Anda di halaman 1dari 14

PERAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL

Ranti Septiana Ningsi1 Rolensa Nur Wulandari Dewi2 Sukni Larasati3


rantisn2509@gmail.com rolensanurwulandaridewi@gmail.com
suknilarasati206@gmail.com

Program Studi Perbankan Syari’ah


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Uiversitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu

ABSTRAK

Pembebanan pajak yang rendah kepada rakyat akan membuat rakyat lebih insentif
berusaha dan mengembangkan dunia usaha. Sebaliknya pembebanan pajak yang
tinggi kepada rakyat akan enggan membayar pajak sehingga produksi yang
dilakukan rakyat akan berkurang dan mempengaruhi penerimaan pajak itu sendiri.
Pajak yang dibebankan rendah akan memiliki dampak insentif terhadap kegiatan
bisnis yang akan mendorong perolehan pajak yang lebih besar bagi pemerintah.
Kebijakan fiskal di indonesia merujuk pada kebijakan pemerintah yang ditujukan
untuk mengarahkan ekonomi suatu negara lewat pengeluaran serta pendapatan
pemerintah. Lantas, dari sinilah muncul pertanyaan mengenai tentang kebijakan
fiskal. Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak
pemerintah guna mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang
lebih baik atau yang diinginkan dengan cara mengubah atau memperbarui
penerimaan dan pengeluaran pemerintah, saalah satu hal yang ditonjolkan dari
kebijakan fiskal ini adalah pengendalian pengeluaran dan penerimaan pemerintah
atau negara.
Kata Kunci: Pajak, Kebijakan Fiskal

A. PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang
digunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan

1
kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan
penting dalam perkembangan kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa
dipungkiri bahwa sulitnya negara melakukan pemungutan pajak karena
banyaknya wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak
merupakan suatu tantangan tersendiri. Pemerintah telah memberikan
kelonggaran dengan memberikan peringatan terlebih dahulu melalui Surat
Pemberitahuan Pajak (SPP). Akan tetapi, tetap saja banyak wajib pajak
yang lalai untuk membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung
menghindari kewajiban tersebut.
Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanisme yang
dapat memberikan daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat
hukum. Salah satu mekanisme tersebut adalah gijzeling atau lembaga
paksa badan. Keberadaan lembaga ini masih kontroversial. Beberapa
kalangan beranggapan bahwa pemberlakuan lembaga paksa badan
merupakan hal yang berlebihan. Di lain pihak, muncul pula pendapat
bahwa lembaga ini diperlukan untuk memberikan efek jera yang potensial
dalam menghadapi wajib pajak yang nakal.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang
anggaran dan belanja negara yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian. Kebijakan fiskal bukan sematamata kebijakan dalam
bidang perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana mengelola
pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian.
Kebijakan fiskal memiliki tujuan yang persis dengan kebijakan moneter.
Perbedaan tersebut terletak pada instrument kebijakan yang diterapkannya,
yaitu dalam kebijakan moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang
yang beredar, sedangkan dalam kebijakan fiskal pemerintah
mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya. Kebijakan ekonomi suatu
negara tidak bisa lepas dari campur tangan pemerintah, karena pemerintah
memegang kendali atas segala sesuatu yang menyangkut semua kebijakan
yang bermuara kepada keberlangsungan negara itu sendiri. Kebijakan
ekonomi sangat beragam dan bermacam-macam pula kebijakannya. Oleh

