Anda di halaman 1dari 6

KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK GUNA MENYEJAHTERAKAN BANGSA

Yani
190810101081
Prodi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Yani.yn2431@gmail.com

Pengantar
Pajak merupakan salah satu sumber anggaran pendapatan pemerintah. Pajak
diperoleh dari iuran yang dibayarkan rakyat kepada negara atau merupakan pungutan yang
dilakukan oleh negara pada rakyat yang dilakukan dengan sifat memaksa, yang berguna
untuk membiayai keperluan pemerintah dan kepentingan masyarakat umum. Landasan
utama pemungutan pajak adalah sesuai dengan peraturan Undang-Undang dan Pancasila
dalam bentuk keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.
Ada beberapa jenis pajak, antara lain pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai,
pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, bea materai, bea perolehan
atas tanah dan bangunan, dan lain-lain. Pajak yang sering kita dengar adalah pajak
penghasilan, yaitu pajak langsung yang ditarik dari wajib pajak dan tidak bisa dialihkan,
sifat pemberlakuannya secara periodik. Selain itu, juga ada pajak bumi dan bangunan atau
PBB yaitu pajak yang dikenai taraf sesuai dengan luas lahan dan juga kemewahan
bangunan pemiliknya. Pembagian jenis-jenis pajak tersebut bertujuan agar semua aspek
perekonomian dikenai pajak secara merata dan mereka merasakan keadilan.
Selain sebagai pendapatan utama pemerintah juga sebagai penghapus kesenjangan
perkonomian rakyat, pembentuk rasa keadilan bagi rakyat Indonesia sesuai dengan
Pacasila sila ke-5. Penerapan tarif pajak ditentukan oleh pemerintah dengan pertimbangan
banyak hal agar nilai Pancasila untuk menciptakan keadilan itu tercapai, dan menjadikan
tanggungan pajak ini bukan beban namun kewajiban bersama demi mensejahterakan
perekonomian bangsa serta mempersempit kesenjangan perekonomian.
Begitu pentingnya pembayaran pajak maka diperlukan kepatuhan membayar pajak,
namun masih banyak sekali wajib pajak yang masih melalaikan kewajibannya. Mereka
beralasan bahwa penerapan pajak tersebut membebani karena tarif yang terlalu tinggi
untuk menjadi tanggungan wajib pajak, perekonomian global yang melemah sehingga
membawa dampak penghasilan menurun dan wajib pajak tidak mampu untuk membayar
kewajiban pajak mereka dan masih banyak alasan-alasan lainnya yang diungkapkan oleh
wajib pajak untuk menghidari kewajiban membayar pajak. Agar mereka jera dan makin
patuh sebagi warga negara yang baik oleh karenanya pemerintah menerapkan denda
kepada wajib pajak yang melalaikan kewajibannya sebagai warga negara, seperti terlambat
membayar pajak, menangguhkan pembayaran pajak hingga berbulan-bulan.
Di dalam tulisan ini memiliki tujuan agar para pembaca lebih mengerti dan sadar
mengenai pentingnya kepatuhan pembayaran pajak untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
Sehingga membuat mereka sadar dan lebih patuh lagi dalam membayar pajak. Dan ketika
kepatuhan membayar pajak meningkat maka membuat nilai-nilai pacasila terutama sila ke-
5 mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dapat tercapai.
Pancasila dan Pajak di Indonesia
Proses perumusan Pancasila sangatlah panjang, para pendiri bangsa sudah
memikirkan dengan matang, apa yang ingin dicapai oleh bangsa ini. Kelahiran Pancasila
bukan seperti membolak-balikkan telapak tangan, banyak aspek yang harus
dipertimbangkan ketika merumuskan Pancasila. Pancasila harus mempunyai nilai-nilai
luhur dan bisa menjadi wadah dalam pelaksanaan beragama yang baik, kemanusiaan yang
beradab, pemersatu bangsa, kedaulatan yang demokratis, dan bisa mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Saat ini kita bisa lihat banyak sekali ketimpangan
yang terjadi di negara kita yang tercinta ini, terutama dalam bidang ekonomi. Jarak antara
si kaya dan si miskin makin jauh, yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.
Negara belum bisa berperan banyak dalam menyeimbangkan ketimpangan tersebut, hal ini
disebabkan karena minimnya anggaran yang dimiliki oleh negara serta kebijakan-
kebijakan yang diterapkan pemerintah seringkali tidak efektif untuk mngetasi
permasalahan yang ada dan tidak tepat sasaran.
Setiap kegiatan pembangunan membutuhkan dana, dan sumber keuangan negara
adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dimana APBN 2019
sumbernya adalah 82,3% dari Pajak. Pemanfaatan Pajak adalah wujud dari implementasi
pengamalan nilai-nilai Pancasila salah satunya adalah mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sebenarnya Pajak bukan hanya untuk mewujudkan nilai-nilai sila
ke-5 Pancasila, melainkan seluruh nilai-nilai agung dan luhur dari seluruh sila dalam
Pancasila.
Dengan adanya pajak, pemerintah dapat mengurangi kesenjangan antar warga
negaranya terutama dalam hal ekonomi, pendistribusian pendapatan negara dari pajak
membawa kesejahteraan bagi masyarakat, karena fungsi utama pajak adalah meratakan
perekonomian rakyat. Jika tidak diterapkannya pajak maka mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan Pancasila tidak akan pernah terjadi dalam
bidang ekonomi, yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.
Pajak juga memiliki fungsi-fungsi yang lain atara lain yang pertama yaitu Pajak
sebagai instrumen budgeter, dalam hal ini pajak berfungsi untuk membiayai semua kegiata
bernegara, mulai dari pelayanan pubik, pelayanan kesehatan pendidikan, pertahanan dan
keamanan dan pembangunan infarstruktur. Kedua, pajak sebagai instrumen regulerend,
dalam hal ini pajak berfungsi mengatur atau menjaga stabilisasi perekonomian negara. dan
yang ketiga, pajak sebagai instrumen redistribusi, dalam hal ini pajak berfungsi
mendistribusikan kembali atas pajak-pajak yang telah dikumpulkan dari semua wajib pajak
yang hasilnya dapat dinikmati oleh semua warga negara.
Dalam penerapan pajak ini bukan pemerintah tidak adil karena merampas uang
rakyat, tapi dengan adanya pajak para pembayar pajak juga merasakan hasilnya, seperti
pengalokasian APBN untuk memenuhi barang publik, seperti jalan tol, jembatan
penghubung, taman kota dan lain sebagainya, yang hal ini tidak mungkin disediakan oleh
pihak swasta karena dalam penyediaannya tidak memperoleh keuntungan sedangkan
prinsip dari pihak swasta adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya. Karena tidak
sedikit masyarakat yang mengira bahwa pemerintah menarik pajak semata-mata hanya
untuk kepentingan pemerintah saja. Oleh karena itu, penting juga diadakannya edukasi
atau sosialisasi untuk semua warga negara terutama dari mereka sejak kecil agar mereka
mengetahui pendapatan negara dari pajak tersebut digunakan untuk apa, dialokasikan
kemana, dan seberapa pentingnya pajak bagi negara. selain itu pemerintah juga perlu lebih
teransparan lagi dalam pengalokasian dana APBN tersebut, agar masyarakat tidak
memiliki pikiran buruk kepada pemerintah mengenai pengalokasian dana karena mereka
sudah tahu bahwa dana tersebut dialokasikan kemana dan siapa sasaran pembangunannya.
Kesadaran Membayar Pajak
Masyarakat harus sadar akan keberadaanya sebagai warga negara dengan selalu
menjunjung tinggi Pancasila sebagai dasar negara serta Undang-Undang Dasar 1945
sebagai dasar hukum penyelenggaraan negara. sebagai warga negara juga harus mengerti
hak dan kewajibannya, salah satunya adalah kewajiban membayar pajak. Setiap warga
negara adalah wajib pajak, mereka mempunyai kewajiban membayar pajak dengan
mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta
memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban pajak. Kesadaran dalam
membayar pajak harus ditanamkan mulai dini, mulai dari edukasi disekolah serta peranan
orang tua untuk memberi contoh yang baik pada anaknya dengan melakukan kewajiban
membayar pajak.
