dalam negeri,
maka diterbitkan peraturan tentang pengampunan pajak atau Tax Amnesty. Dengan
begitu terdapat "win-win solution" antara negara dengan pemilik harta di luar negeri
yang mana negara akan diuntungkan dengan adanya dan yang masuk dari uang
tebusan maupun dana repatriasi (dana yang ditarik untuk diinvestasikan di dalam
negeri) serta membantu pertumbuhan ekonomi karena dari dana yang diinvestasikan
di Indonesia juga nantinya akan dipungut pajak yang berlaku, sedangkan pemilik
harta mendapat keuntungan yang sama besarnya dari sisi besarnya uang tebusan yang
lebih kecil dibanding pajak yang seharusnya terutang apabila dihitung dengan
ketentuan perpajakan secara umum. Namun demikian Tax Amnesty ini ditujukan
tidak hanya kepada Warga Negara Indonesia yang memiliki harta atau aset di luar
negeri saja. Bagi Wajib Pajak dalam negeri juga boleh untuk mengikuti program Tax
Amnesty ini apabila masih ada harta atau aset yang belum di laporkan dalam SPT
Tahunannya sehingga tetap terdapat unsur keadilan. Oleh karena itu tujuan dari Tax
Amnesty berdasarkanUndang-undang nomor 11 Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

a. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan Harta,


yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik,
perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi;
102Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Sebagai Upa…(Lukman Hakim Siregar)

b. Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih


berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif,
dan terintegrasi; dan

c. Meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk


pembiayaan pembangunan.

Pengampunan Pajak dilaksanakan berdasarkan asas:

a. Kepastian hukum, yaitu pelaksanaan Pengampunan Pajak harus dapat


mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.

b. Keadilan, yaitu pelaksanaan Pengampunan Pajak menjunjung tinggi


keseimbangan hak dan kewajiban dari setiap pihak yang terlibat.

c. Kemanfaatan, yaitu seluruh pengaturan kebijakan Pengampunan Pajak


bermanfaat bagi kepentingan negara, bangsa, dan masyarakat, khususnya dalam
memajukan kesejahteraan umum.
d. Kepentingan nasional, yaitu pelaksanaan Pengampunan Pajak mengutamakan
kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat di atas kepentingan lainnya.

Pelaksanaan tax amnesty

Wajib Pajak yang akan mengikuti program pengampunan pajak


mengungkapkan keseluruhan harta yang dimiliki dari tahun 1985 s.d 2015 yang
belum dilaporkan pada surat pemberitahuan (SPT) tahunan. Dari total harta atau aset
yang belum dilaporkan di SPT Tahunan dikurangkan dengan total hutang yang
dimiliki wajib pajak dalam rangka mendapatkan aset tersebut merupakan dasar
pengenaan pajak yang akan dikalikan tarif sesuai periode dimana wajib pajak
mengikuti program pengampunan pajak. Wajib pajak akan membayar uang tebusan
ke kas negara. Uang tebusan adalah sejumlah uang yang dibayarkan ke kas negara
untuk mendapatkan Pengampunan Pajak. Program pengampunan pajak pajak dibagi
dalam tiga periode yaitu periode I (1 Juli 2016 s.d 30 September 2016), periode II (1
Oktober 2016 s.d 31 Desember 2016) dan periode III (1 Januari 2017 s.d 31 Maret
2017). Jumlah uang tebusan yang dibayar adalah tariff dikali dasar pengenaan. Tarif
yang dimaksud HIJRI, Vol. 6. No. 1. Januari - Juni 2017103 adalah untuk deklarasi
harta dalam negeri 2% untuk periode I, 3% untuk periode II dan 5% untuk periode III.

Data 30 April 2016 Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencatat jumlah wajib
pajak yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) tahun pajak penghasilan (PPh)
hingga 30 April 2016 sebanyak 11,67 juta. Angka itu meningkat 13% dibandingkan
dengan realisasi SPT periode yang sama tahun lalu 10,32 juta wajib pajak (WP).
Namun jika dibandingkan dengan target 14,6 juta SPT yang ditetapkan DJP, realisasi
pelaporan SPT pada akhir april 2016 yaitu 83,3 persen atau kurang 2,93 juta SPT
(http://www.cnnindonesia.com).

