Anda di halaman 1dari 12

NAMA : FARIDATUNNISA

NIM : 2002056006
KELAS : IH C5
(UJIAN AKHIR SEMESTER HUKUM PAJAK)

(Efektvitas Pemungutan Pajak di Indonesia)

PENDAHULUAN
Negara memiliki tugas untuk melindungi dan memfasilitasi warga/masyarakatnya.
Dalam melaksanakan kewjibannya, negara juga membutuhkan adanya unsur pendukung,
yaitu seperti pembangunan dan keperluan masyarakat lainnya yang dengan hal itu
memerlukan uang. Negara dalam mendapatkan uang bisa melalui pajak, restribusi, dan
sumbangan. Cara tersebut dianggap sangat penting untuk memudahkan pemerintah dalam
menjalankan program-program negara. Salah satu sumber penghasilan negara yang
paling besar didapatkan melalui pembayaran pajak.1 Pajak merupakan pembayaran dari
masyarakat kepada negara yang diatur dan disesuaikan dalam undang-udang (memaksa)
dengan tidak mendapat hasil timbal balik (kontra-prestasi) dan langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.2
Bagi masyarakat sebagian besar wajib pajak, membayar pajak adalah beban dan
bukanlah merupakan tanggung jawab warganegara. Keadaaan yang demikian dirasakan
dari zaman penjajahan hingga sampai saat ini. Perasaan wajib pajak bahwa membayar
pajak adalah beban, karena keadaannya pada saat itu negara kita masih dijajah. Namun
pada saat ini walaupun sudah merdeka tetap saja perasaan dan pemikiran seperti itu
masih terus melekat dalam doktrin masyarakat. Kenyataan seperti itu jelas bukanlah tidak
adanya kesadaran wajib pajak, melainkan praktik pemungutan pajak dalam banyak hal
sama. Rakyat diberikan pengertian tentang pokok-pokok perbedaan pembayaran pajak
pada zaman penjajahan dulu dengan pembayaran pajak pada zaman saat ini.

1
Sinaga, Niru Anita. Pemungutan Pajak dan Permasalahannya di Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara-Fakutas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma. Volume 7 No.1, September 2016
hlm. 143
2
Sinaga, Niru Anita. Pemungutan Pajak dan Permasalahannya di Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara-Fakutas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma. Volume 7 No.1, September 2016
hlm. 143
Rochmat Soemitro pernah mengadakan penelitian Direktorat Jenderal pajak,
kesimpulannya bahwa kesadaran masyarakat Indonesia untuk membayar pajak pada
umumnya masih sangat rendah. Karena selama ini tidak ada penyuluhan atau informasi
tentang pajak. Rochmat Soemitro juga menyadari dan mengakui pada saat berlakunya
undang-undang pajak yang baru memang digalakkan kampanye penyuluhan pajak. Tetapi
menurut beliau penyuluhan itu hanya memuat mengenai pelaksanaan-pelaksanaan
peraturan perpajakan, bagaimana menghitung pendapatan kena pajak, bagaimana mengisi
surat pemberitahuan dan bagaimana melakukan pengampunan. Beliau juga berkata
bahwa masyarakat juga harus diberikan kesadaran bahwa membayar pajak itu bukan
semata-mata merupakan kewajiban setiap penduduk negara tetapi juga merupakan hak
setiap warganegara untuk ikut serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan
Sejarah pemungutan pajak mengikuti perkembangan masyarakat dan negara baik
dibidang ekonmi, kenegaraan, maupun sosial. Awalnya pajak bukan merupakan suatu
pungutan tetapi hanya pemberian sukarela oleh masyaraka kepada raja dalam memelihara
kepentingan negara, seperti keamanan, menyediakan jalan umum, membayar gaji
pegaiwai dan lain-lain. Sejalan dengan undang-undang perpajakan, membayar pajak
merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Hal tersebut sesuai dengan system self
assesment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia.3 Didalam Undang-undang
No.16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
berisi: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.” Pajak sangatlah penting bagi negara, terkhusus untuk pelaksanaan
dan juga pembangunan, serta sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran yang berasal dari negara.
Berdasarkan yang dijelaskan seperti diatas pajak memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi anggaran (budgeter)
b. Fungsi mengatur (regulerend)
c. Fungsi stabilitas
d. Fungsi redistribusi4