Menurut Asri (2009) wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila mengetahui
adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan, mengetahui fungsi pajak untuk
pembiayaan negara, memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara serta
menghitung, membayar, dan melaporkan pajak dengan sukarela dan dengan sejujur-
jujurnya.
Menurut Supriadi (2013) menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Kesadaran wajib pajak akan perpajakan adalah rasa
yang timbul dari dalam diri wajib pajak atas kewajibannya membayar pajak dengan ikhlas
tanpa adanya unsur paksaan dan dengan kesadaran pajak yang tinggi, kepatuhan wajib
pajak dapat meningkat. Kesadaran membayaran pajak yang dapat meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak dan hal tersebut akan berdampak pada peningkatan
pendapatan negara dari sektor pajak.
Di Indonesia sendiri kesadaran membayar pajak memasih rendah, serta kemampuan
pemerintah dalam menggali sumber penerimaan pajak dari sektor-sektor ekonomi masih
belum optimal, hal ini bisa dilihat dari perbandingan total besarnya pajak yang dipungut
dengan dengan besarnya potensi pajakyang hanya mencapai 55%. Rendahya penerimaan
pajak tersebut berdampak pada kebijakan fiskal terutama dalam pembiayaan program
pemerintah seperti jaminan sosial, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Oleh karenanya
perlu adanya upaya peningkatan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.
Dalam upaya meningkatkan kesadaran membayar pajak Wakil Meteri Keuangan
mengeluarkan 4 strategi agar wajib pajak mau membayar pajak secara sukarela yaitu
dengan memperbaiki pelayanan pajak karena masih ada ketidakpuasan dari banyak wajib
pajak, meningkatkan jumlah tenaga pemeriksa di Deroktorat Jenderal Pajak untuk
memperbaiki kualitas penegak hukum, melakukan kegiatan sosialisasi maupun edukasi
secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran atas pentingnya membayar pajak, dan
melakukan internalisasi nilai-nilai kementerian keuangan untuk menguatkan moral dan
integritas pagawai pajak dalam menjalankan tugas secara profesional.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Suryadi Sasmita
mengakui pernyataan bahwa pengusaha banyak yang tidak rela sebenarnya jika diharuskan
membayar pajak karena penerapan pajak di Indonesia yang masih belum adil
penerapannya. Dalam hal ini Dirjen Pajak harus lebih adil dalam penerapan pajak. Karena
pajak bukan hanya untuk mensejahterakan rakyat menengah kebawah tapi
mensejahterakan semua warga negara juga jangan menjadikan pajak sebagai beban
pengusaha. Perlu adanya hubungan yang harmonis antara wajib pajak terutama pengusaha
selaku pembanyar pajak yang besar dengan dirjen pajak agar semua merasa keadilan tanpa
terbebani.
Pajak Guna Kesejahteraan Bangsa
Pajak memilik banyak sekali manfaat untuk kelangsungan kesejahteraan bangsa
Indonesia sesuai dengan tujuan bernegara yaitu mewujudkan masyarakat yang sejahtera
dan adil. Pajak merupakan sektor pendapatan utama negara, anggaran pendapatan negara
maupun pembiayaan negara. anggaran pendapatan negara ini digunakan oleh pemerintah
sebagai instrumen kebijakan meraih keadilan, menurunkan kemiskinan, efektivitas
perekonomian, penciptaan lapangan kerja dan mengatasi disparitas antarkelompok
pendapatan dan antarwilayah.
Meningkatnya kesadaran dalam membayar pajak akan membawa dampak baik yaitu
meningkatnya pendapatan negara dari sektor pajak, dan hal ini akan membawa kestabilan
perekonomian karena hal tersebut akan mengurangi beban pemerintah dari utang. Belanja
negara Indonesia jauh lebih besar dari pendapatan negara hal ini menyebabkan pemerintah
melakukan utang untuk menutupi kekurangan (defisit) tersebut, baik utang dalam negeri
yaitu berupa mengeluarkan surat berharga negara (obligasi) maupun utang luar negeri.
Oleh karenanya untuk meminimalisir utang tersebut kita sebagai warga negara perlu
meningkatkan kesadaran dalam membayar pajak guna mendorong kesejahteraan bangsa.
Negara Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan alam, kaya akan budaya, bahasa
dan suku bangsa. Namun, dibalik semua itu masyarakat indonesia masih banyak yang
hidup dibawah garis kemiskinan, pendapatan perkapita rendah dibanding negara-negara
tetangga, anak negeri banyak yang berhenti sekolah mereka mengais-ngais sampah,
meminta-minta, berebut sesuap nasi, bahkan antri sembako. Fenomena sosial juga banyak
kita jumpai, banyak yang melakukan tindak kriminal demi mendapatkan uang untuk
memenuhi kebutuhan hidup, praktik-praktik perdagangan anak, prostitusi dan masih
banyak lagi tindak kejahatan yang timbul akibat dari kemiskinan. Selain masalah sandang
dan pangan juga terdapat masalah papan, dimana banyak orang yang miskin tidak memiliki
tempat tinggal dan harus berteduh dipinggir jalan bahkan di kolong jembatan.
Semua hal itu bisa berubah dengan pajak, kita memabayar pajak sesuai dengan
undang-undang yang berlaku, selalu taat dan tepat waktu untuk melaksanakan kewajiban
perbajakan itu. Maka Pembangunan akan berjalan lancar, perbaikan infrastruktur maupun
sosial disemua tempat dapat dilakukan baik di perkotaan maupun daerah terpencil bahkan
perbatasan, kita tidak akan lagi menemui jalan-jalan yang rusak, banjir jika musim hujan
tiba, fasilitas umum yang tidak memadai, sekolah rusak tidak akan ada lagi, program wajib
sekolah 12 tahun bakal terus berlanjut tanpa terkendala, pemukiman padat dan liar dapat
segera diatasi bahkan mereka dapat menempati rumah susun, lapangan pekerjaan akan
semakin bertambah yang mengakibatkan para pengangguran berkurang. Semua ini dapat
terwujud bila kepatuhan suka rela wajib pajak meningkat, bahkan tidak menutup
kemungkinan indonesia yang tertinggal dalam menuntaskan kemiskinan dapat segera
teratasi dan pada akhirnya indonesia akan menjadi negeri makmur yang menjadi dambaan
semua orang
Kita bisa lihat sendiri bukti nyata dari penerapan pajak yang merupakan anggaran
yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan manfaatnya akan kembali pada rakyat. Salah satu
buktinya adalah Jembatan Youtefa, jembatan di atas Teluk Youtefa, Provinsi Papua yang
menghubungkan Holtekamp dengan Hamadi sepanjang 732 meter. Pembangunan jembatan
berasal dari dana APBN negara yang sebagian besar dari pajak ini membawa kesejahteraan
bagi rayat Papua juga Indonesia. Mimpi lama Indonesia untuk meratakan pembangunan
dan sejahteraan bangsanya mulai terwujud, jembatan ini membawa kemajuan bagi Papua
agar sama dengan kemajuan daerah-daerah lain. Sebelum adanya jembatan penghubung ini
jarak antara kota dengan daerah atau kampung sekitarnya sangat jauh dan harus melewati
rintangan yang sangat berat dan waktu yang cukup lama untuk kesana. Semenjak akses
Jembatan ini dibuka, dapat mewujudkan banyak sekali keinginan warga kampung sekitar
yang ingin menempuh pendidikan ke kota, bekerja ke kota, membeli maupun menjual
barang ke kota, perekembangan perekonomian warga sekitar juga merata, fasilitas
kesehatan juga merata, tidak ada lagi warga yang terpinggirkan dan jembatan tersebut
dapat mempermudah kegiatan sehari-hari warganya. Dengan adanya jembatan penghubung
tersebut kegiatan perekonomian semakin mudah dan usaha juga akan lebih mudah untuk
berkembang, kesenjangan antara kota dengan daerah lainnya juga mulai akan terkikis.