2
sebab itu, pemerintah wajib menganut salah satu kebijakan ekonomi
sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Apapun sistem
ekonomi yang dianut pemerintah, maka itulah sistem ekonomi yang
terbaik bagi perekonomian rakyat, meskipun nantinya dalam
perjalanannya memiliki berbagai kelemahan. Kebijakan ekonomi pasti
memiliki fenomena yang berdampak positif dan negatif, salah satu dampak
negatif yang sering terjadi adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena
yang timbul akibat banyaknya jumlah uang yang beredar, kenaikan biaya
produksi, besarnya tarikan permintaan dari konsumen, dan adanya inflasi
tularan dari luar negeri. Akbiatnya akan mempengaruhi perekonomian
didalam negeri dan semakin bertambahnya pengangguran. Selain dampak
negatif kebijakan ekonomi, juga memiliki dampak positifnya, yaitu
memudahkan pemerintah untuk mengatur perekonomian dan anggaran
pembelajaan negara. Sehingga, dengan kebijakan ini maka hasil yang
didapatkan digunakan untuk keperluan didalam negeri dan keperluan
rakyat.
B. PEMBAHASAN
1. Definisi Pajak
Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan
Undang Undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang
langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum (routine) dan pembangunan. Dari definisi tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan perundang-undangan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Berdasarkan
Pasal 1 Angka 1 Undang Undang nomor 28 Tahun 2007, Undang
Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka
pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

3
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan im balan secara langsung
dan digunakan dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
Undang Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak adalah
iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
Dari definisi definisi tersebut, masyarakat jelas harus ada bagi
timbulnya pajak. Hal tersebut dapat dimengerti karena pajak diadakan
guna memenuhi kebutuhan bersama (masyarakat) atau kepentingan
umum. Sementara itu kepentingan dan kebutuhan pribadi masing-
masing warga dipenuhi bukan dengan uang pajak. Tanpa adanya
masyarakat maka tentu tidak akan ada pajak. Oleh karena itu pajak
dapat dipandang sebagai sebuah peralihan kekayaan dari satu pihak ke
pihak lain, yakni dari rakyat selaku Wajib Pajak kepada pemerintah,
maka dengan sendirinya tentu ada pihak yang melakukan pemungutan
atau menerima peralihan kekayaan itu, dalam hal ini maksudnya
adalah pemerintah.
Tugas pemerintah pada prinsipnya berusaha dan bertujuan
untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Itulah sebabnya
pemerintah harus tampil kedepan dan turut campur tangan, bergerak
aktif dalam bidang kehidupan masyarakat, terutama bidang
perekonomian guna tercapainya kesejahteraan rakyat. Demi
berhasilnya usaha ini, negara mencari pembiayaannya dengan cara
menarik pajak. Penarikan atau pemungutan pajak adalah suatu fungsi
yang harus dilaksanakan oleh negara sebagai suatu fungsi esensial.
Tanpa pemungutan pajak sudah bisa dipastikan bahwa keuangan

4
negara akan lumpuh lebih lebih lagi bagi negara yang sedang
membangun seperti Indonesia, atau negara yang baru bebas dari
belenggu kolonialis, pajak merupakan darah bagi tubuh negara. Dapat
disimpulkan, bahwa landasan filosofis pemungutan pajak didasarkan
atas pendekatan “Benefit Approach” atau pendekatan manfaat.
Pendekatan ini merupakan dasar fundamental atas dasar filosofis yang
membenarkan negara melakukan pemungutan pajak sebagai pungutan
yang dapat dipaksakan dalam arti mempunyai wewenang dengan
kekuatan pemaksa.
2. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan
bangsa. Ada beberapa fungsi pajak. Di antaranya adalah sebagai
berikut :

a. Fungsi Anggaran (Budgetair) : Fungsi budgetair disebut sebagai


fungsi utama pajak atau fungsi fiskal (fiscal function), yaitu suatu
fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan
dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang
perpajakan yang berlaku. Fungsi ini disebut fungsi utama karena
fungsi inilah yang secara historis pertama kali timbul. Di sini pajak
merupakan sumber pembiayaan negara yang terbesar.
b. Sebagai Alat Pengatur (Regulerend) : Fungsi ini mempunyai
pengertian bahwa pajak dapat dijadikan sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh, ketika pemerintah
berkeinginan untuk melindungi kepentingan petani dalam negeri,
pemerintah dapat menetapkan pajak tambahan, seperti pajak impor
atau bea masuk, atas kegiatan impor komoditas tertentu.
c. Sebagai Alat Penjaga Stabilitas : Pemerintah dapat menggunakan
sarana perpajakan untuk stabilisasi ekonomi. Sebagian barang-
barang impor dikenakan pajak agar produksi dalam negeri dapat
bersaing. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga

5
agar defisit perdagangan tidak semakin melebar, pemerintah dapat
menetapkan kebijakan pengenaan PPnBM terhadap impor produk
tertentu yang bersifat mewah. Upaya tersebut dilakukan untuk
meredam impor barang mewah yang berkontribusi terhadap defisit
neraca perdagangan
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan : Pemerintah membutuhkan dana
untuk membiayai pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya
dan jembatan. Kebutuhan akan dana itu dapat dipenuhi melalui
pajak yang hanya dibebankan kepada mereka yang mampu
membayar pajak. Namun demikian, infrastruktur yang dibangun
tadi, dapat juga dimanfaatkan oleh mereka yang tidak mampu
membayar pajak.
3. Macam-macam Pajak
Macam-macam pajak banyak ragamnya. Keragaman ini
tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Pembagian pajak dapat
dilihat dari siapa yang menanggung pajak, lembaga yang memungut,
dan sifatnya.
a. Macam-macam Pajak Berdasarkan Pihak yang Menanggung
Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak dibedakan atas
pajak langsung dan tidak langsung.
1) Pajak Langsung (Direct Tax) : Pajak langsung adalah pajak
yang dikenakan secara berkala terhadap seseorang atau badan
usaha berdasarkan ketetapan pajak. Pajak langsung dipikul
sendiri oleh wajib pajak. Contoh pajak langsung adalah pajak
penghasilan dan pajak bumi dan bangunan
2) Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax) : Pajak tidak langsung
adalah pajak yang dikenakan atas perbuatan atau peristiwa.
Pemungutan pajak itu dipungut tanpa surat penetapan pajak dan
bisa dialihkan pada pihak lain. Contoh pajak tidak langsung
adalah pajak pertambahan nilai, pajak penjualan, dan cukai.
Pada pajak pertambahan nilai, pajak penjualan dan cukai, yang

6
memungut adalah perusahaan dan yang menanggung adalah
konsumen.
b. Macam-macam Pajak Berdasarkan Lembaga Pemungut
Sementara itu, berdasarkan lembaga pemungut, pajak
dibedakan atas pajak negara (pemerintah pusat) dan pajak daerah
(pemerintah daerah).
1) Pajak Negara : Pajak negara adalah pajak yang pemungutannya
dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Pajak yang termasuk pajak
negara adalah pajak penghasilan, pajak tambahan nilai barang
dan jasa dari pajak penjualan atas barang mewah.
2) Pajak Daerah : Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah daerah, baik oleh daerah tingkat I maupun oleh
pemerintah daerah tingkat II. Pajak daerah digunakan oleh
pemerintah daerah untuk membiayai rumah tangganya. Contoh
pajak daerah antara lain pajak pemotongan hewan, pajak radio,
pajak reklame, pajak kendaraan, pajak bermotor, dan pajak
hiburan.
c. Macam-macam Pajak Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan atas pajak subjektif
dan pajak objektif.
1) Pajak Subjektif : Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal
pada subjeknya (wajib pajak). Contohnya pajak penghasilan
dan pajak bumi dan bangunan
2) Pajak Objektif : Pajak objektif adalah pajak yang dipungut
berdasarkan objeknya tanpa memperhatikan wajib pajak.
Contoh pajak penjualan dan cukai.
4. Pengertian Kebijakan Fiskal
Fiskal adalah sebuah kata yang dirujuk dari bahasa latin, fiscus
yang berarti pemegang kuasa dari keuangan pertama di zaman romawi
kuno. Sedangkan, kbbi mengartikan fiskal sebagai segala hal yang
berkaitan dengan urusan pendapatan negara atau pajak. Kebijakan