3
Purnamawati, Evi. Pemungutan Pajak di Indonesia. Fakultas Hukum Universitas Palembang. Volume 15
No. 3 September, 2017 hlm. 338

4
Sinaga, Niru Anita. Pemungutan Pajak dan Permasalahannya di Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara-Fakutas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma. Volume 7 No.1, September 2016
Pajak bagi pembangunan negara amatlah penting, karena itu pemerintah harus terus
berupaya menerapkan dan menekankan kepatuhan pajak. Namun kepatuhan akan pajak
yang berasal dari kesadaran masyarakat terhadap kewajiban membayar pajak bukan suatu
hal yang mudah diterapkan. Mengetahui pentingnya pajak sebagai sumber terbesar
pemasukan uang negara maka dari itu dibutuhkan aturan hukum yang meengatur tentang
perpajakan, dengan adanya peraturan atau hukum tentang pajak tersebut sangat
diharapkan penerimaan pajak sebagai sumber utama dan terbesar pembiyaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mendapatkan hasil yang maksimal dan mampu
berjalan secara berkelanjutan dan dapat dipertahankan hingga jangka waktu yang lama.
Namun pada faktanya masalah pemungutan pajak yang ada di negara kita ini masi sering
menimbulkan permasalahan-permasalahan yang mungkin hal itu disebabkan: karena
kurangnya sosialisasi pemerintah kepada masyarakat, kurangnya tingkat kesadaran
masyarakat, pengetahuan dan tingkat ekonomi yang masih rendah, database yang belum
lengkap dan akurat, serta lemahnya penegakan hukum yang berupa pengawasan dan
penerapan sanksi yang kurang tegas dan konsisten. Lain dari itu semua, kendala lain yaitu
masih adanya paradigma masyarakat yang berpikiran dan beranggapan bahwa untuk apa
membayar pajak paling juga hasilnya untuk pemerintah dan pejabat-pejabat saja. Yang
menjadi permasalahan saat ini bukanlah ada atau tidaknya hukum dan juga pelaksanaan
pajak, melainkan efektivitas pemungutan pajak yang terjadi di negara Indonesia. Karena
bukan menjadi hal yang tabu lagi di negara yang sudah maju ini masyarakat tidak pernah
tidak menggerutu untuk membayar pajak. Bahkan jika ada kemungkinan mereka sering
untuk meloloskan diri dari pemungutan pajak. Gejala semacam ini terjadi di lingkungan
masyarakat sepanjang masaHal seperti ini sebagai cara untuk meloloskan mereka dari
pembayaran pajak dan merupakan usaha yang disebut dengan perlawanan terhadap pajak.
Perlawanan ini ada dua, yaitu: Perlawanan pasif dan Perlawanan aktif. Yang dimaksud
perlawanan pasif adalah berupa hambatan-hambatan yang mempersulit pemungutan
pajak dan erat hubungannya dengan struktur ekonomi negara, dengan perkembangan
intelektual dan moral penduduk, dan dengan pemungutan pajak itu sendiri. Sedangkan
perlawanan aktif adalah meliputi semua usaha dan perbuatan seperti: penghindaran dari
pajak, pengelakan/penyelundupan pajak, dan melalaikan pajak. Salah satu tujuan
diundangkannya hukum pajak adalah untuk mencapai tujuan secara praktis. Karena
prinsip dari pemungutan pajak sendiri ialah Teknik pemungutan pajak tersebut harus
merata dan menyeluruh ke semua lapisan masyarakat sesuai dengan ketentuan-ketentua
yang berlaku. Juga dengan cara yang sesederhana mungkin, sehingga pembayaran pajak
hlm. 143
yang dirasakan sebagai beban oleh masyarakat, janganlah dibebani lagi oleh prosedur
yang berbelit-belit sehingga menambah faktor keengganan masyarakat untuk membayar
pajak.
Untuk memperbaiki permasalahan diatas tadi, pemerintah harus lebih bergerak seperti
menunjukkan kepada masyarakat bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan baik dan
benar, hasil pengelolaan pajak harus transparan sehingga tidak adanya kosup disana.
Pemerintah juga perlu menyempurnakan perangkat aturan, melaksanakan penegakan
hukum secara baik dan tegas serta sosialisasi masyarakat yang bekelanjutan. Syarat-
syarat pemungutan pajak harus adil, tidak mengganggu perekonomian, jika hal ini
dilakukan maka kepercayaan masyarakat pun meningkat dan yang pasti masyarakat akan
luluh sehingga doktrin-doktrin yang buruk dan tidak benar tadi hilang dari pikiran
masyarakat sehingga masyarakat mau menyisihkan Sebagian hartanya untuk membayar
pajak. Dengan adanya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak ini merupakan salah satu
kunci keberhasilan pemerintah dalam memperoleh serta mengelola penerimaan pajak
sehingga penerimaan negara dapat berkesinambungan.5
Dari penjelasan diatas tadi dapat ditarik kesimpulan dan penulis juga dapat
merumuskan permasalahan tentang pemungutan pajak di Indonesia diantaranya; 1) Apa
saja permasalahan-permasalahan dalam pemungutan pajak di Indonesia? 2) Bagaimana
cara mengatasi permasalahan pemungutan pajak di Indonesia?

PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Pajak
1. Pengertian pajak
N. J. Feldmann di dalam bukunya menjelaskan Pajak adalah prestasi yang
dilakukan secara paksa oleh sepihak dan terutang kepada penguasa (menurut norma-
norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-
mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. Karena menurut
Feldmann bahwasanya terhadap pembayaran pajak tidak ada kontraprestasi yang
diberikan dari negara.
M. J. H. Smeets juga berpendapat lain di dalam karya bukunya yaitu Pajak adalah
prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang
dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan untuk hal

5
Sinaga, Niru Anita. Pemungutan Pajak dan Permasalahannya di Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara-Fakutas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma. Volume 7 No.1, September 2016
hlm. 143
yang lebih individual; maksudnya adalah untuk membiayai dan memenuhi
pengeluaran pemerintah.
Sommerfeld, menjelaskan pengertian terhadap pajak adalah suatu pengalihan
sumber-sumber yang harus dan wajib dilakukan dari sector swasta untuk sector
pemerintah berdasarkan peraturan yang ada tanpa suatu imbalan Kembali dan
langsung serta seimbang supaya pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya
dalam menjalankan pemerintahan”6
Rochmat Soemitro, menjelaskan pendapat lain bahwa Pajak merupakan iuran
rakyat kepada kas negara herdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa-jasa timbal (kontra-prestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum”, dengan
penjelasan sebagai berikut: “dapat dipaksakan” artinya adalah: bila utang pajak tidak
dibayar, utang itu dapat saja ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat
paksa/sita, dan bisa juga penyanderaan; terhadap pembayaran pajak, tidak dapat
ditunjukkan jasa timbal balik tertentu, sama halnya dengan retribusi.7
Undang-undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun
2009, memberikan definisi “Pajak adalah kontribusi wajib yang diberikan kepada
negara yang terutang oleh seseorang/pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.8

2. Fungsi Pajak
Menurut Rochmat Soemitro terdapat 3 fungsi pajak, yaitu: Fungsi Budgeter; fungsi
mengatur dan untuk menanggulangi inflasi.9 Secara umum fungsi pajak yang
dikenakan kepada masyarakat mempunyai 4 (empat) fungsi, yaitu:
a. Fungsi finansial (budgeter), pajak sebagai sumber dana dan sumber penghasilan
bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintahan.
b. Fungsi mengatur (regulerend), pajak sebagai alat guna mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah pada bidang sosial dan ekonomi. Contoh:

