Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH HUKUM PAJAK

ANALISIS ARTIKEL/BERITA

PENGHINDARAN PAJAK (TAX AVOIDANCE)

Disusun Oleh:

Adinda Rasulanisa Farinta / E1A017010

Allisya Puspita Putri / E1A017042

Destian Ega Suci Ramadhina / E1A017056

Diah Sri Nurwiyanti / E1A017108

Putriana Endah Murdayanti / E1A017128

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2019
Artikel Berita
ANALISIS

Pada mulanya pajak merupakan suatu UPETI (Pemberian secara Cuma-


Cuma) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang
harus dilaksanakan oleh rakyat kepada seorang raja ataupun penguasa. Saat itu,
rakyat memberikan upetinya kepada raja atau penguasa berbentuk hasil
bumi berupa padi, ternak, atau hasil tanaman lainnya seperi piang, kelapa, dan
lain- lain.

Dalam perkembangannya sifat upeti yang diberikan oleh rakyat hanya


untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu
sendiri, artinya pemberian kepada rakyat atau penguasa digunakan untuk
kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan,
pembangunan saluran air, membangun sarana social lainnya, serta kepentingan
umum lainnya. Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti
yang semula dilakukan Cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang
kemudian dibuat suatu aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap
ada, namun unsur keadilan lebih diperhatikan untuk memenuhi unsur
keadilan inilah maka rakyat di ikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam
pemungutan pajak.

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunannya
adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.1 Berdasarkan pengertian
yang telah disebutkan pajak merupakan iuran yang diberikan rakyat kepada
negara untuk membiayai kepentingan umum. Namun pada kenyataannya terdapat
bentuk bentuk penghindaran pajak seperti berita yang telah kami sebutkan dimana
menurut Sekjen Forum Indonesia Untuk Transparasi Anggaran (FITRA),
mengakui bahwa data penghindaran pajak dan penggelapan pajak sulit diakses
1
R. Santoso Brotodihardjo, S.H.,Pengantar Ilmu Hukum Pajak (Jakarta, 9 Agustus 1958),
hal. 2.
oleh publik. Sehingga sampai saat ini fitra mengajukan permintaan data kepada
Direktorat Jenderal Pajak, Kementrian Keuangan yang mengacu pada undang-
undang No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik.

Menurut Chasbiandani dan Martani, tax avoidance atau penghindaran


pajak merupakan upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang
dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih dalam kerangka ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang
terutang. Untuk menegakan pajak tersebut maka ada hukum pajak, hukum pajak
yang juga disebut hukum fiscal adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang
meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara ,
sehingga ia merupakan bagian dari hukum public, yang mengatur hubungan-
hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badan-badan hukum yang
berkewajiban membayar pajak (wajib pajak). Hal tersebut sesuai dengan asas-asas
dan dasar hukum pajak yaitu dasar mendapatkan keadilan dalam hukum pajak
dimana hukum mempunyai tujuan keadilan sama halnya dengan hukum pajak.
Keadilan dalam hukum pajak sudah dimulai sejak disusun undang-undang pajak.
Jika dalam penerapannya terjadi ketidakadilan seperti halnya tax avoidance ini
maka tersedia saluran hukum untuk mencari keadilan, baik melalui lembaga surat
keberatan maupun melalui surat banding ke Majelis Pertimbangan Pajak.2

Kebanyakan orang memahami bahwa Wajib Pajak adalah orang yang


sudah memiliki NPWP dan wajib untuk membayar pajak. Oleh karena itu,
sebelum memiliki persepsi yang lebih jauh mengenai Wajib Pajak, ada baiknya
untuk memahami pengertian Wajib Pajak menurut Undang-Undang Perpajakan.
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan,
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan

2
Prof. Dr.H. Rochmat Soemitro, S.H., Dewi Kania Sugiharti, S.H.,M.H., Asas dan Dasar
Perpajakan ( Bandung, Oktober 2004 ).
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.3

Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berlangsung


secara terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik secara materiil maupun spiritual. Untuk dapat
merealisasikan tujuan tersebut, maka negara harus menggali sumber dana dari
dalam negeri berupa pajak. Dengan membayar pajak, Wajib Pajak memberikan
kontribusinya kepada negara dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat,
seperti misalnya pembayaran pajak yang digunakan untuk pembiayaan
pembangunan maupun perbaikan jalan, sekolah, kendaraan umum dan fasilitas
umum lainnya.