Dari 11,67 juta SPT yang terkumpul, wajib pajak orang pribadi (WPOP)
menjadi pelapor SPT terbanyak yakni 11,12 juta atau 95,28 persen. Tingkat kepatuhan
WPOP meningkat 13,77 persen jika dibandingkan dengan realisasi pelaporan SPT
tahun lalu 9,77 juta SPT. Sementara tingkat kepatuhan WP badan sejauh ini belum
menunjukkan perbaikan yang signifikan. Tercatat jumlah SPT yang dilaporkan WP
badan hingga berakhirnya masa pelaporan SPT, 30 April 2016, hanya meningkat 1
persen, yakni dari 543.092 SPT pada 30 April 2015 menjadi 549.059 SPT. Angka itu
menyumbang hanya 4,7 persen dari total SPT yang terkumpul. Sesuai ketentuan, batas
akhir pelaporan SPT untuk WP orang pribadi adalah 31 Maret setiap tahunnya,
sedangkan untuk WP badan paling lambat 30 April (http://www.cnnindonesia.com).
Jumlah wajib pajak yang wajib menyampaikan SPT 19.333.565 orang, hanya 395.182
wajib pajak yang menjadi peserta tax amnesty.

Sehingga jika dijumlahkan antara WP yang menyampaikan SPT hingga 30


April 2016 dengan peserta tax amnesty didapat angka 12.065.186, sehingga tingkat
kepatuhan pajak WP akhir periode kedua tax amnesty 30 september yaitu 62,41%
atau hanya meningkat 0,15%. Hal ini menandakan bahwa penerapan tax amnesty
belum mampu meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
pajaknya. Penyebab penerapan tax amnesty yang belum efektif ini bisa disebabkan
karena kurangnya meluasnya sosialisasi langsung maupun tidak langsung kepada
wajib pajak. Serta, pernyataan tegas dari pemerintah mengenai sanksi kepada wajib
pajak yang tidak mengikuti tax amnesty hingga program berakhir, komitmen
repatriasi hanya mencapai Rp 147 triliun atau sekitar tiga persen dari total komposisi
harta yang dilaporkan yang sebesar Rp4.854,63 triliun (data sementara) atau 14,7
persen dari target Rp1.000 triliun. Adapun jumlah uang tebusan mencapai Rp 114
triliun, pembayaran tunggakan Rp 18,6 triliun, dan pembayaran bukti permulaan Rp
1,75 triliun.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak memegang peran vital dalam pendapatan nasional. Dalam


meningkatkan penerimaan pajak pada tahun 2016, pemerintah meluncurkan program
pengampunan pajak (tax amnesty). Program pengampunan pajak diharapkan
meningkatkan penerimaan pajak melalui uang tebusan yang dibayarkan oleh wajib
pajak. Dengan meningkatnya penerimaan pajak, diharapkan program-program
pemerintah seperti pembangunan sarana umum dan fasilitas atau pelayanan
pemerintah dapat dilakukan dengan maksimal. Target penerimaan pajak dari program
pengampunan pajak adalah sebesar Rp 165 T dimana sampai dengan bulan maret
2017 realisasi dari program ini adalah Rp 147T, sehingga target yang ada belum dapat
tercapai secara optimal/ sesuai yang diharapkan pemerintah.

Daftar Pustaka

Sudirman, I Wayan. 2011. Kebijakan Fiskal dan Moneter : Teori dan Empirikal.
Jakarta. Kencana.
Rappana, Patta, Zulfikri Sukarno. 2017. Ekonomi Pembangunan. Makassar. CV Sah
Media.
Basuki, Yoyok Rahayu. 2017. A-Z Perpajakan : Mengenal Perpajakan. Jakarta.
Magic Entertaiment.
Pravasanti, Yulia A. 2018. “Dampak Kebijakan dan Keberhasilan Tax Amnesty Bagi
Perekonomian Indonesia” dalam Kompartemen : Jurnal Ilmiah Akuntansi
Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara, Rineka Cipta, Jakarta, 1994,
hlm.85
Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2011, hlm. 1
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Rajawali Pers,
Jakarta,2012, hlm. 168
Muda Markus, Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hlm. 3
Ibid., hlm. 493

Anda mungkin juga menyukai