7
fiskal pertama kali dicetuskan oleh john maynard keynes asal inggris
pada tahun 1883. Berdasarkan pendapat john maynard keynes tersebut,
kebijakan fiskal dapat membantu negara mencapai kestabilan ekonomi
dan bisnis. Hal ini dikarenakan kebijakan tersebut mampu
menyusuaikan pengeluaran negara dengan pendapatan yang diterima
dari pajak. Menurut keynes, fiscal policy yang dilakukan dalam jangka
panjang mampu mengatasi masalah ekonomi yang terjadi dalam
sebuah negara. Serta, dianggap bisa menyelesaikan masalah internal
makro lainnya, seperti inflasi, lemahnya kurs mata uang, hingga
minimnya lapangan kerja yang tersedia. Kebijakan fiskal adalah salah
satu kebijakan ekonomi yang dicanangkan suatu negara untuk
mengelola serta mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih
kondusif. Cara yang ditonjolkan dari kebijakan ekonomi ini adalah
dengan mengubah maupun memperbarui pengelolaan pendapatan dan
pengeluaran negara. Inti dari kebijakan fiskal adalah sebagai upaya
pengelolaan dana yang diterima dari pajak untuk memenuhi keperluan
masyarakat dalam skala yang lebih luas. Dengan begitu, tujuan dari
strategi ini dapat tercapai sesuai dengan harapan. Seperti tersedianya
fasilitas publik dan pelayanan kesehatan yang mumpuni.
Kebijakan fiskal merupakan suatu strategi atau kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah dengan tujuan menjaga pengeluaran dan
pemasukan keuangan negara. Lebih jelasnya, kebijakan fiskal
merupakan kebijakan yang berasal dari pemerintah guna
mempengaruhi perekonomian melalui perubahan pada pengeluaran
dan penerimaan pemerintah.
Pemasukan yang diatur utamanya adalah dari sektor pajak,
sedangkan pengeluarannya berupa anggaran yang dikeluarkan untuk
menunjang program pemerintah. Kebijakan fiskal berkaitan erat
dengan kebijakan untuk memperoleh tujuan ekonomi tertentu melalui
instrumen pemerintah, utang piuang, perpajakan, dan belanja

8
pemerintah. Di Indonesia, kebijakan fiskal kewenangannya ada pada
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan RI.
5. Tujuan Kebijakan Fiskal
Setelah mengetahui definisi dari kebijakan fiskal, adapun
tujuan dari pelaksanaan kebijakan fiskal itu sendiri adalah sebagai
berikut:
a. Mengembangkan Perekonomian Negara
Tujuan kebijakan fiskal adalah demi menjaga stabilitas dan
mengembangkan kondisi ekonomi negara. Penerapan kebijakan
fiskal diharapkan bisa mempengaruhi seluruh sektor ekonomi
negara dan memperbaiki masalah di dalamnya, mulai dari sektor
korporat, perbankan, hingga UMKM.
b. Meningkatkan Potensi SDM
Tujuan kebijakan fiskal selanjutnya adalah meningkatkan
potensi SDM masyarakat, khususnya dari segi teknologi dan
perekonomian. Jika potensi dan kualitas SDM meningkat,
harapannya SDM ini mempunyai kapabilitas bersaing di dunia
kerja, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
c. Menjaga Stabilitas Harga Barang
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi harga barang
dalam pasar, mulai dari faktor positif (meningkatnya demand)
hingga faktor negatif (terjadinya penimbunan dan monopoli).
Untuk itu, salah satu tujuan kebijakan fiskal adalah untuk menjaga
harga barang tetap terjangkau bagi masyarakat dan terhindar dari
fluktuasi akibat pihak tak bertanggungjawab.
d. Mendorong Laju Investasi
Tujuan kebijakan fiskal yang terkahir adalah demi
menciptakan iklim investasi yang lebih baik lagi bagi para pelaku
pasar modal, terutama investor. Sehingga, negara dapat
memperoleh lebih banyak pendapatan dari pajak usaha.