6
Muqodim, Perpajakan Buku Satu, Yogyakarta: UII Press, 1999, hal. 1.
7
R. Santoso Brotodihardjo, Op.Cit., hal. 6.
8
Undang-undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana
Telah Diubah Dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009
9
Rochmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak, Cetakan-2, Bandung : PT. Eresco, 1988, hal .2-3.
pajak yang tinggi terhadap minuman keras guna untuk mengurangi konsumsi
minuman keras.
c. Fungsi stabilitas, dengan adanya pajak pemerintah memiliki dana dan pemasukan
keuangan untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan. Kemudian hal ini juga bisa dilakukan antara
lain dengan jalan mengatur peredaran uang di khalayak masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi redistribusi pendanaan, pajak yang sudah dipungut oleh negara dari
masyarakat kemudian akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan, sehingga dapat membuka
dan menciptakan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.10

3. Syarat Pemungutan Pajak


Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka
pemungutan pajakharus memenuhi syarat pemungutan pajak, antara lain:
a. Syarat keadilan. Pemungutan pajak harus diberlakukan adil sesuai dengan
tujuan hukum yaitu untuk mencapai keadilan berdasarkan undang-undang dan
peraturan lain dalam mengenakan pajak secara umum dan merata, serta
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan yang dimaksud
adil dalam pelaksanannya yaitu dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak
untuk mengajukan keberatan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak setempat, dan
mengajukan banding ke Pengadilan Pajak.
b. Syarat yuridis. Pemungutan pajak harus diimplementasikan berdasarkan
undang-undang.
c. Syarat ekonomis. Pemungutan pajak tidak boleh menganggu kelancaran dan
kegiatan perekonomian, baik produk maupun perdagangan, sehingga tidak
menimbulkan keresahan perekonomian masyarakat.
d. Syarat finansial. Pemungutan pajak harus efisien sesuai fungsi budgetair.
Biaya dari pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari
hasil pemungutanya.
e. Sistem pemungutan pajak haruslah sederhana. Sistem pemungutan pajak yang
sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi
kewajiban pembayaran perpajakan.11
10
Fidel, Pajak Penghasilan. Jakarta: Carofin Publishing, 2008, hal .3.
11
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta: CV Andy Offset, 2008, hal. 2.
4. Sistem Pemungutan Pajak
Terdapat tiga cara yang dipergunakan untuk menentukan siapa yang menghitung dan
menetapkan jumlah pajak yang terutang oleh masyarakat, diantaranya:
1. Official Assesment System
Official Assesment System adalah system pemungutan pajak yang menyatakan
bahwa jumlah pajak yang terhutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh
apparat pajak/fiscus. Dalam system ini hutang pajak timbul apabila telah ada
ketetapan pajak dari fiscus. Jadi dalam hal ini wajib pajak haruslah bersifat pasif.
2. Self Assesment System
Self Assesment System merupakan system pemungutan pajak dimana wewenang
menghitung besarnya pajak yang terhutang oleh wajib pajak diserahkan oleh
fiscus kepada wajib pajak yang bersangkutan, sehingga dengan system ini wajib
pajak harus lebih aktif untuk menghitung, membayar dan juga melaporkan kepada
kantor Pelayanan Pajak (KPP) sedangkan fiscus bertugas memberikan penerangan
dan pengawasan.
3. With Holding System
System ini artinya pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terhutang
dihitung oleh pihak ketiga (yang bukan wajib pajak dan juga bukan apparat
pajak/fiscus)

