Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PERPAJAKAN

Mata Kuliah: Perpajakan

Dosen Pengampu: Erny Luxy D. Purba, SE., M.Si

Disusun Oleh: Kelompok 8

M.F. Mayolanda Hutauruk (7212520009)

Shella Indri Nabilah (7213220026)

Yunita Karolina Br Barus (7213220041)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................i
BAB I.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................................3
2.1 Definisi dan Unsur-unsur Pajak................................................................................................3
2.2 Fungsi Pajak...............................................................................................................................5
2.3 Syarat Pemungutan Pajak.........................................................................................................6
2.4 Hukum Pajak Material dan Hukum Pajak Normal...................................................................6
2.5 Ruang Lingkup Pajak.................................................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................ii

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemungutan pajak dilaksanakan untuk
kepentingan rakyat, maka pemungutan pajak tersebut haruslah terlebih dahulu
disetujui oleh rakyatnya sebagai mana dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945. Di
Indonesia dalam sisitem pemungutan pajak menurut Undang Undang Pajak Nasional
menggunakan sistem Self Assesment, dengan prinsip-prinsip meliputi dasar hukum
pemungutan pajak adalah Undang-Undang. Pemerintah yang diwakilkan oleh fikus
hanya memberikan pembinaan dan pemerintah memberikan kepercayaan kepada wajib
pajak untuk menghitung sendiri jumlah penghasilan yang diperolehnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, kami penulis dapat menuliskan rumusan
masalah dari makalah ini, yaitu sebgai berikut:

1. Apa yang dimaksud tentang pengertian pajak?


2. Apa yang diamaksud dengan fungsi pajak?
3. Apa arti pengenaan dan pemungutan pajak?
4. Apa penjelasan mengenai penggolongan pajak?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di paparkan, maka
tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui apa arti pajak


2. Memahami fungsi pajak
3. Mengerti arti aripemungutan pajak dan pengenaanya
4. Menegtahui penggolongan pajak yang rinci

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Unsur-unsur Pajak


Menurut Undang-Undang Dasar Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan
keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan pada pasal 1 Ayat 1 berbunyi “Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badanyang bersifat memaksaberdasarkan
undang–undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Selain itu terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "Pajak" yang
dikemukakan oleh para ahli di antaranya adalah:

1. Leroy Beaulieu “Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang
dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk
menutup belanja pemerintah.
2. P. J. A. Adriani “Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
3. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :

1. Iuran dari rakyat kepada negara. Dimana hanya negara yang berhak memungut
pajak dan pajak yang dipungut tersebut berupa uang bukan barang. Pajak yang
dipungut baik dilakukan oleh pemerintah pusatmaupun pemerintah daerah.

3
2. Berdasarkan Undang Undang. Pajak yang dipungut dapat dipaksakan
berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. Dengan
kata lain apabila hutang pajak tidak tidak dibayar, maka hutang pajak tersebut
dapat ditagih menggunakan kekerasan seperti surat paksa, surat sita atau
dengan penyanderaan terhadap wajib pajak tersebut.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang langsung dapat ditunjuk.

Ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak:

 Pajak dipungut berdasarkan undang undang dan pelaksanaannya.


 Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi secara
individu oleh pemerintah.
 Pajak dipungut oleh Negara (pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
 Pajak diperuntukan membiayai pengeluaran pemerintah dan apabila
pemasukannya masih surplus dipergunakan untuk membiayai “public
investment“

Disamping pemungutan pajak, pemerintah juga melakukan berbagai pungutan lain,


yaitu retribusi, sumbangan, bea, dan cukai.

1. Retribusi adalah iuran kepada pemerintah daerah yang dapat dipaksakan dan
memperoleh jasa timbal balik secara langsung dan dapat ditunjuk. Contoh tiket
masuk objek wisata.
2. Sumbangan ialah iuran kepada pemerintah yang tidak dapat dipaksakan yang
ditujukan kepada golongan tertentu dan dimanfaatkan untuk golongan tertentu
pula contoh: sumbangan bencana alam
3. Bea adalah pungutan yang dikenakan atas suatu kejadian atau perbuatan yang
berupa lalu lintas barang dan perbuatan lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Contoh: bea masuk, bea keluar dan bea balik nama.
4. Cukai adalah pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat sebagaimana ditetapkan dalam Undang Undang dan hanya
pada golongan tertentu dan yang membayar tidak mendapatkan prestasi imbal
balik secara langsung. Contoh: cukai tembakau (sigaret, cerutu, rokok daun,
tembakau iris), cukai etil alkohol/etanol dan cukai minuman mengandung
alcohol.

4
2.2 Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Berdasarkan hal di atas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai


pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh
dari penerimaan pajak. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari
tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari
sector pajak.

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.


Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun
luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak

3. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan


yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini
bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.

5
2.3 Syarat Pemungutan Pajak
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Undang Undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-
undangan di antaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesusikan
dengan kemampuan masing-masing, sedang adil dalam pelaksanaan yakni dengan
memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam
pembayaran, dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang Undang ( Syarat Yuridis)

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 A yang menyatakan bahwa
pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undang-undang. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik
bagi negara maupun warganya

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun


perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga
lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong


masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh
undang undang perpajakan yang baru.

2.4 Hukum Pajak Material dan Hukum Pajak Normal


Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut
pajak dengan rakyat sebagai wajib pajak. Hukum pajak dibedakan menjadi dua yakni:

6
1. Hukum pajak material yakni memuat norma-norma yang menerangkan tentang
keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa
yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif
pajak), segala sesuatu yang timbul dan hapusnya utang pajak, serta hubungan
hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Contoh Undang Undang Pajak
Penghasilan.
2. Hukum pajak formal yakni memuat tentang bentuk/cara untuk mewujudkan
hukum material menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak material).
Hukum ini memuat:
a. Tata cara penyelenggaraan (presedur) penetapan suatu utang pajak,
b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib
pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan
utang pajak.
c. Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan
pembukuan/pencatatan dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan
keberatan/banding. Contoh: Ketentuan Umum dan tata cara Perpajakan.

2.5 Ruang Lingkup Pajak


1. Subjek Pajak

Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar negeri.

a. Subjek Pajak Dalam Negeri


 Untuk orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia;
 Untuk orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan
 Untuk orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
 Untuk warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak.
 Untuk badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
b. Subjek Pajak Luar Negeri
 Untuk orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;

7
 Untuk orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan;
 Untuk badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia,
 Yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia;
 Untuk orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
 Untuk orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan;
 Untuk badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia.
2. Objek pajak

Objek pajak merupakan penghasilan yang diterima wajib pajak yang berasal dari
Indonesia ataupun dari luar Indonesia. Objek tersebut bisa digunakan untuk menambah
kekayaan wajib pajak dengan nama dan bentuk apa pun. Objek pajak penghasilan (PPh)
yang perlu Anda ketahui antara lain:

 Penggantian atau imbalan pekerjaan atau jasa yang diterima


 Hadiah dari undian atau penghargaan
 Laba usaha
 Keuntungan karena penjualan atau karena peralihan harta yang termasuk
 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
 Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
 Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk
apapun
 Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan,

8
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan
 Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan
 Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
 Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang
 Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi
 Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
 Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
 Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
 Keuntungan selisih kurs mata uang asing
 Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
 Premi asuransi
 Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
 Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
 Penghasilan dari usaha berbasis syariah
 Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
 Surplus Bank Indonesia.

Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (3) ada beberapa penghasilan
yang dikecualikan dari objek pajak yaitu: bantuan atau sumbangan, harta hibahan,
warisan, harta setoran tunai, pengganti atau imbaln yang berhubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima, pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang

9
pribadi, dividen, iuran dana pensiun, penghasilan dari modal yang ditanamkan dari
modal yang ditanamkan, bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota perseroan
komanditer, penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura, beasiswa, sisa lebih
yang diterima badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendiidkan dan
atau bidang penelitian dan pengembangan, banuan atau santunan yang dibayarkan oleh
BPJS kepada wajib pajak tertentu.

Bea materai merupakan salah satu jenis pajak yang ada di Indonesia yang objek
pajaknya meliputi:

 Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan sebagai alat
pembuktian perbuatan, kenyataan atau keadaan yang sifatnya perdata
 Akta-akta notaris sebagai salinannya
 Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pebuat Akta Tanah (PPAT) termasuk
rangkap-rangkapnya
 Surat yang memuat jumlah uang yang menyebutkan penerimaan uang, yang
menyatakan pembukuan atau penyimpanan uang dalam rekening di bank, yang
berisi pemberitahuan saldo rekening di bank, atau yang berisi pengakuan bahwa
utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi tau diperhitungkan
 Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek
 Efek dalam nama dan bentuk apapun

Objek pajak untuk PPN meliputi:

 Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan
pengusaha
 Impor BKP
 Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha
 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
 Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
 Ekspor BKP Berwujud oleh PKP
 Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP
 Ekspor JKP oleh PKP

10
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah jenis pajak yang dikenakan pada objek
pajaknya yang meliputi seperti bumi, bangunan (seperti hotel dan pabrik), jalan tol,
kilang minyak dan gas, dermaga, tempat olahraga serta sarana dan prasarana yang
bermanfaat lainnya.

3. Wajib Pajak

Menurut UU Perpajakan Nomor 6 Tahun 1983 yang diperbarui dengan UU


Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Wajib pajak memiliki makna orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak dan pemungut pajak yang meempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Adanya syarat
subjektif dan objektif maka wajib pajak harus memiliki NPWP yang bertujuan
memudahkan dalam pembayaran dan pelaporan pajak. Wajib pajak yang memiliki
penghasilan di bawah PTKP tidak perlu mendaftarkan NPWP.

4. Tarif Pajak

Tarif pajak ada empat jenis yaitu tarif pajak progresif, tarif pajak degresif, tarif
pajak proporsional dan tarif pajak tetap.

a. Tarif pajak progresif persentasenya sebanding dengan kenaikan objek pajaknya


seperti penghasilan (PPh)
b. Tarif pajak degresif yaitu tarif pajak yang persentasenya akan semakin rendah
ketika objek pajaknya meningkat.
c. Tarif proporsional memiliki persentase tetap meskipun objek pajaknya menurun
atau meningkat, contohnya PPN 10%.
d. Tarif pajak tetap adalah tarif pajak yang nominalnya tetap berapa pun nilai objek
pajaknya, contohnya Bea Meterai Rp. 6.000,-.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Definisi dan Unsur-unsur Pajak

Menurut Undang-Undang Dasar Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan


keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan pada pasal 1 Ayat 1 berbunyi “Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badanyang bersifat memaksaberdasarkan
undang–undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Ciri-ciri yang melekat pada pajak yaitu:

 Pajak dipungut berdasarkan undang undang dan pelaksanaannya.


 Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi secara
individu oleh pemerintah.
 Pajak dipungut oleh Negara (pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
 Pajak diperuntukan membiayai pengeluaran pemerintah dan apabila
pemasukannya masih
surplus dipergunakan untuk membiayai “ public investment “
Fungsi Pajak:
a. Fungsi Anggaran (Budgetair)
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
c. Fungsi Stabilitas
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Wajib Pajak
Menurut UU Perpajakan Nomor 6 Tahun 1983 yang diperbarui dengan UU
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Wajib pajak memiliki makna orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak dan pemungut pajak yang meempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Adanya syarat

12
subjektif dan objektif maka wajib pajak harus memiliki NPWP yang bertujuan
memudahkan dalam pembayaran dan pelaporan pajak. Wajib pajak yang memiliki
penghasilan di bawah PTKP tidak perlu mendaftarkan NPWP.

3.2 Saran
Untuk seluruh masyarakat wajib pajak sudah seharusnya membayarkan
pajaknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak lupa dengan kewajibannya
yaitu membayarkan pajaknya. Untuk pemerintah sudah seharusnya menggunakan
pendapatan hasil pajak dengan sebaik dan sebijak mungkin agar negara kita ini semakin
maju lagi dan dapat bersaing dengan negara maju lainnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

BAB-III-kapita-selekta-perpajkan.pdf (uma.ac.id)

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PERPAJAKAN_edit.docx - PENGERTIAN DAN


RUANG LINGKUP PERPAJAKAN 1. DEFINISI DAN UNSUR PAJAK Menurut
Undang-Undang Dasar | Course Hero

4 Unsur Pajak: Subjek, Objek, Wajib Pajak dan Tarif Pajak (mas-software.com)

ii

Anda mungkin juga menyukai