Pajak merupakan bagian terbesar dari pendapatan negara dan sebagai salah
satu sumber utama pembiayaan pembangunan nasional. Peranan strategis sektor
perpajakan terlihat dari kecenderungan meningkatnya target yang telah
1
Hernawan, Mihwar Anshari, Keberlakuan Normatif Ketentuan Pidana Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak, Jurnal Kosmik Hukum, Vol. 18 No. 1,
Januari 2018, Hlm. 54-55.
2
Vivian Lora, Bastari Mathon, Penelitian Formal Bukti Pemenuhan Kewajiban
Penyetoran Pajak Penghasilan Final Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan, Jurnal
Mercatoria, Vol. 14, No.1, Juni 2021, Hlm. 30.
3
M. Farouq Sulaiman, Hukum Pajak Indonesia Suatu Pengantar Ilmu Hukum Terapan di
Bidang Perpajakan, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2018), Hlm. 230.
dicanangkan oleh pemerintah di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).4 Pajak juga merupakan Penerimaan Pendapatan dan Belanja Negara
yang atau sering dikenal dengan Sebutan (APBN) sehingga dapat dikatakan
bahwa pajak sebagai roda penggerak utama yang sangat dominan. Pembangunan
nasional pada dasarnya mempunyai tujuan untuk memajukan kesejahteraan rakyat
melalui sistem pemberdayaan ekonomi yang ditangani dan dikerjakan oleh rakyat
5
dan memihak kepada kepentingan rakyat.
4
Diajeng Kusuma Ningrum, dkk , Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Di Bidang
Perpajakan Sebagai Upaya Peningkatan Penerimaan Negara, Jurnal Law Reform, Vol.12, No. 2,
Tahun 2016, Hlm. 210.
5
Ida Ayu Rhadana Satvikarani M, dkk, Upaya Pemungutan Pajak Terhadap Netflix Yang
Masih Belum Berbadan Usaha Tetap, Diversi Jurnal Hukum, Vol. 6, No. 2, Desember 2020, Hlm.
119.
6
Sarwini, Implementasi Restorative Justice Dalam Penegakan Hukum Pajak, Yuridika,
Vol. 29 No. 3, September-Desember 2014, Hlm. 381.
7
Wirawan B. Ilyas, Hukum Pajak, (Jakarta : Salemba Empat, 2007), Hlm. 6.
5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat
umum.
Pajak yang dipungut oleh pemerintah terbagi atas dua bagian, yaitu: pajak
pusat dan pajak daerah. Pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat, sedangkan
pajak daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah.8 Untuk fungsi pajak sendiri
terdapat dua fungsi, atara lain fungsi budgetair yakni pajak sebagai seumber dana
bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, dan fungsi
mengatur yakni pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.9 Pemungutan pajak
diwajibkan menggunakan undang-undang, sebab pajak merupakan peralihan
kekayaan dari rakyat kepada pemerintah yang tidak ada imbalannya yang secara
langsung dapat ditunjuk. Peralihan kekayaan demikian itu dalam kata sehari-hari
hanya dapat berupa penggarongan, perampokan, pencopetan (dengan paksa), atau
pemberian hadiah dengan sukarela dan ikhlas (tanpa paksaan). Oleh karena itu
pemungutan pajak harus berlandaskan pada undang-undang.10
8
Putera Astomo, Farhanuddin, Politik Hukum Pajak Daerah Di Kabupaten Polewali
Mandar Sulawesi Barat, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 20, No. 3, Desember 2018, Hlm. 512.
9
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 2006, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2006), Hlm. 1-
2.
10
Binsar Sitorus, Independensi Hakim Dalam Sistem Peradilan Pajak Di Indonesia,
Yuridika, Vol. 28 No. 1, Januari-April 2013, Hlm. 30.