Secara keseluruhan, pajak yang diberlakukan di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis
yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak pusat merupakan pajak-pajak yang dikelola
oleh Pemerintah Pusat seperti Direktorat Jenderal Pajak (Departemen Keuangan).
Sedangkan Pajak Daerah adalah Pajak yang dikelola oleh Pemerintah daerah itu sendiri
baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Di Indonesia sendiri pajak dibagi
menjadi beberapa jenis, diantaranya:
1) Pajak Penghasilan (PPh): PPh adalah pajak yang langsung dari pemerintah pusat
yang dipungut atas penghasilan semua orang yang berada di wilayah Republik
Indonesia.
2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN): PPn merupakan pajak yang dikenakan atas
konsumsi barang kena pajak/Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean. Pada
dasarnya setiap barang atau jasa adalah kena pajak kecuali ditentukan lain oleh
Undang-Undang PPN.
3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) selain dikenakan PPN, barang-
barang kena pajak tertentu yang tergolong mewah juga dikenakan PPn BM. Ynag
dimaksud barang mewah kena pajak adalah barang yang tergolong mewah seperti
barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok yang dikonsumsi oleh
masyarakat umum. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
yang berprnghasilan tinggi dan untuk menunjukkan status sosial.
4) Bea Materai merupakan pajak yang dikenakan atas dokumen dengan
menggunakan benda materai atau yang lainnya misalseperti menggunakan mesin
teraan, pemateraian dan surat setoran pajak.
5) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah atas harta tak bergerak yang terdiri atas
tanah dan pembangunan
6) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan hak atas bangunan atau hak atas tanah.

