Anda di halaman 1dari 12

PASAL 23 A UUD 1945 SEBAGAI LANDASAN

PEMUNGUTAN PAJAK DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Dr. Djoko WahJu Winarno, SH. MS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Tugas Mata Kuliah : Hukum Pajak
Minat Utama: Magister Kenotariatan

OLEH :

Andina Damayanti : NIM. S351502005


Atik Prihartatik : NIM. S351502010
Hafidhah Novi : NIM. S351502018
Lucy Pangastuti : NIM. S351502040
Rita Widyawati : NIM. S351502026

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM UNS
SURAKARTA
2016

1
PASAL 23 A UUD 1945 SEBAGAI LANDASAN PEMUNGUTAN PAJAK
DI INDONESIA

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan


Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam perkembangannya telah
menghasilkan pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu
dilanjutkan dengan dukungan Pemerintah dan seluruh potensi masyarakat.
Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara mempunyai kewajiban untuk
menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan,
pertahanan, maupun kecerdasan kehidupannya.

 Hal ini sesuai dengan tujuan negara yang dicantumkan di dalam


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan sosial”1

Dewasa ini kita sering mendengar istilah pembangunan nasional baik


dalam mata kuliah atau media. Kita juga mengetahui bahwa pembangunan
tersebut pastilah memerlukan dana yang tidak sedikit. Dalam makalah ini kita
akan mempelajari salah satu sumber pemasukan negara bagi pembangunan,
yakni pajak. Secara umum persepsi kita mengenai pajak adalah wujud dari
seorang warga negara untuk memberikan kontribusi dalam membangun
negara dengan mendapat imbalan tidak langsung. 
Peran penerimaan pajak sangat penting bagi kemandirian
pembangunan, karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara
dari dalam negeri yang paling utama selain dari minyak dan gas bumi untuk
mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2.
Selain itu

1 Dalam hal...
2 Rudy Hidayat dan Charoline Cheisviyanny, Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan
Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak, Jurnal WRA, Vol 1. No. 1 April 2013,
hlm 1

2
Kontgribusi Pajak sangat penting bagi peningkatan Pendapatan Asli Daeah
dimanapun. 3

 Hal ini sesuai dengan tujuan negara yang dicantumkan di dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan sosial”.

 Keberhasilan pelaksanaan pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit,


kebutuhan untuk pembangunan sifatnya proporsional dan disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan yang sedang dan akan berlangsung. Kebutuhan akan
dana pembangunan dapat diperoleh melalui berbagai cara yang kesemuanya
diharapkan dapat memperkuat sektor keuangan negara dalam hal ini adalah sektor
pajak. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi
penyelengaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Sehingga
Pemerintah menempatkan kewajiban perpajakan sebagai salah satu pewujudan
kewajiban kenegaraan yang merupakan sarana dalam pembiayaan Negara dalam
Pembangunan Nasional guna tercapainya tujuan negara. Penting dan strategisnya
peran serta sektor perpajakan dalam penyelenggaraan pemerintah dapat dilihat
pada Anggaran Belanja Negara (APBN) dan Rancangan APBN setiap tahun yang
disampaikan pemerintah, yaitu terjadinya peningkatan persentase sumbangan
pajak dari tahun ke tahun.

Belajar tentang pajak dianggap rumit oleh kebanyakan orang. Hal ini
disebabkan oleh jumlah peraturan perpajakan yang cukup banyak. Belajar
pajak memerlukan pemahaman secara garis besar tentang pajak sebelum
belajar mengenai detil-detil perpajakan. Pemahaman perpajakanan secara
garis besar diharapkan dapat membantu menghadapi sebuah permasalahan

3 MD. KrisnaArta Anggar Kusuma dan Ni. Gst Putu Wirawati, Analisis Pengaruh Peneriomaan
pajak Daerah dan retribusi Daerah Terhadap Peningkatan PAD Sekabupaten/Kota di Provinsi
Bali, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2013, ISSN. 2302. 8556

