Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS EKONOMI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................i
BAB I.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pajak Penghasilan...................................................................................................3
2.2 Subjek Pajak Dan Wajib Pajak...................................................................................................3
2.3 Dasar Pengenaan Pajak Dan Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak..............................10
2.4 Tarif Pajak................................................................................................................................13
2.5 Pemotongan Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final...............................14
2.6 Cara Melunasi Pajak.................................................................................................................15
BAB III.................................................................................................................................................16
PENUTUP............................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................16
3.2 Saran.........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di paparkan, maka
tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Subjek Pajak Dan Wajib Pajak
A. Subjek Pajak
Pajak penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak adalah:
1. Subjek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang
3
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.
2. Warisan yang belum belum terbagi satu kesatuan menggantikan yang berhak
warisan merupakan subjek pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu
ahli waris.
3. Badan, terdiri atas perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
social politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif,
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT), Perusahaan luar negeri yang bergerak dalam
kegiatan ekonomi suatu negara, dalam hal ini negara Indonesia. Subjek pajak
dapat pula dibedakan yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa subjek pajak dalam negeri adalah
wajib pajak membuat SPT sementara subjek pajak luar negeri tidak wajib
membuat SPT.
Subjek pajak dapat dibedakan menjadi :
1. Subjek Pajak dalam negeri yang terdiri dari :
a. Subjek pajak orang pribadi :
Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau
Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai nilai bertempat tinggal di Indonesia.
b. Subjek pajak badan, yaitu :
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintahan yang memenuhi kriteria :
Pembentukkannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintahan pusat atau
pemerintah daerah, dan
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.
4
c. Subjek pajak warisan, yaitu : Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah
menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak. Subjek pajak badan dalam negeri menjadi wajib pajak sejak saat didirikan,
atau bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek pajak luar negeri baik orang pribadi
maupun badan sekaligus menjadi wajib pajak karena menerima dan/atau memperoleh
penghasilan yang bersumber dari Indonesia atau yang melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia. Dengan perkataan lain, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang
yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.
Perbedaan wajib pajak dalam dalam negeri dan wajib pajak luar negeri, antara lain
adalah:
5
Saat didirikan atau bertempat Saat dibubarkan atau tidak bertempat
kedudukan di indonesia kedudukan di indonesia
MULAI BERAKHIR
Subjek pajak luar negeri melalui BUT: Subjek pajak luar negeri melalui BUT:
Saat menjalankan usaha atau Saat tidak lagi menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui BUT di melakukan kegiatan melalui BUT di
indonesia indonesia.
Subjek pajal luar negeri tidak melalui Subjek pajal luar negeri tidak melalui
BUT: BUT:
Saat menerima atau memperoleh Saat tidak lagi menerima atau
penghasilan dari indonesia memperoleh penghasilan dari indonesia
Warisan belum terbagi: Warisan belum terbagi:
Saat timbulnya warisan yang belum Saat warisan telah selesai dibagikan
terbagi
C. Tidak Termasuk Subjek Pajak
1. Kantor perwakilan Negara asing
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsultan atau pejabat lain dari Negara asing
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat :
a. Bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.
b. Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
2. Organisasi internasional
Sebagai mana dimaksud dalam keputusan menteri keuangan no
661/KMK.04./1994 tanggal 23 Desember 1994 sebagai mana telah diubah terkhir
dengan keputusan Menteri Keuangan nomor 314/KMK.04/1998 tanggal 15 juni 1998,
dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota.
6
3. Pejabat perwakilan organisasi internasional
Sebagai mana dimaksud dalam keputusan Menteri Keuangan no
611/KMK.04/1994 tanggal 23 Desember 1994 sebagaimana telah diubah dengan
keputusan Menteri Keuangan nomor 314/KMK.04/1998 tanggal 15 juni 1998, dengan
syarat :
a. Bukan warga Negara Indonesai.
b. Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.
D. Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapar dipakai untuk konsumsi atau utnuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apa pun, termasuk :
1. Pergantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
grafitasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam Undang-undang ini;
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3. Laba usaha;
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pegambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali, yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan social termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
7
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan; dan
e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagai atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan penegmbalian
utang;
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. Premi asuransi;
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksus dalam Undang-undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
19. Surplus Bank Indonesia.
Penghasilan tersebut dapat dikelompokan menjadi:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas, seperti
gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaries, aktuaris, akuntan,
pengacara, dan sebagainya.
8
2. Penghasilan dari usaha atau kegiatan.
3. Penghasilan dari modal atau penggunaan harta, seperti sewa, bunga, dividen,
royalty, keuntungan dari penjualan harta yang tidak digunakan, dan sebagainya.
4. Penghasilan lain-lain, yaitu penghasilan yang tidak dapat diklasifikasikan ke
dalam salah satu dari tiga kelompok penghasilan di atas, seperti:
a. Keuntungan karena pembebanan utang.
b. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
c. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
d. Hadiah undian.
Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri, yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Sedangkan bagi Wajib Pajak
Luar Negeri, yang menjadi Objek Pajak hanya penghasilan yang berasal dari Indonesia
saja.
E. Tidak Termasuk Objek Pajak
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah :
1. a. Bantuan atau sumbangan,
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat.
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham.
4. Penggaian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau
pemerintah
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa
6. Dividen atau pembagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat :
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
9
Bagi perseoan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen paling
rendah 25% Dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha
aktif diluar kepemilikan Saham tersebut.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai.
8. Penghasilan dari modal yang telah ditanamkan oleh dana pension
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif.
10. Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia.
11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu.
12. Laba lebih yang diterima atau lembaga nirlaba bidang pendidikan
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu.
2.3 Dasar Pengenaan Pajak Dan Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak
A. Dasar pengenaan Pajak
Untuk wajib pajak dalam negeri dan untuk usaha tetap ( BUT ) yang menjadi
dasar pengenaan pajak adalah penghasilan kena pajak. Sedangkan untuk wajib pajak
luar negeri adalah penghasilan bruto.
Yang perlu diingat besarnya penghasilan kena pajak untuk wajib pajak pada badan
dihitung sebesar penghasilan netto
Penghasilan kena pajak (WP badan ) = penghasilan netto
Sedangkan untuk wajib pajak orang pribadi dihitung dari pengfhasilan netto – PTKP
Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi ) = penghasilan netto- PTKP
B. Cara menghitung penghasilan kena pajak
Penghitungan besarnya penghasilan netto bagi wajib pajak didalam negeri
dan badan usaha tetap dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Menggunakan pembukuan
10
2. Menggunakan norma penghitungan penghasilan netto
Menghitung penghasilan kena pajak dengan menggunakan pembukuan,
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
pada setiap tahun pajak berakhir pembukuan
Untuk WP badan besar penghasilan kena pajak = penghasilan netto yaitu
penghasilan bruto dikurangi PPH .
Penghasilan Kena pajak ( WP badan)
= Penghasilan Netto
= Penghasilan Bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh-PTKP
Untuk WP Orang Pribadi besar penghasilan kena pajak sama dengan
penghasilan netto dikurangi dengan PTKP
Penghasilan Kena pajak ( WP orang pribadi)
= Penghasilan Netto-PTKP
= Penghasilan Bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh
Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap ditentukan dari penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan ,
menagih , dan memelihara penghasilan termasuk:
1. Biaya secara langsung dan tidak langsung
2. Penyusutan atas pengeluaran
3. Iuran kepada dana pensiun yang telah didahkan oleh menteri keuangan
4. Kerugian karna penjualan
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing
6. Biaya penelitian pengembangan perusahaan yang dilakukan di indonesia
7. Biaya beasiswa,magang, pelatihan
8. Piutang yang nyata
9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang sudah diatur
dengan peraturan pemerintah
10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
11. Biaya pembangunan insprastruktur sosial
12. Sumbangan fasilitas pendidikan
11
13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
14. Kompensasi kerugian fiskal tahun sebelumnya( min 5 th)
Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri
dan usaha tetap tidak boleh dikurangkan:
1. Pembagian laba
2. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi
3. Pembentukan atau pemupukan dana cabang kecuali
4. Cadangan piutang
5. Cadangan untuk usaha asuransi
6. Cadangan penjaminan
7. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
8. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan
9. Cadangan biaya penutypan dan pemeliharaan tempat
10. Premi asuransi kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
11. Penggantian atau imbalan
12. Jumlah yang melebihi kewajaran sebagai imbalan yang dibayarkan kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.
13. Harta yang dihibahkan
14. Pajak penghasilan
15. Biaya yang dibebankan
16. Gaji
17. Sanksi administrasi
18. Biaya pengeluaran yang dikenakan PPH yang bersifat final dan bukan objek PPH
19. Biaya-biaya pengeluaran yang digunakan penghitungan penghasilan netto
C. Menghitung penghasilan kena pajak dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan Netto
Untuk menghitung penghasilan kena pajak maka wajib pajak menggunakan
norma penghitungan penghasilan netto.
Dimana penghasilan netto adalah besar penghasilan netto sama dengan besarnya
(persentase) NPPN
Untuk Menghitung menentukan penghasilan netto perlu disempurnakan secara
terus menerus dan di terbikan oleh direktur jendral pajak yang di tentukan mentri
12
keuangan Wajib pajak yang boleh menggunakan NPPN adalah WP orang pribadi yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Predaran bruto kurang dari Rp.4.800.000.000,00 Per tahun
2. Mengajukan permohonan dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun buku
3. Menyelenggarakan pencatatan
D. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Besarnya PTKP setahun yang berlaku saat ini adalah ;
1. Rp.36.000.000,00 untuk wajib pajak orang pribadi
2. Rp.3.000.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang kawin
3. Rp.36.000.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya di gabung
dengan penghasilan suami, dengan syarat
a. Penghasilan istri tidak semata-mata di terima atau diperoleh dari satu pemberi
kerja yang telah di potong pajak berdasarkan ketentuan dalam UU PPh pasal 21,
dan
b. Pekertjaan istri tidak ada hubungan dengan usah atau pekerjaan bebas suami
atau anggota keluarga lainnya
4. Rp 3.000.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat menjadi tanggungan
sepenuhnya (maksimal 3 orang )
13
a. Sedangkan tarif pajak yang di terapkan untuk penghasilan kena pajak
untuk wajib pajak badan dalam negri dan bentuk usaha tetap Adalah
sebesar 28 % .
b. Sedangkan tarif pajak yang di terapkan untuk penghasilan kena pajak
untuk wajib pajak badan dalam negri mulai berlaku sejak tahun pajak
2010 diturunkan menjadi 25 %
c. Wajib pajak badan dalam negri berbentuk perseroan terbuka yang paling
sedikit 40 % dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di indonesia dan memenuhi persyaratan
tertentu lainnya memperoleh tarif sebesar 5 %
d. Wajib pajak badan dalam negri dengan peredarfan bruto sampai dengan
Rp.50.0000.000,00 mendapat fasilitas pengurangan tarif 50 % yang
dikenakan atas penghasilan kenapajak dari bagian peredaran bruto
sampai dengan Rp.4.800.000.000,00.
Cara menghitung pajak
Pajak penghasilan (Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri Dan Bentuk Usaha Tetap)
setahun dihitung dengan cara mengalikan penghasilan kena pajak dengan tariff pajak
sebagaimana diatur UU PPh pasal 17:
Rumus Menghitung Wajib Pajak Badan
Pajak penghasilan ( wajib pajak badan)
= penghasilan kena pajak x tarif pasal 17
= penghasilan netto x tarif pasal 17
= (penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU pph) x tarif pasal 17
Rumus Menghitung Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak penghasilan ( WP orang pribadi)
= penghasilan kena pajak x tarif pasal 17
= penghasilan netto – PTKP ) x tarif pasal 17
= (penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU pph) -PTKP x tarif pasal 17
Catatan:
untuk keperluan menghitung PPh yangn terutang pada akhir tahun, penghasilan kena
pajak dibulatkan kebawah hingga ribuan penuh.
14
2.5 Pemotongan Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final
Pemotongan atau pemungutan PPh tetap dilaporkan dalam surat pemberitahuan
( SPT ), hanya saja jumlahnya tidak dijumlahkan dengan penghasilan lainnya.
15
b. Membayar pajak yang kurang disetor berdasarkan surat ketetapan pajak atau
surat tagihan pajak yang ditetapkan oleh direktur jenderal pajak, apabila
terdapat bukti bahwa jumlah pajak penghasilan terutang tidak benar.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi
atau perseorangan dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima
atau diperolehnya selama satu tahun pajak.
Pajak penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek
Pajak adalah:
a. Subjek pajak pribadi
3.2 Saran
Untuk seluruh Wajib Pajak diharapkan agar dapat membayar pajak tepat
waktu dan tidak melewati tenggat waktu yang telah diberikan oleh pemerintah
sehingga para Wajib Pajak tidak diberikan sanksi karena terlambat membayar
pajak.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia Diana, dan Lilis Setiawati, 2009, Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 1999. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK No. 17, Cetakan
Resmi, Sitti 2009, Perpajakan : Teori dan Kasus, Jakarta : Salemba Empat.
http://forever2705.wordpress.com/2008/08/11/pengertian-pajak-penghasilan/
www.google.com.
ii