Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“PERAN PAJAK DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL”

DISUSUN OLEH:

NAMA : ANANG SETIAWAN (2021.02.01.002)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH


MAUMERE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PISHUM

2023/2024
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembaungan nasional adalah kegiatan yang berlangung terus-menerus dan
berkesinambungan. Pembangunan suau negara akan berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan apa yang direncanakan jika berbgai sumber daya dikelola dengan baik serta
pendapatan nasional negara tersebut meningkat untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pmbangunan. Pendapatan nasional dapat diklasifikasikan
menjadi pendapatan yang bersumber dari pajak dan pendapatan yang bersumber dari
non pajak. Pendapatan nasional dapat diperoleh dari investasi, pajak, ekspor, impor,
tingkat produksi masyarakat, tingkat konsumsi masyarakat dan lain-lain. Pajak adalah
bagian salah satu terbesar dari penerimaan negara guna mencapai suatu petumbuhan
yang diinginkan.
Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi suatu kewajiban
yang dapat dipaksakan penagihannya. Pajak mempunyai peranan yang penting dalam
kehidupan bernegara, khususnya didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk
pengeluaran pembangunan. Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakuan
oleh masyarakat bersama-sama pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam
pembiayayan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kewajiban pajak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pajak?
2. Bagaimana peran pajak dalam pembangunan Negara?
3. Apa upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran membayar pajak?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pajak.
2. Mengetahui peran pajak dalam pembangunan Negara.
3. Mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran membayar pajak.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pajak
definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang
perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi “pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
pajak.
Pajak (dari bahasa latin taxo, “rate”) adalah iuran rakyat kepada negara
berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas
jasa secara langsung. Menurut Charles E.McLure, pajak adalah kewajiban finansial
atau retribusi yang dikenakan terhadap wajib pajak (orang pribadi atau badan) oleh
negara atau instansi yang fungsinya setara dengan negara yang digunakan untuk
membiayai berbagai macam pengeluaran publik.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, S.H, pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat timbal jasa (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut : pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada las negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk public seving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment.
Menurut Laroy Bealieu, pajak adalah bantuan baik secara langsung maupun
secara tidak langsungyang dipaksakan oleh kekuasan publik dari penduduk atau dari
barang untuk menutup belanja pemerintah. Menrutu P. J. A. Adriani pajak adalah
iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan perundang-undangan umum (undang-undang) dan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Terdapat perbedaan pada pemahaman pajak secara hukum dan secara ekonomi
dari pajak. Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya
dari sektor privat kepada sektor publik, pemahaman ini memberikan gambaran bahwa
adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya
kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan
barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam
menyediakan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Sementara pemahaman dari perspektif hukum menurut Soemitro merupakan suatu
perikatan yang timbul karena adanya undang-undang menyebabkan timbul kewajiban
warga negara untuk menyetor sejumlah penghasilan kepada negara, negara
mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan
untuk penyelenggaraan pemerintah.

B. Peran Pajak dalam Pembangunan Negara


Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan
dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayarkan hutang pajaknya. Hal ini merupakan posisi strategi dalam
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sehingga tindakan penagihan
pajak merupakan ujng tombak dalam menyelamatkan penerimaan negara yang
tertunda, oleh sebab itu seksi penagihan merupakan seksi produksi yang paling
dibanggakan oleh Direktorat Jendral Pajak. Dalam pelaksanaannya penagihan pajak
haruslah dilandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga
mempunyai kekuatan hukum baik bagi wajib pajak maupun apratur pajaknya.

Fungsi pajak menurut Mardiasmo dua fungsi pajak yaitu:


1. Fungsi Penerimaan (Budgetir)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
dibidang sosial dan ekonomi.

Berdasarkan fungsi pajak tersebut maka dengan adanya pajak yang dipungut oleh
pemerintah maka hal ini akan sangat membantu pembangunan negara, karena dengan
pajak tersebut sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-
pengeluaran pemerintah dalam pembangunan negara terbantu dengan adanya pajak.
Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya sekedar menyerahkan sebagaian
penghasilan atau kekayaan seseorang kepada negar, tetapi coraknya bermacam-
macam tergantung pada pendekatannya.