3
apabila kita dapat mengetahui pada posisi mana sebenarnya masalah
perpajakan tersebut berada.
Menurut Rochmat Soemitro 41987:1) pajak adalah gejala masyarakat,
artinya pajak hanya terdapat dalam masyarakat. Jika tidak ada masyarakat
tidak ada pajak. Masyarakat yang dimaksudkan adalah masyarakat hukum
atau Gemeinschaft menurut istilah Ferdinand Tonies (dalam Rochmat
Soemitro, 1987:1), bukan masyarakat yang bersifat Geselschaft. Penghasilan
negara adalah berasal dari masyarakat melalui pemungutan pajak, atau dari
hasil kekayaan alam yang ada di dalam negara. Jadi penghasilan itu untuk
membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan
pribadi individu seperti kesehatan rakyat, pendidikan, kesejahteraan, dan
sebagainya. Jadi dimana ada kepentingan masyarakat, disitu timbul
pemungutan pajak, sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan
umum.
Dasar hukum paling utama bagi berlakunya pajak di Indonesia adalah
Pasal 23A UUD 1945 (Amandemen IV) yang berbunyi “Pajak dan pungutan
lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-
undang’. Itu berarti semua peraturan perpajakan haruslah menunjuk pada
suatu undang-undang termasuk perangkat hukum di bawahnya sepanjang
terdapat pelimpahan dari undang-undang yang mengaturnya.
Pajak adalah Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28
Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersfat memaksa berdasarkan Undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Retribusi
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang ( yang
dapat dipaksakan ) dengan mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan oleh pemerintah. Sedangkan Sumbangan ialah
iuran yang dibayar oleh golongan tertentu saja, kontraprestasi dapat dinikmati
oleh golongan tersebut.

4
Dalam makalah ini kita akan mempelajari sebagian hal yang berkaitan
dengan pajak, mulai dari pengertian, landasan perpajakan dan retribusi serta
sumbangan.

B. Perumusan masalah
Dalam makalah ini yang menjadi pokok Kajian adalah
C. Pembahasan
1. Pengertian Pajak
Pajak itu sendiri adalah iuran wajib yang wajib dibayar oleh wajib pajak
berdasarkan Undang-undang.
Adapun beberapa pengertian lainnya mengenai pajak, yaitu:
a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin. Surplusnya
digunakan untuk investasi pada barang-barang publik misalnya, jalan
raya, dan jembatan.
b. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994 dan terakhir dengan UU No. 16
Tahun 2000, pajak adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh wajib
pajak berdasarkan norma-norma hukum untuk membiayai kolektif
guna meningkatkan kesejahteraan umum yang balas jasanya tidak
diterima secara langsung 5.6[1][1]
c. Menurut IAI, 2007 Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada pemerintah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat diperoleh ciri-ciri
pajak. Adapun ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

5
6

5
1) Merupakan iuran wajib
2) Dibayarkan oleh para wajib pajak
3) Dipungut oleh negara
4) Tidak diberikan balas jasa yang langsung terhadap pajak yang
dipungut
5) Digunakan untuk pengeluaran kolektif guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
6) Dipungut berdasarkan norma-norma hukum atau Undang-
undang.7[3][3]
2. Unsur-Unsur dan Ciri Pajak Pajak
a. Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik
pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari
sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis
(pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik
kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian
pajak antara lain sebagai berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai
dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang
menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang”.
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi
perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung.
Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor
akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang
tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
3.  Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan
umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi
pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

6
4.  Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan
apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan
dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag-undangan.
5.  Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas
Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga
berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi
mengatur / regulatif).
b. Ciri-Ciri Pajak menurut pengertian dari Prof. Dr. Rochmat
Soemitro, S.H. adalah Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya
alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (wajib pajak membayar
pajak) ke sektor negara (pemungut pajak /administrator pajak).

3. Syarat Pemunguitan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat.


Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun
bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana
yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka
pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:

a. Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk


menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam
perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.

Contohnya:

1) Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak.

2) Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi


syarat sebagai wajib pajak.