9
6. Jenis Kebijakan Fiskal
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, jenis kebijakan
fiskal dari segi implementasi atau penerapannya terbagi menjadi 2
(dua) jenis, yaitu kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif.
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif (Expansionary Fiscal Policy)
Kebijakan fiskal ekspansif merupakan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah saat ekonomi melemah dengan
meningkatkan nilai belanja negara dan mengurangai nominal
pajak. Umumnya, kebijakan fiskal ekspansif diterapkan saat
perekonomian mengalami penurunan daya beli masyarakat yang
disertai peningkatan angka pengangguran. Tujuan pemberlakukan
kebijakan fiskal ekspansif adalah untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi yang stabil.
Salah satu contohnya adalah seperti yang terjadi pada tahun
2020 lalu. Sepanjang periode 2020-2021, Badan Kebijakan Fiskal
(BKF) dari Kementerian Keuangan RI menerapkan kebijakan
fiskal ekspansif. Dimana ekspansif berarti defisit belanja
pemerintah tetap besar sebagai upaya menjaga stabilitas ekonomi,
khususnya saat pandemi Covid-19.
b. Kebijakan Fiskal Kontraktif (Contractionary Fiscal Policy)
Kebijakan fiskal kontraktif adalah kebijakan menurunkan
angka pengeluaran (belanja) negara dengan diikuti kenaikan pajak.
Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat
untuk mengatasi inflasi.
Cara kerjanya dengan meningkatkan pemasukan dan
menekan pengeluaran. Biasanya, kebijakan jenis ini dikeluarkan
saat perekonomian negara mengalami ekspansi. Salah satu
contohnya adalah ketika Menteri Keuangan RI Sri Mulyani
Indrawati mengeluarkan kebijakan untuk menaikan tarif PPh
Orang Pribadi menjadi sebesar 35% khusus bagi orang
berpenghasilan tinggi.

10
7. Contoh Kebijakan Fiskal Ekspansif (Expansionary Fiscal Policy)
Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan dari kebijakan
fiskal ekspansif pada suatu negara:
a. Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu jenis pajak
perseorangan. Pengurangan PPh bertujuan memberikan
kesempatan bagi masyarakat agar bisa mempunyai uang lebih dan
tidak membayar pajak dalam jumlah banyak.
Hal ini cukup efektif untuk meningkatkan daya beli
masyarakat, sehingga memberikan dampak positif bagi
perekonomian suatu negara. Biasanya, program pengurangan PPh
ini dikeluarkan pemerintah saat sektor industri sedang melemah.
b. Meningkatkan Anggaran Belanja Negara
Pada kondisi tertentu, pemerintah akan menaikan nilai
anggaran belanja, terutama di bidang pendidikan dan pembangunan
infrastruktur. Apabila anggaran ini dialokasikan untuk hal positif,
tentu akan memberikan dampak yang positif pula. Contohnya
seperti, anggaran untuk program irigasi yang berpotensi menaikkan
hasil pertanian.
c. Pemotongan Pajak Bagi Sektor Bisnis
Saat kondisi perekonomian, khususnya sektor bisnis
semakin melemah. Biasanya pemerintah akan mengeluarkan
kebijakan fiskal ekspansif berupa pemotongan tarif pajak usaha.
Hal ini diharapkan bisa menstabilkan aktivitas industri, sehingga
pebisnis bisa mendapatkan keuntungan untuk menjalankan
usahanya.
Dampak dari program kebijakan ini salah satunya adalah
peningkatan kebutuhan SDM, sehingga sekaligus menanggulangi
masalah pengangguran.

11
8. Contoh Kebijakan Fiskal Kontraktif (Contractionary Fiscal Policy)
Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan dari kebijakan
fiskal kontraktif pada suatu negara:
a. Menaikan Tarif Pajak
Tarif pajak yang tinggi akan memberikan dampak pada
penurunan daya beli masyarakat. Di samping itu, nilai pendapatan
pemerintah dari pajak negara juga semakin tinggi.
b. Program Tax Amnesty
Pada tahun 2017 lalu, dilaporkan kalau banyak terjadi kasus
penunggakan pajak serta tidak ada laporan mengenai harta
kekayaan. Oleh karena itulah, pemerintah mengeluarkan kebijakan
Tax Amnesty dengan penghapusan sanksi administrasi, sanksi
pindana, hingga denda keterlambatan.
c. Pengurangan Subsidi BBM
Contoh lain dari penerapan kebijakan fiskal kontraktif
adalah pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
sedang marak belakangan ini. Meski harga BBM melonjak cukup
tajam, namun pemerintah akan mengalokasikan anggaran subsidi
ke kebutuhan lain yang perlu diprioritaskan.
9. Perbedaan Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Fiskal Kontraktif
Berikut beberapa perbedaan dari kebijakan fiskal dan kontraktif
yang perlu untuk diketahui:
a. Dari Segi Cara Kerja
Kebijakan fiskal ekspansi mengakibatkan masyarakat
mempunyai nominal uang lebih banyak sehingga daya konsumsi
meningkat.
Pada kebijakan fiskal ekspansif ini, pemerintah akan
melakukan 2 (dua) cara untuk mencapai tujuan, yakni
meningkatkan keluarnya anggaran dan mengurangi tarif pajak.
Penerapan kebijakan fiskal ekspansif juga merujuk pada teori

12
trickle down, yaitu penurunaan pajak perusahaan memungkinkan
mereka mempunyai anggaran lebih dalam merekrut karyawan.
Sedangkan, kebijakan fiskal kontraktif dilakukan dengan
cara menaikan pajak dan mengurangi keluarnya anggaran.
Kebijakan fiskal kontraktif diterapkan saat situasi perekonomian
disuatu negara mengalami tekanan inflasi tinggi.
b. Dari Segi Tujuan
Kebijakan fiskal ekspansif bertujuan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi ke arah lebih baik dan sehat. Kebijakan ini
dibutuhkan selama proses kontraksi siklus ekonomi di suatu
negara.
Khususnya saat pemerintah Indonesia ingin meningkatkan
permintaan konsumen, mengurangi pengangguran, hingga
menghindari resesi. Sedangkan, kebijakan fiskal kontratif bertujuan
untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi. Pasalnya,
perkembangan ekonomi yang tidak terkandalu dapat menyebabkan
beberapa konsekuensi negatif.
10. Kelebihan Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Fiskal Kontraktif
Kebijakan fiskal ekspensif memiliki beberapa kelebihan, salah
satunya adalah memberikan efek cepat, terutama apabila dilakukan
secara baik dan benar. Misalnya, anggaran keluar pemerintah
diarahkan untuk membentuk lapangan kerja. Selain itu, pemotongan
pajak bisa meningkatkan investasi baru dan daya beli.
Keuntungan paling besar dari penerapan kebijakan fiskal
ekspansif adalah mengembalikan kepercayaan pebisnis dan konsumen.
Sementara itu, kelebihan dari kebijakan fiskal kontraktif adalah cukup
efektif dalam membasmi inflasi di suatu negara. Salah satu caranya
adalah meningkatkan pemasukan dan menekan pengeluaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari Setia Negara,Tunggul. 2005. Pengantar Hukum Pajak. Malang. Bayu
Media.

13
Arofah Nur Diana. Analisis Dampak Kebijakan Fiskla Terhadap Pendapatan
Nasional di Indonesia. Universitas Jember. 2012
Fahadil Amin Al Hasan, and Rifqi Qowiyul Imam. Instrumen Pajak Dalam
Kebijakan Fiskal Perspektif Ekonomi Islam(Tinjauan Kritis Terhadap
Penerimaan Perpajakan Dalam RAPBN 2017). ‟Adliya Vol. 11, no.
No.02 (2017).

Harjanto,Totok. 2013. Pajak Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional. Jurnal


Ekonomi.
Heliany, Ina. Peran Kebijakan Fiskal Dalam Mengatasi Resesi Ekonomi Di
Indonesia. Prosiding Seminar Stiami 8, no. 1 (2021).

Isnaini, Desi. Peranan Kebijakan Fiskal Dalam Sebuah Negara. Al-Intaj 3, no. 1
(2017)

Salim Fahm. Konsep dan Aplikasi Sukuk Negara Dalam Kebijakan Fiskal Di
Indonesia. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011
Soemitro, Rachmat. 1991. Asas-asas Hukum Perpajakan. Bandung. Binacipta.

14

Anda mungkin juga menyukai