Asas pemungutan pajak menurut Waluyo menyatakan bahwa pemungutan pajak


hendaknya didasarkan pada:
1. Equality, pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu pajak dikenakan
kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampan membayar pajak
atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan
bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah
sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.
2. Certainty, penetapan pajak iu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,
wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan
harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
3. Convenience, kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sesuai dengan saat-
saat yang tidak menyulitkan wajib pajak, sebagai contoh pada saat wajib pajak
memperoleh penghasilan.
4. Economy, secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban
pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban
yang dipikul wajib pajak.

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka


pemungutan pajak harus memenuhi syarat yaitu pemungutan pajak harus adil (syarat
keadilan), pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis), tidak
mengganggu perekonomian (syarat ekonomi) dan pemungutn pajak harus efisien
(finansial). Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik negara maupun
warganya. Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat. Sistem pemungutan pajak harus sederhana, hal ini mendorong
masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

C. Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan kesadaran Membayar Pajak


Sejak kebijakan pemerintah memutihkan kesalahan dalam pembayaran pajak
pada tahun 2008 lalu, maka jumlah wajib pajak semakin meningkat dan peneriman
negara dari sektor pajak meningkat seiring tingginya kemauan masyarakat untuk
membayar pajak. Hal ini dikarenakan birokrasi yang dipermudah, serta
pemanfaatannya semakn nyata.
Pada masa lalu, masyarakat hanya mengetahui membayar pajak, tetapi tidak
mengetahui kegiatan yang transparant dalam penggunannya dan dalam
pembayarannya pun sering mengalami kesulitan dikarenakan ketidak mengertian
masyarakat akan perpajakan secara signifikan. Menyikapi perkembangan kewajiban
pada saat ini, pemerintah telah melakukan beberapa upaya dalam meningkatkan
kesadaran membayar pajak antara lain:
a. Menyediakan software gratis bidang pembukuan. Hal ini, diperlukan karena
ketidaktaatan pajak juga bersumber dari ketidaktahuan wajib pajak dalam
melakukan pembukuan sehingga tidak mampu menghitung pajaknya.
b. Memberikan perlakuan yang adil terhadap semua wajib pajak sehingga dalam
pengurusan pajak dapat secara efektif dan efisien.
c. Meningkatkan kualitas aparat perpajakan baik kualitas pengetahuan mengenai
perpajakan dan pelayanan pajak serta kualitas moral aparatur pajak.
d. Memberikan manfaat yang lebih nyata kepada masyarakat serta melakuan
transparansi pengelolaan pajak sehingga wajib pajak tak ragu dalam membayar
pajak.
e. Mensosialisasikan kepada wajib pajak secara detail bjek yang kena pajak dan
batasan pembiayaan yang dikenakan pajak serta besaran pajak yang harus
dibayarkan.
f. Menetapkan sanksi yang tegas kepada wajib pajak yang kesadaran atau kepatuhan
yang masih rendah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran pajak. Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai
beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik, sementara
pemahaman dari perspektif hukum menurut Soemitro merupakan suatu perikatan
yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbul kewajiban
warga negara untuk menyetor jumlah penghasilan kepada negara.
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka
pemungutan pajak harus memenuhi syarat yaitu pemungutan pajak harus adail (syarat
keadilan), pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis), tidak
mengganggu perekonomian (syarat ekonomi) dan pemungutan harus efisien
(finansial). Dalam menyikapi perkembangan kewajiban pajak saat ini, pemerintah
telah melakukan beberapa upaya dalam meningkatkan kesadaran membayar pajak.

B. Saran
Didalam penulisan makalah ini, adapun saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Dengan adanya undang-undang yang mengatur perpajakan diIndonesia, kita
mengharapkan agar bisa sebagai landasan dalam pemungutan pajak.
2. Dengan adanya pajak, kita mengharapkan pembangunan nasional berjalan sesuai
dengan apa yang diinginkan.
3. Kita mengharapkan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, mampu
meningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.

Anda mungkin juga menyukai