masyakat, setidaknya adanya transparansi pemerintah menunjukkan bahwa hasil
pajak digunakan untuk membangun infrastruktur, subsidi pendidikan, pelayanan
dan investasi publik lainnya.11
Salah satu pajak yang diterapkan di Indonesia yakni pajak karbon. Pajak
karbon adalah pajak yang dikenakan terhadap kandungan karbon yang terdapat
pada bahan bakar, atau dengan kata lain pajak karbon merupakan pajak yang
dikenakan terhadap emisi karbon dioksida dari hasil pembakaran bahan bakar
fossil. Emisi karbon adalah penyebab terbesar dari perubahan iklim dunia Emisi
karbon atau sering juga disebut dengan gas rumah kaca adalah output dari
tindakan keseharian manusia. Pada dasarnya, Bumi telah memiliki gas rumah kaca
secara alamiah di lapisan atmosfer Gas rumah kaca ini memiliki fungsi yang
sangat penting, yakni untuk menyerap sebagian energi panas matahari dan
menyalurkannya ke permukaan bumi, serta memantulkan sebagian lainnya dari
energi panas matahari ke luar permukaan bumi sehingga suhu di permukaan bumi
tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
11
Maria R.U.D. Tambunan, Haula Rosdiana, Review Atas Pelaksanaan Ketentuan Pajak
Penerangan Jalan Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Jilid 49 No.4, Oktober 2020, Hlm.
411.
12
Putri Anggia, The Influence of International Tax Policy on the Indonesian Tax Law,
Yuridika, Vol. 35 No. 2, May 2020, Hlm. 345.
iklim yang telah diberlakukan, sehingga secara kolektif meningkatkan
kemampuan kita untuk menentukan kebijakan mana yang efektif dan tidak efektif
dalam memitigasi faktor-faktor penyebab perubahan iklim.13
13
Andres Arcila, John D. Baker, Evaluating Carbon Tax Policy: A Methodological
Reassessment Of A Natural Experiment, Energy Economics, 111, 2022, Hlm. 1.
14
Rahmi Selvi, Rachmatulloh, I, Urgensi Penerapan Pajak Karbon Di Indonesia, Jurnal
Reformasi Administrasi, Vol. 7 No.1, 2020. Hlm. 29–34.
bahwa Pemerintah Indonesia ikut berpartisipasi dalam menekan produksi gas
rumah kaca. Di dalam Penjelasan UU HPP disebutkan bahwa Pemerintah
Indonesia akan mulai mengenakan pajak karbon sejak tahun 2022 untuk
memenuhi komitmen Indonesia yang dibuat melalui Nationally Determined
Contribution (NDC) tahun 2016 lalu. Dengan demikian dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa pengenaan pajak karbon diberlakukan bukan tanpa alasan,
melainkan didukung oleh dasar yang sangat kuat, yakni untuk menekan emisi
karbon dan untuk mempertahankan keberlangsungan makhluk hidup di bumi serta
sekaligus untuk memenuhi komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengatasi isu
lingkungan.
Pajak karbon adalah mekanisme berbasis pasar yang dapat secara efektif
mengurangi emisi karbon. Pajak karbon berbentuk Pigouvian, sehingga besaran
pajak sebanding dengan emisi karbon yang dihasilkan dari proses produksi. Tarif
pajak karbon yang dikenakan bervariasi di seluruh negara yang
memberlakukannya. Berdasarkan data Bank Dunia (2020), tarif pajak karbon
berkisar dari $3 hingga $130 per ton emisi CO2. Beberapa negara juga telah
mengusulkan kenaikan tarif pajak karbon tahunan. Kebijakan perpajakan karbon
menyebabkan pasar menghasilkan tingkat konsumsi yang efisien dan
meminimalkan biaya dalam jangka pendek, menghasilkan pengurangan emisi
yang signifikan dalam jangka panjang. Kebijakan penetapan harga karbon secara
langsung berdampak pada sektor ekonomi dan lingkungan negara-negara yang
menggunakan pendekatan tersebut dan secara tidak langsung mempengaruhi
negara lain melalui perubahan di pasar internasional untuk barang dan jasa.15
Pajak karbon bukanlah pajak yang baru. Sebelum Indonesia telah banyak
negara-negara lainyang telah mengenakan pajak karbon. Finlandia adalah negara
pertama di dunia yang mengenakan pajak karbon, tepatnya sejak tahun 1990 dan
kemudian diikuti oleh 16 negara Eropa lainnya.Tidak ingin ketinggalan, Indonesia
secara resmi juga akan mulai mengenakan pajak karbon secara bertahap, yakni
15
Dwi Pangestu Ramadhani, Yoonmo Koo, Comparative Analysis Of Carbon Border Tax
Adjustment And Domestic Carbon Tax Under General Equilibrium Model: Focusing On The
Indonesian Economy, Journal of Cleaner Production, 377, 2022, Hlm. 2.
sejak April tahun 2022. Penerapan pajak karbon telah diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU
HPP) yang telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal 06
Oktober tahun 2021 lalu. Penerapan pajak karbon ini diharapkan mampu
menjawab isu perubahan iklim yang telah mengakibatkan banyak masalah
terhadap berbagai negara di dunia, yakni dengan menekan dan mengurangi
produksi emisi karbon dari Indonesia.