7
3) Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai
dengan berat ringannya pelanggaran.

b. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak


dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan
Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan UU tentang pajak, yaitu:

1) Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang


berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya.
2) Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak
diperlakukan secara umum.
3) Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib
pajak.
4) Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa


agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan
produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak
jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan
menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak,
terutama masyarakat kecil dan menengah.

c. Pemungutan pajak harus efesien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan


pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima
lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena
itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk
dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami
kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan
maupun dari segi waktu.

d. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

8
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan
keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan
memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang
harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para
wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran
pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan
semakin enggan membayar pajak.

Contoh:

1) Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2


macam tarif.

2)Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu


tarif, yaitu 10%.

3) Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk


perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh)
yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi).

4. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan


bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal
diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

a. Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk


membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan
tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti

9
belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain
sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan
dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke
tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.

b. Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui


kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun
luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak.
Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

c. Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk


menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara
lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

d. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk


membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.

5. Sistem Pemungutan Pajak

10
Sistem pemungutan pajak di Indonesia dibagi menjadi tiga, antara lain :

a. Sistem Self Assestment

Dalam sistem self assestment, wajib pajak sendiri yang


menghitung, menetapkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang
terutang. Fiskus hanya berperan untuk mengawasi, misalnya
melakukan penelitian apakah Surat Pemberitahuan (SPT) telah diisi
dengan lengkap dan semua lampiran sudah disertakan, meneliti
kebenaran penghitungan dan meneliti kebenaran penulisan.
Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan
kebenaran data yang terdapat di SPT wajib pajak, fiskus dapat
melakukan pemeriksaan. PPh orang pribadi dan badan serta PPN
menggunakan sistem ini.

b. Sistem Official Assestment

Berbeda dengan sistem self assestment, dalam sistem official


assestment, fiskus yang berperan aktif dalam menghitung dan
menetapkan besarnya pajak yang terutang.

PBB menganut sistem ini, karena besarnya pajak yang terutang


dihitung dan ditetapkan oleh fiskus melalui Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang (SPPT).

c. Sistem Withholding

Dalam sistem withholding, pihak ketiga yang wajib menghitung,


menetapkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang sudah
dipotong/dipungut. Misalnya pihak perusahaan atau pemberi kerja
berkewajiban untuk menghitung berapa PPh yang harus dipotong
atas penghasilan yang diterima pegawainya. Kemudian perusahaan
atau pemberi kerja tersebut harus menyetorkan, dan melaporkan
PPh pegawainya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak.

11
D. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Rudy Hidayat dan Charoline Cheisviyanny, Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak


dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak, Jurnal
WRA, Vol 1. No. 1 April 2013.
MD. KrisnaArta Anggar Kusuma dan Ni. Gst Putu Wirawati, Analisis Pengaruh
Peneriomaan pajak Daerah dan retribusi Daerah Terhadap Peningkatan PAD
Sekabupaten/Kota di Provinsi Bali, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
2013, ISSN. 2302. 8556
Dwi Sulatyawati, Hukum Pajak dan ...
Soemarso S.R. 2007. Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba
Empat.
Ali, Chidir. 1993. Hukum Pajak Elementer. Cet. 1. Bandung: PT ERESCO.
Deliarnov. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi untuk SMP dan MTs Kelas
VIII. t.tp: esis.
Purnama, Ridwan & Komar Rudianto. 1999. DEKO 3303 2 SKS/Modul 1-6 Buku
Materi Pokok Perpajakan. Cet. 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
S, Alam. 2003. Ekonomi. Editor; Tulus Sihombing, Rizal Pahlevi Hilabi,
Subianto, Ricky. G, Henry Raymond. S. Jilid. 2. Jakarta: esis.
Raharjda, Prathama. 1995. Ekonomi 2; Disusun Sesuai dengan Kurikulum 1994
untuk Kelas 2 Sekolah Menengah Umum. Edisi. 1. Klaten Utara: PT Intan
Pariwara.
Tim Pendidikan Akuntansi FPEB UPI. 2010. Akuntansi. t.tp: t.p.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan; Edisi Revisi 2011. Ed. XVII. Yogyakarta: ANDI.
Kosim. 2001. Ekonomi untuk SMU Kelas II. Ed. 2. Cet. 1. Jakarta Timur:
Grafindo Media Pratama.

12

Anda mungkin juga menyukai