B. Permasalahan-Permasalahan Pemungutan pajak di Indonesia


Undang-undang yang dibuat untuk mengatur tentang perpajakan sudah dibentuk
dan diberlakukan di Indonesia, akan tetapi masih banyak ditemukan permasalahan atau
kendala mendasar dalam pelaksanaannya. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi hasil
dari penerimaan pajak sebagai sumber pendapatan negara. Adapun berbagai kendala
disebabkan berbagai faktor yang akan diuraikan secara garis besar yang akan penulis
jelaskan dibawah ini.
Kurangnya sosialisasi dari pemerintah untuk masyarakat sebagai Wajib Pajak
mengenai pentingnya membayar pajak, lalu manfaat membayar pajak, dan juga sanksi
yang akan diterima apabila Wajib Pajak melalaikan kewajibannya. Selain kesadaran
pengetahuan Sumber Daya Manusia (SDM) masih cukup rendah juga ikut
mempengaruhi, dimana Wajib Pajak belum memahami tentang pentingnya membayar
pajak tersebut, belum mengetahui bagaimana prosedur pendaftaran, menghitung dan juga
melaporkan sendiri Obyek Pajak yang dikuasai, dimiliki dan dimanfaatkannya.
Tingkat ekonomi sebagian Wajib Pajak yang sangat rendah sangat
mempengaruhi, dimana Wajib Pajak masih lebih memprioritaskan biaya yang sifatnya
mendasar, seperti: Biaya sekolah, biaya kesehatan dan sebagainya, dari pada membayar
pajak. Database yang masih jauh dari standar Internasional. Padahal database sangat
menentukan untuk menguji kebenaran pembayaran pajak dengan sistem self assessment.
Kondisi seperti ini menyulitkan riset empiris yang bertujuan menguji kepatuhan Wajib
Pajak. Wajib Pajak dapat memberikan informasi dan melaporkan yang tidak sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya. Database yang lengkap dan akurat berpengaruh
terhadap efektivitas pelaksanaan penegakan hukum dan juga kepatuhan wajib pajak.
Selanjutnya kepatuhan wajib pajak berpengaruh pada penerimaan pajak.
Tidak adanya atau kurangnya kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak untuk
membayar pajak ke negara adalah untuk bentuk perlawanan. Persepsi Wajib Pajak bahwa
percuma saja membayar pajak dengan tertib, karena pada akhirnya akan dipergunakan
secara boros dan tidak tepat sasaran bahkan akan dikorup oleh sebahagian dari pegawai
pajak. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang masih rendah akan menimbulkan selisih
antara jumlah pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang seharusnya
dibayar semakin besar. Wajib Pajak yang memiliki penghasilan besar cenderung untuk
lebih patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah karena yang berpenghasilan besar
cenderung untuk lebih konservatis dalam pelaporan kewajiban perpajakannya. Penerapan
tarif pajak yang tinggi menjadi kendala juga, karena memberatkan Wajib Pajak.
Kendala lain adalah: Peraturan pelaksana undang-undang sering tidak konsisten
dengan undang-undang; bayaknya pungutan resmi dan tidak resmi baik di pusat maupun
di daerah; lemahnya penegakan hukum (law enforcement); birokrasi yang berbelit-belit
dan sebagainya yang seharusnya bila dilakukan dengan baik tentu membantu dalam
mewujudkan good governance dalam bentuk pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Adanya Perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang ada atau terjadi
dalam upaya pemungutan pajak. Perlawanan pajak dapat dibedakan menjadi dua bagian,
adalah sebagai berikut.
a) Perlawanan Pasif. Perlawanan pajak secara pasif ini berkaitan erat dengan
keadaa,n sosial ekonomi masyarakat di negara yang bersangkutan. Pada
umumnya masyarakat tidak melakukan suatu upaya yang sistematis dalam rangka
menghambat penerimaan negara, tetapi lebih dikarenakan oleh kebiasan-
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Misalnya: kebiasaan
masyarakat desa yang menyimpan uang di rumah atau dibelikan emas bukanlah
mereka menghindari Pajak Penghasilan dari bunga tetapi karena belum terbiasa
dengan perbankan.
b) Perlawanan Aktif. Perlawanan pajak secara aktif ini merupakan serangkaian
usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk tidak membayar pajak atau
mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar. Perlawanan secara aktif dapat
dibagi menjadi dua, adalah sebagai berikut:
i. Penghindaran pajak (tax avoidance).
ii. Penggelapan pajak (tax evasion).
C. Upaya – Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Permasalahan Pajak di
Indonesia
Dalam rangka menjamin kesinambungan penerimaan pajak sebagai sumber utama
APBN dan memberikan keadilan dalam berusaha (level of playingfields), pemerintah
perlu memperluas basis pajak dengan meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar
untuk memiliki NPWP dan sekaligus kepatuhannya. Pemerintah akan terus berupaya
menggali potensi pajak (tax coverage) seoptimal mungkin dan juga meningkatkan
kepatuhan wajib pajak (taxpayers' compliance). Untuk mengatasi permasalahan diatas
maka pemerintah melakukan apa yang disebut reformasi Pajak. Dalam hal ini pemerintah
melakukan berbagai upaya dengan mengeluarkan serangkaian undang-undang untuk
mengubah undang-undang yang telah ada.
Hal ini dilakukan untuk lebih memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum.
Tujuan dari penyempurnaan undang-undang pajak adalah dalam rangka ekstensifikasi
dan intesifikasi pengenaan dan pemungutan pajak yang sekaligus merupakan upaya
peningkatan keadilan beban pajak, penghapusan fasilitas pajak yang tidak memiliki
landasan hukum yang akan merugikan perekonomian nasional dan menutup peluang-
peluang penghindaran pajak (loopholes). Untuk itu sesuai dengan fungsi regulerend
secara umum dapat dinyatakan bahwa sistem pajak harus dapat mendorong kegiatan dan
pertumbuhan ekonomi nasional dengan mendorong investasi dari luar serta
mengamankan penerimaannegara. Sedangkan untuk menjalankan fungsi budgeter sebagai
pilar utama penerimaan negara dilakukan dengan memperluas cakupan subjek dan objek
pajak, dan meminimalkan kemungkinan transfer pricing dan pembatasan pengenaan
Pajak Penghasilan final. Semua kebijakan ini dalam jangka panjang diharapkan dapat
meningkatkan tax compliance, meningkatkan investasi dan penerimaan negara untuk
menuju kemandirian pembiayaan pembangunan.
Menggalakkan penyuluhan-penyuliuhan di bidang perpajakan. Hal ini dilakukan
untuk menambah wawasan dari wajib Pajak. Dengan bertambahnya pengetahuan
diharapkan menimbulkan kesadaran untuk membayar pajak. Dengan demikian
diharapkan penerimaan negara melalui sektor pajak dapat bertambah. Memperbaiki
budaya hukum baik bagi wajib Pajak maupun Petugas Pajak . Para pihak diharapkan
dapat melakukan kewajiban masing-masing sesuai dengan ketentukan perpajakan yang
berlaku. Pemerintah harus melakukan Pengawasan yang ketat terhadap Pemungutan
Pajak. Apabila ditemukan penyimpangan maka harus diberikan sanksi yang tegas. Hal ini
diperlukan untuk memberikan efek jera bagi pihak wajib Pajak maupun Petugas Pajak.
KESIMPULAN
Dalam pemungutan pajak di Indonesia baik secara umum maupun daerah sering
sekali terjadi kendala-kendala yang mengganggu pemungutan pajak itu sendiri. Selain
karena hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga pengurus pajak karena
banyaknya kasus-kasus korupsi yang menjerat para pemerintah pajak. Tidak hanya itu
saja, masih banyak factor-faktor lain yang menghambat jalannya pemungutan pajak di
Indonesia, diantaranya seperti:
a) Kurangnya pembinaan antara pajak daerah dengan pajak pajak nasional. Pajak
daerah dan pajak nasional merupakan satu sistem perpajakan Indonesia, yang
pada kenyataannya merupakan beban masyarakat sehingga perlu dijaga agar
kebijaksanaan perpajakan tersebut dapat memberikan beban yang adil. Sejalan
dengan perpajakan nasional, maka pembinaan pajak daerah harus dilakukan
secara terpadu dengan pajak nasional. Pembinaan harus dilakukan secara
terusmenerus, terutama mengenai objek dan tarif pajaknya supaya antara pajak
pusat dan pajak daerah saling melengkapi.
b) Database yang masih jauh dari standar Internasional. Kendala lain yang dihadapi
aparatur pajak adalah database yang masih jauh dari standar internasional.
Padahal database sangat menentukan untuk menguji kebenaran pembayaran pajak
dengan sistem self-assessment. Persepsi masyarakat, bahwa banyak dana yang
dikumpulkan oleh pemerintah digunakan secara boros maupun dikorup, juga
menimbulkan kendala untuk meningkatkan kepatuhan pembayar pajak. Berbagai
pungutan resmi dan tidak resmi, baik di pusat maupun di daerah, yang membebani
masyarakat juga menimbulkan hambatan untuk menaikkan penerimaan pajak.
c) Berbagai peraturan pelaksanaan undang-undang yang sering kali tidak konsisten
dengan undang-undangnya. Melaksanakan tax reform lebih pelik dan makan
waktu dibandingkan dengan ketika merancang tax reform dalam undang-undang,
apabila peraturan pelaksanaan yang dijadikan dasar dalam melaksanakan aturan
hukum pajak tidak konsisten dengan undang-undang, tentu akan mengakibatkan
kendala yang fatal dalam pemungutan pajak.
d) Lemahnya penegakan hukum (law enforcement) terhadap kepatuhan membayar
pajak bagi penyelenggara negara.

DAFTAR PUSTAKA
Mustaqiem. 2014. Perpajakan Dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia. Buku
Litera. Yogyakarta
Halim Abdul. Bawono Rangga Icuk. Dara Amin. 2020. Perpajakan: Konsep, Aplikasi,
Contoh, dan Studi Kasus. Salemba Empat. Jakarta Selatan
Suastika, I Nengah. 2021. Tata Cara Pemungutan Pajak dalam Perspektif Hukum Pajak.
Jurnal Komunikasi Hukum. Volume 7 No.1 Februari 2021
Sinaga, Niru Anita. Pemungutan Pajak dan Permasalahannya di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Hukum Dirgantara-Fakutas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.
Volume 7 No.1, September 2016
Purnamawati, Evi. Pemungutan Pajak di Indonesia. Fakultas Hukum Universitas Palembang.
Volume 15 No. 3 September, 2017
Triantoro, Arvian. Efektivitas Pemungutan Pajak Reklame dan Kontribusinya Terhadap
Penerimaan Pajak Daerah di Kota Bandung. Fokus Ekonomi. Volume 5 No. 1 Juni,
2010

Anda mungkin juga menyukai