Adanya APBN yang terutama berasal dari pajak tersebut juga berhasil meratakan
adanya listrik di seluruh penjuru negeri salah satunya adalah di Desa Silawan yang berubah
setelah adanya dana desa. Dengan adanya dana tersebut dan dibantu dengan PLN, aliran
listrik berhasil sampai ke rumah-rumah warga, ibu-ibu bisa menenun di malam hari, anak-
anak desa tersebut bisa semangat belajar karena bisa belajar di bawah lampu yang terang
bukan pelita lagi.
Bukti nyata dari dari penerapan pajak juga dapat dilahat dalam upaya pemerintah
meratakan pendidikan di Indonesia. Kesenjangan pendidikan di wilayah terluar, terdepan
dan tertinggal (3T) yang mulai diatasi dengan membangun sekitar 114 sekolah garis depan
(SGD) dan program pengiriman 7.000 guru garis depan (GGD) di sekitar 31 dari 34
provinsi di Tanah Air. Upaya tersebut tidak lepas dari pemanfaatan hasil pajak yang sudah
diperoleh oleh negara dari penarikan kepada wajib pajak. Pemerataan pendidikan ini juga
tidak terlepas dari sila pancasila keadilan bagi seluruh rakyat indonesia, setiap
warganegaranya berhak mendapatkan keadilan yang sama terutama dalam hal pendidikan.
Kehadiran sekolah di perbatasan merupakan bukti kehadiran negara di tempat itu juga
mendorong anak-anak negeri untuk memperoleh pendidikan yang layak di tempat yang
layak yang dapat meningkatkan kuwalitas sumber daya menusianya. Sehingga cita-cita
indonesia menjadi negara maju dan rakyatnya sejahtera dapat terapai dengan mudah.
Itulah bukti nyata dari penerapan pajak untuk kesejahteraan bangsa. Selain contoh
tersebut masih banyak bentuk nyata yang lain yang sudah berhasil dilakukan oleh
pemerintah dari penerapan pajak sebagai pendapatan negara untuk kesejahteraan bangsa.
Untuk itu mari kita tingkatkan kesadaran membayar pajak guna menyejahterakan rakyat,
meratakan pembangunan agar nilai-nilai Pancasila dapat tercapai terutama sila ke-5
Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dengan pajak Indonesia bisa maju, kemiskinan
teratasi, pendidikan memadai, kemudahan kegiatan perekonomian juga terfasilitasi.

Penutup
Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan nilai
Pancasila sila ke-5 tidak akan terjadi tanpa adanya kerja sama antara seluruh warga negara,
pemerintah, hukum yang berlaku serta kebijakan yang diterapkan di negara tercinta ini.
Indonesia dapat mewujudkan cita-cita yang sudah sejak dulu diimpikan yaitu menjadi
negara maju yang adil dan makmur oleh karenanya dibutuhkan kerja sama semua pihak
untuk mewujudkan hal tersebut. Salah satunya dengan meningkatkan kepatuhan membayar
pajak guna mendorong perekonomian dan menciptakan keadilan bagi seluruh rakyat
indonesia sesuai dengan sila ke-5 pancasila. Dengan pajak Indonesia bisa maju,
kemiskinan teratasi, pendidikan memadai, kemudahan kegiatan perekonomian juga
terfasilitasi.
Referensi

Manik Asri, Wuri. 2009. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Biaya Kepatuhan Pajak, dan
Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan yang
Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar. Skripsi. Bali: Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.

Ristekdiksi. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguran Tinggi. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Anda mungkin juga menyukai