Tujuan Perbandingan
.
Pendekatan Perbandingan
Pendekatan dalam perbandingan hukum dibagi atas 2 pendekatan, yaitu:
pendekatan perbandingan makro (macro-comparability), dan pendekatan
perbandingan mikro (micro-comparability). Meskipun pendekatan makro dan
mikro saling berkaitan erat, keduanya dibedakan dan dipisahkan untuk mencapai
hasil maksimal Pendekatan dalam perbandingan hukum ini berfungsi agar
perbandingan hukum yang dilakukan dalam level yang sama. Pada pendekatan
makro, substansi perbandingan berada pada legal system. Sedangkan dalam
pendekatan mikro, substansi perbandingan berada pada aspek substansi aturan
hukum16.
Pada perbandingan makro, perhatian lebih difokuskan pada gambar besar
dari sebuah sistem hukum yang berlaku dalam suatu negara. Dengan demikian,
16
Ratno Lukito, Perbandingan Hukum Perdebatan Teori dan Metode, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2019, hlm. 27.
kajian perbandingan hukum dalam aspek ini lebih ditujukan untuk melihat sistem
hukum yang berlaku dalam suatu negara tersebut dalam lingkup hubungannya
dengan sistem hukum di negara lain. Aspek persamaan dan perbedaan antara
kedua sistem hukum yang berbeda diteliti sedemikian rupa sehingga dapat
ditangkap kelebihan maupun kelemahan dari masing-masing sistem, yang
dengannya perbandingan itu dapat memberikan hasil teoretis maupun praktis bagi
pengembangan keillmuan hukum. Satu hal yang perlu menjadi perhatian dalam
hal ini adalah aspek makro menitikberatkan pada sebuah sistem hukum,
sedangkan aspek mikro menitikberatkan kepada lex specialist yang mengisi
sistem17.
Pendekatan makro terdiri dari 7 macam pendekatan, yakni:
1. Legal organizations (organisasi hukum)
Pendekatan ini digunakan untuk membandingkan bagaimana
organisasi tersebut bekerja dengan meliuhat pada kedudukan lembaga,
dan bagaimana legitimasi pembentukan organisasi tersebut.
2. Legal system (system hukum)
Pendekatan ini digunakan untuk membandingkan sistem hukum suatu
negara/yurisdiksi untuk melihat bagaimana hukum tersebut di bentuk
maupun di interpretasi serta bagaimana sistem hukum suatu negara
mempengaruhi hukum bekerja di sistem hukum tersebut.
3. Mentalities (mentalitas)
Pendekatan ini digunakan untuk membandingkan bagaimana
mentalitas di negara didalam legal system tersebut. Mentalitas di suatu
negara akan mempengaruhi budaya hukum di negara tersebut jika
dilakukan secara terus-menerus.
4. Juristic styles (gaya berpikir yuris)
Pendekatan ini digunakan untuk membandingkan cara berpikir/mind
set di negara tersebut dengan melihat bagaimana hukum bekerja
dengan cara berpikir di suatu negara. Pendekatan ini dipengaruhi
dengan latar belakang historis dan sumber hukum.
17
21
Ibid, Hlm. 266.
DAFTAR BACAAN
Buku
Jurnal
Anggia, Putri. 2020. The Influence of International Tax Policy on the Indonesian
Tax Law, Yuridika. 35(2). Hlm. 345.
Barus, Eykel Bryken, Suparna Wijaya. 2021. Penerapan Pajak Karbon Di Swedia
Dan Finlandia Serta Perbandingannya Dengan Indonesia. Jurnal Pajak
Indonesia. 5(2). Hlm. 265-266.
Satvikarani, Ida Ayu Rhadana, dkk. 2020. Upaya Pemungutan Pajak Terhadap
Netflix Yang Masih Belum Berbadan Usaha Tetap. Diversi Jurnal Hukum.
6(2). Hlm. 119.
Peraturan Perundang-Undangan