Dalam kaitannya dengan artikel berita diatas, tax avoidance merupakan


upaya menghindari kewajiban pajak yang seharusnya dilaksanakan. Biasanya, hal
ini terjadi pada tahap pembayaran pajak. Tujuannya jelas, untuk mengambil
keuntungan sepihak agar pendapatan yang masuk tidak banyak terpotong pajak
dari pemerintah. Padahal penghindaran pajak sendiri bisa dikategorikan
pelanggaran pada Undang-Undang Perpajakan. Jika dilihat pada prakteknya,
terdapat beberapa jenis penghindaran pajak yang awam terjadi di Indonesia. Dan
kebanyakan, penghindaran pajak ini dilakukan oleh badan usaha sekitar 80 %,
sisanya adalah wajib pajak perorangan. Misalnya dengan memanfaatkan prosedur
penyusutan aset. Pada kenyataannya, aset tidak mengalami penyusutan yang
signifikan, atau bahkan meningkat nilainya. Namun dengan memanfaatkan sistem
tersebut, pengusaha bisa menghindari kewajiban pajak yang menempel pada
pertambahan nilai aset yang dimiliki.

Bagi bangsa Indonesia pajak merupakan unsur penting dalam penerimaan


dan pembiayaan negara. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentutan Umum Perpajakan


digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.4
Dalam pelaksanaannya, terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dan
pemerintah. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena
dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomi wajib pajak, di
lain pihak pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan yang sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Adanya
perbedaan kepentingan ini menyebabkan wajib pajak cenderung untuk
mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun ilegal. Dari sisi
perusahaan, tujuan perusahaan memperkecil pajak adalah untuk mencapai tingkat
laba dan likuiditas yang ditargetkan perusahaan. Hal tersebut dapat dikatakan
sebagai penghematan besarnya beban pajak yang dibayar oleh perusahaan dengan
cara memanfaatkan celah pada peraturan perpajakan yang ada di Indonesia. Dapat
disimpulkan beberapa faktor yang memotivasi wajib pajak untuk melakukan
penghematan pajak dengan ilegal, antara lain:

1. Jumlah pajak yang harus dibayar. Besarnya jumlah pajak yang harus
dibayar oleh wajib pajak, semakin besar pajak yang harus dibayar,
semakin besar pula kecenderungan wajib pajak untuk melakukan
pelanggaran;
2. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,
semakin besar kecenderungan wajib pajak untukmelakukan pelanggaran;
3. Kemungkinan untuk terdeteksi, semakin kecil kemungkinan suatu
pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kecenderungan wajib pajak
untuk melakukan pelanggaran; dan Besar sanksi, semakin ringan sanksi
yang dikenakan terhadap pelanggaran, maka semakin besar kecenderungan
wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.5

Selain itu, penyebab Wajib Pajak melakukan Tax Evasion diantaranya adalah
fitrahnya penghasilan yang diperoleh wajib pajak yang utama ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada saat telah memenuhi ketentuan perpajakan

4
Rizka Oktagiani, Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prnghindaran Pajak (Tax
Avoidance), Jurnal Jom FEKON. Vol. 2 No. 2, 2 Oktober 2015, hal. 1
5
Ibid. Hal. 3
timbul kewajiban pembayaran pajak kepada negara. Timbul konflik antara
kepentingan diri sendiri dan kepentingan negara. Sebab yang lain adalah wajib
pajak kurang sadar tentang kewajiban bernegara, tidak patuh terhadap peraturan,
kurang menghargai hukum, tingginya tarif pajak dan kondisi lingkungan seperti
kestabilan pemerintah dan penghamburan keuangan negara yang berasal dari
pajak (Amrosio M.Lina dalam Safri Nurmantu). Seperti halnya disebutkan dalam
artikel berita diatas, dikenal istilah penghindaran pajak (tax avoidance) yang hal
ini merupakan salah satu bentuk kendala dalam penerimaan pajak yang tentu hal
ini merugikan bagi negara dan bagi rakyat Indonesia. Beberapa dampak negatif
dari penghindaran pajak diantaranya adalah:

1. Adanya hutang serta penyelewengan pajak akan berakibat penerimaan


negara menjadi berkurang untuk sektor perpajakan. Dengan begitu, hal ini
akan membuat pembangunan infrastuktur menjadi terhambat. Seperti
halnya akan membuat penyusunan RAPBN menjadi terhambat.

2. Penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh


terhadap persaingan yang secara sehat untuk setiap perusahaan jika
perusahaan tersebut melakukan pengelakan terhadap pajak yaitu melalui
cara biaya yang mereka miliki ditekan dengan secara tidak wajar. Dengan
kata lain, perusahaan tersebut tidak mengakui jika mereka tidak
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Hal ini akan berdampak pada
perusahaan yang jujur sehingga perusahaan yang mengelak tersebut akan
mendapatkan keuntungan yang sangat besar daripada perusahaan yang
berlaku jujur. Hal ini sesuai pernyataan menurut Sekjen Forum Indonesia
Untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Yenny Sucipto, mengakui bahwa
data penghindaran pajak dan penggelapan pajak sulit diakses oleh publik.6
Sampai saat ini, Fitra mengajukan permintaan data tersebut kepada
Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan dengan mengacu
Undang-Undang No. 14 tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi

6
Juliartha Nugraha, Made Caesar. Pengaruh Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada
Nilai Perusahaan Dengan Transparansi Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol.26.1. 2019. Hlm. 398-399
Publik. Sampai sekarangpun belum ada jawaban dari DJP. Hal ini
mengakibatkan bahwa suatu data tersebut menyebabkan adanya perilaku
ketidakterbukaan suatu instansi pemerintah.

3. Dengan melakukan penghindaran pajak, laju pertumbuhan ekonomi


menjadi stagnan atau macet. Apabila setiap perusahaan terbiasa
melakukan penghindaran pajak maka perusahaan tersebut tidak mampu
meningkatkan produktifitas sehingga perusahaan akan
melakukan penghundaran pajak agar mendapatkan laba yang lebih
menguntungkan untuk perusahaannya.

Penghindaran pajak memiliki dampak yang luas bagi Negara dan


masyarakat. Dalam perspektif ekonomi dampak penghindaran pajak menimbulkan
biaya bagi manajemen, pemegang saham dan masyarakat luas. Bagi pengambil
kebijakan informasi penghindaran pajak yang terefleksi dari besarnya beban pajak
yang dilaporkan dalam laporan keuangan memberikan gambaran kualitas
pelaporan pajak perusahaan. Praktik penghindaran pajak dapat dipahami dari
dimensi tekanan keuangan. Fenomena penghindaran pajak yang bergeser kearah
tindakan tidak legal, mendorong/memotivasi perilaku penghindaran pajak ketika
ada tekanan keuangan internal maupun eksternal. Namun demikian, sekecil
apapun praktek tax avoidance ini akan membawa dampak buruk bagi negara
Indonesia secara umum.7 Dampak paling jelas adalah berkurangnya pendapatan
negara dari sektor pajak. Pengusaha yang dengan sengaja melakukan
penghindaran pajak tentu akan mendapatkan sanksi, baik secara administratif atau
bahkan sanksi pidana. Pada beberapa kasus besar, penghindaran pajak bisa
dikategorikan dalam jenis kejahatan korupsi pajak atau fraud, yang tentu saja
ancaman hukuman pidana siap menanti bagi pelaku yang tertangkap. Pengelakan
pajak juga merupakan pos kerugian bagi kas negara karena dapat menyebabkan
ketidakseimbangan antara anggaran dan konsekuensi-konsekuensi lain yang
berhubungan dengan itu, seperti kenaikan tarif pajak, keadaan inflasi, stagnasi
(macetnya) pertumbuhan ekonomi atau perputaran roda ekonomi dll.

7
Ibid.
DAFTAR PUSTAKA

Brotodihardjo, Santoso . 1958. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Jakarta : Refika


Aditama.
Nugraha, Juliartha, dan Made Caesar. 2019. “Pengaruh Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) Pada Nilai Perusahaan Dengan Transparansi Sebagai Variabel
Pemoderasi”. Dalam E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.26.1.
2019, Hlm. 398-399.
Oktagiani, Rizka. 2015. “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)”. Dalam Jurnal Jom FEKON. Vol. 2
No. 2, hal. 1.
Soemitro, Rochmat, dan Dewi Kania Sugiharti. 2004. Asas dan Dasar
Perpajakan. Bandung : Refika Aditama.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentutan Umum Perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai