Anda di halaman 1dari 8

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA MEMBAYAR PAJAK

Oleh :

 Sadida Tsabita (22410686) 

Dosen Pengampu :

Dr, Saifudin, S.H., M.Hum.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
I. Pengantar.............................................................................................................................................2
II. Permasalahan.......................................................................................................................................2
III. Pembahasan.....................................................................................................................................2
IV. Penutup............................................................................................................................................5
V. Daftar Pustaka.....................................................................................................................................5

I. Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Allah Ta’ala atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Hak dan
Kewajiban Warga Negara dalam Membayar Pajak”

II. Permasalahan
1. Apa sanksi kepada masyarakat yang tidak memenuhi kewajiban tetapi ikut dalam
menikmati hak?
2. Siapa yang dimaksud wajib bayar pajak?

III. Pembahasan
Pajak merupakan pungutan yang bersifat wajib dari rakyat untuk negara. Setiap
rupiah uang pajak yang dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara
dari sektor pajak. Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat maupun
daerah demi kesejahteraan masyarakat yang sebaik-baiknya. Uang pajak digunakan
untuk kepentingan bersama, tidak untuk digunakan kepentingan pribadi. Pajak juga
merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk mendanai pembangunan di
dalam negara, pusat maupun daerah. Seperti pembangunan fasilitas umum,
pembiayaan anggaran pendidikan dan keseharan masyarakat, dan lain-lain.
Disebutkan dalam pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 telah mengatur bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk kepentingan negara diatur dengan undang-undang.
Pajak juga memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi budgeter atau fungsi anggaran. Pajak merupakan salah satu sumber
pemasukan negara dengan cara mengumpulkan dana atau uang dari wajib bayar
pajak ke kas negara untuk membiayai beberapa aspek pembangunan negara atau
pengeluaran lainnya.
2. Fungsi mengatur atau fungsi regulasi. Pajak ialah alat untuk melaksanakan atau
mengatur kebijakan negara dalam aspek social dan ekonomi. Adapun fungsi
mengatur tersebut ialah untuk menghambat laju inflasi, sebagai alat untuk
mendorong kegiatan ekspor, memberikan peerlindungan terhadap barang produksi
dari dalam negeri, dan mengatur dan menarik investasi modal yang membantu
perekonomian agar semakin produktif.
3. Fungsi pemerataan atau pajak distribusi dapat digunakan untuk menyesuaikan dan
menyeimbangkan antara pembagian pendapatan dengan kebahagian dan
kesejahteraan masyarakat.
4. Fungsi stabilisasi digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan
perekonomian, seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak
tinggi sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan untuk
mengatasi menurunnya ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak
sehingga jumlah uang yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat teratasi.
Keempat fungsi pajak tersebut biasa ditemukan di berbagai negara. Di Indonesia
sendiri lebih mengutamakan pajak sebagai fungsi pengatur dan budgeter.
Lembaga yang bertanggungjawab atas kelola pajak ialah Direktorat Jendral Pajak
(DJP) yang berada di bawah Kementrian Keuangan.
Berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutangoleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebaik-baiknya
kesejahteraan rakyat. Karena pajak bersifat wajib dan memaksa, maka negara
menetapkan sanksi bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban membayar
pajak dan/atau dengan sengaja menolak membayar pajak. Dalam Undang-Undang
nomor 28 tahun 2007 telah dijelaskan wajib pajak yang menolak untuk bayar
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat
dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana.
Sanksi administrasi sendiri merupakan sanksi denda, sanksi bunga, dan sanksi
kenaikan. Sanksi pajak berupa denda ditujukan kepada pelanggaran yang
berhubungan dengan kewajiban pelapor. Sanksi yang berupa pengenaan bunga
ditujukan kepada wajib pajak yang membayar pajaknya setelah jatuh tempo dan
akan dikenakan sebesar 2% per bulan terhitung dari tanggal jatuh tempo hingga
tanggal pembayaran. Sedangkan sanksi kenaikan ditujukan bagi wajib pajak yang
melakukan pelanggaran tertentu, seperti tindak pemalsuan data dengan
mengecilkan jumlah pendapatan pada SPT setelah lewat 2 tahun sebelum terbit
SKR.
Sanksi pidana diatur dalam Pasal 39 ayat (1) huruf I Undang-Undang nomor 28
tahum 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak
yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.
Gijzeling merupakan istilah pemberian sanksi terkait perpajakan ini, bisa dalam
bentuk tindakan yang tegar yaitu penyanderaan. Tindakan ini merupakan langkah
terakhir dari tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah kepada wajib pajak
yang melanggar ketetapan aturan pembayaran pajak. Gijzeling merupakan salah
satu cara untuk membuat wajib pajak jera dan merupakan langkah antisipasi
terakhir yang merupakan mencari efek jera agar wajib pajak tidak mengulangi
atau menghindari kesalahan. Negara berhak melakukan gijzeling atau
penyanderaan berupa penyitaan atas badan orang yang berutang pajak, bisa juga
melakukan suatu penyitaan atas kekayaan. Diatur dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang perubahan kedua
atas Undang-Undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa yang mengatur penagihan utang pajak kepada wajib pajak melalui
upaya penegakan hukum.
Tujuan diadakannya gijzeling ialah mendorong kesadaran, pemahaman, dan
pengetahuan kepada masyarakat bahwa pajak merupakan sumber utama
pembiayaan negara dan pembangunan nasional serta merupakan salah satu
kewajiban kenegaraan, sehingga dengan penagihan pajak melalui surat paksa,
setiap anggota masyarakat wajib berperan aktif dalam melaksanakan sendiri
kewajiban perpajakannya.
Menurut Pasal 1 ayat (2) UU No 16 tahun 2009, wajib pajak adalah orang pribadi
atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak. Yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, sedangkan pengeritan NPWP dijabarkan dalam
Pasal 1 ayat (6).
NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada
wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam menjalankan hak dan
kewajiban perpajakannya. Wajib pajak dikelompokkan menjadi dua kategori
besar, yaitu:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN).
Dilihat dari Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) No. 36 Tahun
2008, OP (Orang Pribadi) yang bertempat tinggal di Indonesia atau OPyang
tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam kurun waktu 12 bulan dan/atau
OP yang dalam kurun satu tahun pajak berada di Indonesia dan memiliki niat
untuk tinggal di Indonesia.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Sebagai Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN). Jika
dilihat dari Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) No. 36 tahun 2008
adalah OP yang tidak tinggal di Indonesia atau OP yang tidak tinggal di
Indonesia waktu lebih dari 183 hari dalam kurun waktu 12 bulan atau setahun
yang menjalankan kegiatan usaha atau melakukan bentuk usaha tetap (BUT)
di Indonesia. Ataupun OP yang tinggal di Indonesia atau OP yang tidak
tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam kurun waktu 12 bulan atau
setahun yang memiliki atau mendapat penghasilan dari Indonesia, tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
(BUT) di Indonesia.

IV. Penutup
a. Kesimpulan
Setiap rupiah uang pajak yang dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos
pendapatan negara dari sektor pajak. Pajak juga merupakan salah satu sumber
dana pemerintah untuk mendanai pembangunan di dalam negara, pusat maupun
daerah. Sanksi pidana diatur dalam Pasal 39 ayat (1) huruf I Undang-Undang
nomor 28 tahum 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak
yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar. Gijzeling merupakan istilah pemberian sanksi terkait
perpajakan ini, bisa dalam bentuk tindakan yang tegar yaitu penyanderaan.
Tindakan ini merupakan langkah terakhir dari tindakan hukum yang dilakukan
oleh pemerintah kepada wajib pajak yang melanggar ketetapan aturan
pembayaran pajak. Tujuan diadakannya gijzeling ialah mendorong kesadaran,
pemahaman, dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa pajak merupakan
sumber utama pembiayaan negara dan pembangunan nasional serta merupakan
salah satu kewajiban kenegaraan, sehingga dengan penagihan pajak melalui surat
paksa, setiap anggota masyarakat wajib berperan aktif dalam melaksanakan
sendiri kewajiban perpajakannya. Menurut Pasal 1 ayat (2) UU No 16 tahun 2009,
wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak. Yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sedangkan
pengeritan NPWP dijabarkan dalam Pasal 1 ayat (6).
b. Saran
Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan Self Assement System ini
memang memberikan kebebasan bagi wajib pajak orang pribadi untuk
menghitung, menetapkan dan melaporkan sendiri pajak penghasilannya, akan
tetapi dengan sistem perpajakan seperti ini wajib pajak harus lebih ditingkatkan
kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya pemenuhan pajak. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan Wajib pajak sendiri selayaknya memahami pentingnya
pemenuhan pajak penghasilannya, karena pajak penghasilan yang dibayar oleh
wajib pajak akan digunakan sebagai biaya bagi pembangunan nasional yang
dilakukan oleh pemerintah, maka wajib pajak harus memenuhi pajak
penghasilannya setiap tahun.

V. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai